Disusun oleh :
I. Tinjauan Pustaka
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri dari bulatan-
bulatan kecil zat cair yang terdispersi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur (Ansel,
2005).
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil (Anonim, 1995).
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok (Anief, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk bulatan-bulatan kecil dan
distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak, dimana cairan yang sat terdispersi menjadi butir-butir kecil
dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan
membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator)
merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil.
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) di sekeliling
butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya
koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe
emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe
A/M di mana fase intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2006).
Zat pengemulsi adalah Gelatin, Gom Akasia, tragakan, sabun, senyawa
amonium kwartener, senyawa kolesterol, surfaktan atau emulgator lain yang cocok.
Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental, misalnya tragakan,
tilosa, natrium karboksimetilselulosa (Anonim, 1979).
Macam- macam emulsi :
1. Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat
tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan- tetesan kecil
lebih mudah dicerna.
2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat
zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di
kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
3. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk
emulsi.
Tipe- tipe emulsi :
1. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar
atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase
eksternal.
2. Tipe emulsi w/o atau m/o : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau
terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase
eksternal.
Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan :
1. Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu bagian mengandung
fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat
reversibel artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal
yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyarian
Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi
3. Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba
atau sebaliknya sifatnya irreversible.
Komponen emulsi :
1. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam
emulsi, terdiri atas :
2. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair
lainnya.
3. Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(bahan pendukung) emulsi tersebut.
4. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator :
Gom Arab : Cara pembuatan air 1,5 kali bobot GOM
Tragacanth : Cara pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
Agar- agar : Cara pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
Condrus : Cara pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
CMC-Na : Cara pembuatan 1-2% cmc-na yang digunakan
Stabilitas emulsi :
Jika didiamkan tidak membentuk gregat.
Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi.
Jika terbentuk gregat, jika dikocok akan homogen kembali.
Penggunaan Sediaan :
Sediaan Oleum lecoris yang akan dibuat adalah emulsi peroral, emulsi adalah sistem
dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan
kecil.
Uraian bahan :
1. Oleum lecoris Aselli/ Minyak Ikan (FI Edisi III, Halaman 457)
a. Warna : Kuning pucat
b. Rasa : khas, agak manis
c. Bau : khas, tidak tengik
d. Pemerian : Cairan
e. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak
tanah P.
f. Bobot jenis : 0,917 g/ml sampai 0,924 g/ml
g. pH larutan : < 1,2
h. Khasiat dan penggunaan : Sumber vitamin A dan vitamin D
Glycerolum 10 gram
Glycerolum 14 gram
V. Dosis
100
Untuk mencapai kadar emulsi 100%, maka = 100% = 33,3%
300
100%
Dosis 1 X pakai untuk mencapai 100%, maka = 5 = 15
33,3%
Tambahkan
Tambahkandengan
dengansebagian
sebagianOleum
Oleumlecoris
lecorisAselli,
Aselli,aduk
adukad
adhomogen
homogen
Tambahkan dengan
Tambahkan sebagian
dengan air
sebagian
Tambahkan sedikit demi sedikit sisa Oleum lecoris Aselli dan Oleum
Cinnamomi, aduk ad homogen + gliserol
Aduk ad homogen
VIII. Etiket
Kocok Dahulu
Sesudah Makan
IX. Prosedur Kerja Kontrol Kualitas
1. Organoleptik : warna, bau, rasa
2. Homogenitas : dilihat dibawah lampu, dilihat partikelnya, homogen atau tidak.
3. Berat Jenis
Cara kerja :
Timbang berat pikno kosong dan kering + tutupnya (misal P gram)
Isi pikno dengan air hingga penuh, lalu direndam dalam es hingga
suhunya 20 dibawah suhu percobaan karena pemuaian.
Lalu air yang menempel di pikno dibersihkan
Hitung bj
Dengan cara :
Timbang berat pikno kosong dan kering + tutupnya
Isi pikno dengan emulsi hingga penuh, lalu direndam dalam es hingga suhunya 20
dibawah suhu percobaan
Pikno ditutup, suhu dinaikkan hingga suhu percobaan. Mestinya bagian emulsi
tumpah karena pemuaian. Lalu emulsi yang menempel di pikno dibersihkan
Pasang viskosimeter pada stand klem. Pastikan viskosimeter pada posisi horizontal
(ditandai dengan gelembung udara pada indikator berada ditengah dalam lingkaran
merah)
Pasang rotor ke unit utama. Untuk memasang, putar sekrup rotor berlawanan arah
jarum jam
Isikan cairan sampel kedalam cup sampai batas tanda (rotor terendam cairan).
Tunggu sesaat agar cairan tenang dan rotor stabil.
Bersihkan alat. Selalu simpan dalam kondisi bersih dan kering pada tempatnya.
X. Hasil
1. Organoleptis
Warna = Pink pucat
Bau = Khas bau oleum lecoris aselli
Rasa = Manis
2. Homogenitas = Homogen
3. Berat jenis :
Air
Berat piknometer kosong = 15,8 gram
Piknometer + air = 40,6 gram
4. pH =5
5. Viskositas = 4 dPas
6. Tipe emulsi = Air dalam Minyak (a/m)
XI. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini membuat sediaan cair berupa emulsi. Emulsi adalah
sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Dalam
praktikum kali ini membuat emulsi dengan bahan aktif berupa oleum lecoris aselli atau
minyak ikan. Oleum lecoris aselli berkhasiat sebagai sumber vitamin A dan vitamin D.
Dalam formulasi sirup ini selain zat aktif terdapat zat tambahan berupa glycerolum
sebagai pemanis, gummi arabicum digunakan sebagai zat pengemulsi, oleum cinnamomi
digunakan sebagai zat tambahan dan karminativum (meredakan perut kembung), sodium
benzoat diganti dengan nipagin dikarenakan keterbatasan bahan dan nipagin digunakan
sebagai pengawet emulsi agar sediaan tidak ditumbuhi mikroba. Bahan tambahan
pengaroma rasa jeruk untuk menutupi rasa dan bau yang kurang enak pada zat aktif obat,
serta tidak menggunakan pewarna dikarenakan keterbatasan bahan.
Setelah sediaan jadi, kami melakukan pengujian seperti Uji pH, Uji Organoleptis,
Uji Bobot Jenis, Uji Viskositas, Uji Homogenitas serta Uji Tipe Emulsi. Pertama kami
melakukan uji organoleptis yang bertujuan untuk mengetahui warna, bau, dan rasa pada
sediaan. Sediaan emulsi yang dibuat berwarna pink pucat, bau khas oleum lecoris aselli
dan rasa manis. Kemudian dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui
bahan-bahan obat yang tercampur apakah sediaan tersebut sudah homogen atau belum.
Uji homogenitas ini diuji dengan cara dilihat dibawah cahaya atau lampu dan dilihat
apakah ada partikel atau tidak. Dari hasil praktikum kemarin sediaan emulsi yang dibuat
sudah homogen, artinya pembuatan sediaan emulsi kemari telah memenuhi syarat.
Lalu dihitung berat jenis bertujuan untuk mengetahui berat jenis dari emulsi yang
telah dibuat. Dalam praktikum kemarin berat jenis yang didapat pada emulsi oleum
lecoris aselli (minyak ikan) yaitu 1,02 gr/ml, hal ini sudah benar karena memang
seharusnya demikian bobot jenis sediaan atau emulsi yang seharusnya karena ada zat
yang jumlahnya besar tetapi belum tentu Bj nya lebih besar dari zat yang jumlahnya
lebih sdikit konsentrasinya. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin tinggi bj nya
juga bisa semakin besar. Uji pH bertujuan untuk mengetahui bahwa sediaan emulsi yang
telah dibuat tidak menimbulkan iritasi pada lambung bila dikonsumsi. pH yang terdapat
pada emulsi yang dibuat adalah 5. Hal ini sesuai dengan literatur karena pH tersebut
menunjukkan bahwa emulsi yang telah dibuat dapat dikonsumsi dengan aman karena pH
lambung berkisar antara 4-7. Uji viskositas dan kekentalan yang bertujuan untuk
mengetahui kekentalan pada sediaan. Pada praktikum kemarin didapat hasil viskositas
yaitu 4 dPas. Dan yang terakhit dilakukan uji tipe emulsi yang bertujuan untuk
mengetahui apakah emulsi ini termasuk emulsi tipe m/a atau a/m. Emulsi Minyak Ikan
diteteskan sedikit pada kertas saring, Tipe a/m : meninggalkan noda pada kertas saring
dan Tipe m/a : Tidak meninggalkan noda atau tersebar merata pada kertas saring. Pada
praktikum kemarin tipe emulsi yang didapat adalah a/m (air dalam minyak).
XII.Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Mahasiwa mampu membuat sediaan emulsi oleum lecoris Aselli dengan baik dan
benar
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan emulsi lecoris Aselli:
a. Organoleptik seperti warna: pink pucat, bau: khas oleum lecoris aselli, rasa:
manis.
b. Homogenitas: Homogen
c. Berat jenis emulsi: 1,02 g/ml
d. Ph: 5
e. Viskositas: 4 dpas
f. Tipe emulsi: air dalam minyak (a/m)
XIII. Daftar Pustaka
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI-press