SUSPENSI SULFUR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-
Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Semi Solid dan liquid.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan dosen dan orang tua, sehingga kendala-kendala penulis dapat teratasi.
Semoga Laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan Praktikum.................................................................................................6
1.4 Prinsip Percobaan.................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Suspensi...........................................................................................7
2.2 Ukuran Partikel dalam Fase Dispersi.................................................................7
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suspensi.....................................................8
2.4 Sistem Dispersi...................................................................................................9
2.5 Sistem Suspensi..................................................................................................9
2.6 Komponen Sediaan............................................................................................9
2.7 Formula dan Cara Pembuatan............................................................................11
2.8 Macam-macam Suspensi....................................................................................11
2.9 Syarat Suspensi..................................................................................................14
2.10 Metode Pembuatan Suspensi..............................................................................14
BAB III ALAT, BAHAN, DAN METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan...................................................................................................15
3
3.2 Metode Kerja......................................................................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................16
BAB V PENUTUP..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18
PERUMUSAN KARAKTER SEDIAAN...........................................................................19
KELENGKAPAN DATA BAHAN AKTIF.......................................................................20
KELENGKAPAN DATA BAHAN TAMBAHAN............................................................21
FORMULIR PEMECAHAN MASALAH..........................................................................26
RANCANGAN FORMULA DAN PENIMBANGAN.......................................................27
PROSEDUR TETAP PEMBUATAN SUSPENSI SULFUR.............................................28
INTRUKSI KERJA.............................................................................................................29
SPESIFIKASI PRODUK JADI YANG DI INGINKAN....................................................33
LAMPIRAN........................................................................................................................36
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
haruslah haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, mengendap, dan bila dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi
kembali. selain larutan suspensi juga mengandung zat tambahan yang digunakan untuk menjamin stabilitaas suspensi tetapi kekentalan
suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi Sediaan Semi Solid
b. Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian praformulasi untuk sediaan
c. Mahasiswa dapat mampu melaksanakan desain sediaan suspense
d. Mahasiswa mampu menyusun SOP dan IK pembuatan suspense
e. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoprasikan alat-alat untuk pelaksanaan praktikum
f. Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan suspense oral sulfur
1.3 Manfaat
Sebagai nilai praktikum Sediaan Semi Solid dan liquid serta menambah wawasan mahasiswa dan pembaca tentang bagaimana proses
memformulasi obat sampai menjadi sediaan obat jadi.
1.4 Prinsip
Pembuatan suspensi dengan menggunakan suspending agent CMC Na dengan membuat sediaan yang stabil dalam jangka waktu yang lama
serta mengevaluasi sediaan sespensi yang didasarkan pada penampakan fisik dari suspensi tersebut misalnya perubahan volume, perubahan
warna dan sistem pembentukan suspensi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi suspensi
Faktor – faktor tersebut adalah :
a. Pembasahan
Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi adalah tergantung dari sudut kontak antara partikel zat dan cairan pembawa. Jika sudut
kontak < 900 maka serbuk akan tercelup dibawah cairan, ini dinamakan hidrofilik / liofilik, dimana zat padat hidrofilik biasanya dapat
digabung menjadi suspense tanpa menggunakan zat pembasah. Zat hidrofilik ini bisa meningkatkan viskositas disperse air.
Bila sudut kontak > 900 maka serbuk akan mengambang di atas cairan, ini dinamakan hidrofobik / liofobik. Zat hidrofobik
menolak air sehingga untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel padat dan cairan pembawa dalam suspense juga untuk
memperkecil sudut kontak, digunakan zat pembasah seperti gliserin ataupun propilenglikol.
b. Interaksi partikel
Salah satu unteraksi antar partikel yang harus dihindarai adalah pembuatan caking. Caking didefinisikan sebagai pembentukan
sediment yang tidak dapat dididpersikan kembali dalam system suspensi. Penyebab utama dari caking adalah pembentukan jembatan
kristal dan koagulasi (baca lagi teori!).
