Anda di halaman 1dari 38

Oleum Ricini

Kelompok 3

Khoirul Isnan A 141 048


Silva Oktaviani A 151 050
Hary Satrio Pinuji A 151 053
Ria Juhriah A 151 062
Calvilna A 151 079
Zenith Virgina A A 151 080

 
Formula
R/Oleum Ricini 5 mL/15mL
Span 80 2%
Tween 80 2%
Na benzoat 0,1%
BHT 0,02%
Sorbitol 2%
Aquadest q.s 100 mL
 
Alasan Pemilihan Formula
Berikut adalah alasan pemilihan formula :
 Oleum Ricini sebagai zat aktif.
 Span 80 sebagai emulgator fase air.
 Tween 80 sebagai emulgator fase minyak.
 Na CMC sebagai emulgator, karena dapat meningkatkan viskositas
emulsi dan menghambat terjadinya koalesensi butiran minyak dan
air sehingga dapat menstabilkan keadaan emulsi, konsentrasi yang
disunkan 1% sesuai rentang literatur.
 Na Benzoat sebagai pengawet untuk mencegah terjadinya
pertumbuhan bakteri.
 BHT sebagai antioksida, karena dapat mencegah terjadinya
oksidasi yang dapat merusak emulsi.
 Sorbitol digunakan sebagai pemanis.
 Aquadest memiliki persentasi dapat berubah-ubah digunakan
sebagai pelarut (HOPE, Hal : 766)
Monografi Zat Aktif

 Nama zat :Oleum ricini


 Warna : Kuning pucat atau hampir tidak berwarna
 Rasa : Khas, Manis kemudian agak pedas umumnya memualkan
 Bau : Lemah
 Penampilan : Cairan kental, jernih
 Khasiat : Laksativum
 Kelarutan :

a. Kelarutan dalam air : tidak larut


b. Kelarutan dalam etanol : larut dan dapat bercampur dengan etanol mutlak.
c. Kelarutan Lainnya : dapat bercampur dengan asam asetat glasial,
kloroform, eter.
 Titik Lebur : -12°C
 Bobot Jenis : antara 0,957 dan 0,961
Monografi Zat Tambahan
Span 80
 Rumus Molekul : C24H44O6, BM 429
 Warna : Kuning
 Bau : Karakteristik dari asam lemak
 Penampilan : Cair kental
 Khasiat : Agent pengemulsi, surfaktan nonionic, pelarut
agen,pembasah,pendispersi/ pensuspensi
 Kelarutan ( mg/ml)

a. Kelarutan dalam air : Mudah Larut


b. Kelarutan dalam etanol : Mudah larut
c. Kelarutan dalam Paraffin Cair : Sukar Larut
d. Kelarutan dalam Minyak biji kapas : Sukar Larut
 Bobot Jenis sebenarnya : 1.01 gram/cm3
 pH : <8

(Raymond Rowe, C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, hal 675 )


Tween 80
 Warna : kuning
 Penampilan : cair kental
 Khasiat : emulsifying agent
 Kelarutan (mg/ml)

a. Kelarutan dalam air: larut


b. Kelarutan dalam etanol : larut
 pH : 6,0-8,0

(Raymond Rowe, C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, hal


551 )
NaCMC
Warna : putih atau putih kuning gading
Bau : tidak berbau atau hampir tidak berbau
Penampilan : serbuk atau butiran
Khasiat : zat tambahan
Kelarutan :
a. Kelarutan dalam air : larut
b. Kelarutan dalam etanol : tidak larut
c. Lainnya : tidak larut dalam eter, dan dalampelarut organik
lainnya.
Titik lebur : sekitar 227oC dan disekitar 252oC
pH dalam H2O : pH antara 6,5 dan 8,5

(Raymond Rowe, C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient,


6thed, hal 175 )
Na Benzoat
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Penampilan : Bubuk putih / kristal bening
Khasiat : digunakan sebagai tambahan dalam kosmetik.
Kelarutan : larut dalm air , ammonia cair, metanol, etanol

(Raymond Rowe, C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, hal 627)


 
Butylen Hidroxytoluen (BHT)

 Warna : Putih
 Bau : Bau khas lemah
 Penampilan : Hablur padat
 Kelarutan : Tidak larut dalam air dan propilenglikol,mudah larut
dalam etanol, kloroform, eter.
 Kegunaan : Anti oksidan
 Titik lebur : 700 0C
 BJ sebenarnya : 1,031 g/cm3
(Raymond Rowe, C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, hal
627)
Sorbitol

 Warna : Putih atau hampir tidak bewarna


 Rasa : Manis
 Bau : Tidak berbau
 Penampilan : Serbuk, butiran dan kepingan
 Khasiat : Sebagai pemanis
 Ukuran Partikel : 125 – 590 μm
 Kelarutan :sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol,
metanol, asetat
 Titik lebur : 110 – 1120C
 Bobot Jenis Sebenarnya : 1.49 gram/cm3

(Handbook of Pharmaceutical Excepients Edition 6th, hal. 679)


 
Perhitungan Bahan dan Penimbangan
Perhitungan Bahan dan Penimbangan
Perhitungan HLB
Pembuatan Emulsi

 Siapkan alat dan bahan, kemudian kalibrasi botol 100


ml. kembangkan Na CMC dengan aquadest panas 20 ml
ad homogeny didalam beaker glass dan ditambahkan Na
Benzoat, ad homogeny menggunakan alat homogenizer.
Lalu tambahkan tween 80 kedalam Na CMC, ad
homogen masukan oleum ricini dan span 80 dalam
beaker glass, ad homogeny dan tambahkan BHT, ad
homogen (L2). Campurkan semua bahan dihomogenkan
dengan menggunakan alat homogenizer. Campuran
dimasukkan kedalam botol, kemudian ditambahkan
aquadest, ad 100 ml. beri label dan etiket.
Prosedur Evaluasi

1. Organoleptis
 Sampel obat diamati, meliputi : bentuk, warna,
rasa, bau
2. pH
 ph meter dikalibrasi menggunakan buffer standar.
Ukur ph cairan menggunakan ph meter yang
telah dikalibrasi.
3. Massa Jenis
 Piknometer bersih ditimbang, lalu dilakukan
kalibrasi dengan menetapkan bobot air yang baru
dididihkan pada suhu 25֠ C. Kemudian diatur
hungga suhu zat uji ±20֠ C. Kemudian dimasukkan
kedalam pikno. Setelah itu diatur suhu pikno yang
telah diisi hingga 25֠ C, lalu dibuang kelebihan zat
uji dan ditimbang. Bobot pikno kosong dikurangi
dengan bobot pikno yang telah diisi.
4. Volume Terpindahkan
 Tuangkan isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih
dari dua setengah kali volume yang di ukur dan dikalibrasi
secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan
gelembung udara pada waktu dan didiamkan selama lebih
dari 30 menit, jika telah bebas dari gelembung udara ukur
volume dari tiap campuran (Farmakope IV : 1089)

5. Volume Sedimentasi
 Sediaan dimasukkan kedalam tabung sedimen yang berskala.
Volume yang diisikan merupakan volume awal. Setelah
didiamkan beberapa waktu/ hari diamati volume terakhir
dengan terjadinya sedimentasi volume terakhir terhadap
volume yang diuku. (Anief, 1993 : 31).
6. Viskositas
 Pada viscometer Brookfield pasang spindle pada
gantungan, turunkan spindle yang telah dipasang
sampai tercelup kedalam larutan viscometer.
Dipasang stop kontak, dihidupkan motor sampai
menekan tombol. Dibiarkan berputar dan
diperhatikan jarum merah pada skala rpm.
Dicatat angka viscometer yang tertera pada alat.
(Atkhis, 1994).
HASIL EVALUASI
Hasil
Persyaratan Hari ke-
Evaluasi
Literatur 3
0 1 2

Organoleptis          
Rasa Manis (ansel : 19) Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa
Warna   Putih Putih Putih Putih
Bau   Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Ph 6-7 6,39 6,54 6,58 6,53
Bobot Jenis   0,992 1,0206 1,0039 1,0027
(g/ml)
Viskositas (cp) Kurang kental (ansel 2800 2400 2160 2000
: 19)
Volume tidak kurang dari
Terpindahkan (ml) 100% dan tidak
satupun volume
wadah yang kurang 98 98 98,5 98
dari 95%. (FIIV :
1089)
 
Volume F= 1 (Anief, 1993:
(c-) 0,266 0,71 0,66 0,62
Sedimentasi 31)
Pembahasan
 Pada praktikum ini dilakukan pembuatan emulsi oleum
ricini. Emulsi merupakan campuran dari dua cairan yaitu
fase minyak dan fase air yang tidak dapat bercampur dalam
keadaan normal, namun dengan adanya bantuan dari suatu
emulgator keduanya dapat bercampur menjadi homogen..
 Secara farmakologis, Oleum ricini berkhasiat sebagai
laksativum dengan dosis lazim 5 ml sampai 40 ml per hari.
Pembuatan emulsi
 Pada praktikum ini proses pencampuran dilakukan dengan
menggunakan alat homogenizer dengan kecepatan 12.000
rpm selama 15 menit.
 Zat tambahannya digunakan surfaktan berupa Na.CMC untuk
memperkecil tegangan permukaan dan sebagai pembatas
antara air dan minyak. Kemudian untuk menghindari
terjadinya oksidasi ditambahkan BHT (butyl hidroksi asetat)
sebagai antioksidan yang mencegah ketengikan pada oleum
ricini tersebut. Na benzoate digunakan sebagai pengawet
untuk mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri dan jamur.
Pada pembuatan emulsi perlu ditambahkan pengawet untuk
mencegah pertumbuhan mikroba yang dapat menyebabkan
kerusakan atau penguraian emulgator alam atau minyak alam
sehingga emulsi pecah. Untuk memperbaiki rasa ditambahkan
sorbitol sebagai pemanis.
 Pembuatan emulsi ini dimulai dengan pembuatan musilago Na
CMC dalam air panas karena Na CMC mudah larut dalam air
panas. Selain itu, pada pemanasan dapat terjadi pengurangan
viskositas yang bersifat reversible. Selanjutnya dilakukan
pencampuran emulgator fase minyak dan fase air
 Evaluasi pertama yaitu evaluasi organoleptis untuk mengetahui
kestabilan fisik dari sediaan. Secara organoleptis, menunjukkan hasil
yang stabil dari bentuk,warna maupun rasa. Hal ini dikarenakan zat
aktif dan zat tambahan yang digunakan sesuai dengan formula dan
bekerja sesuai fungsinya masing-masing.

