Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ANALISIS SEDIAAN KOSMETIKA

ANTI-IRITAN : Panthenol

Oleh :
Kelompok 4
1. Rosi Jannati
(092210101024)
2. Andhika Hery I.
(092210101025)
3. Andini Puspa J.
(092210101026)
4. Istiqomah Balya
(092210101027)
5. Riza Rastri W.
(092210101028)
6. Asa Falahi
(092210101029)
7. Nurul Faizah
(092210101030)
8. Prisma Trida H.
(092210101031)
9. Sabrina Auliya R.
(092210101032)
10. Agus Suwarno
(092210101033)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2012

ANALISIS PANTHENOL DENGAN METODE SPEKTROFLUOROMETRI


I.

TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Definisi Anti Iritan
Anti Iritan atau anti iritasi adalah sebuah substansi atau properti yang
menenangkan kulit yang mengalami peradangan. anti-iritasi dapat didefinisikan
sebagai bahan yang mengurangi tanda-tanda tertentu pada peradangan, seperti
pembengkakan, nyeri, gatal, atau kemerahan.
Anti-iritasi adalah aspek vital dari formula perawatan kulit. Apapun
penyebabnya, iritasi adalah permasalahan untuk semua jenis kulit, namun sangat
sulit untuk dihindari. Entah karena matahari, kerusakan oksidatif dari polusi, atau

dari produk perawatan kulit yang digunakan, iritasi dapat menjadi permasalahan
terus-menerus bagi kulit. Ironisnya, bahkan bahan-bahan yang di butuhkan seperti
zat-zat tabir surya, pengawet, exfoliant kulit, dan zat-zat pembersih dapat
menyebabkan iritasi. Bahan-bahan lain, seperti pewangi, methol, dan ekstrak
tanaman yang menyebabkan kulit sensitif, adalah penyebab utama iritasi dan
umumnya tidak memberikan hasil yang menguntungkan bagi kulit jadi penggunaan
zat-zat ini

tidak berguna,setidaknya

jika serius

ingin menciptakan

dan

mempertahankan kulit yang sehat. Anti-iritasi sangat membantu karena memberikan


waktu penyembuhan bagi kulit dan mengurangi permasalahan oksidatif dan sumber
kerusakan eksternal. Anti-iritasi seperti Metil salisilat bekerja sebagai anti iritan
lokal dan mampu berpenetrasi sehingga menghasilkan efek analgesik.
I.2 Tinjauan mengenai Spektrofluorometri
Spektrofotometri fluoresensi merupakan suatu prosedur yang menggunakan
pengukuran intensitas cahaya fluoresensi yang dipancarkan oleh zat uji
dibandingkan dengan yang dipancarkan oleh suatu baku tertentu.
Instrumentasi :
1. Sumber energi eksitasi banyak terdapat sumber radiasi.
Pada filter fluorometer ( fluorimeter ) digunakan lampu uap raksa sebagai
sumber

cahaya

dan

energi

eksitasi

diseleksi

dengan

filter.

Pada

spektrofluorimeter biasanya digunakan lampu Xenon ( 150 W ) yang


memancarkan spectrum kontinu dengan panjang gelombang 200-800nm. Energi
eksitasi diseleksi dengan monokromator eksitasi ( grating ).
2. Kuvet untuk sample
Bila panjang gelombang untuk eksitasi di atas 320nm dapat digunakan kuvet dari
gelas, akan tetapi untuk eksitasi pada panjang gelombang yang lebih pendek
digunakan kuvet dari silika. Kuvet tidak boleh berfluoresensi dan tidak boleh
tergores karena dapat menghamburkan.
3. Detektor
Pada umumnya fluorometer menggunakan tabung-tabung fotomultiplier sebagai
detektor, Seperti pada spektrofotometri, detektor yang biasa digunakan adalah
fotomultiplier tube atau thermocouple. Pada umumnya, detektor ditempatkan
di atas sebuah poros yang membuat sudut 900 dengan berkas eksitasi. Geometri

sudut siku ini memungkinkan radiasi eksitasi menembus spesimen uji tanpa
mengkontaminasi sinyal luaran yang diterima oleh detektor fluoresensi. Akan
tetapi tidak dapat dihindarkan detektor menerima sejumlah radiasi eksitasi
sebagai akibat sifat menghamburkan yang ada pada larutan itu sendiri atau jika
adanya debu atau padatan lainnya. Untuk menghindari hamburan ini maka
digunakan instrument yang bernama filter.
4. Sepasang filter atau monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang eksitasi
dan emisi.
Fluorometer
Filter pertama hanya meneruskan cahaya ultraviolet dari sumber cahaya yaitu
radiasi dengan panjang gelombang yang cocok untuk eksitasi specimen uji.
Filter kedua meloloskan hanya panjang gelombang yang sesuai dengan
fluoresensi maksimum dari zat yang diperiksa dan menahan setiap cahaya
eksitasi yang terhambur.
Spektrofluorimeter
Ini menggunakan sepasang monokromator (grating) untuk menyeleksi radiasi
eksitasi dan emisi yang lebih akurat (memberikan kepekaan yang tinggi).
Monokromator pertama mendispersikan cahaya dari sumber cahaya sehingga
menghasilkan radiasi eksitasi yang monokromatis. Sample yang tereksitasi
kemudian

berfluoresensi

sehingga

merupakan

sumber

cahaya

bagi

monokromator kedua. Dengan alat ini dapat dibuat spekrum eksitasi maupun
emisi.
Prinsip pengukuran menggunakan spektrofluorometri :

