Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI SEDIAAN SETENGAH PADAT

EMULSI DENGAN EMULGATOR SISTEM HLB


EMULSI PARAFFIN LIQUID

Praktikum ke

Kelompok

CI-5

Anggota

Dion Damara
Dwi Aji Maulana
Eko Prasetyo
Eufemia Citra
Erma Wanda Mundari
Fadhilah Firdaus

(2010210079)
(2010210083)
(2010210087)
(2010210094)
(2010210090)
(2010210097)

Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
Jakarta
2010

I.

TUJUAN
Membuat sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator alam dan sintesis serta pengaruh bahan
pengental, kemudian diamati stabilitas fisik sediaan farmasi.

II.

TEORI DASAR
Emulsi adalah suatu dispers dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair
yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak tercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispers
dianggap sebagai fase dalam dan medium pendispers sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi
yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan
biasanya diberi tanda sebagai emulsi m/a. sebaliknya emulsi yang mempunai fase dalam air dan
fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi a/m.
Emulsi terdiri dari 2 fase yaitu :
1. Fase dalam atau fase diskontinu atau fase terdispers
Adalah fase yang bertahan dalam bentuk tetesan untuk suatu periode yang lama, sebagai fase
dalam dapat menempati tidak lebih dan kira-kira 74% volume total suatu emulsi.
2. Fase luar atau fase kontinu
Adalah fase yang mengelilingi fase dalam. Untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu
fase ketiga dari emulsi yaitu zat pengemulsi (emulsifying agent).
Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan tiga mekanisme yaitu :
1. Mengurangi tegangan antar muka-stabilitas termodinamis
2. Pembentukan suatu lapisan antar muka yang kaku-pembatas mekanik untuk partikel
penggabungan
3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati partikel-partikel
Bahan-bahan yang perlu ditambahkan ke dalam sediaan emulsi, diantaranya :
1. Bahan pengemulsi sebagai emulgator
Digunakan untuk mencegah koalesensi sehingga tetesan besar menjadi tetesan kecil.
2. Bahan pengemulsi sebagai surfaktan
Digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan antara fase eksternal sehingga proses
emulsifikasi dapat ditingkatkan.
3. Pengental
Digunakan untuk semua emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase air dan fase minyak
mudah terjadi.
4. Antioksidan
Digunakan untuk melindungi emulsi dari proses oksidasi
5. Zat tambahan lainnya, seperti pemanis, pewarna, pewangi.
Ketidakstabilan emulsi, diantaranya :
a. Creaming
Pemisahan emulsi menjadi beberapa lapis cairan, masing-masing lapis melindungi fase
terdispersi yang berbeda.
b. Cracking

Merupakan koalesensi dan pecahnya emulsi, bersifat irreversible karena lapisan


pelindung di sekitar bulatan-bulatan fase terdispersi tidak ada lagi. Usaha untuk
menstabilkan emulgator yaitu dengan pengocokan dan dengan zat pengemulsi tambahan
dan memproses kembali dengan mesin yang sesuai untuk dapat memproduksi emulsi
kembali.
c. Inversi fase
Perubahan yang tiba-tiba dari tipe emulsi m/a menjadi tipe emulsi a/m atau sebaliknya.
d. Demulsifikasi
Proses pemisahan sempurna dari suatu emulsi ke dalam masing-masing komponen cair.
Untuk menentukan tipe emulsi dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Metode zat warna
- Sudan III
Merupakan zat warna yang larut dalam minyak, tetapi tidak larut dalam air jika ke
dalam larutan ditambahkan sudan III, setelah diaduk warna merah menjadi semakin
jelas menunjukan bahwa emulsi adalah tipe a/m, tetapi jika warna merah suram semakin
tidak tampak menunjukkan emulsinya adalah m/a.
-

Metilen blue
Merupakan zat warna yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam minyak. Jika zat ini
diteteskan pada emulsi berwarna seragam maka air merupakan fase luar dan emulsi ini
bertipe m/a.

2. Metode electrical conductivity


Air dapat menghantarkan arus listrik sedangkan minyak tidak. Alatnya terdiri dari kawat
dengan 2 elektrode yang dicelupkan dalam emulsi dan dihubungkan dengan lampu neon.
Jika lampu menyala dalam air maka merupakan medium pendipers dan emulsinya
merupakan tipe m/a. Bila lampu tidak menyala maka minyak merupakan medium pendispers
dan emulsinya adalah tipe a/m.
3. Metode pengenceran fase
Jika ke dalam emulsi ditambahkan sedikit air maka setelah pengocokan dan pengadukan
diperoleh kembali emulsi yang homogen sehingga emulsinya adalah tipe m/a. jika emulsi
dicampur minyak maka akan menyebabkan pecahnya emulsi. Pada emulsi a/m akan
diperoleh sebaliknya.
4. Fluoresensi
Karena minyak berfluoresensi seluruhnya dan emulsinya m/a menunjukkan pola titik-titik.

III.

DATA PREFORMULASI

Zat aktif :
Paraffin Liquid (Handbook of Pharmaceutical Excipients hlm. 314, FI IV hlm. 652, FI
III hlm. 474, Physical Pharmacy hlm. 372)
o Pemerian
: Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak
berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika
dingin dan berbau ketika dipanaskan.
o Kelarutan
: Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air.
Larut
dalam
aseton,
benzene,
kloroform,
karbondisulfida, eter dan petroleum eter, dan jenis minyak
lemak hangat.
o Stabilitas
: Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
o Khasiat/Guna
: Emolient, solvent.
o Dosis/Konsentrasi
: emulsi topikal ( 1,0 32,0 % )
o HLB Butuh
: 10 12 (m/a). 5 6 (a/m)
o OTT
: Dengan Oksidator kuat.
o Penyimpanan
: Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering
dan sejuk.
Zat Tambahan :
Span 80 (Sorbitan Monooleat) (Handbook of Pharmaceutical Excipient hlm.675)
o Pemerian
: Cairan kental seperti minyak berwarna kuning.
o Kelarutan
: Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan
propilen glikol, tercampur dalam alcohol dan methanol,
1
bagian span larut dalam 100 bagian minyak biji kapas, sedikit
larut dalam etil asetat.
o Guna
: emulgator, surfaktan non ionic, peningkat kelarutan dan
pembasah.
o Bobot jenis : 1 g/ml
o Kekentalan : Pada suhu 21C 4500cP.
o Konsentrasi : 1-15 % sebagai emulgator.
o Stabilitas
: Terjadi pembentukan sabun perlahan dengan asam dan
basa kuat, stabilterhadap asam dan basa lemah.
o Penyimpanan : Dalam wadah bertutup rapat dan pada tempat sejuk dan
kering.
o HLB
: 4,3
o OTT
: Dengan asam atau basa kuat.
Tween 80 (FI IV hal 687, Handbook of Pharmaceutical Excipient ed. VI hlm. 549)
o Pemerian
: cairan seperti minyak atau semi gel, kuning hingga

o Kelarutan
o
o
o
o
o
o

Penyimpanan
Kegunaan
Konsentrasi
Stabilitas
OTT
HLB

jingga; berbau khas lemah.


: larut dalam air, tidak larut dalam minyak mineral
dan minyak nabati
: dalam wadah tertutup rapat
: bahan pengemulsi
: 1 10 %
: stabil pada elektrolit dan asam basa lemah
: fenol, tannin, tar dan bahan seperti tar
: 15.0

Na CMC (Excipient hlm. 87)


o Pemerian
: serbuk granula, berwarna hampir putih, tidak berbau
o Kelarutan
: mudah terdispersi dalam air membentuk koloidal, tidak
larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut
organik lain.
o Stabilitas
: stabil dalam pH 2-10
o Kegunaan
: Pengental
o Konsentrasi : 0,25 1 %
o OTT
: dengan asam kuat dan larutan garam dan beberapa
metal seperti aluminium, merkuri dan zinc.
BHT (Buthyl Hydroxy Toluena) (Excipient hlm. 75)
o Pemerian
: padatan Kristal putih atau kuning muda
o Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol.
Larut dalam aseton, benzene, etanol, paraffin cair.
o Stabilitas
: bila terpapar cahaya, lembab, panas dapat menyebabkan
perubahan warna dan aktivitasnya.
o Kegunaan
: antioksidan
o Konsentrasi : 0,01 %
o OTT
: dengan oksidator kuat seperti permanganate, peroksida.
Methyl paraben (Nipagin) (Excipient hlm. 441) (FI 4 hlm.551)
o Rumus empiris
: C8H8O3
o Pemerian
: hablur kecil,tidak berwarna,tidak berbau,atau berbau
Memiliki rasa terbakar
o
Kelarutan
: Sukar larut dalam air,benzene,CCl4,
mudah larut dalam etanol dan eter
o
Kegunan
: Pengawet mikroba
o
Bobot jenis
: 1,352 g/cm3
o
Titik leleh
: 125 128oC
o
Stabilitas
: pada Ph 3-6 akan stabil dalam larutan dapat
Disimpan selama 4 tahun pada suhu ruangan
o OTT
: Inkompatibel dengan subtansi seperti bentonit,
Magnesium trisilikat, talk, tragakan, sorbitol

o Wadah

: simpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat


yang dingin dan kering

Propyl paraben (Nipasol) (Excipent hlm. 596) (FI 4 hlm. 713)


o Rumus empiris
: C10H12O3
o Bobot jenis
: 180,20
o Pemerian
: serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
o Kelarutan
: Sangat larut dalam air, mudah larut dalam etanol
eter,sukar larut dalam air mendidih
o Kegunaan
: Pengawet antibakteri
o Titik leleh
:o Pka
: 8,4 pada suhu 22oc
o Konsentrasi
: Topikal 0,01%-0,6%
o Stabilitas
: pada Ph 3-6 akan stabil dalam larutan dapat
disimpan selama 4 tahun pada suhu ruangan.
o OTT
: Inkompatibel dengan surfaktan nonionic yang
menyebabkan aktivitasnya berkurang dan terbentuk
miselisasi
o Wadah

IV.

: dalam wadah yang tertutup baik, ditempat yang


dingin dan kering

ALAT DAN BAHAN


Alat :
-

Lumpang
Stamper
Beaker glass
Cawan penguap
Botol coklat
Gelas ukur
Batang pengaduk
Pipet tetes
Viskometer Brookfield
Tabung sedimentasi
Mikroskop
Objek glass
Cover glass

Bahan :
-

Paraffin liquidum
Span 80
Tween 80
Na. CMC

Nipagin
Nipasol
BHT
Aquadest

V. FORMULA
Komposisi
Paraffin liquidum
Span 80 dan Tween 80
Na. CMC
Nipagin
BHT
Nipasol
Aquadest

Formula 1
7,5 %
5%
0,5 %
0,03 %
0,1 %
0,01 %
Ad 400 ml

Formula 2
7,5 %
6%
0,5 %
0,03 %
0,1 %
0,01 %
Ad 400 ml

Formula 3
7,5 %
7%
0,5 %
0,03 %
0,1 %
0,01 %
Ad 400 ml

VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


Formula 1
1. Paraffin liquidum = 7,5/100 x 400 ml = 30 g
2. Span 80 dan Tween 80
HLB butuh paraffin liquid = 12
HLB span 80 = 4,3
HLB tween 80 = 15
Jumlah emulgator (span 80 dan tween 80) = 5/100 x 400 ml = 20 g
Span 80
4,3
3 = 3/10,7 x 20 g = 5,61 g
\ /
12
/ \
Tween 80
15
7,7 = 7,7/10,7 x 20 g = 14,391 g
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Na. CMC = 0,5/100 x 400 g = 2g


Nipagin = 0,03% x 400 g = 0,12 g
BHT = 0,1% x 400 g = 0,4 g
Nipasol = 0,01% x 400 g = 0,04 g
Air Na.CMC = 20x 2 g = 40 g
Aquadest = 400 ml (14,39+5,61+30+2+0,12+0,04+0,4+40) = 307,44 ml

Formula 2

1. Paraffin liquidum = 7,5/100 x 400 ml = 30 g


2. Span 80 dan Tween 80
HLB butuh paraffin liquid = 12
HLB span 80 = 4,3
HLB tween 80 = 15
Jumlah emulgator (span 80 dan tween 80) = 6/100 x 400 ml = 24 g
Span 80
4,3
3 = 3/10,7 x 24 g = 6,73 g
\ /
12
/ \
Tween 60
15
7,7 = 7,7/10,7 x 24 g = 17,27 g
3. Na. CMC = 0,5/100 x 400 g = 2g
4. Nipagin = 0,03% x 400 g = 0,12 g
5. BHT = 0,1% x 400 g = 0,4 g
6. Nipasol = 0,01% x 400 g = 0,04 g
7. Air Na.CMC = 20x 2 g = 40 g
8. Aquadest = 400 ml (17,27+6,73+30+2+0,12+0,04+0,4+40) = 323,44 ml
Formula 3
1. Paraffin liquidum = 7,5/100 x 400 ml = 30 g
2. Span 80 dan Tween 80
HLB butuh paraffin liquid = 12
HLB span 80 = 4,3
HLB tween 80 = 15
Jumlah emulgator (span 80 dan tween 60) = 7/100 x 400 ml = 28 g
Span 80
4,3
3 = 3/10,7 x 28 g = 7,85 g
\ /
12
/ \
Tween 60
15
7,7 = 7,7/10,7 x 28 g = 20,15 g
3. Na. CMC = 0,5/100 x 400 g = 2g
4. Nipagin = 0,03% x 400 g = 0,12 g
5. BHT = 0,1% x 400 g = 0,4 g
6. Nipasol = 0,01% x 400 g = 0,04 g
7. Air Na.CMC = 20x 2 g = 40 g
8. Aquadest = 400 ml (20,15+7,85+30+2+0,12+0,04+0,4+40) = 299,44 ml
Penimbangan
Komposisi
Paraffin liquidum
Span 80
Na. CMC
Nipagin
BHT

Formula 1
30,04 gram
5,6 gram
0,5 gram
0,12 gram
0,38 gram

Formula 2
30,04 gram
6,98 gram
0,5 gram
0,12 gram
0,40 gram

Formula 3
30,04 gram
7,8 gram
0,5 gram
0,12 gram
0,40 gram

Nipasol
Tween 80
Aquadest

0,04 gram
14,40 gram
307,44 ml

0,04 gram
17,28 gram
323,44ml

0,04 gram
20,16 gram
299,44 ml

VII. PEMBUATAN
A. Pembuatan pengembangan Na. CMC
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, timbang Na. CMC 0,5 gram untuk
masing-masing formula.
2. Kemudian di taburkan di atas permukaan air panas dalam beaker glass yang telah
dikalibrasi air untuk Na. CMC, dan dikembangkan selama 1x24 jam.
B. Pembuatan sediaan
1.
2.
3.
4.

Siapkan alat dan bahan


Timbang bahan-bahan yang digunakan
Kalibrasi botol 60 ml
Lebur fase minyak ( paraffin liq, bht, span 80 ) dan fase air ( tween 80, air) di wb
pada suhu 60-70 C
5. Masukkan fase minyak ke dalam fase air dengan penggerusan atau pengadukan
konstan sampai terbentuk corpus emulsi
6. Tambahkan nipagin dan nipasol yang sebelumnya dilarutkan dalam air panas.
7. Tambahkan Na. CMC yang telah dikembangkan, gerus ad homogen.
8. Tambahkan sisa aquadest sedikit-sedikit (ad 400 ml), aduk dengan homogenizer
9. Lakukan evaluasi
10. Masukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi, kemas dan beri etiket

VIII. EVALUASI DAN PEMBAHASAN


1. Tipe emulsi
Cara : a. siapkan objek glass dan cover glass
b. teteskan emulsi formula 1 pada objek glass, lakukan duplo
c. teteskan sudan III dan metilen blue
d. lakukan hal yang sama untuk formula 2 dan 3
e. lihat preparat emulsi di bawah mikroskop

Formula

Sudan III

Metilen Blue

Tipe emulsi

m/a

m/a

m/a

2. Viskositas dan rheologi


Alat : Viskometer Stormer
Kv : 20,24 dyne/cm
RPM = 60/t x putaran
Viskositas = Kv x Beban/RPM
Formula 1
BERAT
(W)
50
70
90
110
130
110
90
70
50

WAKTU
(t)
8,30
5,97
4,62
4,17
3,67
4,23
4,80
5,56
8,15

Putaran

RPM

Viskositas

50
50
50
50
50
50
50
50
50

361,445
502,513
649,351
714,424
817,439
709,220
625
539,568
441,718

2,799
2,819
2,805
3,116
3,219
3,139
2,914
2,626
2,291

WAKTU

Putaran

RPM

Viskositas

Formula 2
BERAT

(W)
50
70
90
110
130
110
90
70
50

(t)
16,58
10,22
8,72
4,66
4,35
4,69
8,61
10,48
17,18

50
50
50
50
50
50
50
50
50

180,941
293,542
344,037
643,777
689,655
639,659
348,432
286,260
174,622

5,593
4,827
5,295
3,459
3,815
3,481
5,228
4,949
5,795

Putaran

RPM

Viskositas

50
50
50
50
50
50
50
50
50

169,779
284,360
363,196
464,396
548,446
455,235
366,748
280,112
170,648

5,961
4,982
5,015
4,794
4,798
4,891
4,967
5,058
5,930

Formula 3
BERAT
(W)
50
70
90
110
130
110
90
70
50

WAKTU
(t)
17,67
10,55
8,26
6,46
5,47
6,59
8,18
10,71
17,58

3. Volume sedimentasi
Tabung sedimentasi 25 ml
F=
F = derajat sedimentasi
Vu = volume sedimentasi
Vo = Volume awal
Nilai F semakin mendekati 1 semakin baik
Hari ke
0

Symbol
Vo
Vu

Formula 1 (ml)
50
50

Formula 2 (ml)
50
50

Formula 3 (ml)
50
50

F
Vo
Vu
F
Vo
Vu
F
Vo
Vu
F

1
2
3

1
50
50
1
50
50
1
50
50
1

1
50
22
0,44
50
21
0,42
50
20
0,4

1
50
36
0,72
50
33
0.66
50
31
0,62

4. Ukuran partikel
Cara :
Kalibrasi Skala Okuler
Tempatkan mikrometer di bawah mikroskop, himpitkan garis awal skala okuler
dengan garis awal skala objektif, kemudian tentukan garis kedua yang berhimpit.
tentukan jarak skala okuler.
Buatlah preparat dari emulsi formula 1, 2, dan 3.
Ukurlah partikel sebanyak 100 partikel. Tabelkan.
1 skala okuler = 1 m
Formula 1
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Skala
2
1
1
2
1
1
1
1
3
1
1
1
2
1
1
1
1
1

m
20
10
10
20
10
10
10
10
30
10
10
10
20
10
10
10
10
10

19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.

1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1,5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1

10
10
10
10
20
10
10
10
10
10
10
10
15
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
20
10
20
10
10
10
10
10
10
10
10
10
20
10
10
10
10
10
20
10
10
10

64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.

1
1
1
1
1
2
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
3
1
1
3
1

10
10
10
10
10
20
10
10
10
30
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
20
10
10
10
20
10
10
30
10
10
30
10

Rentang data = data terbesar data terkecil = 30 - 10


Banyak kelas = 1 + 3,3 log n

= 20

= 1 + 3,3 log 100


= 7,6 = 8
Panjang interval kelas

=
= 20/8 = 2,5

Interval kelas = data terkecil + panjang interval kelas


= 10 + 2,5 = 12,5
Rentang
ukuran
(m)
10-12,5
13-15,5
16-18,5
19-21,5
22-24,5
25-27,5
28-30,5
31-33,5

Rata-rata
rentang
ukuran
(d)
11,25
14,24
17,25
20,25
23,25
26,25
29,25
32,25
Total

a. dln =

b. dsn =

c. dvn =
d. dsl =
e. dvs =

Jumlah
partikel pd
tiap rentang
(n)
84
1
0
11
0
0
4
0
100

Nd

nd

nd

nd4

945
14,25
0
22,79
0
0
117
0
1299

10631,25
203,0625
0
4510,6875
0
0
3422,25
0
18767,25

119601,5625
2893,6406
0
91341,4219
0
0
100100,8125
0
313937,4375

1345517,578
41234,3789
0
1849663,793
0
0
2927948,766
0
6164364,516

= 1299/100 = 12,99 m

= 18767,25/1299 = 3,801 m

= 313937,4375/100 = 56,030 m
= 18767,25/1299 = 14,447 m
= 313937,4375/18767,25 = 16,728 m

f. dwn =

= 6164364/313937,4375 = 19,6356 m

Formula 2
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.

Skala
1
1
1
1
1
2
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

m
10
10
10
10
10
20
30
10
10
10
10
10
10
10
20
10
10
10
10
20
10
10
20
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
2
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
30
20
10
30
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

Rentang data = data terbesar data terkecil


= 30 10 = 20
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 100

= 7,6 ~ 8

Panjang interval kelas =


= 20/8 = 2,5
Interval kelas = data terkecil + panjang interval kelas
= 10 + 2,5
Rentang
ukuran
(m)

Rata-rata
rentang
ukuran (d)

10-12,5
13-15,5
16-18,5
19-21,5
22-24,5

11,25
14,24
17,25
20,25
23,25

Jumlah
partikel pd
tiap rentang
(n)
92
0
0
5
0

= 12,5
Nd

nd

nd

nd4

1,035
0
0
101,25
0

11643,75
0
0
2050,3125
0

130992,1875
0
0
41518,8281
0

1473662,109
0
0
840756,2695
0

25-27,5
28-30,5
31-33,5

26,25
29,25
32,25
Total

a. dln =

b. dsn =

c. dvn =

0
3
0
100

0
87,75
0
190,035

0
2566,6875
0
16260,75

= 190,035/100 = 1,9004 m

= 16260,75/100 = 12,7518 m

= 247586,6249/100 = 49,7581 m

d. dsl =

= 16260,75/190,035 = 85,5671 m

e. dvs =

= 247586,6249/16260,75 = 15,2260 m

f. dwn =

= 4510379,953/247586,6249 = 18,2174 m

Formula 3
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Skala
1
1
1
1
3
3
3
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1

m
10
10
10
10
30
30
30
10
10
10
10
10
10
10
10
30
10

0
75075,6093
0
247586,6249

0
2195961,574
0
4510739,953

18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.

1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1

10
10
10
10
20
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
20
10
10
10
10
10
10
10
10
10

63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.

1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

10
10
10
10
10
20
10
10
10
10
30
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
20
10
20
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

Rentang data = data terbesar data terkecil


= 30 10 = 20
Banyak kelas

= 1 + 3,3 log n= 1 + 3,3 log 100

= 7,6 ~ 8

Panjang interval kelas =

= 20/8 = 2,5

Interval kelas = data terkecil + panjang interval kelas = 10 + 2,5

Rentang
ukuran
(m)

10-12,5
13-15,5
16-18,5
19-21,5
22-24,5
25-27,5
28-30,5
31-33,5

Rata-rata
rentang
ukuran (d)

11,25
14,24
17,25
20,25
23,25
26,25
29,25
32,25
Total

a. dln =

b. dsn =

c. dvn =

Jumlah
partikel
pd tiap
rentang
(n)
87
0
0
8
0
0
5
0
100

Nd

nd

nd

nd4

978,75
0
0
162
0
0
146,25
0
1286,95

11010,9375
0
0
3280,5
0
0
4277,8125
0
18569,24

123873,0469
0
0
66430,125
0
0
125126,0516
0
315429,1875

1393571,777
0
0
13453210,031
0
0
3659935,957
0
18506717,758

= 1286,95/100 = 12,8695 m

= 18569,24/100 = 13,6269 m

= 315429,1875/100 = 56,163 m

d. dsl =

= 18569,24/1286,95 = 14,42888 m

e. dvs =

= 315429,1875/18569,24 = 16,987 m

f. dwn =

= 1850717,758/315429,1875 = 5,8673 m

X. PEMBAHASAN

= 12,5

1. Emulsi yang baik harus memperhatikan hal-hal :


emulgator yang digunakan
konsentrasi zat tambahan, misalnya pengental
proses pengerjaan
2. Emulgator yang digunakan adalah Span 80 dan Tween 80 yang termasuk golongan
sorfaktan non ionik. Mekanisme kerjanya adalah menstabilkan emulsi dengan cara
menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan fase air sehingga tegangan
mukanya adalah sama dan mudah tersatukan.
3. Tipe emulsi ini adalah tipe m/a karena ketika zat warna sudan III diteteskan pada emulsi
menyebabkan warna merah pada butir minyak. Meskipun warna merah tidak begitu
terlihat jelas karena sudan III yang tersedia kurang baik (encer).
4. Faktor yang mempengaruhi tipe emulsi adalah :
Proporsi fase yang lebih besar biasanya adalah sebagai fase luar
Jenis emulgator, HLB 3-8 = m/a, HLB 8-16 = a/m
Kelarutan, larut dalam air = emulsi m/a, larut dalam minyak = emulsi a/m
5. Pada perhitungan volume sedimentasi, jika nilai F semakin mendekati 1 maka semakin
baik.
6. Sifat alir formula I, II, dan III adalah mengikuti sifat aliran thiksotropi negatif atau
rheopeksi yaitu sifat alir yang dipengaruhi oleh waktu, penyebabnya adalah
meningkatnya frekuensi tumbukan dari partikel-partikel terdispersi atau molekulmolekul polimer dalam suspensi. Hal ini akan meningkatkan ikatan antar partikel
dengan bertambahnya waktu. Ini mengubah keadaan asli yang terdiri dari sejumlah besar
partikel sendiri-sendiri dan gumpalan-gumpalan kecil menjadi suatu keadaan
keseimbangan yang terdiri dari sejumlah kecil gumpalan-gumpalan yang relatif besar.
Dalam keadaan diam, gumpalan tersebut pecah dan lama-lama kembali ke keadaan
semula yang terdiri dari gumpalan kecil dan partikel tersendiri.
7. Syarat diameter partikel sebuah emulsi adalah antara 0,1-10 m. memenuhi syarat.
Ukuran partikel dapat mempengaruhi kestabilan emulsi (volume sedimentasi) yaitu
ukuran partikel akan semakin bertambah besar dan menarik globul terdispers sehingga
emulsi akan mengalami pemisahan yang dapat berupa cracking atau koalesensi.
Berdasarkan hukum Stokes, laju sedimentasi berbanding lurus dengan diameter
partikelnya.
KESIMPULAN
1. Emulsi ini mempunyai tipe m/a.
2. Viskositas dan sifat alir
Formula I, = 2,892 cps, sifat aliran = thiksotropik negatif
Formula II, = 4,715 cps, sifat aliran = thiksotropik negatif
Formula III, =5,2662 cps, sifat aliran = thiksotropik negatif
Volume sedimentasi
Formula I, F =

Formula II, F =
Formula III, F =
1. Ukuran partikel
Syarat ukuran partikel = 0,1-1 m
Formula I, jumlah partikel terbanyak pada rentang = m
Formula II, jumlah partikel terbanyak pada rentang = m
Formula III, jumlah partikel terbanyak pada rentang = m
2. Jadi, berdasarkan hasil evaluasi formula I yang paling baik karena F mendekati 1,
kekentalan baik, dan ukuran partikel emulsi memenuhi syarat.

XI. DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia, edisi IV.


2. A. Martin, J. Swarbrick, A. Carnmarata, Fisika Farmasi, Edisi III, UI
Press.
3. Handbook of Pharmaceutical Excipients
4. H. Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi III.
5. L. Lachman, H. A. Lieberman, J. L. Kanig, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III.
6. J. D. Sprowls, Prescription Pharmacy, Edisi II.
7. Farmakope Indonesia III, DEPKES RI.

Komposisi :
Mengandung paraffin cair 7,5%
Indikasi :
Pelembut kulit
Efek samping :
Hipersensitifitas terhadap paraffin cair
Aturan pemakaian :
Olehkan pada bagian kulit yang dikehendaki.
Peringatan dan perhatian :
Simpan ditempat kering dan sejuk

KOCOK
DAHULU
Netto : 60 gram

No.Reg : DBL 1201800429 A1


No. Bacth : 123456
Exp. Date : Maret 2015

Diproduksi oleh :
PT. CIZ Farma
Jakarta - Indonesia

Reg no :

Komposisi : mengandung
paraffin cair 7,5%

DBL 1201800429A1
Batch no : KQ901P

Indikasi : melembutkan kulit

Exp date :Mar 2015

Aturan pemakaian :
Oleskan pada bagian tubuh
yang dikehendaki.
Netto : 60 mL

Anda mungkin juga menyukai