 Evaluasi yang kedua yaitu uji pH yang bertujuan untuk melihat tingkat
keasaman sediaan emulsi .Berdasarkan hasil evaluasi pH emulsi yang
dihasilkan cukup stabil yaitu berada pada rentang 6,39-6,57 sehingga
eliksir tersebut dapat diterima dalam tubuh. Hasil pengamatan
menujukan terjadinya peningkatan pH hal tersebut disebabkan karena
semakin lama penyimpanan pada suhu ruang akan semakin banyak
basa yang dihasilkan akibat semakin meningkatnya aktivitas
mikroorganisme yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya
ketengikan yang tidak berfungsinya pengawet (BHT) dengan baik
 Evaluasi yang ketiga yaitu uji viskositas. Hasil
pengujian menunjukan viskositas mengalami
penurunan hal tersebut disebabkan karena adanya
perubahan stabilitas dari sediaan emulsi tersebut.
Pada viskositas yang rendah fase terdispersi
(globul) akan lebih mudah bergerak dalam
medium pendispersinya sehingga peluang
terjadinya tabrakan antara sesama globul semakin
tinggi dan globul cenderung bergabung menjadi
partikel yang lebih besar dan menggumpal.
 Evaluasi yang keempat yaitu Bobot Jenis (BJ). Pada hari
pertama hingga hari yang ketiga didapatkan hasil nilai BJ
yang menurun, hal ini seiring dengan penurunan dalam nilai
viskositas. Karena nilai viskositas ditentukan pula dengan nilai
BJ. Semakin kecil nilai BJ, semakin kecil viskositas tersebut,
semakin encer sediaan tersebut. Namun hasil BJ sesuai
dengan yang tertera dalam literature yaitu > 1 g / mL.
 Evaluasi yang kelima yaitu volume terpindahkan. Hasilnya
dimana volume terpindahkan tidak kurang dari 95% yang
menandakan volume sesuai dengan yang telah ditentukan,
walaupun ada yang sedikit menempel dalam botol, tapi tetap
masuk dalam batas toleransi.
 Evaluasi keenam yaitu volume sedimentasi.Dari
hasil pengujian didapatkan volume sedimentasi
yang semakin bertambah hal tersebut disebabkan
karena ketidak homogenan antara fase minyak
dan fase air pada saat proses pencampuran dan
emulgator yang digunakan kurang berfungsi
dengan baik.
Kesimpulan
 Emulsi Oleum Ricini yang dibuat pada praktikum
ini sebanyak 100 ml dalam setiap 10 botol.
 Hasil dari semua pengujian menunjukkan bahwa
secara keseluruhan emulsi ini baik, stabil dan
memenuhi persyaratan.
DAFTAR PUSTAKA
 
 Bethesda, Maryland. 2011. AHFS Drug Information Essentials. American Society of
Health – System Pharmacis)
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. EdisiV.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
 Duke, James A., 2002. Handbook of Medical Herbs. Edisi Kedua. New York : CRC
Press LLC.
 Kasim, Fauzi,dkk.2014.iso Indonesia.Volume ke-49.Jakarta:PT ISFI Penerbitan.
 Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi
ketoga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press.
 Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey, and Sian C. Owen. 2006. Handbook of
Pharmaceutical Excipients 5th Ed. Wasington DC and London : Pharmaceutical Press.
  
LAMPIRAN
Perhitungan Hasil Evaluasi
Bobot Jenis
VISKOSITAS
 Menggunakan Spindel No. 63.
 Dengan kecepatan 3 rpm.
 Hari ke-0

Viskositas=7 x 400 = 2800 cp


 Hari ke-1

Viskositas=6 x 400 = 2400 cp


 Hari ke-2

Viskositas=5,4 x 400 = 2160


 Hari ke-3

Viskositas=5 x 400 = 2000


Volume Sedimentasi
Lampiran pH
7

5
pH

4
Series 2

0
Hari ke -0 Hari ke -1 Hari ke -2 Hari ke -3
Lampiran Bobot Jenis
6

Bobot Jenis 4
(g/mL)

3 Series 2

0
Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Volume Terpindahkan
120

100

Volume Terpindahkan
(mL) 80

60

Series 2
40

20

0
Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Volume Sedimentasi
6

4
Volume
Sedimentasi
Series 2
3

0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai