Disusun oleh :
1) Adelia Septiliani (17330003)
2) Cintia Marlita (17330005)
3) Riskiyatul Hasanah (17330010)
4) Komang Suwarni (17330025)
5) Sepiyanti (17330029)
6) Fauziah Cinta Natasya (17330030)
7) Reza Febrian (17330031)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum dengan judul “Emulsi
Castor Oil”. Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dari mata kuliah praktikum
teknologi semi solid.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen
pembimbing pada praktikum ini yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam membimbing dan memberikan pengarahan hingga laporan ini dapat diselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................................i
Daftar Isi ............................................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan ...........................................................................................................1
1.1............................................................................................................Latar belakang
..................................................................................................................................2
1.2.......................................................................................................Tujuan praktikum
..................................................................................................................................2
1.3.......................................................................................................Prinsip praktikum
..................................................................................................................................2
Bab 2 Tinjauan Pustaka ...................................................................................................3
Bab 3 metode penelitian .................................................................................................13
Bab 4 Hasil Evaluasi .......................................................................................................16
Bab 5 Pembahasan ..........................................................................................................20
Bab 6 Kesimpulan ...........................................................................................................23
Lampiran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia farmasi kita mengetahui beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya di
pakai dalam pembuatan obat. Setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan kegunaannya
masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat itu di pakai. Salah satu bentuk
sediaan dari obat yang sering di jumpai dan sering di gunakan merupakan emulsi.
Menurut Farmakope Indonesia III (1979:9) emulsi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995 : 6) emulsi adalah sistem dua fase yang salah
satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Emulsi adalah suatu system yang tidak stabil secara termodinamik yang mengandung
paling sedikit 2 fase cair yang tidak bercampur, diaman satu diantaranya didispersikan
sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Farfis II (Martin, dkk.., 1993 : 1143)
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat pengemulsi
atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi dengan
pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Metode yang dapat
digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah metode HLB
(Hydrophilic-Lipophilic Balance).
Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non
polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi
dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat
pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang
menggunakan pengemulsi gelatin.
1.2 Rumusan Masalah
a. Mengapa oleum ricini dibuat dalam sediaaan emulsi ?
b. Bagaimana praformulasi dan formulasi emulsi castor oil?
c. Bagaimana evalusi pada sediaan emulsi castor oil ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui alasan oleum ricini dibuat dalam sediaan emulsi
b. Untuk mengetahui praformulasi dan formulasi sediaan emulsi caster oil
c. Untuk mengetahui evalusi apa saja yang dilakukan dalam pembuatan sediaan emulsi
castor oil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdipersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Zat pengemulsi yang sering digunakan adalah gelatin, gom akasia, tragakan, sabun,
senyawa amonium kwarterner, senyawa kolesterol, surfaktan, atau emulgator lain yang
cocok. Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental, misalnya tragakan,
tilosa, natrium karboksimetilselulosa.
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contoh air),
sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh minyak).
1. Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air, sistem
tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (o/w).
2. Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai produk
air dalam minyak (w/o).
Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, ntuk tipe o/w menggunakan zat
penegemulsi disamping beberapa yang dikemukakan tadi yakni natrium lauril sulfat,
trietanolamin stearat.
Untuk memperoleh emulsi yang stabil perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya
energi bebas permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya kelomok-kelompok globul yang
letaknya tidak beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-
lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan
konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau disebelah bawah
tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi.
Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena energi bebas permukaan saja,
tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan. Koalesen
adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan
demulsifikasi adalah merupakan proses lebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa
terpisah menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat
diperbaiki dengan pengocokan.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting
untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh
emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan adalah surfaktan.
Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan
minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya.
- Terdapat emulgator
Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang stabil, dikatakan stabil apabila sediaan
emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam
a. Keuntungan Emulsi
1. Menurut Lachman Hal 1031
a. Biovabilitas besar.
d. Rasa obat minyak jeruk bisa ditutupi oleh penambahan zat tambahan lain.
e. Formulasi karena bisa mempertahankan stabilitas obat yang larut dalam minyak.
c. Sebagian besar lemak dan pelarut untuk lemak dan digunakan untuk pemakaian
kedalam. tubuh manusia relatif memakan biaya akibatnya pengenceran yang aman
b. Kerugian Emulsi
a. Sulit diformulakan karena harus bercampur dua fase yang tidak tercampur
b. Jika perubahan ditentukan tetesan akan bergabung menjadi satu dengan cepat.
Biasanyan mempunyai tipe minyak dalam air. Emulgator merupakan film penutup dari
minyak obatnya untuk menutupi rasa tidak enak, zat perasa diberikan diberikan pada
Emulsi parenteral telah diselidiki untuk penggunaan makanan dan minyak obat untuk
hewan dan manusia. Penggunaan emulsi parenterol meminta perhatian khusus selama
produksi seperti pemilihan emulgator ukuran dan kesamaan butiran tetes pada
penggunaan intravena.
Baik bentuk minyak dalam air atau air dalam minyak yang dapat dipakai untuk
pemakaian kulit dan memoran mukosa dengan proses emulsi kemungkinan terbentuk
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal empat macam teori yang melihara
B. Monografi Sediaan
Nama Bahan Aktif : Oleum Ricini (FI IV Hal 631)
No Parameter Data
4 OTT -
5 Cara Sterilisasi -
10 Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, dan hindarkan dari panas berlebih
11 Stabilitas Stabil dan tidak berubah tengik kecuali dengan pemanasan yang
berlebihan. Pada suhu 3000C akan berpolimerasi dan larut dalam
minyak mineral. Pada suhu 00C menjadi lebih kental
Nama Bahan Tambahan :Gom arab (Pulvis Gummi acaciae) (FI IV Hal 718)
No Parameter Data
5 Cara Sterilisasi -
No Parameter Data
1 Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa
2 Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%)
P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan
dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida
3 pH Stabil pada pH 3-6
5 Cara Sterilisasi -
6 Indikasi Antifungi
No Parameter Data
2 Kelarutan Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P;
mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida;
larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian
minyak lemak nabati panas, jika diinginkan larutan tetap jernih
3 pH 4-8
Nama Bahan Tambahan : Oleum citri (Minyak jarak) (FI IV Hal 631)
No Parameter Data
3 pH -
4 OTT -
5 Cara Sterilisasi -
7 Dosis Lazim -
10 Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah terisi penuh dan tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; ditempat sejuk
No Parameter Data
2 Kelarutan Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sekar larut
dalam eter
3 pH -
5 Cara Sterilisasi -
7 Dosis Lazim -
8 Penggunaan lazim/ Cara Ditambahkan pada sediaan eliksir, sirup, emulsi, suspensi
pemakaian
9 Sediaan lazim dan kadar 20-60%
No Parameter Data
3 Ph 7,0
7 Dosis Lazim -
Nama Bahan Tambahan : BHT ( Butil Hidroksi Toluen )(FI IV hal 157)
No Parameter Data
5 Cara Sterilisasi -
6 Konsentrasi 0,0075-0,2 %
7 Dosis Lazim -
3.2 Bahan
1. Oleum ricini
2. Gom arab (Pulvis Gummi acaciae)
3. Nipasol (Propil paraben)
4. Nipagin (Metil Paraben)
5. Oleum citri (Minyak jarak)
6. Sirupus Simplex
7. Aqua Destilata
8. BHT ( Butil Hidroksi Toluen )
3.3 Formulasi Dan Perhitungan Bahan
a. Organoleptis
Ambil sediaan 5 ml dari yang telah dibuat, lihat warna, bau, rasa dari sediaan
Cara Kerja :
1. Pasang spindel
2. Turunkan spindel hingga batas spindel tercelup kedalam cairan yang akan
diukur viskositasnya
3. Pasang stop kontak
4. Nyalakan mesin sambil menekan tombol
5. Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala
6. Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut
7. Hitung viskositas sesuai dengan rumus diatas
8. Dengan mengubah Rpm maka di dapat viskositas pada berbagai ukuran
Hasil :
8
6
4
2
0
260 280 300 320 340 360 380 400 420 440
Gaya
c. Volume Terpindahkan
Cara :
Tuang kembali emulsi kedalam gelas ukur, lihat hasilnya apakah sesuai dengan
volume sebelumnya/ volume yang ditentukan
Volume sediaan emulsi dalam 1 botoladalah 60 ml
Wadah Voume (ml)
1 60
2 60
3 60
4 66
5 50
6 58
7 57
8 60
9 60
10 59
Hitung persentase volume terpindahkan pada sepuluh wadah dan intepretasikan hasil
data yang diperoleh pada pembahasan!
60 ml 60 ml
V 1= x 100 % V 2= x 100 %
100 ml 100 ml
= 60 % = 60 %
60 ml 66 ml
V 3= x 100 % V 4= x 100 %
100 ml 100 ml
=60 % = 66 %
50 ml 58 ml
V 5= x 100 % V 6= x 100 %
100 ml 100 ml
= 50 % = 58 %
57 ml 60 ml
V 7= x 100 % V 8= x 100 %
100 ml 100 ml
= 57 % = 60 %
60 ml 59 ml
V 9= x 100 % V 10= x 100 %
100 ml 100 ml
= 60 % = 59 %
d. Penetapan Bobot Jenis
o Timbang pikno kosong
o Timbang pikno berisi air
o Timbang pikno berisi sediaan
e. TipeEmulsi
Penentuan tipe emulsi dengan uji kelarutan warna.
o Digunakan pelarut yang larut dalam lemak yaitu Sudan III
o Zat warna diteteskan pada permukaan emulsi
Hasil : Sediaan + Larutansudan III menghasilkan warnabiru
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Pada praktikum ini diberikan zat aktif berupa castor oil atau minyak jarak murni sebagai
sediaan emulsi. Oleum ricini sesuai dengan farmakope 3 memiliki fungsi atau khasiat sebagai
Laksativa dan iritasi kulit.. Berdasarkan data kelarutan oleum ricinilarut dalam 2,5 bagian
etanol (90%) P ; mudah larut dalam etanol mutlak P dan dalam asam asetat glasial P, dengan
kloroform dan dengan eter.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdipersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.Oleum
ricini merupakan minyak lemak yang biasa dibuat sebagai sediaan emulsi.
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji Ricinus
communis ,L yang telah dikupas. Di era modern ini minyak jarak banyak digunakan untuk
industri otomotif,industri farmasi dan kosmetik. Kandungan asam lemak pada minyak jarak
90% terdiri dari asam risinoleat, hanya sedikit mengandung asam dihidroksi
stearat,linoleat,oleat dan stearat.
Bahan yang perlu ditambahkan dalam emulsi castor oil diantaranya yaitu Gom arab atau
PGA yang berfungsi sebagai Emultagor untuk terbentuknya emulsi. Komponen emulsi terdiri
atas tiga ,yaitu fase dispers yaitu zat cair yang terbagi bagi menjadi butiran kecil kedalam zat
cair. Yang kedua ada fase continue yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
dasar dari emulsi dan emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi. Bahan tambahan lainnya adalah kombinasi nipagin dan nipasol yang
berfungsi sebagai pengawet dan penstabil pH. Nipagin dan Nipasol merupakan antimikroba
spektrum luas dan dapat bekerja pada rentang Ph yang luas. Kombinasi dari keduanya dapat
meningkatkan efektifitas antimikrobanya untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Pemanis yang digunakan adalah sirupus simplex dimana pemanis berperan untuk menutupi
rasa dan dapat pula untuk meningkatkan viskositas. Antioksidan yang dipakai adalah
BHT,karena pada kelarutannya BHT larut dalam minyak lemak. Untuk memberikan rasa
manis yang menarik ditambahkan oleum citrus.
Bahan yang digunakan untuk 360 batch yang masing-masing memiliki volume 60 ml.
Bahan yang digunakan Oleum ricini sebanyak 150 gram. Gom Arab 75 gram, Nipagin
sebanyak 8,9 gram, Nipasol sebanyak 0,1 gram, sirupus simplex sebanyak 100 gram, BHT
sebanyak 0,1 gram dan oleum citri secukupnya. Bobot yang diharapkan per 60 ml yaitu 65,3
gram dan per batch nya 334,5 gram. Langkah awal pembuatan adalah dengan menggunakan
metode Gom kering. Dalam metode ini zat pengemulsi/biasanya Gom Arab dicampur dengan
minyak terlebih dahulu, kemudian ditambah air untuk membentuk korpus emulsi, baru
diencerkan dengan sisa air yang tersedia. Gom arab ditambahkan minyak jarak gerus lalu
tambahkan air sampai membentuk korpus emulsi yang diinginkan. Setelah itu bahan
tambahan digerus bersamaan sampai homogen lalu tambahkan massa korpus yang sudah jadi
dan gerus sampai homogen membentuk emulsi.
Kemudian dilakukan pengujian pada sediaan jadi, diantaranya yaitu : uji organoleptis,
pengukuran pH, viskositas dan sifat alir, uji tipe emulsi, volume terpindahkan dan penetapan
bobot jenis. Uji organoleptis sesuai dengan spesifikasi sediaan yang diinginkan dengan warna
merah muda, bau khas strawberry, rasa manis. Selanjutnya pengukuran pH dengan pH
indikator dan diperoleh hasil sesuai yang diinginkan pula yaitu pH 6,5. Dibuat dalam pH ini
bertujuan agar obat yang masuk kedalam tubuh dapat sesuai dengan pH saluran cerna
sehingga dapat diabsorbsi dengan baik. BJ yang didapatkan 0,959 dan BJ yang seharusnya
diperoleh yaitu antara 0,957 dan 0,961 Sehingga hasil yang diperoleh Sesuai dengan
persyaratan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara bobot zat dibandingkan
dengan volume zat pada suhu tertentu.
Selanjutnya dilakukan uji volume terpindahkan dari hasil yang didapat sesuai dengan
persyaratan yaitu Volume rata-rata tiap wadah sebesar tidak kurang dari 100%, dan tidak
satupun volume wadah yang kurang dari 95%. Artinya saat sediaan di tuang dari wadah satu
ke wadah yang lain isi sediaan yang terpindahkan dari wadah sebelumnya tidak kurang dari
100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%.
Pengujian berikutnya viskositas, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekentalan
dari sediaan yang dibuat. yang baik akan menghasilkan sediaan emulsi yang baik sesuai yang
diinginkan yaitu sediaan yang mudah dituang. Dari grafik yang diperoleh data diatas emulsi
dikatakan kurang baik, karena grafik yang terbentuk tidak naik dengan sempurna, hal ini
mungkin terjadi karena kesalahan praktikan dalam pembuatan sediaan, penimbangan sediaan
yang tidak seusai, pembacaan grafik yang tidak sesuai dan faktor lainnya. Sehingga dapat
dikatakan kekentalan dari sediaan termasuk memenuhi persyaratan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdipersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
2. Alasan utama pembuatan emulsi oleum castor atau minyak jarak yaitu bahan aktif minyak
jarak tidak larut dalam air sehingga dibuatlah sediaan emulsi.
3. Emulsi tidak berwarna dengan rasa jeruk dan berfungsi sebagai laksativa.
4. Hasil akhir yang diperoleh dalam pembuatan emulsi dapat dipengaruhi ketidak telitian
praktikan dalam pembacaan grafik, pembuatan, kesalahan penimbangan, faktor bahan itu
sendiri, dll.
DAFTAR PUSTAKA