Pada spektrofluorometri, larutan zat disinari dengan sinar yang panjang


gelombangnya di sekitar panjang gelombang penyerapan maksimum yang berasal

dari lampu raksa atau lampu pijar yang telah disekat dengan filter. Intensitas
fluoresensi diukur atau dibandingkan dengan intensitas larutan baku. Sinar
fluoresensi dibebaskan dari sinar hamburan dengan melewatkan sinar melalui
filter atau monokromator, yaitu monokromator eksitasi dan emisi.

II.

PRODUK KOSMETIK

MELANOX

Komposisi
:
Purrifiyed water, Propilen glikol, Lactic Acid 3.6%, hydrogenated polyisobutane,
triethanolamine, alcohol, Di-Panthenol, Polysorbate 20, Glycerin, isopropyl palmitate,
tocopheryl acetate, diazoldinyl urea, methyl paraben, propyl paraben, hydrokxy ethyl
cellulose, hydroxypropyl methyl cellulose, N-butyl resorcinol, retinol.
Tinjauan bahan aktif (Panthenol) :
Panthenol adalah bahan yang berasal dari tanaman analog atau sama dengan asam
pantothtenic atau vitamin B 5 dalam kosmetik yang berfungsi sebagai pengikat air,
penghilang rasa sakit, pelembap dan tidak mengiritasi kulit sehingga untuk kulit efektif
pada perawatan klit karena terbakar matahari kulit kering, iritasi kulit, jerawat, kerutan
dan gangguan kulit lainnya. Selain itu aman untuk berbagai jenis kulit. Penggunaan
Panthenol di kulit juga dapat membantu menjaga kelembutan kulit, menjaga
keseimbangan kelembaban dan menjaga kulit dari baktri. Sehingga sering digunakan
juga untuk produk shampo dan conditionare.

Efek samping

reaksi alergi

Kontra indikasi

haemophiliacs dan pada pasien dengan kerusakan pada usus

Pemerian

halus
: tidak berwarna sampai agak kekuningan, larutan kental bersifat

Kelarutan

higroskopis, putih atau hampir putih, serbuk kristal.


: sangat larut dalam air, larut dalam etanol 96%, propilenglikol,

Penggunaan

kloroform dan eter, sediki larut dalam gliserol.


: secara topikal digunakan sebesar 2-5% untuk berbagai
kerusakan kulit ringan, juga digunakan sebagai vitamin. Biasanya
digunakan sebagai bahan aktif pada lotion, lipstik, lipcare, make

Stabilitas

up, shampoo, conditioner dan hair spray.


: stabil pada pemanasan selama proses produksi (diatas 750C)
meskipun demikian pemanasan dalam jangka waktu panjang
sebaiknya dihindari terutama pada D-panthenol dimana dapat
berubah menjadi DL-panthenol, pada sistem larutan stabil pada pH

III.

Keamanan

4-7 (pH optimum 6). Hidrolisis dapat terjadi karena perubahan pH.
: panthenol dan turunannnya aman, non toksik, tidak mengiritasi

Penyimpanan

mata dan kulit.


: disimpan pada tempat yang tertutup rapat..

Prosedur Analisis
III.1

Alat dan Bahan :

Alat :
-

Spektrofluorometer Perkin Elmer LS 45 Luminescence Spektrometer

Labu ukur

Kertas saring

Bahan :
-

Panthenol cream

NBD-Cl

Buffer borat pH 8

Sodium Sulfat Anhidrat

Standart Panthenol

III.2
-

Aquadest
Preparasi Reagen dan Sampel
NBD-Cl
5 mg NBD-Cl

Dilarutkan dalam 50 ml etanol dalam labu ukur

Dilarutkan hingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 100 g/ml


-

Buffer Borat
buffer borat pH 8 disiapkan dengan mencampur 0.2 M asam borat dengan 0.2
M NaOH.

