Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR TEKNOLOGI LIQUID

EMULSI OLEUM COCOS

Disusun Oleh :
Kelompok : Kelompok 4
Nama Anggota : Aji Febriansyah (2048312002)
Inaya Try Nanda Putri (1948311005)
Shelfianti (1948311010)
Yunita Asmarani (2048312008)
Zulfa Atikah (1948311012)

Dosen Pengajar :
apt. Yenny, S.Farm, M.Farm

PROGRAM STUDI DIPLOMA FARMASI


POLITEKNIK KESEHATAN GENESIS MEDICARE
JUNI 2022
PENDAHULUAN

Menurut FI IV, Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara
termodinamika, yang terdiri atas paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur, yang salah satunya fase
terdispersi (fase internal) terdispersi secara seragam dalam bentuk tetesan kecil pada medium
pendispersi (fase eksternal) yang distabilkan dengan emulgator yang cocok.

Keuntungan sediaan emulsi :


• Bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan dan dapat dibuat
lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi
• Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut diberikan secara oral
dalam bentuk emulsi
• Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah dicuci bila diinginkan
• Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran (greasiness) dari
emulsi kosmetik maupun emulsi dermal
• Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara intravena akan lebih
mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi
• Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada jika dengan
sediaan lain.

Kerugiaan sediaan emulsi :


• Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan teknik/proses dan keahlian khusus.

Tipe emulsi :
1. Tipe o/w (m/a)
Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan dalam fase air disebut minyak dalam air
2. Tipe w/o (a/m)
Jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium pendispersi emulsi disebut air dalam
minyak
3. Emulsi ganda
Dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase yang disebut bentuk emulsi w/o/w (a/m/a) atau o/w/o
(m/a/m) atau disebut emulsi dalam emulsi.
.
Bahan pengemulsi atau emulgator dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Emulgator alam
Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit a.
Emulgator alam dari tumbuhan
• Gom arab
• Tragacanth
• Agar-agar
• Chondrus
• Emulgator lain : Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %
b. Emulgator alam dari hewan
• Kuning telur
• Adeps lanae
c. Emulgator alam dari mineral
• Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
• Bentonite
2. Emulgator sintetik
a. Anionik
• Sub bagian ini ialah surfaktan bermuatan (-)
• Contoh: Na, K dan garam-garam ammonium dari asam oleat dan larutan yang larut dalam air
dan baik sebagai bahan pengemulsi tipe o/w.
• Bahan pengemulsi ini rasanya tidak menyenangkan dan mengiritasi saluran pencernaan b.
Kationik
• Aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan (+)
• Komponen ini bertindak sebagai bakterisid dan juga menghasilkan emulsi antiinfeksi seperti
pada lotion kulit dan krim. c. Non ionik
• Merupakan surfaktan yang digunakan sebagai bahan pengemulsi untuk kerja keseimbangan
molekul antara hidrofik dan lipofilik.
3. Padatan bersifat halus
• Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus di sekeliling tetesan terdispersi dan
menghasilkan emulsi yang meskipun berbutir kasar, mempunyai stabilitas fisik
• Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator
• Contoh : Veegum / Magnesium Aluminium Silikat, Bentonite
FORMULA

1. Zat Aktif
Oleum Cocos (FI III hal.456 dan Handbook Of Pharmaceutical Exipient hal.639)
Nama Resmi : Oleum Cocos
Nama Lain : Minyak Kelapa
Bobot Jenis : 0,845 – 0,905 g/ml
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak
tengik
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60oC, sangat
mudah larut dalam kloroform P dan juga mudah larut dalam eter P
Stabilitas Suhu : Tidak melebihi 25℃
Ph : 3,0 – 8,0
Inkompabilitas : Oleum cocos bereaksi dengan pengoksidasi, asam, basa serta
polyethylene. (HOPE edisi 6 hlm 184)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk

Khasiat : Sebagai fase minyak

Dosis oleum cocos 7,7-15 g/hari.

2. Zat Tambahan
1. Pulvis Gummi Arabicum (Farmakope Indonesia VI HAL 685)
Pemerian : Warna Putih Rasa tawar seperti lendir, Hampir tidak berbau
Butir, bentuk bulat (bulat telur)
Kelarutan : Mudah larut dalam air, Menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya, Praktis tidak larut dalam etanol (95%)
Ukuran partikel : Penampang 0,5 cm sampai 6 cm
Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar , mudah terurai
oleh bakteri dan reaksi enzimatik, mudah teroksidasi
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan amidopyrin, apomorfin, aerosol, etanol 95 %,
garam ferri, morfin, tanin, timol, banyak kandungan garam
menurunnya viskositas.
Nama lain : Acaciae gummi; acacia gum; arabic gum; E414; gum acacia;
gummi africanum; gum arabic; gummi arabicum; gummi mimosae;
talha gum. (Handbook of Pharmaceutical Excipience hal.1)
Khasiat : Emulsifying agent; stabilizing agent; suspending agent; tablet
binder; viscosity-increasing agent (Handbook of Pharmaceutical
Excipience hal.1)
a. Konsentrasi : sebagai Emulsifying agent : 10% - 20%
(Handbook of Pharmaceutical Excipience hal.1)

a. Natrium Benzoat (Farmakope Indonesia edisi VI Hal 1215)


Nama resmi : SODIUM BENZOATE
Nama lain : Natrium Benzoat
Rumus molekul : C7H5NaO2
Bobot molekul : 144, 11
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau dan praktis tidak
berbau, stabil di udara
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih
mudah larut dalam etanol 90%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Sebagai pengawet
Konsentrasi : 0,1 % (HOPE edisi 6 Hal 627)

b. Gliserin (Farmakope Indonesia edisi VI hal 680 – 682)


Nama resmi : GLYCERIN
Nama lain : Gliserin
Rumus molekul : C3H8O3
Bobot molekul : 92,09
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh
berbu khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopik, larutan
netral terhadap lakmus
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak
menguap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Pemanis
Konsentrasi : < 20% (HOPE edisi 6 Hal 283)

c. Butil Hidroksil Toluena (FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI HAL 340)


Rumus Molekul : C15H24O.
Berat Molekul : 220,35.
Pemerian : Hablur padat, putih; bau khas lemah.
Kelarutan :Praktik tidak larut dalam air,gliserin,propilenglikol, larutan alkali
hidroksida,dan larutan encer asam mineral. Bebas larut dalam aceton,
benzena, etanol 95%, ester,metanol,toluena,minyak tetap dan minyak
mineral. Lebih larut daripada butylated hydroxyanisole dalam minyak
makan dan lemak.
Stabilitas :Paparan terhadap cahaya, kelembapan, dan panas menyebabkan
perubahan warna dan hilangnya 19 jenis aktivsi. Butylated hydroxytoulene
harus disimpan dalam wadah tertutup baik,terlindung dai cahaya,ditempat
yang sejuk dan kering. (HOPE 6th HAL 76).
Titik didih : 265C (HOPE 6 th HAL 75). ̊
Konsentrasi : 0.01% - 0.1% (HOPE 6th HAL 75).
Khasiat : Antioksidan (HOPE 6th HAL 75).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

d. Aquabidest (Farmakope Indonesia edisi V hal 63)


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama sinonim : Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut

A. Formulasi

R/ Oleum Cocos 33%


PGA 15%
Natrium Benzoat 0,1%
Gliserin 10%
BHT 0,01%
Aquadest ad 100ml

Nama Perhitungan 1 Botol Perhitungan 10 Botol Kegunaan


Bahan
Oleum 33 / 100 x 100 33 ml x 10 Zat Aktif
Cocos = 33 ml = 330ml
PGA 15 / 100 x 100 15 g x 10 = 150 g Emulgator
= 15 g Air u/ PGA
Air u/ PGA = 2 x 150
= 2 x 15 g = 300 ml
= 30 ml
Natrium 0,1 / 100 x 100 0,1 x 10 = 1 g Pengawet
Benzoat = 0,1 g
Gliserin 10 / 100 x 100 10 ml x 10 Pemanis
= 10 ml = 100 ml
BHT 0,01 / 100 x 100 0,01 x 10 Antioksidan
= 0.01 gram = 0,1 gram
Aquadest 100 ml – ( 33 ml + 15 1000 ml – ( 330 ml + Zat
+ 30 ml + 0,1 + 300ml + 150g + 1 + Tambahan
10 ml +0,01 ) 0,1 + 100ml ) Pelarut
=100ml – 88,11 = 1000 ml – 881,1
= 11,89 ~ 12 ml = 118,9 ml ~ 119 ml

Kelarutan Natrium Benzoat mudah larut dalam air ( 1 – 10 bagian )


Natrium benzoat yang digunakan untuk 1 botol = 0,1 x 1 – 10 = 0,1 ml – 1 ml untuk melarutkan
Na Benzoat
Jika ingin melarutkan Na Benzoat sebanya 1 gram berarti Pelarut yang dibutuhkan
1 g x 1ml – 10 ml = 1 ml – 10 ml Aquadest
Sisa Aquadest 119 ml – 5ml = 114ml (sisa aquadest)
ALAT DAN BAHAN

a) Alat :
1. Timbangan Analitik
2. Erlenmeyer 250mL
3. Beaker glass 1000mL
4. Gelas ukur 100mL
5. Batang pengaduk
6. Corong kaca
7. Kertas Perkamen Secukupnya
8. Sudip
9. Mortir dan stamfer

Packaging, meliputi :
a. Botol kaca coklat ukuran 100 ml 10 botol
b. Kardus Emulsi Oleum Cocos
c. Label etiket Emulsi Oleum Cocos
d. Leaflet Emulsi Oleum Cocos

b) Bahan :
1. Oleum cocos 330 mL
2. PGA 150 gram
3. Air Untuk PGA 300 mL
4. Natrium Benzoat 1 gram
5. Gliserin 100 mL
6. BHT 0,1 gram
7. Aquadest 119 mL
CARA PEMBUATAN

Pembuatan Oleum Cocos menggunakan metode Gom Basah. Dalam metode ini, zat pengemulsi
ditambahkan kedalam air agar membentuk musilago, lalu minyaknya ditambahkan perlahan-lahan
sehingga terbentuk emulsi, baru kemudian diencerkan dengan sisa air.
Cara pembuatan Oleum Cocos emulsi untuk sediaan sebanyak 10 botol (1000 ml) :
1. Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dan mengkalibrasi botol 1000 ml sebanyak 10
botol.
2. Menimbang dan mengukur bahan. Menimbang Oleum Cocos 330 ml, PGA 150 gram, Natrium
Benzoat 1 gram, Mengukur gliserin sebanyak 100 ml, aqua untuk korpus emulsi sebanyak 300
ml, aquadest 5 ml untuk melarutkan Natrium Benzoat dan aqaudest untuk pembawa sebanyak
114 ml.
3. Masukkan Natrium Benzoat 1 gram kedalam mortir gerus sampai halus tambahkan aquadest 5ml
gerus sampai larut (campuran 1)
4. Panaskan aquadest sampai mendidih sebanyak 300 ml
5. Aquadest yang sudah panas, masukkan ke dalam mortir tambahkan PGA sebanyak 150 gram
kemudian gerus ad terbentuk mucilago (campuran 2)
6. Masukkan Oleum Cocos 330 ml kedalam mortir, tambahkan BHT gerus ad homogen (campuran
3)
7. Masukkan campuran 3 ke dalam campuran 2 secara perlahan gerus sampai terbentuk emulsi
8. Tambahkan campuran 1 gerus sampai homogen
9. Tambahkan Gliserin sebanyak 100ml Gerus sampai homogen 10. Masukkan campuran kedalam
beaker glass berukuran 1000 ml.
11. Tambahkan 194 ml aquadest aduk sampai homogen.
12. Masukkan campuran kedalam masing masing botol berukuran 100 ml yang telah dikalibrasi.
13. Tempelkan label Oleum Cocos Emulsi pada botol.
14. Masukkan kedalam dus Oleum Cocos Emulsi.
15. Tambahkan leaflet Oleum Cocos Emulsi.
16. Tambahkan sendok takar obat.
EVALUASI SEDIAAN

Tujuan Evaluasi Sediaan adalah Untuk menguji apakah larutan tersebut layak untuk
digunakan dan memenuhi standar mutu larutan yang telah ditentukan.
Alat yang digunakan untuk Uji Sediaan :
1. Kertas pH
2. Tabung reaksi
3. Beaker glass
4. Gelas ukur
5. Piknometer
6. Kaca Arloji

Uji Evaluasi Fisika :


1. Uji Organoleptis
Tujuan : Memeriksa kesesuaian bentuk, bau, rasa dan warna sediaan dengan spesifikasi yang
telah ditentukan
Prinsip : Pemeriksaan bentuk, bau, rasa dan warna menggunakan panca indera
Syarat : Bentuk, bau, rasa dan warna sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan Cara
Pengujian :
a) Sediaan dituang pada wadah
b) Diamati bentuk dan warna
c) Diamati bau dengan indera pencium

2. Uji pH
Tujuan : Melihat tingkat keasaman sediaan
Syarat : Untuk sediaan oral diusahakan pH mendekati netral (pH 7) Cara Pengujian:
a) Kertas pH dimasukkan ke dalam sediaan
b) Ditunggu beberapa saat
c) Diamati kertas pH
d) Dibandingkan dengan indikator pH
e) Diamati warna yang terjadi, tulis hasil pH

3. Uji Homogenitas
Tujuan : Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dalam emulsi
Syarat : sediaan diteteskan pada objek glass dan diratakan dengan objek glass lain sehingga
terbentuk lapisan tipis.

4. Uji Volume Terpindahkan Syarat :


- Volume rata-rata dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak satupun wadah yang
kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan pada etiket
- Tipe A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera pada etiket akan tetapi
tidak ada satu wadah volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket
- Tipe B adalah lebih dari satu wadah kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% dari
volume yang tertera pada etiket , lakukan pengujian 20 wadah tambahan
Cara Pengujian : Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke wadah gelas ukur kering terpisah
dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi,
secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan
diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.

5. Uji Bobot Jenis


Tujuan : Menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan
Syarat : Bobot jenis sediaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan

6. Uji Viskositas
Tujuan : untuk mengetahui viskositas (kekentalan) serta sifat alir dalam sediaan emulsi.
Cara pengujian :
• Letakkan viscometer Brookfield pada posisi yang benar dengan mengatur letak gelembung
udara tepat ditengah lingkaran.
• Dipasang spindel pada gantungan spindel
• Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas tercelup kedalam cairan sampel yang
akan diukur viskositasnya
• Dinyalakan motor sambil menekan tombol
• Dibiarkan spindel berputar dan melihat jarum merah pada skala
• Dibaca angka yang ditunjukan oleh jarum tersebut untuk mengukur viskositasnya.

7. Uji Flouresensi
Cara pengujian : tetesan emulsi dipaparkan pada sinar uv mikroskop. Jika flouresensi
merata diseluruh bagian maka tipe emulsi adalah A/M. jika flouresensi bitnik-bintik maka
tipe emulsi adalah M/A
HASIL PENGAMATAN

1. Uji organoleptis :
Warna : crem
Bau : khas aroma minyak kelapa
Rasa : manis, khas rasa kelapa

2. Uji pH
Dihasilkan uji pH 5

3. Uji homogenitas
Didapatkan sediaan menyebar rata (homogen)

4. Uji volume terpindahkan


Botol 1 : 98 ml = 98ml/100ml x 100% = 98%
Botol 2 : 97 ml = 97ml/100ml x 100% = 97%
Botol 3 : 97 ml = 97ml/100ml x 100% = 97%
Botol 4 : 98 ml = 98ml/100ml x 100% = 98%
Botol 5 : 99 ml = 99ml/100ml x 100% = 99%
Botol 6 : 98 ml = 98ml/100ml x 100% = 98%
Botol 7 : 99 ml = 99ml/100ml x 100% = 99%
Botol 8 : 97 ml = 97ml/100ml x 100% = 97%
Botol 9 : 97 ml = 97ml/100ml x 100% = 97%
Botol 10 : 85 ml = 85ml/100ml x 100% = 85%
5. Uji bobot jenis
Bobot pikno kosong : 22,489 gram
Bobot pikno + suspensi : 48,141 gram

- Bobot emulsi = bobot pikno + emulsi – bobot pikno kosong


= 48,141 gram – 22,489 gram
= 25,652 gram

- Bobot jenis emulsi = Bobot emulsi/ Volume piknometer


= 25,652 gram / 25ml
= 1,026 gram/ml
6. Uji Viskositas
a) Rotasi perputaran 1,5 rpm
Speed = 1,5 RPM
Data = 775 mPa.s
Percent = 19,4%
b) Rotasi perputaran 3 rpm
Speed = 3 RPM
Data = 525 mPa.s
Percent = 26,3%
c) Rotasi perputaran 6 rpm
Speed = 6 RPM
Data = 407,0 mPa.s
Percent = 40,7%
d) Rotasi perputaran 12 rpm
Speed = 12 RPM
Data = 352,0 mPa.s
Percent = 70,4%
e) Rotasi perputaran 30 rpm
Speed = 30 RPM
Data = 199,8 mPa.s
Percent = 99,9%
f) Rotasi perputaran 60 rpm
Speed = 60 RPM
Data = 99,9 mPa.s
Percent = 99,9%

7. Uji fluoresensi
Flouresensi terlihat bitnik-bintik maka tipe emulsi adalah M/A.
PEMBAHASAN

Menurut FI IV, Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara
termodinamika, yang terdiri atas paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur, yang salah satunya
fase terdispersi (fase internal) terdispersi secara seragam dalam bentuk tetesan kecil pada medium
pendispersi (fase eksternal) yang distabilkan dengan emulgator yang cocok.
Pada praktikum ini zat aktif yang dipilih adalah Oleum Cocos yang dibuat menjadi sediaan emulsi
yang ditujukan untuk dewasa. Oleum cocos ditujukan untuk menurunkan berat badan untuk pasien
dewasa penderita obesitas.
Dalam pembuatan emulsi oleum cocos dengan metode gom basah Dalam metode ini, zat
pengemulsi ditambahkan kedalam air agar membentuk musilago, lalu minyaknya ditambahkan
perlahan-lahan sehingga terbentuk emulsi, baru kemudian diencerkan dengan sisa air.
Sediaan emulsi mengandung minyak, serta bentuk dari zat aktif adalah minyak. Bila terpapar
oleh udara maka akan mudah tengik. Sehingga dalam formula sediaan ditambahkan Buthyl
Hidroxytoluena sebagai zat anti oksidan. Penambahan BHT untuk mencegah asam lemak tak jenuh
yang terdapat pada minyak atau lemak agar tidak teroksidasi oleh cahaya, udara, dan bakteri. BHT
ini salah satu zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi serta larut dalam
minyak dan air. Dengan kadar BHT 0,01% diharapkan dapat secara nyata mampu memperlambat
atau menghambat oksidasi sediaan yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah.
Untuk memastikan stabilitas maka dilakukan beberapa pengujian dengan hasil sebagai
berikut,uji yang pertama adalah uji organoleptis dengan menggunakan panca indra perasa,penciuman
dan penglihatan meliputi uji rasa,bau dan warna. Hasil yang didapat adalah rasa berbau khas aromatik
bau kelapa, berwarna krem dan memiliki rasa manis dan rasa khas kelapa . Uji yang kedua yaitu uji
pH dengan menggunakan pH meter,dihasilkan pH Emulsi Oleum Cocos 5 hal ini menunjukkan hasil
Emulsi Oleum Cocos sesuai dengan persyaratan. Uji yang ketiga yaitu uji homogenitas hasil yang di
dapat adalah Oleum Cocos dapat bercampur dengan sempurna. Uji yang keempat yaitu uji volume
terpindahkan,hasil yang di dapat adalah uji volume terpindahkan memenuhi syarat karena volume
rata-rata yang di dapat sebanyak 96,5ml (96,5%) . Hasil ini memenuhi syarat uji volume terpindahkan
yaitu volume rata-rata dan salah satu botol tidak boleh kurang dari 95%. Uji yang kelima yaitu uji
bobot jenis dengan menggunakan alat piknometer. Diketahui bahwa Emulsi yaitu 1,00 gram/ml.
berdasarkan hasil yang diperoleh yaitu 1,026 gram/ml sehingga memenuhi syarat. Uji viskositas
dilakukan dengan alat viscometer Brookfield dengan rotasi perputaran 1,5, 3, 6, 12, 30 dan 60 RPM
kemudian mendapatkan persentasi yang berbeda-beda sehingga diperoleh rata-rata persentase yaitu
59,43%.Untuk Uji Flouresensi terlihat bitnik-bintik maka tipe emulsi adalah M/A.
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan :


1. Formula sediaan Emulsi Oleum Cocos adalah oleum cocos 33%,PGA 15%,Natrium
benzoat 0,1%,Gliserin 10%,BHT 0.01%,dan Aquadest ad 100ml.
2. Pembuatan emulsi menggunakan metode gom basah yaitu zat pengemulsi
ditambahkan kedalam air agar membentuk musilago, lalu minyaknya ditambahkan
perlahan-lahan sehingga terbentuk emulsi, baru kemudian diencerkan dengan sisa
air.
3. Evaluasi sediaan dari Emulsi Oleum Cocos :
a. Pada uji organoleptis sediaan berwarna krem,berbau khas kelapa dan
memiliki rasa manis dan ada rasa khas kelapa.
b. Pada uji pH didapatkan hasil sebesar 5
c. Pada uji volume terpindahkan didapatkan hasil volume rata-rata 96,5ml
(96,5%)
d. Pada uji bobot jenis didapatkan hasil BJ emulsi oleum cocos yaitu 1,026
gram/ml
e. Pada uji homogenitas didapatkan sediaan menyebar rata(homogen).
f. Pada uji Viskositas rata-rata persentase yang diperoleh dari RPM 1,5 ,
3,6,12,30,60 adalah 59,43%
g. Pada uji fluoresensi dari hasil pengamatan tipe emulsi yang kita miliki adalah
tipe M/A

Saran
Saran untuk praktikum kali ini saat pembuatan dilakukan dengan hati-hati supaya tidak ada
konsentrasi yang kurang untuk pembuatan sediaan, ditambahkan perasa supaya rasa Oleum cocos tidak
terlalu dominan, pada pembuatan dibutuhkan alat-alat yang memadai karena sediaan dibuat dalam
jumlah banyak.

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : 1979.


Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta : 1995.
Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta : 2020.
Rowe, 2009
Martindale, 1993
LAMPIRAN
Lampiran 1 Design Kardus
Lampiran 2 Design Leaflet
CocoGEN

Komposisi :
Oleum Cocos 33%
PGA 15%
Na Benzoat 0,1%
Gliserin 10%
BHT 0,01%

Indikasi :
Mengurangi kolesterol jahat dan meningkatkan
kolesterol baik dalam tubuh, Menjaga kesehatan
jantung, menurunkan berat badan

Kontraindikasi :
Menyebabkan iritasi gastrointestinal

Aturan pakai :
4 kali sehari 1 sendok takar (10ml) / dengan dosis 10
gram / hari

Perhatian :
Simpan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya
matahari, apabila terjadi iritasi hentikan penggunaan.

Efek samiping :
Dapat Menyebabkan Diare Ringan, menyebabkan
sakit kepala, pada sebagian orang yang sensitif,
mengkonsumsi minyak kelapa bisa memicu reaksi
alergi, gangguan pencernaan, gangguan perdarahan.

Penyimpanan :
Simpan ditempat sejuk dan terhindar dari cahaya

Netto 100ml

Diproduksi oleh :
PT.SAINZY FARMA
DEPOK-INDONESIA
Lampiran 3 Design Label

Lampiran 4 Sediaan CocoGen


Lampiran 5 lampiran uji pH

Lampiran 6 uji bobot jenis

Pikno Kosong Pikno + isi larutan emulsi


Lampiran 7 uji homogenitas

Lampiran 8 Uji Viskositas


Lampiran 9 uji fluoresensi

Anda mungkin juga menyukai