c. Laju sedimentasi Hukum Stokes
V: Kecepatan sedimentasi (cm/detik)
D: Garis tengah partikel (cm)
d1,d2 : Kerapatan partikel dan cairan (bobot jenis dalam g/ml)
: Viskositas medium dalam foise (g cm-1 detik-1)
g: Konstanta gravitasi = 980,7 cm detik-2
Salah satu aspek stabilitas fisik didalam suspensi farmasi adalah menjaga partikel terdispersi agar tetap terdispersi homogen,
karena untuk mencegah terjadinya pengendapan dalam waktu lama tidak mungkin dilakukan, perlu dipertimbangkan faktor yang
mempengaruhi laju sedimentasi menurut hukum Stokes.
8
2.4 Sistem dispersi
a. Flokulasi
- Sedimentasi terjadi lambat
- Sedimen membentuk cake yang sukar terdispesi kembali
b. Deflokulasi
- Sedimentasi terjadi cepat
- Sedimen mudah terdispersi kembali seperti semula
2.5 Sifat suspensi
Sifat – sifat yang diinginkan dalam suatu sispensi adalah :
a. Mengendap secara lambat dan harus homogen lagi bila dikocok lagi
b. Ukuran partikel dari suspense konstan selama penyimpanan
c. Suspense harus bias dituang dari wadah dengan cepat dan homogen
2.6 Komponen sediaan
a. Zat aktif yang tidak larut dalam air
b. Bahan pembasah
Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi adalah tergantung besarnya sudut kontak antara partikel zat dan cairan pembawa.
1. Jika sudut kontak <900 maka serbuk akan tercelup dibawah cairan, ini dinamakan hidrofilik/liofilik/liotropik, dimana zat padat
hidrofilik biasanya dapat digabung menjadi suspensi tanpa menggunakan zat pembasah. Zat hidrofilik ini bisa meningkatkan
viskositas dispersi air. Contoh ZnO, Talk.
2. Bila sudut kontak >900 maka serbuk akan mengambang diatas cairan, ini dinamakan hidrofobik/liofobik. Zat hidrofobik menolak air
sehingga untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel padat dan cairan pembawa dalam suspensi juga untuk mamperkecil
sudut kontak, digunakan zat pembasah seperti gliserin ataupun propilenglikol atau caiaran-cairan yang bersifat non polar lainnya.
9
c. Bahan Pensuspnesi/Suspending Agent
Bahan pensuspnesi/pendispersi/suspending agent ditambahkan sebagai stabilisator dengan tujuan mempertinggi viskositas
sediaan. Untuk meningkatkan viskositas digunakan bahan lendir makromolekuler seperti tragacant, pectin, metilselulosa, hidroksi metal
selulosa, natrium karboksil, metal selulosa, natrium algenat, dekstran, gom, dll.
Pada suspense minyak untuk injeksi disarankan penggunaan Aluminium monostearat karena dapat memperkuat struktur minyak,
sehingga dengan pengocokan akan diperoleh cairan suspensi yang siap dipakai.
d. Zat tambahan
Pemilihan zat tambahan tergantung dari karakter zat aktif dan karakter sediaan yang akan dibuat. Macam-macam zat tambahan yang bisa
dipakai yaitu :
1. Zat pewarna
Untuk menutupi penampilan yang tidak menarik serta meningkatkan penerimaan pasien. Yang harus diperhatikan dalam pemilihan
zat warna yaitu : kelarutan, stabilitas, ketercampuran, konsentrasi zat warna dalam campuran, sesuai dengan rasa sediaan pH sediaan.
2. Zat pengawet
Zat pengawet yang digunakan tidak boleh toksik, tidak berbau, stabil dan dapat tercampur dengan komponen lain di dalam formula,
potensi anti bakterinya luas. Bahan pengawet yang sesuai seharusnya dimasukkan dalam formulasi suspensi untuk menggawetkan
terhadap kontaminasi bakteri dan jamur. Contohnya adalah larutan untuk oral yaitu : asam benzoate, asam sorbet, dll, sedangkan
untuk pemakaian topical yaitu nipagin, nipasol, dll.
3. Zat pemanis, contohnya yaitu : sukrosa, sorbitol, aspartame, dll.
4. Pengaroma
Dalam pemilihannya didasarkan pada untuk siapa konsumennya serta rasa dari zat aktif yang dikandungnya. Contohnya rasa buah-
bauahan untuk zat aktif yang berasa asam, vanilla, rasa jeruk, dll.
10
2.7 Formula dan cara pembuatan
a. Formula
Contoh formula dapat dilihat pada teori dan praktek farmasi industri 2 (leon Lachman).
b. Cara pembuatan
c. Pembuatan sediaan suspense terdiri dari 4 fase, yaitu :
1. Penghalusan fase disperse
2. Pendispersiaan fase terdispersi dalam bahan pendispersi yang mempunyai viskositas tinggi atau yang memiliki daya pembasahan
paling baik terhadap partikel terdispersi
3. Stabilisasi untuk mencegah atau mengurangi pemisahan fase.
4. Homogenisasi ( meratakan fase terdispersi dalam fase pendispersi )
2.8 Macam-macam Suspensi
1. Berdasarkan Penggunaan Menurut FI Edisi IV :
a. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair pembawa cair dengan bahan pengaroma
yang dan ditujukan untuk penggunaan oral.
b. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dalam pembawa cair yang
ditujukan untuk penggunaan kulit.
c. Suspensi tetes tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
d. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian
pada mata.
2. Suspensi berdasarkan sifat
Suspensi Deflokulasi
11
Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung dari pada ukuran partikel tiap unit,
maka kecepatannya akan lambat. Maya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara
sesamanya pada waktu mengendap. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang
halus sangat lambat. Contoh suspensi obat maag (Mylanta)
Keunggulannya :
Sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang
lambat.
Kekurangannya :
Apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak.
Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap
homogen pada waktu paruhnya.
Suspensi Flokulasi
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinynya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit
partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat
sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam. Contoh :
Suspensi antibiotik (serbuk yang dilarutkan dengan penambahan air)
Keunggulannya :
Sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.
Kekurangannya :
Dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a. Kombinasi ukuran partikel
12
b. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
c. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/struktur parrtikel dalam suspensi.
Ada pun keuntungan dan kekurangan Sediaan suspensi adalah sebagai berikut :
Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/kapsul, terutama anak-anak.
2. Homogogenenitas tinggi
3. lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air..
Kekurangan :
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll)
2. Jika membentuk cacking akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.
3. Aliranya menyebabkan sukar dituang.
4. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan.
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi
fluktuasi 8 perubahan temperatur.
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
Suspensi dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara yaitu :
1. Intramuskular inject
2. Tetes mata
3. Peroral
4. Rektal
13
2.9 Syarat suspensi
1. FI IV, 1995, Hal18
a. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
b. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.
c. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
d. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
2. Fornas Edisi 2, 1978, hal 333
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang
cocok terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda.
Syarat suspensi optalmik :
Obat dalalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea.
Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan
2.10 Metode Pembuatan Suspensi
1. Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan.
2. Metode praesipitasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan
larutan pensuspensi dalam air.
14
BAB III
- Aqua dest
15
BAB IV
Suspensi menurut FI edisi III adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut dalam cairan
pembawa. Pada praktikum teknologi sediaan semi solid dan liquid di buat formulasi suspensi sulfur dengan bahan aktif sulfur praescipitatum.
Suspensi sulfur sangat berkhasiat sebagai scabies dan bakterisid sehingga di gunakan sebagai pemakaian topikal. Formulasi yang di gunakan
dalam pembuatan suspensi sulfur adalah Sulfur Praecipitatum, Gliserol, CMC Na, Methyl paraben, Oleum Rosae. Sediaan sulfur ini
mengandung beberapa eksipien, antara lain gliserol sebagai pembasah, CMC Na sebagai suspending agent dan oleum rosae sebagai pewangi.
Formulasi ini di buat dengan metode suspensi flokulasi dan tujuan nya agar mudah terdispersi kembali ke fase pembawanya. Sehingga zat aktiv
di buat dalam bentuk agregat bebas dan di tambahkan tragakan yang berfungsi selain sebagai suspending agent tetapi juga berfungsi sebagai
agent pemflokulasi. cara pembuatan dari suspensi sulfur ini adalah menyiapkan alat dan bahan, menghaluskan bahan aktlv dan bahan tambahan,
menambahakan suspending agent kemudian di gerus, dan tambahkan aquadest sedikit demi sedikit sampai menjad corpus emulsi. Kemudian
tambahkan bahan tambahan lainnya dan tambahkan sisah aquadest kemudian aduk hingga semua bahan tercampur dan larut sempurna.
Pada pengamatan organoleptis seperti warna, bau dan rasa yang diamati formula suspensi sulfur menghasilkan warna suspensi kuning
lemah dan beraroma bunga mawar. Pada pengukura viskositas sulfur bertambah seiring bertambahnya konsentrasi bahan pensuspensi yang
digunakan. Viskositas sediaan cair adalah 15-25 poise. Pada pengukuran volume sedimentasi bergantung pada ukuran partikel zat terdispersi.
Semakin besar ukuran partikel suatu zat maka akan semakin cepat proses pengendapan pada suspensi tersebut. Pada volume terpindahkan,
berdasarkan hasil pengujian, volume dalam wadah dengan volume yang tertera dietiket tidak lebih dari 100 ml, jika dipindahkan dari wadah asli
akan memberikan volume sediaan seperti tertera dietiket. Pada pengukuran pH berdasarkan hasil pengukura pH formulasi suspensi sulfur
memenuhi syarat uji pH yaitu pada pH 5. Kesulitan yang paling banyak di temui yang merupakan faktor yang amat penting dalam formulasi
suspensi adalah pembahasan fase padat oleh medium pendispersi. Ada zat padat yang mudah di basahi dengan cairan dan adapula yang sulit
untuk di basahi. Dalam batasan suspensi air , zat padat di katakana hidrofilik , atau hidrofobik. Zat-zat hidrofilik di basahi dengan mudah oleh air
16
atau cairan-cairan polar lainnya, zat hidrofilik ini bisa meningkatkan viskositas suspensi air dengan besar. Laju sedimentasi dan agregasi
merupakan sifat dari sistem suspensi yang diatur oleh ukuran partikel, interaksi partikel, kerapatan partikel, dan medium, serta fase continue.
Masalah lain dalam suspensi adalah cacking , diartikan sebagai pembentukan sedimen yang tidak dapat di dispersikan kembali dalam suatu
sistem suspensi. Penyebab utamanya adalah pembentukan jembatan Kristal dan agregat tertutup (koagula). Caking melalui pembentukan
jembatan Kristal dapat di perkecil dengan menggunakan tipe suspensi agregat jaringan terbuka, pada saat partikel-partikel tidak mengendap
sampai jarak tertentu karena kakunya agregat.
17
BAB V
KESIMPULAN
Karakteristik sediaan suspensi yang baik secara umum yaitu mudah dikeluarkan dari botol, cukup keras sehigga dapat mempertahankan
bentuk suspensi, kemampuan mengurangidanmenghasilkan rasa nyeri, penampilan dan rasa suspensi yang menarik, stabilitas dan keamanan
yang memadai untuk jangka waktu tertentu. Komponen umum pembentuk sediaan suspensi terdiri dari zat aktif, air, humektan, pewarna, perasa,
pengawet dan pharmaceutical agent atau analgesik. pH yang dihasilkan adalah pH 5, merupakan pH yang baik untuk semua sediaan semisolid
topikal adalah mendekati pH kulit. Pada uji organoleptis yang dihasilkan sediaan berwarna kuning lemah beraroma bunga mawar. Suspensi
adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing-masing fase apabila terdapat di alam tidak akan bisa di satukan atau di gabungkan ,
sediaan suspensi secara garis besar ada 3 jenis yaitu suspensi oral, suspensi topikal, dan suspensi otik, cara pembuatannya terdapat 2 macam
yaitu metode disperse dan metode presitipasi yang keduanya membutuhkan suspending agent dalam prosesnya , baik suspending agent yang
berasal dari alam maupun sintetik.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonnesia, Edisi III. Jakarta. 1979
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonnesia, Edisi IV. Jakarta. 1995
3. Hansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ED III.L LeaFebigerPhiladelphia
4. Sulistiawati,2007, Farmakologi dan Terapi, Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta.
5. Niazi. Sarfaraz K, 2004, Handbook Of Pharmacetical Manucfacturing Formulation, Liquid Products Volume 3,CRC Press,United States Of
Amerika
6. Ansel. Howard C. Penerjemah Farida Ibrahim. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ED IV. Jakarta : UI Press. 1994
7. Lachman Leon. Penerjemah Siti Suyatmi. Teori dan Praktek Farmasi Industri ED III. Vol 2. Jakarta UI Press, 1994
19
PERUMUSAN KARAKTER SEDIAAN
1. Nama kelompok 9
Permata Dona 18330123
No. Parameter Satuan Spesifikasi Sediaan yang Akan Dibuat Syarat Farmakope Syarat Lain
1. Organoleptis
20
Kulshreshta, Singh, 5 –
2. pH - 5–7 -
7
Dari 10 wadah tidak kurang dari
Dari 10 wadah tidak kurang dari 100%
Volume 100% dan tidak satupun volume
3. Ml dan tidak satupun volume wadah yang -
Terpindahkan wadah yang kurang dari 95%. (FI
kurang dari 95%.
IV 1089)
Plastis,pseudoplastis
Harus mudah dituang dan mudah
4. Sifat Alir - Tiksotropi Dan thiksotropik
terdispersi kembali.
(martin,Farfis)
21
(Farmakope Indonesia Edisi IV Hal 771)
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Untuk pengobatan jerawat, bakterisid, dan fungisid lemah, dan bersifat keratolisis yang melarutkan
kulit tanduk.
7. Dosis Lazim Pengobatan jerawat : 1-8%
8. Penggunaan lazim/ Cara pemakaian Topikal
9. Sediaan lazim dan kadar Belerang endap mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% S, dihitung
terhadap zat anhidrat.
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
22
No. Parameter Data
1. Pemerian Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopik.
2. Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan
dalam pelarut lain.
3. pH Antara 6,5 dan 8,5. Lakukan penetapan menggunakan larutan ( 1 dalam 100)
4. OTT CMC Na tidak bercampur atau inkompatibilitas kuat dengan larutan asam dan larutan dalam garam besi
dan beberapa logam, seperti Al, raksa, zinc, juga tidak bercampur dengan xanthgum.
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Suspending agent
7. Dosis Lazim Karboksimetilselulosa Natrium adalah garam natrium dari polikarboksimetil eter selulosa, mengandung
tidak kurang dari 6,5 % dan tidak lebih dari 9,5 %, Natrium (Na).
8. Penggunaan lazim/ Cara Pemakaian Topikal, Oral
9. Sediaan lazim dan kadar Suspending agent 1 % – 5 %
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
23
2. Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak
dan dalam minyak menguap.