Standart Panthenol
5 mg panthenol dimasukkan dalam labu ukur 50 ml

Dilarutkan dengan aquadest, 2 ml NaOH 0,5 M dan di addkan dengan 30 ml


aquadest

Didihkan menggunakan water bath selama 1 jam, sehingga pH netral (7)

tambahkan 2 ml asam sulfat 0,25 M

Addkan dengan aquadest hingga 50 ml

Ambil 10 ml larutan, pindahkan pada labu ukur dan diencerkan dengan aquadest
hingga 100 ml
-

Preparasi sampel (Panthenol cream 5%)

1 gram krim dicampur 1 gram sodium sulfat anhidrat dilarutkan dengan beberapa mililiter
aquadest, disaring jika diperlukan

Larutan kemudian diencerkan dengan 50ml aquades

Volume dipersiapkan dengan ketentuan konsentrasi dengan range 2-20 g/ml kemudian
dipindahkan ke 10 ml labu ukur ditambahkan buffer borat pH 8 sebanyak 3 ml, diikuti
dengan penambahan 2 ml NBD-Cl

Dipanaskan dalam Water Bath selama 15 menit.

Larutan didinginkan, kemudian dibuat menjadi volume tertentu dengan aquades

Absorbansi larutan dibaca dengan panjang gelombang 480 nm

Garis koreksi ditampilkan untuk menghapus pembacaan absorbansi yang kosong

Pengukuran nilai absorbansi dibandingkan dengan konsentrasi obat untuk mendapat kurva
kalibrasi

Didapatkan persamaan regresi

Kurva kalibrasi dari standart panthenol

IV.

Metode Analisis Kandungan secara kualitatif dan kuantitatif


Metode analisis menggunakan Spektroflourometer : Perkin Elmer LS 45
Luminescence Spectrometer.
4.1 Kondisi Analisis:
Panjang gelombang
Pelarut

: 480 nm
: Aquadest

4.2 Validasi Metode Analisis Panthenol


Metode Spektroflourometri untuk analisis panthenol sangat sensitive dengan
hasil validasi sebagai berikut :
PARAMETER
Accuracy
Mean + SD
Precision
Repeatability
Reproducibility
LOD
LOQ
Linearity
Slope
Intercept
Correlation coefficient
Sy/x
Sa
Sb
Range

HASIL
100.59 + 0.505
0.650
0.650
0.04
0.3
23.013
0.487
0.9998
3.051x10-2
2.322x10-2
2.630x10-3
0.3 3 gml-1

Dimana Sy/x adalah standart deviasi dari residual

Sa adalah standart deviasi dari intercept


Sa adalah standart deviasi dari slope
Analisis regresi digunakan untuk menentukan intercept, slope dan korelasi.
Didapatkan standart deviasi < 2% yang mengindikasikan bahwa reproducibilitasnya
baik. Harga intercept kecil dan harga yang tinggi untuk koefisien korelasi (r),
divalidasi dari kurva kalibrasi yang linier.
4.3 HASIL ANALISIS
1. NBD-Cl
NBD-Cl bereaksi dengan amina primer dan amina alifatik sekunder
menghasilkan turunan yang berfluoresence.
Mekanisme reaksi : halogen pada posisi 4 cincin aromatik digantikan posisinya
oleh amina. Asam hidroklorida digunakan untuk menetralkan pH. Pemanasan
dapat meningkatkan kinetika reaksi yang terjadi dan direkomendasikan
penggunaan reagen yang berlebih. Berikut ini merupakan proses reaksi yang
terjadi :

2. Kualitatif
Analisis

kualitatif

panthenol

pada

krim

panthenol

dengan

menggunakan Spektroflourometer dilakukan dengan membandingkan secara


langsung antara intensitas fluoresensi baku dengan intensitas fluoresensi
sampel.

Spektrum fluoresence dari panthenol terhidrolisis (2 g/ml) dengan reagen


NBD-Cl
3. Kuantitatif
Prosedur analisis kuantitatif panthenol pada krim panthenol dengan
menggunakan Spektroflourometer dilakukan dengan mempersiapkan kurva
baku yang menyatakan hubungan antara intensitas fluoresensi dengan
konsentrasi baku tertentu, disiapkan dengan larutan baku murni yang sudah
diketahui konsentrasinya. Besarnya konsentrasi pada sampel dapat ditentukan
dengan memasukkan intensitas fluoresensi sampel kedalam kurva baku.
Hasil analisis didapatkan data sebagai berikut :

Didapatkan %recovery dari analisis panthenol yaitu sebesar 100.79% dengan


nilai S.D < 2%.

Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Modul Kuliah Spektroskopi. Yogyakarta : Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Anonim. 2009. British Pharmacopoiea. London : The Department of Health.
Anonim. Panthenol The Beautifier. DSM Nutritional Product.
Eid, Manal I. dan Mary E. K. Wahba. 2012. Analytical and Stability Studies on Medical
Cosmetics. American Journal of Analytical Chemistry, 2012, 3, 277-281.
Shehata, M. A. M, Maha A. Sultan, Shereen M. Tawakkol, and Laila E. Abdel Fattah. 2004.
Spectrofluorimetric Method For Determination Of Panthenol In Cosmetic And
Pharmaceutical Formulations. Saudi Pharmaceutical Journal, Vol. 12, No. 1 January
2004.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. London : Chicago
Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai