Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA DAN LIQUID

LOTION VITAMIN E

DOSEN : Yayah Siti Juariah, S. Si, MSi, Apt


DISUSUN OLEH : Permata Dona 18330123
Hudia Akmalia Azzahra 18330124
Dita Masruroh 18330132
Desi Suci Ngercoantini 18330138
Marlina Griaswaty Nainggolan 18330142

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2020
KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Laporan Praktikum Semi Solid dan liquid.

Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan dosen dan orang tua, sehingga kendala-kendala penulis dapat teratasi.

Semoga Laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada  dosen pembimbing  kami 
meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan makalah kami  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

  Jakarta, 18 Juni 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan Praktikum.................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Emulsi..............................................................................................7
2.2 Penggologan Emulsi...........................................................................................7
2.3 Komponen Sediaan............................................................................................8
2.4 Macam-macam sediaan Emulsi..........................................................................9
2.5 Teori Emulsifikasi...............................................................................................10
2.6 Cara Pembuatan.................................................................................................10
2.7 Evaluasi Sediaan................................................................................................11
2.8 Ketidak Stabilan Emulsi.....................................................................................12
2.9 Persyaratan Sediaan...........................................................................................12
2.10 Ciri – Ciri Sediaan Lotion..................................................................................13
2.11 Keuntungan Sedian Lotion ...............................................................................13
2.12 Kerugian Sediaan Lotion....................................................................................14
2.13 Macam-macam Lotion.......................................................................................14

3
2.14 Hal-hal yang Harus diperhatikan Dalam Pembuatan Lotion.............................14
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat.....................................................................................................................16
3.2 Bahan..................................................................................................................16
3.3 Prosedur..............................................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................18
BAB V PENUTUP..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21
PERUMUSAN KARAKTER SEDIAAN...........................................................................22
DATA PRAFORMULASI BAHAN AKTIF......................................................................23
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN...........................................................24
FORMULIR PEMECAHAN MASALAH..........................................................................30
RANCANGAN FORMULA DAN PENIMBANGAN.......................................................33
PROSEDUR TETAP PEMBUATAN LOTION VIT E......................................................34
INTRUKSI KERJA.............................................................................................................35
SPESIFIKASI PRODUK JADI YANG DI INGINKAN....................................................49
LAMPIRAN........................................................................................................................58

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin ditemukan di berbagai jenis makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, sereal (biji-bijian), daging, ikan dan produk-produk susu.
Kadar vitamin termasuk penyimpanan dan pengolahannya tergantung dari jenis makanan itu sendiri. Penyimpanan dan pengolahan yang
lama akan mengurangi kadar vitamin di dalam makanan. Sebuah tema yang sangat menarik tentunya apabila kita mengetahui betapa
pentingnya ilmu yang akan kita pelajari ini. Karena melalui makalah inilah penulis berupaya mempresentasikan mengenai definisi, peranan
dan juga sumber vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh, terutama vitamin E.
Vitamin E adalah jenis vitamin yang larut dalam lemak dan mempunyai efek antioksidan. Vitamin E penting untuk fungsi dan
perkembangan tubuh. Obat ini juga berpengaruh penting dalam kekuatan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan sel, kesehatan mata, dan
kesehatan kulit. Vitamin E bisa ditemukan pada banyak makanan, seperti sayuran berdaun hijau, minyak nabati, margarin, daging sapi,
daging unggas, telur, buah, kacang-kacangan, dan sereal yang difortifikasi.
Vitamin E sangat baik untuk kesehatan kulit, maka dari itu vitamin E juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan lotion. Lotion adalah sediaan
kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung airlebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber
lembab bagi kulit,memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badanmenjadi lembut, tetapi tidak berasa
berminyak dan mudah dioleskan. Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang digunakan pada kulit tanpa
digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yangtersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa
air.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan-tahapan pembuatan lotion vitamin E ?
2. Bagaimana praformulasi dan formulasi dari sediaan lotion vitamin E ?

5
3. Bagaimana evaluasi pada sediaan lotion vitamin E ?

1.3 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui tahapan-tahapan pembuatan lotion vitamin E.
2. Untuk mengetahui praformulasi dan formulasi dari sediaan lotion vitamin E.
3. Untuk mengetahui evaluasi pada sediaan lotion vitamin E.

1.4 Prinsip Praktikum

Pencampuran beberapa bahan yang disertai pengadukan dan pemanasan yang sempurna. Bahan dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu
bahan yang larut minyak dan bahan yang larut air. Bahan-bahan yang termasuk fase minyak antara lain Vitamin E, Asam Stearat, Paraffin
cair, Setil Alkohol, Nipasol, Oleum Rosae. Sedangkan bahan-bahan yang termasuk fase air adalah Vitamin C, Trietanolamin, Gliserin,
Nipagin, Aquadest.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Emulsi


Umum :
Emulsi adalah  campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air.

Farmakope Indonesia IV
Emulsi adalah sistem 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang ain dalam bentuk tetesan kecil. Emusi dapat
distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalsensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan
akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.
2.2 Penggolongan Tipe Emulsi
Tipe emulsi ada 2 macam, yaitu:
1. Tipe emulsi M/A, dimana tetesan minyak terdispersi dalam fase air.
2. Tipe emulsi A/M, dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak.
Cara pengujian tipe emulsi, yaitu:
1. Metode konduktifitas listrik. Alatnya terdiri dari kawat, stop kontak, lampu neon yang semuanya dihubungkan secara seri. Lampu neon
akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam emulsi tipe M/A, lampu akan mati jika dicelupkan pada tipe A/M.
2. Metode Pengenceran fase. Jika ditambah dengan air akan segera diencerkan maka tipe emulsi adalah M/A, jika tidak dapat diencerkan
adalah tipe A/m.
3. Metode pemberian warma. a. Jika ditambahkan larutan Sudan III (larut dalam minyak), akan terjadi wama merah, maka tipe emulsi
adalah A/M. b. Jika ditambahkan larutan Metilen blue (larut dalam air), akan terjadi wama biru, maka tipe emulsi adalah M/A.