3. pH -
4. OTT Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan zat oksidator kuat seperti Kromium trioksida, Kalium
klorat, atau Kalium permanganat. Perubahan warna hitam dari gliserin terjadi dengan adanya cahaya,
atau kontak dengan ZnO atau Bi (NO3)3
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Antimikroba, Humektan
7. Dosis Lazim 20 % - 30 %
8. Penggunaan lazim/ Cara pemakaian Oral dan topikal.
9. Sediaan lazim dan kadar Oral dan topikal 20 % - 30 %
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
24
2. Kelarutan Larut dalam 1 bagian kloroform p Larutan jernih.
3. pH 7
4. OTT
-
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Parfum
7. Dosis Lazim -
8. Penggunaan lazim/ Cara pemakaian -
9. Sediaan lazim dan kadar -
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup kedap.
25
2. Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
3. pH 3-6
4. OTT Tidak kompatibel dengan aluminium silikat, magnesium trisilikat, oksida besi kuning, efek antimikroba
berkurang dengan keberadaan surfaktan nonionik.
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Pengawet (antimicrobial agent)
7. Dosis Lazim 0,02 – 0,3 %
8. Penggunaan lazim/ Cara pemakaian Oral/Topikal
9. Sediaan lazim dan kadar -
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
26
4. OTT
Bereaksi keras dengan logam alkali.
5. Cara Sterilisasi -
6. Indikasi Pelarut.
7. Dosis Lazim -
8. Penggunaan lazim/ Cara pemakaian -
9. Sediaan lazim dan kadar -
10. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
27
2. Ukuran Partikel Sieving Analyzer Pencampuran Ukuran partikel Sieving analyzer (mesh 20),
Bagaimana menyeragamkan ukuran Penghalusan untuk menyeragamkan ukuran
partikel? partikel dengan ukuran mesh
terkecil.
3. Zat Pembasah Gliserol Pencampuran Homogenitas Gliserol, karena Sulfur pp
Bagaimana memilih zat pembasah Propilenglikol bersifat hirofob maka
yang sesuai dengan sifat kelarutan digunakan gliserol sebagai zat
sulfur pp? pembasah, juga berfungsi
sebagai emolien dan
antimikroba.
28
Botol kaca gelap mengantisipasi pengaruh
cahaya langsung.
2. Gliserol Wetting agent ≤ 20- 30 % 30% 30%/100 x 60 = 18 gram 18 x 240 = 4320 gram
3. CMC Na Suspending agent 1–5% 1% 1%/100 x 60 = 0,6 gram 0,6 x 240 = 144 gram
Methyl paraben Pengawet 0,02 – 0,3 % 0,18% 0,18%/100 x 60 = 0,108 0,108 x 240 = 2,592 gram
4. gram
29
6. Oleum Rosae Pewangi q.s q.s 2 tetes 8 tetes
I. PERSIAPAN
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, bersihkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan,
seperti mortar, alu, cawan uap, kaca arloji, dll.
2. Praktikan menyiapkan lembar IK (Instruksi Kerja) pembuatan sediaan.
3. Praktikan mulai melakukan sesuai dengan IK.
4. KEGIATAN PRODUKSI
30
1. Penimbangan bahan dan beri label.
2. Penghalusan bahan aktif/bahan tambahan jika diperlukan.
3. Haluskan bahan aktif kedalam lumping lalu haluskan, tambahkan
4. suspending agent, gerus dan tambahkan aquadest sedikit demi sedikit sambil terus diaduk sampai
terjadi corpus emulsi, tambahkan bahan tambahan lainnya, tambahkan sisa aquadest aduk sampai
homogen dan larut sempurna.
5. Masukkan ke dalam wadah.
6. Beri etiket, brosur dan kemasan.
INSTRUKSI KERJA
Tujuan : Memperoleh hasil timbangan dari bahan dengan jumlah yang sesuai dengan
formula
Bahan :
- Sulfur Praecipitatum
31
- Gliserolum
- CMC – Na
- Metil Paraben
- Oleum Rosae
- Aqua destilata
Alat : Timbangan, spatel , cawan uap, dan perkamen
Cara kerja :
32
No Bahan Fungsi % Unit Batch
Sulfur
1. Anti acne 5% 3g 12 g
Praecipitatum
Zat
2. Gliserolum 30 % 18 g 72 g
Pembasah
Suspending
3. CMC - Na 1% 0,6 g 2,4 g
Agent
4. Metil Paraben Pengawet 0,18% 0,108 g 0,432 g
Bahan
5. Oleum Rosae q.s 2 tetes 8 tetes
Pengharum
6. Aqua destilata Pembawa q.s ad 60 ml Ad 240 ml
Bahan :
Cara kerja :
33
CARA PENGAWASAN MUTU SEDIAAN
1. In Process Control
No. Parameter yang Diperiksa / diuji Satuan Cara Pemeriksaan
1. Pengukuran Ph Alat ukur pH
2. pH meter
3. Kertas indikator
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter/ kertas
indikator yang dicelupkan dalam sediaan.
Baca nilai pH dan bandingkan dengan yang diinginkan.
Sampel pH
Suspensi sulfur 5
34
9. Ukuran Partikel Uji Ukuran Partikel
35
Bahan Aktif Suspensi Praecipitatum
Kemasan Primer : Botol @ 60 ml
Sekunder : Dus
Pemerian kemasan primer Spesifikasi Syarat
1. Warna Putih krem Terlindung dari cahya
2. Bentuk Botol coklat Terlindung dari cahya
Tebal Kemasan primer 0,3 cm Tidak terlalu tebal
Diameter wadah 4 cm Tidak kebesaran
Tinggi kemasan 10 cm Tidak kekecilan
Jumlah unit sediaan jadi per kemasan primer 60 ml
Penandaan Obat jerawat Etiket obat luar
Pemerian kemasan sekunder
1. Warna Biru Terlindung dari cahaya
2. Bentuk Segi panjang Terlindung dari cahaya
Tebal kemasan sekunder 0,2 cm
Diameter kemasan sekunder 5 cm Tidak kebesaran
Tinggi kemasan sekunder 11 cm Tidak kekecilan
Jumlah unit sediaan jadi per kemasan primer 60 ml
Penandaan
36
LAMPIRAN
37
2. Kemasan sekunder : dus
38
3. Desain stiker
39
SULFASI
Suspensi Sulfur
KOMPOSISI :
Sulfur praesipitatum 5%
INDIKASI :
Untuk pengobatan jerawat.
KONTRA INDIKASI :
Penderita yang hipersensitif terhadap zat aktif.
FARMAKOLOGI :
Untuk pemakaian topikal, sulfur merupakan keratolitik agent pada konsentrasi
rendah.
EFEK SAMPING :
Pemakaian sulfur dapat mengakibatkan iritasi kulit kemerahan setelah pemakaian
berulang-ulang.kontak dengan mata,mulut, dan membran mukosa lainnya sebaiknya
dihindari.
ATURAN PAKAI :
Bersihkan bagian kulit yang berjerawat, lalu oleskan secara merata sebaiknya
digunakan sehabis mandi.
PENYIMPANAN :
Simpan pada wadah tertutup rapat ditempat sejuk dan kering.
PERINGATAN :
Hanya untuk pemakaian luar, hindari kontak dengan mata dan membran mukosa.
Jangan sampai terkena mata, jika terkena mata cepat cuci dengan air. Jangan
langsung digunakan pada luka terbuka.
KEMASAN :
60 mL
4. Brosur
NO. Reg : DBL1613100233A1
No. Batch : 19122018
EXP. DATE : Des 2025
40
MFG. DATE : Des 2020
Diproduksi oleh :
PT. ISTN FARMA, Jakarta - Indonesia
41