Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN


CAIR-SEMI PADAT (FTSC-SP)
PERCOBAAN IV
EMULSI

Disusun oleh :

1. CintiaTri kurniawati (1504010)


2. Desi Kurniawati (1504011)
3. Devinta Irkhamni (1504012)
4. Dewi Ratnasari (1504013)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2017
PRAKTIKUM IV
EMULSI

I. Tinjauan Pustaka
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri dari bulatan-
bulatan kecil zat cair yang terdispersi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur (Ansel,
2005).
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil (Anonim, 1995).
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok (Anief, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk bulatan-bulatan kecil dan
distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak, dimana cairan yang sat terdispersi menjadi butir-butir kecil
dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan
membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator)
merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil.
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) di sekeliling
butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya
koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe
emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe
A/M di mana fase intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2006).
Zat pengemulsi adalah Gelatin, Gom Akasia, tragakan, sabun, senyawa
amonium kwartener, senyawa kolesterol, surfaktan atau emulgator lain yang cocok.
Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental, misalnya tragakan,
tilosa, natrium karboksimetilselulosa (Anonim, 1979).
Macam- macam emulsi :
1. Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat
tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan- tetesan kecil
lebih mudah dicerna.

2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat
zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di
kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
3. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk
emulsi.
Tipe- tipe emulsi :
1. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar
atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase
eksternal.
2. Tipe emulsi w/o atau m/o : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau
terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase
eksternal.
Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan :
1. Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu bagian mengandung
fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat
reversibel artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal
yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyarian
Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi
3. Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba
atau sebaliknya sifatnya irreversible.

Komponen emulsi :
1. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam
emulsi, terdiri atas :
2. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair
lainnya.
3. Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(bahan pendukung) emulsi tersebut.
4. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator :
Gom Arab : Cara pembuatan air 1,5 kali bobot GOM
Tragacanth : Cara pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
Agar- agar : Cara pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
Condrus : Cara pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
CMC-Na : Cara pembuatan 1-2% cmc-na yang digunakan

Stabilitas emulsi :
Jika didiamkan tidak membentuk gregat.
Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi.
Jika terbentuk gregat, jika dikocok akan homogen kembali.

Penggunaan Sediaan :
Sediaan Oleum lecoris yang akan dibuat adalah emulsi peroral, emulsi adalah sistem
dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan
kecil.

Efek Farmakologi Oleum lecoris :


Minyak ikan mengandung asam lemak-omega (EPA, DHA) yang bekerja anti tumor
karena mendesak arachidonat dari membrane sel dan membentuk prostaglandin baik
(dari tipe E1 dan E3) tanpa efek stimulasi tumor. Oleh karena itu, dianjurkan untuk makan
beberapa kali dalam seminggu ikan berlemak seperti markil, salem, tongkol, herring, dan
sardencis.
Mekanisme Kerja Berdasarkan pendesakan asam arachidonat dari membran sel
sehingga terbentuk prostaglandin E2 dan dengan efek stimulasi pertumbuhan tumir.
Minyak ikan berkhasiat melindungi pasien jantung terhadap mati mendadak akibat infark
jantung sekunder, DHA melindungi terhadap diabetes, menurut perkiraan DHA membuat
membran sel lebih cair (liquid) sehingga menjadi peka bagi daya kerja insulin dan
efeknya. Insulin bekerja lebih efektif dan nilai glukosa menurun. Asam omega 3
memiliki sejumlah khasiat yaitu anti radang yang dapat menstimulasi pertumbuhan
tumor, anti trombosit, memperbaiki efek insulin, menurunkan trigliserida darah,
memperbaiki perkembangan saraf otak dan fungsinya terutam janin dan bayi.
Efek samping pada over dosis dapat berupa perpanjangan waktu perdarahan
berhubung penghambatan penggumpalan pelat darah. Pada dosis tinggi, senyawa ini
dapat menimbulkan perdarahan dihidung.

Uraian bahan :
1. Oleum lecoris Aselli/ Minyak Ikan (FI Edisi III, Halaman 457)
a. Warna : Kuning pucat
b. Rasa : khas, agak manis
c. Bau : khas, tidak tengik
d. Pemerian : Cairan
e. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak
tanah P.
f. Bobot jenis : 0,917 g/ml sampai 0,924 g/ml
g. pH larutan : < 1,2
h. Khasiat dan penggunaan : Sumber vitamin A dan vitamin D

2. Glycerolum/ Gliserin (FI Edisi III, Halaman 271)


a. Warna : Jernih, Tidak berwarna
b. Rasa : Manis diikuti rasa hangat
c. Bau : Tidak berbau
d. Pemerian : Cairan seperti sirup, higroskopik
e. Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol
(95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam minyak lemak.
f. Bobot jenis : 1,255 g/ml sampai 1,260 g/ml, sesuai dengan kadar
98,0% sampai 100,0% C3H8O3
g. Khasiat : Zat tambahan

3. Gummi Arabicum/ Gom Arab (FI Edisi III, Halaman 279)


a. Warna : Putih sampai putih kekuningan
b. Rasa : Tawar seperti lendir
c. Bau : tidak berbau
d. Pemerian : Serbuk
e. Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam
etanol (95%) P.
f. Khasiat : Zat pengemulsi

4. Oleum Cinnamomi/ Minyak Kayu Manis


a. Warna : Kuning
b. Rasa : Rasa khas
c. Bau : Bau khas
d. Pemerian : Cairan, suling segar.
e. Kelarutan : Dalam etanol Larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%)
P, opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari
opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan
0,5 ml perak nitrat 1 N ke dalam campuran 0,5 ml
natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.
f. Khasiat : Zat tambahan, karminativum
5. Aqua destilata/ Air Suling (FI Edisi III, Halaman 96)
a. Warna : Tidak berwarna
b. Rasa : Tidak mempunyai rasa
c. Bau : Tidak berbau
d. Pemerian : Cairan jernih
e. Kegunaan : Zat tambahan atau pelarut
II. Formulasi Standar (FN edisi II hal 217)

Oleum Lecoris Aselli 100 gram

Glycerolum 10 gram

Gummi Arabicum 30 gram

Oleum Cinnamomi gtt VI

Aqua destilata ad 215


III. Formulasi Pengembangan
Oleum Lecoris Aselli 140 gram

Glycerolum 14 gram

Gummi Arabicum 42 gram

Oleum Cinnamomi 9 tetes

Sodium Benzoat 0,1%

Essen dan Flavour q.s

Aqua destilata ad 300 ml

IV. Alat dan Bahan


a. Alat :
1. Mortir dan stamfer
2. Gelas ukur
3. Beaker glass
4. Pipet
5. Timbangan analitik
6. Cawan porselin
7. Batang pengaduk
8. Termometer
9. Piknometer
10. Viskosimeter
11. pH strip
b. Bahan :
1. Oleum lecoris Aselli
2. Glycerolum
3. Gummi arabicum
4. Oleum Cinnamomi
5. Sodium benzoat 0,1%
6. Essen dan Flavour
7. Aqua destilata

V. Dosis
100
Untuk mencapai kadar emulsi 100%, maka = 100% = 33,3%
300
100%
Dosis 1 X pakai untuk mencapai 100%, maka = 5 = 15
33,3%

Untuk pemakaian 15-30 hari, maka di buat :


= Dosis 1 x pakai X 15 hari
= 15 X 15
= 225 ml

VI. Perhitungan dan Penimbangan


1. Oleum lecoris Aselli
100
= 300 = 139,53
215
2. Glycerolum
10
= 300 = 13,95
215
3. Gummi Arabicum
30
= 300 = 41,86
215
4. Oleum Cinnamomi
6
= 300 = 8,37
215
5. Sodium Benzoat
0,1%
= 300 = 0,139 139
215
6. Essen dan Flavour q.s
7. Aqua destilata ad 300 ml
VII. Cara Kerja
Masukkan Gummi Arabicum ke dalam mortir, aduk

Tambahkan
Tambahkandengan
dengansebagian
sebagianOleum
Oleumlecoris
lecorisAselli,
Aselli,aduk
adukad
adhomogen
homogen

Tambahkan dengan
Tambahkan sebagian
dengan air
sebagian

Aduk searah ad terbentuk korpus emulsi (warna putih susu)

Tambahkan sedikit demi sedikit sisa Oleum lecoris Aselli dan Oleum
Cinnamomi, aduk ad homogen + gliserol

Aduk ad homogen

Tambahkan sisa air yang sudah dicampur dengan bahan pewarna


dan pengaroma dankepengawet
Masukkan dalam wadah yang sudah ditara dan beri etiket

Masukkan ke dalam wadah yang suda ditara dan beri etiket

VIII. Etiket

Apotek STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN


Jl. Jombor Indah Km. 1 Buntalan, Klaten (0272) 334455
SIA : 100/SIA/X/2010
Apoteker : Drs. H. Sunyoto, M.Sc., Apt
No. SIPA : KP.01.03.1.3.5778

No. IV Tgl. 07/11/2017


Nama : David(12th)

1 X Sehari 1 Sendok teh

Kocok Dahulu

Sesudah Makan
IX. Prosedur Kerja Kontrol Kualitas
1. Organoleptik : warna, bau, rasa
2. Homogenitas : dilihat dibawah lampu, dilihat partikelnya, homogen atau tidak.
3. Berat Jenis
Cara kerja :
Timbang berat pikno kosong dan kering + tutupnya (misal P gram)

Isi pikno dengan air hingga penuh, lalu direndam dalam es hingga
suhunya 20 dibawah suhu percobaan karena pemuaian.
Lalu air yang menempel di pikno dibersihkan

Timbang pikno beserta isinya (misal p+a gram)

Hitung massa air {(p+a)-p} gram

Volume pikno tersebut sama dengan volume air

Bj = (berat piknometer + air) berat piknometer kosong


volume piknometer

Volume piknometer = (berat piknometer + air) berat piknometer kosong


bj

Hitung bj
Dengan cara :
Timbang berat pikno kosong dan kering + tutupnya

Isi pikno dengan emulsi hingga penuh, lalu direndam dalam es hingga suhunya 20
dibawah suhu percobaan
Pikno ditutup, suhu dinaikkan hingga suhu percobaan. Mestinya bagian emulsi
tumpah karena pemuaian. Lalu emulsi yang menempel di pikno dibersihkan

Timbang pikno besrta isinya

Bj = (berat piknometer + emulsi) berat piknometer kosong


volume piknometer

4. pH : diukur dengan PH strip


5. Viskositas : Viskosimeter
Dengan cara :
Siapkan viskosimeter yang akan digunakan pasang baterai (4XAA)

Pasang viskosimeter pada stand klem. Pastikan viskosimeter pada posisi horizontal
(ditandai dengan gelembung udara pada indikator berada ditengah dalam lingkaran
merah)

Pasang rotor ke unit utama. Untuk memasang, putar sekrup rotor berlawanan arah
jarum jam

Posisikan rotor ditengah cup

Isikan cairan sampel kedalam cup sampai batas tanda (rotor terendam cairan).
Tunggu sesaat agar cairan tenang dan rotor stabil.

Geser klem jarum pengukur pada viskosimeter kebawah (berlawanan arah


terhadap panah).

Nyalakan viskosimeter switch ON


Baca hasil ukur (tunggu hingga gerakkan jarum stabil) pada skala yang sesuai
dengan nomer rotor yang digunakan , bila diketahui pengukuran selanjutnya,
dibersihkan terlebih dahulu cup dan rotor.

Matikan viskosimeter switch OFF setelah pengukuran selesai

Setelah jarum viskosimeter kembali ke posisi awal 0, kembalikan klem jarum


ukur ke posisi semula (searah panah)

Lepaskan viskosimeter dari stand klem dan keluarkan baterai (4XAA)

Bersihkan alat. Selalu simpan dalam kondisi bersih dan kering pada tempatnya.

X. Hasil
1. Organoleptis
Warna = Pink pucat
Bau = Khas bau oleum lecoris aselli
Rasa = Manis
2. Homogenitas = Homogen
3. Berat jenis :
Air
Berat piknometer kosong = 15,8 gram
Piknometer + air = 40,6 gram

Bj air = (berat piknometer + air) berat piknometer kosong


volume piknometer
0,997 = 40,6 gr 15,8 gr
Vp
Vp = 24,8 gr
0,997 g/ml
= 24,87 ml
Emulsi
Berat piknometer kosong = 15,8 gram
Piknometer + emulsi = 41,3 gram
Bj emulsi = (berat piknometer+emulsi) berat piknometer kosong
volume piknometer
= 41,3 gr 15,8 gr
24,87 ml
= 25,5 gr
24,87 ml
= 1,02 gr/ml

4. pH =5
5. Viskositas = 4 dPas
6. Tipe emulsi = Air dalam Minyak (a/m)

XI. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini membuat sediaan cair berupa emulsi. Emulsi adalah
sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Dalam
praktikum kali ini membuat emulsi dengan bahan aktif berupa oleum lecoris aselli atau
minyak ikan. Oleum lecoris aselli berkhasiat sebagai sumber vitamin A dan vitamin D.
Dalam formulasi sirup ini selain zat aktif terdapat zat tambahan berupa glycerolum
sebagai pemanis, gummi arabicum digunakan sebagai zat pengemulsi, oleum cinnamomi
digunakan sebagai zat tambahan dan karminativum (meredakan perut kembung), sodium
benzoat diganti dengan nipagin dikarenakan keterbatasan bahan dan nipagin digunakan
sebagai pengawet emulsi agar sediaan tidak ditumbuhi mikroba. Bahan tambahan
pengaroma rasa jeruk untuk menutupi rasa dan bau yang kurang enak pada zat aktif obat,
serta tidak menggunakan pewarna dikarenakan keterbatasan bahan.
Setelah sediaan jadi, kami melakukan pengujian seperti Uji pH, Uji Organoleptis,
Uji Bobot Jenis, Uji Viskositas, Uji Homogenitas serta Uji Tipe Emulsi. Pertama kami
melakukan uji organoleptis yang bertujuan untuk mengetahui warna, bau, dan rasa pada
sediaan. Sediaan emulsi yang dibuat berwarna pink pucat, bau khas oleum lecoris aselli
dan rasa manis. Kemudian dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui
bahan-bahan obat yang tercampur apakah sediaan tersebut sudah homogen atau belum.
Uji homogenitas ini diuji dengan cara dilihat dibawah cahaya atau lampu dan dilihat
apakah ada partikel atau tidak. Dari hasil praktikum kemarin sediaan emulsi yang dibuat
sudah homogen, artinya pembuatan sediaan emulsi kemari telah memenuhi syarat.
Lalu dihitung berat jenis bertujuan untuk mengetahui berat jenis dari emulsi yang
telah dibuat. Dalam praktikum kemarin berat jenis yang didapat pada emulsi oleum
lecoris aselli (minyak ikan) yaitu 1,02 gr/ml, hal ini sudah benar karena memang
seharusnya demikian bobot jenis sediaan atau emulsi yang seharusnya karena ada zat
yang jumlahnya besar tetapi belum tentu Bj nya lebih besar dari zat yang jumlahnya
lebih sdikit konsentrasinya. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin tinggi bj nya
juga bisa semakin besar. Uji pH bertujuan untuk mengetahui bahwa sediaan emulsi yang
telah dibuat tidak menimbulkan iritasi pada lambung bila dikonsumsi. pH yang terdapat
pada emulsi yang dibuat adalah 5. Hal ini sesuai dengan literatur karena pH tersebut
menunjukkan bahwa emulsi yang telah dibuat dapat dikonsumsi dengan aman karena pH
lambung berkisar antara 4-7. Uji viskositas dan kekentalan yang bertujuan untuk
mengetahui kekentalan pada sediaan. Pada praktikum kemarin didapat hasil viskositas
yaitu 4 dPas. Dan yang terakhit dilakukan uji tipe emulsi yang bertujuan untuk
mengetahui apakah emulsi ini termasuk emulsi tipe m/a atau a/m. Emulsi Minyak Ikan
diteteskan sedikit pada kertas saring, Tipe a/m : meninggalkan noda pada kertas saring
dan Tipe m/a : Tidak meninggalkan noda atau tersebar merata pada kertas saring. Pada
praktikum kemarin tipe emulsi yang didapat adalah a/m (air dalam minyak).

XII.Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Mahasiwa mampu membuat sediaan emulsi oleum lecoris Aselli dengan baik dan
benar
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan emulsi lecoris Aselli:
a. Organoleptik seperti warna: pink pucat, bau: khas oleum lecoris aselli, rasa:
manis.
b. Homogenitas: Homogen
c. Berat jenis emulsi: 1,02 g/ml
d. Ph: 5
e. Viskositas: 4 dpas
f. Tipe emulsi: air dalam minyak (a/m)
XIII. Daftar Pustaka

Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press

Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Jakarta : DepKes RI

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DepKes RI

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : DepKes RI

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI-press

Anda mungkin juga menyukai