7
4. Metode pembasahan kertas saring Jika emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring, maka emulsi M/A dalam waktu singkat
menyebar dan membentuk cincin air disekeliling tetesan.
2.3 Komponen Sediaan
1. Zat aktif
2. Bahan Pengemulsi/emulgator Bahan pengemulsi menstabilkan dengan cara:
a. Menempati permukaan antara tetesan dan fase ekstemal dengan pembuatan batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi.
b. Mengurangi tegangan antar permukaan antara 2 fase sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran. Jenis bahan
yang umumnya digunakan sebagai zat pengemulsi yaitu:
a. Bahan Karbohidrat Contohnya: Akasia/gom, tragakan, agar, kondrus, dan pectin.
b. Protein Contohnya: Gelatin, kuning telur, kacein.
c. Alkohol dengan bobot molekul tinggi Contohnya: Steryl alcohol, Cetyl Alcohol, Gliseril mono stearat.
d. Zat-zat pembasah. - Bersifat anionik, contoh: Trietanol amin (TEA), Natrium laurylsulfat. - Bersifat kationik, contoh:
Benzalkonium klorida. - Bersifat non ionik, contoh: Sorbitan mono oleat (span 80).
3. Zat Tambahan Pemilihan zat tambahan tergantung dari karakter zat aktif dan karakter sediaan yang akan dibuat. Macam-macam zat
tambahan yang bisa dipakai yaitu:
a. Zat pewarna untuk menutupi penampilan yang tidak menarik serta meningkatkan penerimaan pasien. Yang harus diperhatikan dalam
pemilihan zat warna yaitu: kelarutan, stabilitas, ketercampuran, konsentrasi zat wama dalam campuran, sesuai dengan rasa sediaan, pH
sediaan.
b. Zat pengawet Zat pengawet yang digunakan yang tidak toksik, tidak berbau, stabil dan dapat bercampur dengan komponen lain
didalam fomula, potensi antibakterinya luas. Contonya yaitu: - Tipe asam : Asam benzoat, asam sorbet - Ester : Nipagin, nipasol -
Aldehid : Vanilin - Fenol : fenol, kresol, klorbutanol - Senyawa quartener : Benzalkonium klorid.

8
c. Antioksidan Terjadi auto oksidasi minyak dapat menimbulkan bau tengik, contoh antioksidan yaitu: asam galat, asam askorbat,
tokoferol, BHT, BHA, dll.
2.4 Macam- Macam Sediaan Emulsi
1. Emulsi oral :
a. Emulsi minyak ikan cod
b. Emulsi paraffin liquid
c. Emulsi minyak jarak
2. Emulsi Topikal
a. Lotion Lotion lebih disukai dari pada krim dalam aplikasi tertentu. Lotion didefinisikan sebagai krim encer. Lotion juga termasuk
emulsi tetapi mengandung lilin dan minyak yang lebih sedikit dibandingkan dengan krim sehingga terasa ringan dan tidak lengket.
Bentuk lotion digunakan untuk produk seperti lotion kulit dan wajah. Dibandingkan dengan krim, umumnya lotion lebih mudah
diproduksi kerana lebih encer, waktu pemanasan dan pendinginannya lebih cepat.
b. Shampo Shampo adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud keramas rambut sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut
menjadi bersih dan sedapat mungkin rambut menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau. Shampo emulsi mudah dituang karena
konsistensinya tidak begitu kental. Pada dasarnya shampo emulsi dapat dibuat dari deterjen cair jernih yang dicampur dengan zat
pengemulsi.
2.5 Teori Emulsifikasi
Ada 3 teori tentang pembentukan emulsi, yaitu :
1. Teori Tegangan Permukaan Teori ini menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila ditambahkan suatu substansi yang menurunkan tegangan
antar muka diantara 2 cairan yang tidak bercampur.

9
2. Teori Orientasi Bentuk Baji Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi dengan dasar adanya kelarutan selektif dari bagian
molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka terhadap air atau mudah larut dalam air (hidrofil) dan ada bagian yang suka dengan
minyak atau larut dalam minyak (lifofil).
3. Teori Film Plastik Teori ini menjelaskan bahwa emulgator ini mengendap pada permukan masingmasing butir tetesan fase dispersi dalam
bentuk film yang plastis. Surfaktan dapat membantu pembentukan emulsi dengan mengabsorpsi antar muka, dengan menurunkan
tegangan iterfasial dan bekerja sebagai pelindung agar butir-butir tetesan tidak bersatu.
Emulgator membantu terbentuknya emulsi dengan 3 jalan, yaitu :
1. Penurunan tegangan antar muka (stabilisasi termodinamika).
2. Terbentuknya film antar muka yang kaku (pelindung mekanik terhadap …..koalesen).
3. Terbentuknya lapisan ganda listrik, merupakan pelindung listrik dari pertikel.

2.6 Cara Pembuatan


1. Metode Gom Basah (Metode Inggris) Yaitu dengan membuat mucilago yang kental dengn sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit
demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, ditambahkan air sedikit demi sedikit agar mudah diaduk dan diaduk lagi
ditambah sisa minyak. Bila semua minyak sudah masuk ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang dikehendaki. Cara ini
digunakan terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan dulu dengan air. Contohnya adalah kuning
telur, methyl selulosa.
2. Metode Gom Kering Metode ini juga disebut metode 4:2:1 (4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom), Selanjutnya sisa air dan
bahan lain ditambahkan. Caranya ialah 4 bagian minyak dan 1 bagian gom diaduk dan dicampur dalam mortir yang kering dan bersih
sampai tercampur benar, lalu ditambahkan 2 bagian air sampai terjadi corpus emulsi. Tambahkan sirup dan tambahkan sisa air sedikit
demi sedikit, bila ada cairan alkohol hendaklah ditambahkan setelah diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi.
3. Metode Baudrimont Menggunakan perbandingan minyak : gom : air = 10 : 5: 7,5 dalam pembuatan korpus emulsi.

10
4. Metode HLB Dalam hal ini berhubungan dengan sifat-sifat molekul surfaktan mengenal sifat relatif dari keseimbangan HLB (Hydrophiel-
Lyphopiel Balance). Emulgator mempunyai suatu bagian hidrifilik dan suatu bagian liofilik dengan salah satu diantaranya lebih atau
kurang dominan dalam bentuk tipe emulsi. Tahun 1933 Clayton telah membuat sifat relatif dari keseimbangan Hidrofil-lipofil yang
disebut nilai HLB. Makin rendah nilai HLB surfaktan maka makin lipofil, sedangkan makin tinggi nilai HLB maka makin bersifat
hidrofil.
Nilai HLB 1,8-8,6 seperti span dianggap lipofil dan umumnya membentuk tipe emulsi A/M. Nilai HLB 9,6 – 16,7 seperti Tween
dianggap hidrofil yang pada umumnya membentuk emulsi tipe M/A. A. Cara menghitung nilai HLB campuran surfaktan. Contoh: R/
Tween 80 70% HLB = 15 % Span 80 30% HLB = 4,3 % Maka: Tween 80 = 70% x 15 = 10,5 Span 80 = 30% x 4,3 = 1,3 + HLB
campuran = 11,8 Campuran emulgator Tween dan Span 80 dengan nilai HLB 11,8 bersifat hidrofil dan akan membentuk emulsi tipe
M/A. B. Cara menghitung HLB yang dipertukan dari campuran zat. Contoh: Akan dibuat lotion tipe M/A yang mengandung paraffin cair
sebagai dasar, lanolin sebagai emolien dan setil alcohol sebagai kontrol viskositas.
2.7 Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis
2. pH
3. Viskositas
4. Uji efektifitas pengawet

2.8 Ketidak Stabilan Emulsi


1. Flokulasi dan Creaming Merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana masingmasing lapis mengandung fase
dispersi yang berbeda.
2. Koalesen dan pecahnya emulsi (Craking atau breaking) Pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali. Penggojokkan sederhana akan
gagal untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil.

11
3. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya.

2.9 Persyaratan Sediaan Lotion


1. Organoleptis (berupa bentuk, warna dan bau)
2. Homogenitas
Homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. 
3. Stabilitas
Kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan
4. PH yang sesuai
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Ph lotion antara 4-7.
5. Penyebaran partikel yang merata
Ukuran partikel harus sama rata, tidak terdapat perbedaan partikel kasar maupun partikel halusnya.

6. Viksositas yang sesuai


Ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar kecilnya gesekan internal fluida. Kekentalah harus disesuaikan dengan ciri-ciri
sediaan losio.
7. Daya serap obat 
Merupakan efek yang dapat ditimbulkan setelah penggunan losio.
2.10 Ciri – Ciri Sediaan Lotion
1. Merupakan cairan kental

12
2. Zat terdispersi secara merata
3. Ukuran partikel kecil
4. Tidak lengket pada kulit
5. Solutio biasanya tipe M/A
6. Lebih mudah digunakan (penyebaran losio lebih merata daripada krim)
7. Lebih ekonoms (Lotio menyebar dalam lapisan tipis)

2.11 Keuntungan Sedian Lotion


1. Lebih ekonomis
2. Lebih mudah digunakan
3. Penyebaran lotion lebih merata dari pada bentuk krim
4. Umumnya menyebar dalam lapisan tipis
5. Umumnya dosis yang digunakan lebih rendah dan kerja sistemnya rendah.
6. Menimbulkan efek dingin setelah kandungan air berevaporasi
7. Mudah diaplikasikan pada daerah berambut
8. Dapat digunakan pada dermatosis eksudatif, infeksi jamur atau bakteri

2.12 Kerugian Sediaan Lotion


1. Bahaya alergi umumnya lebih besar
2. Penyimpanan BSO Lotion tidak tahan lama
3. BSO kurang praktis dibawa kemana-mana
4. Kemampuan hidrasi lebih rendah dibandingkan salep atau krim

13
2.13 Macam – Macam Lotion
1. Lotion dapat berbentuk solutio
Larutan adalah sediaan cairan yang tercampur homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis.
2. Lotion dapat berbentuk suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
3. Lotion dapat berbentuk emulsi
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa. Emulsi tipe M/A
atau O/W (tipe emulsi dimana tetes minyak terdispersi merata kedalam fase air).
2.14 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Lotion
1. Ukuran partikel
2. Energi yang dibutuhkan
3. Kondisi selama pembuatan
4. Masalah yang paling utama dalam pembuatan emulsi kosmetik adalah minyak dan air tidak dapat bercampur. Hal ini disebabkan oleh
tingginya tegangan permukaan antarfase sehingga surface energy system juga akan meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut maka
tegangan permukaan harus diturunkan.

Kegunaan lotion :
a. Antibiotik
b. Antiseptik
c. Anti jamur (anti fungi)
d. Kortikosteroid
e. Anti- jerawat 

14
f. Menenangkan, smoothing (pelembut), pelembab atau agen pelindung
g. Pijat
h. Memperbaiki kulit (estetika)
i. Selain penggunaan untuk medis, lotion banyak digunakan untuk perawatan kulit serta kosmetik.

15
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
1. Mortir dan stamfer 7. Waterbath
2. Beker glass 8. Sendok tanduk
3. Gelas ukur 9. Cawan
4. Sudip 10. Kaca objek
5. Batang pengaduk 11. Kaca arloji
6. Timbangan analitik

3.2 Bahan
1. Vitamin E 5. Gliserin 9. Parafin cair
2. BHT 6. Nipagin 10. Setil alkohol
3. Asam stearat 7. Nipasol 11. Aquadest
4. Trietanolamin (TEA) 8. Oleum rosae

3.3 Prosedur
1. Bersihkan alat dan bahan disiapkan
2. Bahan-bahan pembuatan lotion yang diperlukan ditimbang, siapkan botol 60 ml, siapkan mortir hangat
3. Timbang masing-masing bahan yang digunakan
4. Masukkan asam stearat, parafin cair, setil alkohol kedalam cawan porselin, lelehkan dengan suhu yang konstan, masukkan kedalam
mortir hangat gerus halus

16
5. Masukkan TEA dan gliserin aduk ad homogen
6. Masukkan nipagin dan nipasol kedalam mortir aduk ad homogen
7. Tambahkan air hangat sedikit demi sedikit
8. Masukkan BHT dan vitamin E aduk ad homogen
9. Tambahkan aquadest ad 60 ml
10. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit, kemudian aduk dengan kecepatan sedang hingga sediaan menjadi dingin
11. Tambahkan oleum rosae kedalam campuran basis dan tambahakan pewarna yang cocok.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat,
yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan menjadi lembut,
tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion (losion tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini
di pasaran. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air.
Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi
efek penyejuknya. Sediaan lotion merupakan sistem dispersi semisolid yang termasuk emulsi, yaitu sistem dispersi antara air dan minyak.

Dalam praktikum ini pembuatan lotion memiliki kandungan utama vitamin E. Vitamin merupakan nutrisi tanpa kalori yang penting dan
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh manusia. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia, tetapi diperoleh dari makanan sehari-hari.
Fungsi khusus vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi enzimatik. Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi
tubuh lainnya, termasuk regenerasi kulit, penglihatan, sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh dan pembekuan darah. Vitamin E (alfa-
tokoferol) adalah suatu antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh terhadap kerusakan oleh senyawa kimia reaktif yang dikenal sebagai radikal
bebas.

Pembuatan lotion selain bahan aktif vitamin E juga menggunakan bahan-bahan tambahan seperti BHT yang berfungsi sebagai
antioksidan, asam stearat sebagai emulgator, TEA sebagai emulgator dan humektan, parafin cair dan setil alkohol sebagai emolien, gliserin
sebagai humektan, nipagin dan nipasol sebagai pengawet, ol rosae sebagai pewangi dan aquadest sebagai pelarut. Pada pembuatannya fase
minyak dilarutkan terlebih dahulu asam stearat, setil alkohol dan parafin dilebur dalam waterbath terlebih dahulu kemudiaan dimasukkan
kedalam mortir panas. Penggunaan mortir panas bertujuan untuk menstabilkan sifat fisik bahan yang sudah dileburkan, karena bahan memiliki
sifat titik leleh yang rendah sehingga perlunya pemanasan. Kemudian ditambahkan TEA dan gliserin, pada pencampurannya mungkin terlalu

18
banyak menggunakan TEA sehingga hasil sedikit berbusa dan mengembang. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi teknik penggerusan. Setelah itu
ditambah nipagin dan nipasol serta penambahan sedikit demi sedikit air panas dan gerus stabil. Penggunaan air panas sebagai pelarut bertujuan
untuk penstabil karena sediaan merupakan campuran antara air dan minyak. Kemudian zat aktif berupa vit C dan vit E ditambahan, pencampuran
terakhir yaitu pewarna dan pengaroma.

Pada tahapan terakhir yaitu evaluasi sediaan. Evaluasi yang dilakukan diantaranya pH sediaan, organoleptis, tipe lotion dan
homogenitas. pH yang didapat dari sediaan jadi yaitu 7, angka tersebut menunjukkan hasil yang sesuai dengan persyaratan pH lotion. Pengujian
secara organoleptis sesuai dengan syarat yaitu bau ol.rosae dan warna pink muda. Untuk pengujian tipe lotion dan homogenitas juga sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang diinginkan, tipe lotion minyak dalam air, sediaan homogen dan tidak lengket saat diaplikasikan kedalam kulit.

19
BAB VI
PENUTUP

1. Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu
sebagai sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan menjadi lembut,
tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. 
2. Pada pembuatannya mungkin terlalu banyak dalam pengunaan TEA ataupun teknik penggerusan dan pembuatan yang tidak sesuai sehingga
sediaan menjadi mengembang dan berbusa.
3. Lotion Vitamin E yang dibuat memiliki pH 7, tipe M/A, homogen, tidak lengket di kulit, warna pink muda dan bau ol. Rosae

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif,Moh. 2007. Farmasetika. Gajah Mada University : Yogyakarta


2. Arif,Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University : Yogyakarta
3. Ansel,Howard. 1989. Pengantar bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI Press.
4. Anonim. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
5. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
6. Anonim.1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Depkes RI : Jakarta
7. Anonim. 1911. The British Farmaceutical Codex. Diterbitkan oleh Dewan Pharmaceutical Society of Great Britain. 
8. Gad, S.C. 2008 . Pharmaceutical Manufacturing Handbook. Published by John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jers, Canada.
9. Kurniawan, Dhadang. 2011. Teknologi Sediaan Farmasi. Laboratorium Farmasetika Unsoed. Purwokerto.
10. Sularto. (1995). Pengantar Ilmu Kosmetik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
11. Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

21
PERUMUSAN KARAKTER SEDIAAN

Nama Sediaan Jadi : Lotion vit E

No Parameter Satuan Spesifikasi Sediaan yang Akan Dibuat Syarat Farmakope Syarat Lain
1 Organoleptis
 Bau Beraroma jeruk Cairan kental, tidak berbau,
 Rasa - Tidak berasa tidak berasa dan tidak -
 Warna Tidak berwarna berwarna
 Bentuk Cairan tidak terlalu kental,
2 pH - 4,2-7,0 4,2-7,0 4,2-7,0
3 Sifat Alir Tiksotropik Plastik, pseudoplastik,
- Harus mudah dituang dan terdispersi Tiksotropik -
kembali
4 Viskositas Kekentalan emulsi tidak terlalu tinggi agar Kekentalan emulsi tidak terlalu
Cps mudah dikocok dan dituang tinggi agar mudah dikocok dan -
dituang
5 Volume Ml 60 ml - -
6 Penandaan
Logo : - -
Tanda : bulat hijau
Etiket sesuai monografi

DATA PRAFORMULASI BAHAN AKTIF

22
Bahan Aktif : Tokoferol, vitamin E

(Farmakope Indonesia Edisi III Hal 606)


No Parameter Data
1 Pemerian Tokoferol tidak berbau, atau sedikit ber- bau, tidak berasa atau sedikit berasa. Alfa-tikoferol atau alfa-
tokoferil asetat, cairan seperti; minyak, kuning, jernih,d-alfa-tokoferil asetatpada suhu dingin bentuk
padat
2 Kelarutan alfa-tokoferil asam suksinat praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam minya, sangat mudah
larut dalam klorof orm P, bentuk lain tokoferol praktis tidak larut dalam air, , dalam etanol (95%) P

3 Indikasi Sebagai antioksidan


4 Dosis Lazim 0,5% - 1%
5 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, dan hindarkan dari panas berlebih

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN


Bahan Anntioksidan : BHT (Butyl Hidroksi Toluen)

23
(Farmakope Indonesia edisis III 664)
No Parameter Data
1 Pemerian Hablur padat, putih, bau khas
2 Kelarutan Tidak larut dalam air, dan propilenglikol, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter
3 pH 7,0
4 OTT -
5 Cara Sterilisasi -
6 Indikasi Sebagai antioksidan
7 Berat molekul 220,35 gram/mol
8 Stabilitas Kondisi paparan cahaya, kelembapan, dan panas menyebabkan pelenturan dan hilangnya aktivitas
BHT. BHT harus disimpan didalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat sejukdan
kering.

Bahan Emulgator : Asam Stearat

(Farmakope Indonesia Edisi III Hal 57)


No Parameter Data
1 Pemerian Zat padat, keras, mengkilat, menunjukkan susunan hablur putih ataukuning pucat mirip lemak lilin
2 Kelarutan tidak larut dlm air, larut dalam 1:20 alkohol, 1:2 kloroform, 1:3 eter, 1:25 aseton, 1:6

24
karbontetraklorida; sangat larut dalam karbon disufida; larut dalam amil asetat, benzen, toluene
4 OTT dengan logam membentuk stearat yg tidak larut, dengan garam Zn dan Ca
5 Indikasi Humektan, untuk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%
6 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan

Bahan Emulgator dan Humektan : Trietanolamin

(Hope 6th hal. 663)


No Parameter Data
1 Pemerian Cairan tidak berwarna atau berwarna kuning pucat; jernih; tidak berbau atau hampir tidak berbau;
higroskopis
2 Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P.
3 OTT Dengan asam membentuk garam dan ester, dengan tembaga membentuk garam kompleks, dengan

25
garam-garam logam berat menyebabkan hilangnya warna dan pengendapan.
4 Indikasi dikombinasi dengan asam lemak bebas membentuk sabun untuk digunakan sebagai emulgator, pH
netral 8.TEA juga berfungsi sebagai humektan.
5 Sediaan lazim dan kadar Kadar 2-4%
6 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan

Bahan Emolien : Setil alcohol

(Hope 6th hal. 155)


No Parameter Data
1 Pemerian Putih/krem atau hamper putih, berbau khas yang manis pada pemanasan saat meleleh berwarna
bening, tidak Berwarna/kuning
2 Kelarutan tidak larut dalam air; larut baik dalam alkohol, kloroform, aseton, benzen; tidak bercampur bila
dilelehkan bersama lemak, parafin liquid dan parafin solid
3 Indikasi emolient, mempunyai kemampuan mengabsorpsi air pada emulsi tipe A/M, merupakan emulgator
lemah untuk emulsi tipe A/M, dapat meningkatkan konsistensi (viskositas krim)

26
4 Sediaan lazim dan kadar 2-5%.
5 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan

Bahan Pewangi : Oleum rosae

(Farmakope Indonesia, edisi III hal 459)


No Parameter Data
1 Pemerian Tidak berwarna atau kuning, berbau menyerupai bunga mawar dan rasa yang khas.
2 Kelarutan larut dalam 1 bagian kloroform, larutan jernih.
3 Cara Sterilisasi Filtrasi
4 Indikasi aromatherapy / pengaroma
5 Penggunaan lazim/ Cara Topikal
pemakaian
6 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan

27
Bahan Humektan : Gliserin

(Hope 6th hal. 155)


No Parameter Data
1 Pemerian Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna,tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
2 Kelarutan dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan eter
P, dan dalam minyak lemak.
3 Indikasi Sebagai emolien air
4 Sediaan lazim dan kadar 20- 35%
5 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan

28
Bahan Pelarut : Aquadest

(Farmakope Indonesia, edisi III hal. 96)


No Parameter Data
1 Pemerian Jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa
2 Kelarutan Dapat tercampur dengan pelarut polar
3 Cara Sterilisasi Otoklaf
4 Indikasi Pelarut
5 Penggunaan lazim/ Cara Untukmelarutkan
pemakaian
6 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan

29
Bahan Pengawet : Nipagin

(Farmakope Indonesia, edisi III hal. 378)


No Parameter Data
1 Pemerian Serbukhablurhalus, putih, hampirtidakberbau, tidakmempunyai rasa agakmembakardiikuti rasa tebal
(FI III)
2 Kelarutan larut dalam 5 bagian propilenglikol; 3 bagian etanol 95%; 60 bagian gliserin; dan 400 bagian air.
Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa agak membakar diikuti rasa
tebal (FI III)
3 pH 4–8
4 OTT Surfaktan anionik, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan
Cara Sterilisasi Otoklaf
6 Indikasi sebagai pengawet
7 Sediaan lazim dan 0,1-0,2%
kadar
8 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan

30
Bahan Pengawet : Nipasol

(Farmakope Indonesia, edisi III hal. 535)


No Parameter Data
1 Pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau, tidakberasa
2 Kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P,dalam
140 bagian gliserol, 40 bagian mineral oil. FI III
3 pH 4–8
6 Indikasi sebagai pengawet
7 Sediaan lazim dan 0,1-0,2%bila di gunakantunggal
kadar
8 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan

31
Bahan Emolien : Parafin cair

(Farmakope Indonesia, edisi III hal. 475)

No Parameter Data
1 Pemerian Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak
mempunyai rasa.
2 Kelarutan Praktistidaklarutdalam air dandalametanol (95 %), larutdalamklorofrm P dandalameter P
3 Indikasi Sebagai fase minyak
4 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan

32
FORMULIR PEMECAHAN MASALAH
Alternatif pemecahan Masalah
Keputusan
No. Rumusan Masalah
Komponen Proses Pengawasan
Mutu
1. Bentuk sediaan yang dapat dibuat - Salep Lotion
- Cream Karena untuk penggunaan secara topikal
- Lotion efek lama dan nyaman digunakan
2. Tipe emulsi yang dapat dibuat - Air dalam Minyak dalam Air
minyak Karena diinginkan untuk pemakaian luar
- Minyak dan nyaman dikulit
dalam air
3. Tujuan penggunaan - Lotion Lotion pelembut raga
pelembab Karena tujuan penggunaannya untuk
muka melembabkan seluruh tubuh
- Lotion
pelembut
raga
4. Mengubah bahan padat menjadi Memilih Pembawa yang sesuai untuk tipe m/a
sediaan cair bahan adalah aquadest
pembawa yang
sesuai

33
5. Jenis bahan fase minyak dan fase - fase - Pemanasan - fase minyak : nipasol, setil alkohol,
air yang digunakan untuk membuat minyak : - Pencampuran parafin cair, asam stearat, Ol. rosae
basis sediaan lotion nipasol, - pengadukan - fase air : aquadest, nipagin, gliserin, TEA
setil
alkohol,
parafin cair
- fase air :
aquadest,
nipagin,
gliserin
6. Bagaimana agar dalam sediaan pada Penambahan - Pemanasan Uji viskositas Penambahan TEA dan as. stearat
fase minyak dan fase air menjadi emulgator - Pengadukan dan Agar fase minyak dan fase air stabil
stabil - TEA homogenitas
- As. stearat

7. Karena bahan pembawanya air, Penambahan . Digunakan nipagin dan nipasol sebagai
sediaan mudah ditumbuhi antimikroba/ pengawet
mikroorganisme pengawet
- Nipagin
- Nipasol
8. Wadah dan penympanan Dalam botol Botol plastik
atau dalam Karena inert dalam lebih praktis
wadah tertutup dibandingkan botol kaca
34
rapat:
- Botol
plastik
- Botol kaca
9. Penandaan - Nama Penulisan Penandaan yang terterapada brosur
sediaan pada mencakup dari monografi yang ada, logo
- Kadar kemasan, penandaan berdasarkan jenis zat bahan
bahan aktif Etiket dan aktif.
- Indikasi Brosur
- Cara Vitamin E termasuk golongan obat bebas
pemakaian yang dapat diperoleh tanpa resep dokter
- Cara
penyimpan
an
- Tanggal
produksi
- No. Batch
- Tanggal
kadaluarsa
- Nama
pabrik
- Label

35
kocok
dahulu
- Logo
lingkaran
hijau

RANCANGAN FORMULA DAN PENIMBANGAN


Keterangan Pemakaian Bahan Per batch
No. Nama Bahan Fungsi Bahan
Bahan % Lazim Per unit (gr/ml) (3 botol)
1. Vitamin E Minyak Bahan aktif 1% 1/100 x 60 = 0,6 gr 0,6 x 180 = 108 gr

36
2. BHT Minyak Antioksidan 0,02% 0,012 gr 2,6 gr
3. Asam Stearat Minyak Emulgator 7% 4,2 gr 756 gr
Trietanolamin Air Emulgator & 3%
4. 1,8 gr 324 gr
(TEA) Humektan
5. Parafin Cair Minyak Emolien 0,5% 0,3 gr 54 gr
6. Setil Alkohol Minyak Emolien 2,5% 1,5 gr 270 gr
7. Gliserin Air Humektan 15% 9 gr 1620 gr
8. Metil Paraben Air Pengaweet 0,1% 0,06 gr 10,8 gr
(nipagin)
9. Propil Paraben Minyak Pengawet 0,03% 0,018 gr 3,24 gr
(nipasol)
10. Ol. Rosae Minyak Pewangi 2 tetes 2 tetes 6 tetes
11. Aquadest Air Pelarut Ad 60 ml Ad 60 ml Ad 180 ml

PROSEDUR TETAP PEMBUATAN LOTION VIT E


Prosedur Tetap Pembuatan Hal.... Dari...... Hal.....
Lotion Vit E
Disusun Oleh : No. / /
Dona, Hudia, Dita, Desi,
Marlina

Tgl :

37
15-07-2020
Pen. Jawab Prosedur
I. PERSIAPAN
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, bersihkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan, seperti
mortar, alu, cawan uap, kaca arloji dll.
2. Praktikan menyiapkan lembar IK (Instruksi Kerja) pembuatan sediaan.
3. Praktikan mulai melakukan kegiatan sesuai dengan IK.
II. KEGIATAN PRODUKSI
1. Penimbangan bahan dan beri label
2. Pencampuran bahan yang larut dalam fase minyak
3. Pencampuran bahan yang larut dalam fase air
4. Pelelehan fase minyak
5. Pemanasan lumpang dan alu
6. Pencampuran fase minyak dan fase air pada lumpang panas
7. Pengisian dan pengemasan
8. Evaluasi

38
INTRUKSI KERJA PENIMBANGAN

Hal. Dari
INSTRUKSI KERJA No.

PENIMBANGAN
Tgl :
Disusun oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Penganti no. :
Dona, Hudia, Dita, Yayah Siti Juariah, S. Si, Yayah Siti Juariah, S. Si, MSi, Apt
Desi, Marlina MSi, Apt
Tgl : Tgl :
15-07-2020 15-07-2020
Instruksi Operator Pengawas

Tujuan : Memperoleh bahan baku sesuai jenis dan jumlah yang diinginkan

39
Bahan : Vit E, Nipagin, Nipasol, TEA, Gliserin, Alat : 1. Timbangan, gelas ukur
Propilenglikol, Cetyl Alkohol, Aquadest 2. Wadah Bahan.
3. Label Nama Bahan.

40
Cara kerja :
1. Beri Label Wadah yang akan dipakai
2. Timbang masing-masing Bahan, masukkan kedalam wadah
yang sesuai
Bahan Fungsi % Unit Batch
Vitamin E Bahan aktif 1% 0,6 gr 1,8 g
BHT Antioksidan 0,02% 0,012 gr 0,036 g
Asam Stearat Emulgator 7% 4,2 gr 12,6 g
Trietanolamin Emulgator 3%
(TEA) & 1,8 gr 5,4 g
Humektan

Parafin Cair Emolien 0,5% 0,3 gr 0,9 g


Setil Alkohol Emolien 2,5% 1,5 gr 4,5 g
Gliserin Humektan 15% 9 gr 27 g
Metil Paraben Pengawet 0,1% 0,06 gr 0,18 g
(nipagin)

Propil Pengawet 0,03% 0,018 gr


Paraben 0,054 g
(nipasol)

Ol. Rosae Pewangi 2 tetes 2 tetes 6 tetes


Aquadest Pelarut Ad 60 ml Ad 60 ml 180 ml
41
INSTRUKSI KERJA PENCAMPURAN

Hal. Dari
INSTRUKSI KERJA
No.

PENCAMPURAN Tgl :

Disusun oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Penganti no. :


Dona, Hudia, Dita, Bu Yayah Bu Yayah
Desi, Malina Tgl : 15-07-2020 Tgl : 15-07-2020

Instruksi Operator Pengawas


Tujuan : Memperoleh sediaan yang homogen

Bahan : Vit E, Nipagin, Nipasol, TEA, Gliserin, Alat : 1. Gelas ukur, lumpang + alu
Propilenglikol, Cetyl Alkohol, Aquadest 2. Wadah Bahan.
3. Label Nama Bahan.

42
Cara kerja :
A. Pencampuran Fase Minyak
1. Siapkan bahan yang akan dicampurkan dalam fase minyak
Cetyl alkohol 1,5 g
Nipasol 0,018 g
BHT 0,012 g
Asam stearat 4,2 g
Oleum rosae 2 gtt
Paraffin cair 0,3 g
2. Lakukan pelarutan dan pencampuran dalam fase minyak
3. Beri label hasil pencampuran fase minyak

B. Pencampuran Fase Air


1. Siapkan bahan yang akan dicampur dalam fase air
Vitamin 0,6 g
TEA 1,8 g
Nipagin 0,06 g
Gliserin 9 g
Air 60 ml
2. Lakukan pelarutan dan pencampuran dalam fase air
3. Beri label hasil pencampuran fase air

43
Hal Dari
INSTRUKSI KERJA
No.
Tgl
PELELEHAN
Disusun oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Penganti no. :
Dona, Hudia, Dita, Bu Yayah Bu Yayah
Desi, Marlina Tgl : 15-07-2020 Tgl : 15-07-2020

Instruksi Operator Pengawas

Tujuan : Melelehkan fase minyak agar


dapat bercampur

Bahan : Hasil pencampuran Alat : Lumpang + alu


fase minyak Cawan penguap
Batang pengaduk
Tangas uap

44
Cara Kerja :
1. Siapkan bahan hasil pencampuran fase minyak
2. Masukkan dalam cawan penguap
3. Panaskan di atas tangas air ad meleleh
4. Masukkan ke dalam lumpang panas, gerus ad tercampur
merata

45
INSTRUKSI KERJA PEMANASAN

Hal Dari
INSTRUKSI KERJA
No.

PEMANASAN Tgl :

Disusun oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Penganti no. :


Dona, Hudia, Dita, Yayah Siti Juariah, S. Si, Yayah Siti Juariah, S. Si,
Desi, Marlina MSi, Apt MSi, Apt
Tgl : 15-07-2020 Tgl : 15-07-2020

Tujuan Menurunkan tegangan antarmuka antara fase minyak dan fase air
:

Bahan : Aquadest Alat : Pembakar bunsen, gelas piala, thermometer

46
Instruksi Operator Pengawas

Cara kerja :
1. Siapkan bahan dan alat
2. Panaskan air dalam gelas piala diatas bunsen dengan
api kecil setelah mendidih masukkan kedalam lumpang
dan alu
3. Biarkan beberapa saat, buang air

INSTRUKSI KERJAPENCAMPURAN FASE MINYAK DAN FASE AIR


Hal Dari
INSTRUKSI KERJA
No.
Tgl :
PENCAMPURAN FASE MINYAK DAN FASE AIR
Disusun oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Penganti no. :
Dona, Hudia, Dita, Bu Yayah Bu Yayah
Desi, Marlina Tgl : 15-07-2020 Tgl : 15-07-2020

Tujuan : Memperoleh lotion yang baik dan homogen

47
Bahan : Hasil pelelehan fase minyak Alat : Lumpang + alu
Hasil pencampuran fase air Wadah bahan
Label
Instruksi Operator Pengawas
Cara kerja :
1. Siapkan alu dan lumpang panas
2. Siapkan hasil pelelehan fase minyak (keadaan panas)
3. Siapkan hasil pencampuran fase air (keadaan panas)
4. Masukkan hasil pelelehan fase minyak ke dalam lumpang
panas
5. Segera tambahkan hasil pencampuran fase air sedikit-sedikit
sambil digerus kuat ad terbentuk lotion yang homogen
6. Lotion siap untuk pengisisan dan pengujian

INSTRUKSI KERJA PENGISIAN DAN PENGEMASAN


Hal Dari
INSTRUKSI KERJA
No.
Tgl :
PENGISIAN DAN PENGEMASAN

Disusun oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Penganti no. :


Dona, Hudia, Dita, Yayah Siti Juariah, S. Si, Yayah Siti Juariah, S. Si,
Desi, Marlina MSi, Apt MSi, Apt

48
Tgl : Tgl :
15-07-2020 15-07-2020

Tujuan : Pengemasan sediaan lotion vitamin E

Bahan : Sediaan lotion vitamin E yang telah Alat : Botol 100 ml


dibuat Gelas ukur
Instruksi Operator Pengawas

Cara kerja :
1. Siapkan botol 60 ml yang sudah dicuci dan dikeringkan.
2. Ukur lotion vitamin e sebanyak 60 ml menggunakan gelas
ukur.
3. Masukkan ke dalam botol.
4. Botol ditutup dan diberi label

49
INSTRUKSI KERJA EVALUASI SEDIAAN LOTION VITAMIN E
(End Process Control)

50
INSTRUKSI KERJA Hal Dari
No.

EVALUASI SEDIAAN LOTION VITAMIN E


Tgl :
(End Process Control)
Disusun oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Penganti no. :
Dona, Hudia, Dita, Yayah Siti Juariah, S. Si, MSi, Yayah Siti Juariah, S. Si, MSi, Apt
Desi, Marlina Apt
Tgl : Tgl :
15-07-2020 15-07-2020
Instruksi Operator Pengawas

Tujuan : Mengetahui kualitas sediaan lotion vitamin E yang telah dibuat

Bahan : Sediaan lotion vitamin E yang sudah Alat : pH meter / kertas pH universal
dibuat Viskometer Brookfield
Piknometer, Kaca Arloji
Gelas Ukur

A. Uji Organoleptik
1. Keluarkan isi sediaan Lotion vitamin e
2. Amati bentuk, bau, warna, dan rasanya
Cara Syarat Hasil
Amati bentuk Cairan kental
homogen
Amati Bau Berbau khas
zaitun
Amati Warna

51

B. Pengukuran pH Sediaan
1. Keluarkan isi sediaan lotion vitamine dari botol.
52
C. Volume Terpindahkan (FI IV hal 1089)
1. Tuang kembali Suspensi kedalam gelas ukur, lihat hasilnya apakah
sesuai dengan Volume sebelumnya / Volume yang ditentukan
2. Tulis hasil pengamatan pada Tabel
Penafsiran hasil:
a. Volume rata-rata campuran larutan atau sirup yang diperoleh dari 10
wadah tidak kurang dari 100%, dan
b. Tidak satupun volume wadah kurang dari 95% dari volume pada
etiket.
c. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera
pada etiket akan tetapi tidak satu wadah pun volumenya kurang dari
95% atau B adalah tidak lebih dari 1 wadah, volume kurang dari 95%
tetapi tidak kurang dari 90% volume tertera pada etiket  dilakukan
uji tambahan terhadap 20 wadah tambahan.
Persyaratan: Volume rata-rata larutan atau sirup yang diperoleh dari 30
wadah tidak kurang dari 100% dari yang tertera di etiket, dan tidak lebih
dari 1 dari 30 wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari
90% dari yang tertera di etiket
Volume Sediaan Kriteria Hasil Pengamatan

53
SPESIFIKASI PRODUK JADI YANG DIINGINKAN

54
Nama produk Olive-u
Bentuk sediaan Lotion
Bahan Aktif Vitamin E
Kemasan Primer : Botol @ 60ml
Sekunder : Dus
Pemerian kemasan primer Spesifikasi Syarat
1. Warna Warna kuning Terlindung cahaya
2. Bentuk Botol plastik Terlindung cahaya
Tebal Kemasan primer 0,3 cm
Diameter wadah 4 cm Tidak kebesaran
Tinggi kemasan 10 cm Tidak kekecilan
Jumlah unit sediaan jadi per kemasan primer 60 ml
Penandaan Body Lotion Etiket Obat Luar
Pemerian kemasan sekunder
1. Warna Cokelat putih Telrindung cahaya
2. Bentuk Segi panjang Terlindung cahaya
Tebal kemasan sekunder 0,1 cm
Diameter kemasan sekunder 5 cm Tidak kebesaran
Tinggi kemasan sekunder 11 cm Tidak kekecilan
Jumlah unit sediaan jadi per kemasan primer 60 ml
Penandaan

55
LAMPIRAN

1. Kemasan primer : botol 60 mL

56
2. Kemasan sekunder : dus

57
58
3. Desain Sticker

59
4. Brosur

OLIV-U
Lotio Vitamin E
KOMPOSISI :
Mengandung vitamin E 0,6 g
INDIKASI :
Merawat dan melembabkan kulit.
KONTRA INDIKASI :
Jangan digunakan pada luka kulit terbuka.
DOSIS :
Gunakan secukupnya.
EFEK SAMPING :
Reaksi bermatologi ringan, timbul bintik-bintik merah pada
kulit dan reaksi alergi lainya. Penggunaan jangka panjang
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan kerusakan fungsi
hati.
CARA PEMAKAIAN :
Usapkan di seluruh tubuh sehabis mandi. Gunakan lotion
Oliv-U untuk merawat kelembapan kulit.
PERHATIAN :
Hindari penyimpanan ditempat panas dan terkena paparan
sinar matahari langsung.
KEMASAN :
Botol 60 ml

No. Reg : DBL1713601441A1


No. Batch : ISTN2018
EXP. DATE : Des 2025

Diproduksi oleh :
PT. ISTN FARMA, Jakarta - Indonesia

60

Anda mungkin juga menyukai