Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito Kalisoro,


Tawangmangu, Karanganyar Dan
Rumah Atsiri Indonesia Plumbon, Tawangmangu, Karanganyar
02 Agustus 2023

Disusun Oleh :
Mayang Nurrohmahaliza : 220209027
Mel Rinda Nurdilanda : 220209028
Muryanti : 220209029
Nadya Ayu Nur Azizah : 220209030
Nida’ul Choir : 220209031

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) Kalisoro, Tawangmangu, Karanganyar Dan
Rumah Atsiri Indonesia Plumbon, Tawangmangu, Karanganyar
02 Agustus 2023

Disusun Oleh :
Mayang Nurrohmahaliza : 220209027
Mel Rinda Nurdilanda : 220209028
Muryanti : 220209029
Nadya Ayu : 220209030
Nida : 220209031

Menyetujui,
Ketua Program Studi S1 Farmasi Dosen pembimbing Kunjungan Industri

apt. Tatiana Siska Wardhani, apt. Niken Luthfiyanti, S. Farm.,


S. Farm., M. Farm M. Farm
NIDN. 0612018802 NIK. 110223216

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Warsi Maryati , SKM, MPH


NIDN. 0606039102

ii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kunjungan Industri ke UPF Pelayanan Kesehatan
Tradisional dan Rumah Atsiri Indonesia dengan lancar dan tanpa adanya kendala.
Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas setelah pelaksanaan kunjungan industri
bagi mahasiswa Sarjana Farmasi Universitas Duta Bangsa Surakarta.
Kekhilafan serta kesalahan mungkin saja terjadi pada penulisan laporan
kunjungan industri ini. Namun demikian, semoga laporan kunjungan ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Merupakan suatu kebahagiaan tak terhingga bagi penulis
yang akhirnya dapat menyelesaikan laporan dan tentu melibatkan banyak pihak
untuk penulisan laporan kunjungan industri ini. Oleh sebab itu pada kesempatan
kali ini, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis untuk
menyelesaikan laporan kunjungan industri ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan laporan
kunjungan industri ini. Maka dari itu, penulis meminta kritik serta saran yang dapat
membangun dalam perbaikan agar dapat lebih baik lagi di masa mendatang.

Surakarta, 11 September 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
Bab I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan Kunjungan Industri ................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat Kunjungan Industri ................................................. 2
D. Manfaat Kunjungan Industri.................................................................. 2
Bab II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
A. Pengertian Industri Farmasi ................................................................... 3
B. CPOB / CPOTB .................................................................................... 3
1. Struktur Organisasi........................................................................ 5
2. Pendirian dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana ........................... 5
3. Pembuatan Produk ........................................................................ 9
4. Proses Perizinan Produk .............................................................. 11
5. Proses Pemasaran Produk ............................................................ 13
Bab III. TINJAUAN TEMPAT KUNJUNGAN INDUSTRI .............................. 14
A. UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito .................. 14
B. Rumah Atsiri Indonesia....................................................................... 27
Bab IV. PEMBAHASAN ................................................................................... 36
Bab V. PENUTUP ............................................................................................. 53
A. Kesimpulan ......................................................................................... 53
B. Saran .................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56
LAMPIRAN ...................................................................................................... 58

iv
DAFTAR GAMBAR
BAB III
Gambar 3.1 Struktur Organisasi UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr.
Sardjito .............................................................................................................. 16
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Rumah Atsiri Indonesia ................................... 29

BAB IV
Gambar 4.1 Project Class .................................................................................. 45
Gambar 4.2 Rumah Atsiri Indonesia .................................................................. 46
Gambar 4.3 Alat Penyulingan ............................................................................ 51

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tanaman Obat yang Terdapat di UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional
RSUP Dr. Sardjito ............................................................................................. 37
Table 4.2 Tanaman Obat yang Terdapat di Rumah Atsiri Indonesia ................... 50

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. UPF Yankestrad Tawangmangu ..................................................... 58


Lampiran 2. Ruang Produksi .............................................................................. 58
Lampiran 3. Rumah Atsiri Indonesia .................................................................. 58
Lampiran 4. Toko Aromatik ............................................................................... 58
Lampiran 5. Alat Penyulingan ............................................................................ 58
Lampiran 6. Kokedama ..................................................................................... 58
Lampiran 7. Pohon Minyak Atsiri ...................................................................... 59
Lampiran 8. Alat Enflorasi ................................................................................. 59

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kunjungan industri menjadi kegiatan wajib yang dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa
Surakarta agar mendapat gambaran bagaimana dunia kerja Farmasi Industri yang
sebenarnya. Kunjungan industri sendiri adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengunjungi sebuah perusahaan farmasi yang menjadi contoh kegiatan atau
gambaran pekerjaan yang akan dilakukan oleh mahasiswa farmasi di masa depan.
Kunjungan industri ini dilakukan untuk menambah pengalaman dan wawasan
mahasiswa tentang dunia kerja. Kegiatan kunjungan industri ini berkaitan dengan
cara bagaimana seorang farmasi mengetahui beberapa contoh tanaman obat yang
berkhasiat sebagai obat herbal dan juga bagaimana cara mendirikan serta mengelola
suatu usaha. Mahasiswa diwajibkan untuk menggali informasi dari kunjungan
industri untuk memperoleh pengetahuan bagaimana cara pembuatan obat herbal
sampai dengan proses pemasaran. Kunjungan Industri dilakukan untuk memberikan
gambaran tentang produksi di bidang usaha. Mahasiswa diwajibkan membuat
laporan atas informasi yang diperoleh selama melakukan kunjungan industri.
Pada kegiatan Kunjungan Industri kali ini, mahasiswa Program Studi S1
Farmasi Angkatan 2022 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa
Surakarta berkesempatan untuk berkunjung di UPF Pelayanan Kesehatan
Tradisional RSUP Dr. Sardjito dan Rumah Atsiri Indonesia, dengan tema kegiatan
Pharmacist Back to Nature. Kunjungan Industri di UPF Pelayanan Kesehatan
Tradisional RSUP Dr. Sardjito dan Rumah Atsiri Indonesia ini diharapkan
mahasiswa mampu mengetahui cara pengembangan dan pembuatan sediaan
farmasi, obat herbal serta mampu menerapkan keilmuannya sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki.
B. Tujuan Kunjungan Industri
1. Mendorong mahasiswa agar mempunyai kreativitas yang tinggi untuk
mendirikan suatu usaha.
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek farmasi di Industri Farmasi.
3. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa terkait penerapan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dalam semua aspek di
Industri Farmasi.
4. Memberikan wawasan kepada mahasiswa terkait alur proses penyediaan
bahan baku dan pembuatan sediaan obat.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
Industri Farmasi.

C. Waktu dan Tempat Kunjungan Industri


1. Waktu
Hari/ Tanggal : Rabu, 02 Agustus 2023
2. Tempat Kunjungan Industri
a. UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional Tawangmangu RSUP Dr.
Sardjito.
b. Rumah Atsiri Indonesia.

D. Manfaat Kunjungan Industri


1. Mahasiswa tertarik untuk membuat suatu produk dengan menggunakan
tanaman tradisional.
2. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai macam khasiat dari banyaknya
tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pembuatan simplisia dengan baik.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pekerjaan yang dilakukan pada bidang
industri farmasi.

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Industri Farmasi


Industri farmasi di Indonesia diawali dengan berdirinya pabrik farmasi
pertama di Hindia Timur pada tahun 1817, bernama NV. Chemicalien Rathkamp &
Co kemudian NV. Pharmaceutische Handel Vereneging J. Van Gorkom % Co. pada
tahun 1865. Dalam kurun waktu 50 tahun, Indonesia kemudian meluncurkan
industri farmasi modern pertama, yaitu pabrik kina di Bandung pada tahun 1896.
Walaupun usianya lebih dari satu abad, namun perkembangan industri
farmasi di Indonesia dibilang relatif lebih lambat dibandingkn negara lainnya.
Perkembangan industri farmasi mulai mencuat pada masa kemerdekaan. Tenaga
apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria, Jerman,
dan Belanda.
Pengertian industri dalam UU RI Nomor 5 Tahun 1984 tentang perindustrian
mengartikan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.
Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi adalah badan usaha
yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan
obat atau bahan obat. Industri farmasi merupakan industri penghasil obat, dituntut
untuk dapat menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat
(efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk
tujuan kesehatan (Priyambodo, 2007).

B. CPOB / CPOTB
Cara Pembuatan Obat yang Baik yang selanjutnya disingkat CPOB adalah
cara pembuatan obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan agar
mutu obat dan/atau bahan obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
tujuan penggunaan. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk
menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencangkup seluruh aspek produksi
dan pengendalian mutu (BPOM, 2018).
Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) harus membuat obat sedemikian rupa
agar sesuai dengan tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan izin edar atau
persetujuan izin klinik, jika diperlukan dan tidak menimbulkan resiko yang
membahayakan pasien pengguna yang disebabkan karena keamanan, mutu atau
efektivitas yang tidak memadai. Industri farmasi harus menetapkan manajemen
puncak yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan atau pabrik dengan
kewenangan dan tanggung jawab memobilisasi sumber daya dalam perusahaan atau
pabrik untuk mencapai kepatuhan terhadap regulasi. Untuk mencapai sasaran mutu
yang handal, diperlukan sistem mutu yang di desain secara komprehensif dan
diterapkan secara benar serta mencangkup Cara Pembuatan Obat yang Baik dan
manajemen risiko mutu.
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik yang selanjutnya disingkat
CPOTB adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang bertujuan
untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB) bertujuan untuk menjamin obat tradisional dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOTB mencangkup seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu serta pengembangan produk dan Manajemen Risiko Mutu (MRM) (BPOM,
2021).
Industri Obat Tradisional harus membuat obat tradisional agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin
edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya
karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan mutu
secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem pemastian mutu yang di
desain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara

4
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) termasuk Pengawasan Mutu dan
Manajemen Risiko Mutu.

1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada industri farmasi dijelaskan dalam peraturan
Badan POM Tahun 2018 dan juga pada petunjuk operasional penerapan
pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Jilid 1 Tahun 2012.
Struktur organisasi dijelaskan pada bagian personalia dimana Industri
Farmasi harus memiliki struktur organisasi yang hubungan antara kepala
produksi, kepala pengawasan mutu, dan kepala pemastian mutu
ditunjukkan dengan jelas secara manajerial. Manajemen puncak akan
menunjuk personel kunci termasuk kepala produksi, pengawasan mutu,
dan pemastian mutu.
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa
sehingga bagian Produksi, Manajemen mutu (pemastian mutu),
Pengawasan mutu dipimpin oleh orang-orang yang berbeda sertaa tidak
bertanggung jawab satu terhadap lain dan bersifat independen. Masing-
masing personil diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang
diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.

2. Pendirian dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana


Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat tradisional hendaklah
memiliki desain, kontruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan hendaklah dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadi kekeliruan, kontaminasi
dan kontaminasi silang dan kesalahan lain, memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran
silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat tradisional.

5
a. Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk
dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area
penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan
tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau
area produksi.
b. Area Produksi
Konstaminasi silang hendaklah dicegah untuk semua produk
melalui desain dan pengoprasian fasilitas pembuatan yang tepat.
Tindakan pencegahan kontaminasi silang hendaklah sepadan
dengan risikonya. Prinsip MRM hendaklah digunakan untuk
menilai dan mengendalikan risiko. Tergantung pada tingkat risiko,
mungkin diperlukan bagunan- fasilitas dan peralatan yang
terdedikasi untuk kegiatan pengolahan dan / atau pengemasan guna
mengendalikan risiko dari beberapa obat tradisional.
Fasilitas terdedikasi dipersyaratkan untuk pembuatan obat
tradisional yang berisiko karena :
1) Risiko tidak dapat dikendalikan secara memadai melalui
pengoprasian dan/ atau tindakan teknis;
2) Data ilmiah dari evaluasi toksikologi tidak mendukung
risiko yang dapat dikendalikan; dan
3) Batas residu relavan berdasarkan hasil evaluasi
toksikologi, tidak dapat ditentukan secara memuaskan
dengan metode analisis tervalidasi.
Tata letak ruang produksi dirancang sedemikian rupa untuk :
1) Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang
saling berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan
menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan;
2) Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan
3) Memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang
efektif.

6
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk
yang sedang dalam proses hendaklah memadai untuk
memungkinkan penempatan peralatan dan bahan seacara logis,
sehingga dapat memperkecil risiko terjadinya kekeliruan antara
obat tradisional atau komponen obat tradisional yang berbeda,
mencegah kontaminasi silang dan memperkecil risiko terlewat atau
salah melaksanakan langkah proses pengolahan atau pengawasan.
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan
menggunakan fasilita pengendali udara termasuk filter udara
dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah kontaminasi dan
kontaminasi silang, pengendali suhu dan, bila perlu , pengendali
kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan
kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya
terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah di
pantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan
produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi
desain.
c. Area Penyimpanan
Bahan obat tradisional hendaklah disimpan di area terpisah.
Area penyimpanan hendaklah dilengkapi sedemikian rupa untuk
memberi perlindungan terhadap masuknya serangga atau hewan
lain terutama hewan pengerat. Tindakan efektif hendaklah diambil
untuk mencegah penyebaran hewan-hewan tersebut dan mikroba
yang dibawa oleh bahan mentah obat tradisional untuk mencegah
konstaminasi silang. Area khusus hendaklah digunakan untuk
mengarantina bahan obat tradisional yang masuk dan bahan obat
tradisional yang diluluskan.
Area penyimpanan hendaklah diventilasi dengan baik dan
wadah hendaklah diletakkan sedemikian rupa sehingga
memudahkan sirkulasi udara. Perhatian khusus hendaklah

7
diberikan terhadap kebersihan dan perawatan yang baik di area
penyimpanan yang mennibulkan debu.
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang
memadai untuk menyimpan dengan rapid an teratur berbagai
macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status
karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak,
produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.
d. Area Pengawasan Mutu
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area
produksi. Area pengujian mikrobiologi hendaklah dipisahkan dari
area pengujian lain. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah
didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Luas ruang
hendaklah memadai untuk mencegah pencampurbauran dan
kontaminasi silang. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan
dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding ( bila
perlu dengan kondisi suhu terkendali ), pelarut, pereaksi, dan
dokumen.
Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian
bahan kontruksi yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap
asap. Pasokan udara ke laboratorium hendaklah dipisahkan dari
pasokan ke area produksi. Hendaklah dipasang unit pengendali
udara yang terpisah untuk masing-masing laboratorium
mikrobiologi. Ruangan terpisah mungkin diperlukan untuk
melindungi instrument yang sensitive terhadap gangguan listrik,
getaran, kelembaban, dan gangguan lain, atau bila perlu untuk
mengisolasi instrument.
e. Sarana Pendukung
Ruang istirahat dan kantin hendaklah terpisah dari area lain.
Fasilitas untuk mengganti pakaian kerja , membersihkan diri dan
toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah

8
diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area
produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian untukn area
produksi hendaklah berada diarea produksi namun terpisah dari
ruang produksi.
Letak bengkel perbaikan dan pemeliharaan peralatan
hendaklah terpisah dari area produksi. Apabila suku cadang,
aksesoris mesin dan perkakas bengkel di area produksi, hendaklah
disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan alat
tersebut.
f. Pembersihan dan Sanitasi Bangunan-Fasilitas
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat tradisional
hendaklah didesain dan dikontruksi dengan tepat untuk
memudahkan sanitasi yang baik. Hendaklah tersedia dalam jumlah
yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat
cuci bagi personil yang letaknya mudah diakses dari area
pembuatan. Dan hendaklah disediakan fasilitas yang memadai
untuk penyimpanan pakaian personel dan milik pribadinya di
tempat yang tepat (BPOM, 2009).

3. Pembuatan Produk
Kegiatan produksi harus dilaksanakan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOTB yang menjamin
senantiasa menghasilkan obat tradisional yang memenuhi persyaratan
mutu serta memenuhi ketentuan izin produksi dan izizn edar (registrasi).
Untuk memastikan bukan hanya kualitas, tapi juga keamanan, dan
khasiat produk kompleks yang berasal dari alam misalnya obat tradisional,
penempatan langkah-langkah produksi yang jelas adalah esensial.
Untuk bahan mentah- baik yang dibudidayakan maupun yang hidup
secara liar, dan yang digunakan baik dalam bentuk bahan meentah maupun
sudah melalui teknik pengolahan sederhana (misal perajangan atau
penghalusan) tahap kritis pertama dalam proses produksi, dalam hal ini

9
dimana pedoman ini mulai diterapkan, hendaklah ditentukan dengan jelas.
Penjelasan tentang hal tersebut hendaklah dinyatakan dan
didokumentasikan. Petunjuk diberikan seperti berikut; namun untuk
proses seperti ekstraksi, fermentasi, dan pemurnian, penentuannya
hendaklah ditetapkan berdasarkan kasus-per-kasus.
a. Pengumpulan / pembudidayaan dan / atau pemanenan, proses
pasca panen termasuk pemotongan pertama dari bahan alamiah
hendaklah dijelaskan secara rinci;
b. Jika diperlukan penghalusan lebih lanjut dalam proses
pembuatannya, hendaklah hal tersebut dilakukan sesuai CPOTB;
c. Dalam hal Bahan Aktif Obat Tradisional (BAOT), sesuai definisi
dalam Glosarium, terdiri hanya dari rajangaan atau serbuk,
penerapan pedoman ini dimulai pada proses fisik yang mengikui
pemotongan awal dan perajangan, dan termasuk pengemasan;
d. Jika ekstrak digunakan, prinsip- prinsip dari pedoman ini
hendaklah diberlakukan pada setiap tahap produksi mengikuti
proses pascapanen dan/ atau pascapengumpulan; dan
e. Dalam hal produk jadi diolah secara fermentasi, penerpan CPOTB
hendaklah meliputi seluruh tahap produksi sejak pemotongan awal
dan penghalusan. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada
pemasukan mikroba ke dalam proses fermentasi.
Bahan hendaklah ditangani dengan cara yang tidak merusak produk.
Pada saat bahan alam tiba dipabrik hendaklah langsung diturunkan dan
dibongkar. Selama proses ini berlangsung hendaklah bahan alam
dihindarkan dari kontak langsung dengan tanah. Lebih lanjut , hendaklah
juga dihindarkan dari sinar matahari langsung ( kecuali hal tersebut
merupakan kebutuhan spesifik, missal pengeringan dengan sinar matahari)
dan hendaklah terlindung dari hujan serta kontaminai mikroba.
Produksi hendaklah dilakukan dan disupervisi oleh personel yang
kompeten. Seluruh proses penanganan bahan awal sampai produk jadi,
seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan,

10
penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi
hendaklah dilakukan sesuai prosedur atau intruksi tertulis dan bila perlu
dicatat (Anonim, 1985).

4. Proses Perizinan Produk


Sesuai Permenkes No 007 tentang Registrasi Obat Tradisional, pasal
2 ayat (1) obat tradisional yang diedarkan di wilayah Indonesia Wajib
Memiliki izin edar, pada ayat (2) izin edar sebagaimana dimakud pada
Ayat (1) diberikan oleh Kepala Badan, pada ayat (3) pemberian izin edar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui mekanisme
registrasi sesuai dengan tatalaksana yang ditetapkan.
Berdasarkan Permenkes NO.006 Tahun 2012 tentang Industri dan
Usaha Obat Tradisional pada pasal 2 ayat (1) obat tradisional hanya dapat
Dibuat oleh industrI dan usaha di bidang obat tradisional, pada ayat (2)
industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: IOT dan IEB
pada ayat (3) usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
UKOT, UMOT, usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong.
Terdapat beberapa peraturan yang mengatur terkait dengan izin edar
Obat Tradisional yaitu :
a. Peraturan Menteri Kesehatan No.006 tahun 2012 tentang Industri
dan Usaha Obat Tradisional.
Pada peraturan ini terdapat beberapa hal yang diatut antara lain
Bentuk Industri dan Usaha Obat Tradisional
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektrolik Sektor Kesehatan.
Pada peraturan ini terdapat beberapa hal yang diatur antara lain,
Jenis perizinan berusaha UKOT dan UMOT, persyaratan unuk
memperoleh sertifikat izin berusaha UKOT dan UMOT, serta tata
cara penerbitan izin berusaha UKOT dan UMOT

11
c. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Indonesia
Nomor: HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang kriteria dan Tata
Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka.
Pada peraturan ini terdapat beberapa hal yang diatur antara lain,
Jenis pendaftar yang dapat mendaftarkan obat tradisional dalam
Negeri, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, kategori
pendaftaran, Tata laksana pendaftaran (termasuk jenis dokumen
yang dipersyaratkan), serta larangan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan No.007 tahun 2012 tentang
Registrasi Obat Tradisional.
Pada peraturan ini terdapat beberapa hal yang diatur antara lain,
Peraturan terkait dengan Izin Edar, bentuk sediaan dan jeni
tumbuhan yang dilarang, serta tata cara registrasi.
e. Peraturan Badan POM No.26 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektrolic Sektor Obat
dan makanan.
Pada peraturan ini terdapat beberapa hal yang diatur antara lain,
Persyaratan memperoleh izin edar, tata cara penerbitan izin edar,
masa berlaku izin edar, dan pengawasan.
f. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang
Ketentuan Pokok Pengelompokan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia.
Pada peraturan ini terdapat beberapa hal yang diatur antara lain,
Pengelompokan obat Bahan Alam Indonesia, Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia, dan kriteria Jamu, Obat Herbal
Terstandar dan Fitofarmaka.

12
5. Proses Pemasaran Produk
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan
oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa didalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (Kotler dan Keller, 2009).
Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan
perusahaan, dimana secara langsung berhubungan dengan konsumen.
Pemasaran produk jamu terdapat 2 kriteria :
a. Produk jamu yang ada kemasan dan sudah berizin Badan POM
dapat dipasarkan secara luas missal di apotek, toko obat, ataupun
pasar. Selain itu dapat dijual bebas di Shoppe, Tokopedia, dll.
b. Jamu yang sudah ada kemasan tetapi belum berizin tidak dapat
dipasarkan secara luas dan bebas, artinya hanya untuk dapat
dikonsumsi terbatas untuk kalangan saja.

13
14

BAB III
TINJAUAN TEMPAT KUNJUNGAN INDUSTRI

A. UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito


1. Sejarah UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito
B2P2TOOT bermula dari kebun koleksi tanaman obat, dirintis oleh
R.M Santoso Soerjokoesoemo sejak awal tahun kemerdekaan,
menggambarkan semangat dari seorang anak bangsa nusantara yang tekun
dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang. Beliau
mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948,
secara resmi kebun koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah
lembaga eujkman dan diberi nama “Hortus Medicus Tawangmangu”.
Keniscayaan, evolusi sebagai suatu organisasi terjadi karena Kepmenkes
No. 149 Tahun 1978 pada tanggal 28 April 1978, yang mentranformasi
kebun koleksi menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) sebagai unit
pelaksana teknis di badan penelitian dan pengembangan kesehatan,
Departemen kesehatan transformasi 1 ini sebagai lembaga iptek
memberikan nuansa dan semangat baru dalam mengelola tanaman obat
(TO) dan potensi-potensi TO sebagai bahan jamu untuk pencegahan,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan rakyat.
Evolusi organisasi berlanjut pada Tahun 2006 dengan Pemenkes No.
491 Tahun 2006 tanggal 17 Juli 2006, BPTO bertransformasi menjadi balai
besar penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional
(B2P2TOOT). Transformasi 2 Ini memberikan amanah untuk melestarikan,
membudayakan dan mengembangkan toot dalam mendukung pencapaian
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Sejak Tahun 2010, B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi
Jamu, dari hulu ke hilir, mulai dari riset etnofarmakologi tumbuhan obat dan
jamu, pelestarian, budidaya, pasca panen, riset praklinik, riset klinik,
teknologi, manajemen bahan jamu, pelatihan iptek, pelayanan iptek dan
diseminasi sampai dengan peningkatan kemandirian masyarakat.
Unit Pelaksana Fungsional Pelayanan Kesehatan Tradisional
Tawangmangu (UPF Yankestrad Tawangmangu) merupakan transformasi
Balai Besar Peneltian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) menjadi bagian rsup Dr. Sardjito dengan
branding ‘Hortus Medicus’. Kini, UPF menjalankan peran baru sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan, dengan keunggulan di bidang tanaman obat
dan obat tradisional.
Tugas utama UPF Yankestrad Tawangmangu tidak lepas dari visi
RSUP Dr. Sardjito, yaitu rumah sakit berbudaya yang unggul dalam
pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Pelayanan kesehatan tradisional di
Tawangmangu ditujukan untuk memperkuat pelayanan medis yang telah
paripurna diselenggarakan oleh RSUP Dr. Sardjito.
UPF Yankestrad Tawangmangu melaksanakan pelayanan kesehatan
tradisional dan non tradisional, beriringan dengan upaya kesehatan prevenif
dan promotif melalui wisata kebugaran (wellness tourism).
Pemenuhan kebutuhan bahan baku jamu yang berkualitas dan
berkesinambungan untuk mendukung pelayanan kesehatan tradisional,
dilakukan dengan budidaya dan pengolahan pascapanen tanaman obat yang
terstandar. Kegiatan lainnya adalah penyediaan berbagai produk berbahan
tanaman obat, pengujian laboratorium, setra penyelenggaraan program
pelatihan dan magang.

2. Visi dan Misi UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito
a. Visi
1) Menjadi institusi rujukan penelitian dan pengembangan
tanaman obat dan obat tradisional.
2) Masyarakat sehat dengan jamu yang aman dan berkhasiat.
b. Misi
1) Meningkatkan mutu penelitian dan pengembangan.
2) Mengembangkan hasil penelitian dan pengembangan.

15
3) Meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian dan
pengembangan.

3. Struktur Organisasi

Gambar 3.1 Struktur Organisasi UPF Yankestrad


Tugas dan Wewenang :
a. Kepala UPF, bertugas menyiapkan perumusan kebijakan,
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi, pemantauan dan
evaluasi program kegiatan di UPF Pelayanan Kesehatan
Tradisional RSUP dr. Sardjito.
b. Kepala Instalasi Layanan Kesehatan dan Wisata Kebugaran,
bertugas mengawasi dan mengendalikan pelayanan kesehatan dan
wisata kebugaran di UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP
dr. Sardjito.
1) PJ Pelayanan, bertugas bertanggung jawab dalam semua
pelayanan yang ada di UPF Pelayanan Kesehatan
Tradisional RSUP Dr. Sardjito.
2) PJ SDM dan Logistik, bertugas bertanggung jawab atas
Sumber Daya Manusia dan segala logistik yang ada di
UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito.

16
c. Kepala Instalasi Penunjang dan Penyediaan Produk, bertugas
mengawasi dan mengendalikan penunjang dan penyediaan produk
di UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito.
1) PJ Pelayanan, bertugas bertanggung jawab dalam semua
pelayanan yang ada di UPF Pelayanan Kesehatan
Tradisional RSUP Dr. Sardjito.
2) PJ SDM dan Logistik, bertugas bertanggung jawab atas
Sumber Daya Manusia dan segala logistik yang ada di
UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito.

4. Pendirian dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) dirintis oleh R. M Santoso Soerjokoesoemo
sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat anak bangsa
nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek
moyang. Mulai April pada tahun 1948 secara resmi kebun koleksi tanaman
obat tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah lembaga Eijkman dan
diberi nama “Hortus Medicus” Tawangmangu. Pada tahun 1963-1968
berada di bawah koordinasi Badan Pelayanan Umum Farmasi dan
kemudian pada tahun 1968-1975 di bawah Direktorat Jenderal Farmasi
(Lembaga Farmasi Nasional). Pada tahun 1975-1979 kebijakan
Pemerintah menetapkan Hortus Medicus di bawah pengawasan Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, DitJen POM, Depkes RI (B2P2TOOT).
Unit Pelaksana Fungsional Pelayanan Kesehatan Tradisional
Tawangmangu (UPF Yankestrad Tawangmangu) merupakan transformasi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) menjadi bagian RSUP Dr. Sardjito dengan
branding `Hortus Medicus`. Kini, UPF menjalankan peran baru sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan, dengan keunggulan di bidang tanaman obat
dan obat tradisional.

17
Sarana dan Prasarana Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu dalam
menjalankan tugas dan fungsinya didukung oleh sarana dan prasarana
yang meliputi 1 unit gedung kantor untuk administrasi, 1 unit gedung
pertemuan dengan daya tampung 400 orang, perpustakaan dengan 1.238
koleksi pustaka berupa jurnal ilmiah, majalah ilmiah, dan buku-buku
terbitan dalam dan luar negeri, website, mess peneliti 15 kamar, gedung
laboratorium, rumah kaca 2 unit yang berlokasi di Kalisoro (1200 mdpl)
difungsikan untuk pembibitan, adaptasi dan pelestarian tanaman, kebun
produksi Karangpandan dengan ketinggian 600 mdpl seluas ± 1,85 Ha,
kebun produksi Kalisoro terletak pada 1200 mdpl seluas ± 2 Ha, kebun sub
tropik Tlogodlingo terletak pada ketinggian 1600-1800 mdpl seluas ± 12
Ha, Etalase Tanaman Obat dengan koleksi ± 1000 spesies, Rumah Riset
Jamu sebagai unit integral Saintifikasi Jamu meliputi Klinik Saintifikasi
Jamu Hortus Medicus untuk riset klinik berbasis pelayanan kesehatan,
Museum Jamu Hortus Medicus, 1 unit pasca panen dan kebun percobaan.
Pengembangan sarana dan prasarana merupakan program utama
dengan penyediaan fasilitas penelitian berupa gedung laboratorium beserta
fasilitasnya yang representatif agar mampu mewujudkan visi dan misi
B2P2TOOT Tawangmangu. Laboratorium yang ada di B2P2TOOT yaitu
Laboratorium Sistematika Tumbuhan, Laboratorium Benih dan
Pembibitan, Laboratorium Galenika, Laboratorium Fitokimia,
Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Laboratorium Formulasi,
Laboratorium Kultur Jaringan dan Mikrobiologi, Laboratorium
Eksperimental dan Animal House, Laboratorium Bioteknologi dan
Laboratorium Pasca Panen. Peralatan utama yang menunjang kegiatan di
laboratorium tersebut adalah 1 unit gas chromatography (GC), 1 unit TLC
densitometer, 1 unit high performance liquid chromatography (HPLC), 1
unit vacum rotavapor, 3 unit spektofotometer, 2 unit blotting apparatus, 1
unit thermocycler PCR, 2 unit micro centrifuge, 1 unit mesin pembuat

18
tablet dan kapsul jamu, 1 unit mesin penyerbuk dan 1 unit pencuci bahan
jamu.

5. Pembuatan Produk
Tujuan pengelolaan pasca panen tanaman obat di B2P2TOOT adalah
untuk membuat simplissia nabati siap konsumsi baik secara langsung oleh
masyarakat umum, sebagai bahan baku jamu, industri obat tradisional
maupun untuk keperluan ekspor. Berikut merupakan tahapan dalam
pembuatan simplisia :
a. Sortasi Basah
Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran atau
bahan asing serta bagian tanaman lain yang tidak diinginkan dari
bahan simplisia. Kotoran tersebut dapat berupa tanah, kerikil,
rumput/gulma, tanaman lain yang mirip, bahan yang telah rusak
atau busuk, serta bagian tanaman lain yang memang harus
dipisahkan dan dibuang. Pemisahan bahan simplisia dari kotoran
ini bertujuan untuk menjaga kemurnian dan mengurangi
kontaminasi awal yang dapat mengganggu proses selanjutnya,
mengurangi cemaran mikroba, serta memperoleh simplisia dengan
jenis dan ukuran seragam.
Tahapan ini juga dilakukan pemilihan bahan berdasarkan
ukuran panjang, lebar, besar kecil dan lain-lain. Sortasi basah harus
dilakukan secara teliti dan cermat. Kotoran ringan yang berukuran
kecil dapat dipisahkan menggunakan nyiru dengan arah gerakan ke
atas dan ke bawah serta memutar. Kotoran akan beterbangan dan
memisah dari bahan simplisia. Kegiatan sortasi basah dapat juga
dilakukan secara bersamaan dengan pencucian dan penirisan. Pada
saat pencucian, bahan di bolak-balik untuk memisahkan kotoran
yang menempel atau terikat dalam bahan.

19
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah atau
kotoran lain yang melekat pada bahan simplisia. Proses ini
dilakukan dengan menggunakan air bersih (standar air minum), air
dari sumber mata air, air sumur, atau air PDAM. Khusus untuk
bahan yang mengandung senyawa aktif yang mudah larut dalam
air, pencucian dilakukan secepat mungkin (tidak direndam).
Pencucian dilakukan secara cermat terutama untuk bahan simplisia
yang berada di dalam tanah atau dekat dengan permukaan tanah,
misalnya rimpang, umbi, akar, dan batang yang merambat, serta
daun yang melekat / dekat dengan permukaan tanah.
Pencucian menggunakan air mengalir agar kotoran yang
terlepas tidak menempel kembali. Pencucian bahan simplisia
dalam jumlah besar akan lebih efektif bila dilakukan dalam bak
bertingkat yang menerapkan konsep air mengalir. Kotoran yang
melekat pada bagian yang sulit dibersihkan dapat dihilangkan
dengan penyemprotan air bertekanan tinggi atau dengan disikat.
Bahan simplisia berupa akar, umbi, batang, atau buah dan biji dapat
dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah
mikroba awal karena sebagian mikroba biasanya terdapat pada
bagian permukaan bahan simplisia, dan dengan proses pencucian
saja masih belum mampu menghilangkan mikroba tersebut. Bahan
yang telah dikupas dengan cara yang tepat dan bersih kemungkinan
tidak perlu dicuci lagi.
c. Penirisan
Setelah bahan dicuci bersih, dilakukan penirisan pada rak-rak
yang telah diatur sedemikian rupa untuk mencegah pembusukan
atau bertambahnya kandungan air. Proses penirisan bertujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan air di
permukaan bahan dan dilakukan sesegera mungkin setelah
pencucian. Selama penirisan, bahan di bolak-balik untuk

20
mempercepat penguapan dan dilakukan di tempat teduh dengan
aliran udara cukup agar terhindar dari fermentasi dan pembusukan.
Setelah air yang menempel di permukaan bahan menetes atau
menguap, bahan simplisia dikeringkan dengan cara yang sesuai.
d. Pengubahan Bentuk
Beberapa jenis bahan baku atau simplisia seringkali harus
diubah menjadi bentuk lain, misalnya irisan, potongan, dan serutan
untuk memudahkan kegiatan pengeringan, pengemasan,
penyimpanan dan pengolahan selanjutnya. Proses ini bertujuan
untuk memperbaiki penampilan fisik dan memenuhi standar
kualitas (terutama keseragaman ukuran) serta meningkatkan
kepraktisan dan ketahanan dalam penyimpanan. Pengubahan
bentuk harus dilakukan secara tepat dan hati-hati agar tidak
menurunkan kualitas simplisia yang diperoleh. Simplisia yang
mengalami perubahan bentuk hanya terbatas pada simplisia akar,
rimpang, umbi, batang, kayu, kulit batang, daun dan bunga.
Perajangan bisa dilakukan dengan pisau yang terbuat dari stainless
steel ataupun alat perajang khusus untuk menghasilkan rajangan
yang seragam. Sedangkan untuk menghasilkan simplisia serutan
dapat digunakan alat penyerut kayu (elektrik) yang dapat diatur
ukuran ketebalannya. Semakin tipis ukuran hasil rajangan atau
serutan, maka akan semakin cepat proses penguapan air sehingga
waktu pengeringannya menjadi lebih cepat.
Bahan simplisia berupa rimpang seperti jahe, temulawak,
kunyit dan sejenisnya harus dihindari perajangan yang terlalu tipis
agar dapat mencegah berkurangnya minyak atsiri. Selain itu,
perajangan yang terlalu tipis juga menyebabkan simplisia mudah
rusak saat dilakukan pengeringan dan pengemasan. Ukuran
ketebalan simplisia harus seragam tergantung pada bagian
tumbuhan yang diiris. Ketebalan irisan simplisia rimpang, umbi,
dan akar ± 3 mm, sedangkan untuk bahan baku berupa daun

21
dipotong melintang dengan lebar daun ± 2 cm, dan kulit batang
diiris dengan ukuran 2 x 2 cm. Pada umumnya rimpang diiris
melintang, kecuali rimpang jahe, kunyit, dan kencur dipotong
membujur.
e. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar
bahan simplisia tidak rusak dan dapat disimpan dalam jangka
waktu yang lama, menghentikan reaksi enzimatis dan mencegah
pertumbuhan kapang, jamur, dan jasad renik lain. Dengan matinya
sel bagian tanaman, maka proses metabolisme (seperti sintesis dan
transformasi) terhenti, sehingga senyawa aktif yang terbentuk tidak
diubah secara enzimatik. Namun, ada pula bahan simplisia tertentu
yang memerlukan proses enzimatik tertentu setelah di panen,
sehingga diperlukan proses pelayuan (pada suhu dan kelembapan
tertentu) atau pengeringan bertahap sebelum proses pengeringan
sebenarnya. Proses enzimatik diperlukan karena senyawa aktif
berada dalam ikatan kompleks. Misalnya buah vanili, buah kola,
umbi bidara upas dan umbi bawang. Tetapi untuk simplisia yang
mengandung senyawa aktif mudah menguap, penundaan
pengeringan justru dapat menurunkan kadar senyawa aktif. Proses
pengeringan ada 2 macam yaitu pengeringan secara ilmiah dengan
menggunakan panas sinar matahari langsung dan diangin-
anginkan. Ada juga pengeringan buatan dengan menggunakan
oven, uap panas atau alat pengering lainnya.
f. Sortasi Kering
Prinsip kegiatan sortasi kering sama dengan sortasi basah,
namun dilakukan terhadap simplisia sebelum dikemas. Sortasi
kering bertujuan untuk memisahkan bahan-bahan asing dan
simplisia yang belum kering benar. Kegiatan ini dilakukan untuk
menjamin bahwa simplisia benar-benar bebas dari bahan asing.
Kegiatan ini dilakukan secara manual. Simplisia yang telah bersih

22
dari bahan asing terkadang untuk tujuan tertentu (misalnya untuk
memenuhi standar mutu tertentu) masih diperlukan grading atau
pemisahan menurut ukuran, sehingga diperoleh simplisia dengan
ukuran seragam.
g. Pengemasan dan Pemberian Label
Pengepakan atau pengemasan simplisia sangat berpengaruh
terhadap mutu terkait dengan proses pengangkutan (distribusi) dan
penyimpanan simplisia. Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi
simplisia saat pengangkutan, distribusi, dan penyimpanan dari
gangguan luar, seperti suhu, kelembapan, cahaya, pencemaran
mikroba, dan adanya serangga atau hewan lainnya. Bahan
pengemas harus kedap air dan udara, serta dapat melindungi
simplisia dari berbagai gangguan. Untuk jenis simplisia tertentu
dapat disimpan dalam kain katun atau karung yang terbuat dari
bahan plastik, jerami atau goni. Guci porselin dan botol kaca
biasanya digunakan untuk menyimpan simplisia berbentuk cairan.
Simplisia daun dan herba umumnya ditekan terlebih dahulu untuk
mempermudah pengemasan dan pengangkutan. Setelah
dipadatkan, dapat dilakukan pengemasan menggunakan karung
plastik yang dijahit pada tiap sisinya. Pada setiap kemasan dapat
ditambahkan silika gel yang dibungkus dengan tujuan untuk
menyerap air dan menjaga kondisi kemasan agar tidak lembap.
Setelah simplisia dikemas dalam wadah atau kemasan, maka dapat
dilakukan pemberian label atau etiket. Label tersebut harus
menunjukkan informasi simplisia yang jelas, meliputi nama ilmiah
tanaman obat, asal bahan (lokasi budaya), tanggal panen, dan
tanggal simpan, berat simplisia, dan status kualitas bahan.
h. Penyimpanan
Simplisia yang telah dikemas dan diberi label, kemudian
disimpan dalam gudang yang telah dipersiapkan dengan berbagai
pertimbangan. Tujuan penyimpanan adalah agar simplisia tetap

23
tersedia setiap saat bila diperlukan dan sebagai stok bila hasil panen
melebihi kebutuhan. Proses ini merupakan upaya untuk
mempertahankan kualitas fisik dan kestabilan kandungan senyawa
aktif, sehingga tetap memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
Selama dalam penyimpanan, simplisia dapat mengalami
kerusakan maupun penurunan mutunya karena beberapa faktor
yaitu cahaya, reaksi kimiawi internal, oksidasi, dehidrasi, absorpsi
air, kontaminasi, serangga, dan kapang.
Cara penyimpanan simplisa harus memenuhi kaidah first in
first out, yaitu simplisia yang disimpan lebih awal harus digunakan
terlebih dahulu. Simplisia dapat disimpan di tempat dengan suhu
kamar (15-30° C), tempat sejuk (5-15° C) atau tempat dingin (0-5°
C), tergantung pada sifat dan ketahanan simplisia (Anonim, 1985).
Hasil produksi B2P2TOOT tanaman obat hasil panen yang telah
diolah sesuai dengan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB)
akan menghasilkan simplisia yan berkualitas dan terstandar. B2P2TOOT
hanya menerima tanaman obat sebagai bahan baku yang ditanam oleh para
petani binaan dengan lokasi penanaman di sekitar wilayah B2P2TOOT.
Tanaman obat tersebut akan diolah segera setelah bahan baku ini datang.
Setelah bahan baku mengalami serangkaian proses produksi akan
menghasilkan simplisia yang sudah kering. Simplisia-simplisia tersebut
akan disimpan dan didistribusikan ke klinik Hortus Medicus. Di klinik
tersebut simplisa akan diracik dan diserahkan pada pasien. Beberapa
contoh jamu di Klinik Hortus Medicus yakni Jamu Hipertensi, Jamu
Hiperglikemi, Jamu Hiperkolesterolemi dan Jamu Hiperurisemi.

6. Proses Perizinan Produk


Seluruh obat yang beredar di pasaran, harus mendapat izin edar dari
BPOM. Setelah obat beredar, dilakukan pengawasan post marketing
dengan cara memeriksa sampel obat yang sudah beredar secara acak.
LOKAPOM sebagai bagian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan

24
(BPOM), dapat melakukan sampling terhadap produk obat, tetapi untuk
pengujian obat diserahkan pada Balai Besar POM. Pengawasan yang
dilakukan oleh BPOM tidak hanya terkait dengan mutu obat, tetapi juga
menyangkut promosi iklan dan label obat. Selain itu, dilakukan pula
inspeksi berkala pada industri farmasi yang memproduksi obat untuk
menjamin proses produksi obat mengacu pada pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB).
Dukungan pemerintah terhadp pengobat dan pengobatan tradisional
di Indonesia sangatlah berkembang pesat. Jika dilihat dari tingkat nasional,
perhatian pemerintah terhadap hal ini sangatlah besar diawali dengan
disusunnya Kontranas (Kebijakan Obat Tradisional Nasional), roadmap
pengembangan jamu dalam koordinasi Menko Kesra, terbentuknya
Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer dan
Alternatif di Kementerian Kesehatan RI, dan program Saintifikasi Jamu
(Permenkes 003/2010). Melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.
003/Menkes/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian
Berbasis Pelayanan Kesehatan, jamu telah diangkat sebagai subjek
pengembangan kesehatan agar dapat digunakan dalam upaya preventif,
promotif, rehabilitatif dan paliatif.
Pemerintah sangat mendukung pengembangan tanaman obat di
B2P2TOOT dan produk turunannya seperti jamu dan obat-obatan herbal.
BPOM akan ikut mendamping dan bertanggung jawab untuk menjamin
aspek keamanan mutu khasiat dari produk herbal terstandar atau obat
fitofarmaka.

7. Proses Pemasaran Produk


Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan
mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Menurut W Stanton

25
pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan
dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan
pembeli maupun pembeli potensial. Konsep-konsep inti pemasaran
meliputi : kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi, utilitas, nilai dan
kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar; pemasaran dan pasar.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) memiliki layanan klinik yaitu Klinik Pratama
Hortus Medicus. Di Klinik Pratama Hortus Medicus dokter akan
memberikan resep berupa jamu herbal yang dapat ditebus di griya jamu
klinik saintifikasi jamu. Di tempat ini resep pasien akan di proses dan
diracik sesuai dosisnya juga ditentukan dengan usia pasien. Setelah
pemberian resep, pasien akan menebus langsung di griya jamu.
Pasien mendapatkan satu kentong herbal beserta keterangan cara
meminum herbal. Resep yang diberikan kepada pasien berupa ramuan
simplisia yang kemudian diracik oleh bagian instalasi obat herbal. Jamu
yang digunakan berupa racikan simplisia, serbuk dan juga ekstrak tanaman
obat yang telah diteliti khasiat dan keamanannya melalui uji pra klinik atau
observasi klinik. Untuk menjamin keamanan dan mutu maka cara
pembuatannya mengacu pada cara pembuatan simplisia yang baik, dimulai
dari standarisasi benih/bibit budidaya, pasca panen, maupun analisis mutu
di laboratorium B2P2TOOT.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) juga menyediakan berbagai produk yang dapat
diperoleh di Gift Shop dan Kafe Jamu Rosmarin, sebagai berikut :
a. HortusMed Nursery, bibit dan kokodema tanaman obat.
b. HortusMed Herbs, menawarkan produk tanaman obat seperti
simplisia, serbuk simplisia, dll.
c. HortusMed Essential Oil, menyediakan berbagai jenis minyak
atsiri murni, antara lain adalah teatree oil, citronella, cajuput,
kilemo (krangean), dll.

26
d. HortusMed Merchandise, menyediakan souvenir bertema tanaman
obat dan obat tradisional.
e. HortusMed Care, menghasilkan produk topikal seperti balsem,
lulur, masker, dan minyak oles.
f. HortusMed F&B (Food&Baverage), memproduksi berbagai
minuman kesehatan seperti minuman instan jahe, temulawak,
kunyit asam, beras kencur, wedang uwuh, dll.

B. Rumah Atsiri Indonesia


1. Sejarah Rumah Atsiri Indonesia
Rumah Atsiri Indonesia merupakan hasil revitalisasi Pabrik
Citronella yang berdiri pada Tahun 1963. Pabrik Citronella saat itu
dibangun atas kerja sama pemerintah Indonesia dan Bulgaria untuk
mengolah minyak atsiri dengan bahan utama sereh wangi atau Citronella.
Pada Tahun 1986 Pabrik Citronella tersebut sempat pindah tangan dari
pihak pemerintah ke swasta. Lalu pada Tahun 2015 pabrik ini telah
berhenti beroperasi karena adanya masalah dengan ketersediaan bahan
baku dan perekonomian. Tidak mau dibiarkan terbengkalai begitu saja, PT
Rumah Atsiri Indonesia mengambil alih dan merevitalisasi bangunan
pabrik menjadi tempat rekreasi rumah atsiri. Rumah Atsiri mulai dibuka
untuk umum pada Mei 2018. Rumah Atsiri Indonesia memperkenalkan
warisan industri minyak atsiri Indonesia melalui rekreasi yang
mengedukasi dengan berbagai fasilitas yang menarik.
Terdapat 3 bangunan pada rumah atsiri yang memiliki fungsi
masing-masing seperti ruang workshop, taman koleksi tanaman atsiri dan
museum. Yang menarik, Rumah Atsiri Indonesia tidak mengubah struktur
bangunan lama, sehingga masih terasa nuansa bangunan tahun 1960-an.
Hanya fungsinya saja yang berubah, seperti bengkel kini menjadi
restaurant, ruangan boiler menjadi museum dan ruang destilasi sebagai
toko merchandise. Di Taman Rumah Atsiri Indonesia memiliki lebih dari
90 jenis tanaman atsiri dari total 400 jenis. Beberapa diantaranya adalah

27
cengkeh, cendana, serai wangi, sereh dapur, rosemary, akar wangi dan
tanaman mudah menguap lainnya.

2. Visi dan Misi Rumah Atsiri Indonesia


a. Visi
Menjadi penggerak dalam pengembangan minyak atsiri
khususnya sereh wangi (Java Citronella) di Tawangmangu dan
sekitarnya melalui pemberdayaan untuk kesejahteraan stakeholder
dan masyarakat pada umumnya.
b. Misi
1) Edu Rekreasi dan Pelatihan
 Mengembangkan pendidikan melalui Museum Atsiri
Indonesia sebagai public awareness & public
knowledge.
 Tempat “re + creaction” tempat yang menyenangkan
untuk menstimulan kreatifitas dan inovasi.
 Pelatihan mulai dari penanaman tanaman-tanaman
atsiri, proses penyulingan hingga produk akhir
hilirisasi.
2) Penelitian dan Pengembangan
 Melakukan riset dan pengembangan proses refinement
dan fraksinasi tanaman atsiri.
 Produksi hilirisasi produk-produk atsiri dalam skala
laboratorium.
3) Market Place
Fasilitasi retail produk-produk atsiri dan turunannya.

28
3. Struktur Organisasi Rumah Atsiri Indonesia

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Rumah Atsiri Indonesia


Tugas dan Wewenang :
a. RUPS (Rapat Usaha Pemegang Saham)
RUPS adalah pemegang kuasa tertinggi di PT. Rumah Atsiri
Indonesia.
b. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris PT. Rumah Atsiri Indonesia terdiri dari
Komisaris Utama dan Komisaris. Dewan komisaris diberikan
kuasa untuk melakukan pengawasan terhadap keseluruhan PT.
Rumah Atsiri Indonesia.
c. Direksi
Dalam Perusahaan PT. Rumah Atsiri Direksi adalah seorang
Direktur. Direktur bertanggung jawab atas seluruh operasional
perusahaan. Di dalam menjalankan fungsi pakarnya Direktur PT.
Rumah Atsiri Indonesia memperkejakan konsultan menurut
keahliannya masing-masing.
d. Manager Operasional
Manager Operasional bertanggung jawab untuk mengawasi
dan mengatur seluruh staffnya untuk menjalankan proses
operasional yang ada di PT. Rumah Atsiri Indonesia.

29
e. Marketing
Marketing bertanggung jawab atas kegiatan promosi dan
mengkoordinasikan kegiatan promosi dan marketing untuk
mendukung kegiatan promosi produk perusahaan secara nasional
maupun internasional.
f. Humas & HRD
1) Kepala Bagian Humas, bertanggung jawab terhadap
kegiatan kehumasan di PT. Rumah Atsiri Indonesia.
2) Kepala Bagian HRD.
3) Staf Administrasi, bertanggung jawab terhadap kegiatan
administrasi pada bagian Humas & HRD.
4) Komandan Satpam, bertugas memimpin para bawahannya
dan bertanggung jawab terhadap keamanan PT. Rumah
Atsiri Indonesia.
5) Satpam, bertanggung jawab terhadap keamanan PT.
Rumah Atsiri Indonesia.
g. Akuntansi & Keuangan
1) Kepala Bagian Akuntansi, bertugas untuk menyusun
program dan melaksanakan penyusunan laporan bulanan,
semesteran dan tahunan serta bertanggung jawab penuh
terhadap laporan keuangan.
2) Kepala Bagian Keuangan, bertugas merencanakan,
menganggarkan, memeriksa, mengelola, dan menyiapkan
dana yang dimiliki perusahaan.
3) Staf Akuntansi, bertanggung jawab terhadap kegiatan
keuangan perusahaan.
4) Staf Keuangan, bertugas melaksanakan kegiatan
administrasi keuangan perusahaan untuk menjamin
kelancaran, keakuratan, dan ketertiban administrasi
keuangan perusahaan.

30
4. Pendirian dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Bangunan PT. Rumah Atsiri Indonesia dulunya adalah salah satu
proyek mercusuar Soekarno yang akan dijadikan sebagai pabrik minyak
atsiri “Citronella”. Dengan bekerjasama dengan pemerintah Bulgaria
pembangunan pabrik minyak atsiri “Citronella” dimaksudkan untuk
menjadi pabrik minyak atsiri terbesar di asia pada masa itu untuk
memberdayakan serta menyejahterakan masyarakat indonesia. Namun
karena terbengkalai dan tidak berjalan sesuai rencana pabrik minyak atsiri
sempat beberapa kali beralih kepemilikan, hingga akhirnya pada
september 2015 kepemilikan beralih ke PT. Rumah Atsiri Indonesia.
Dalam rangka melestarikan dan merevitalisasi bangunan cagar
budaya tersebut, PT. Rumah Atsiri Indonesia membangun gedung baru
dengan berbagai fasilitas untuk tujuan yang baru. Bangunan dirancang
dengan konsep ecological concern, sehingga nantinya dapat dimanfaatkan
seluruh stakeholder baik dari indonesia maupun seluruh dunia. Fasilitas
yang tersedia di Rumah Atsiri Indonesia yaitu Museum Atsiri, CSL
(Citronella Science Lab), Merchandise Shop serta terdapat Resto & Cafe.
a. Museum Atsiri
Terdapat 2 bangunan museum dengan tema yang berbeda,
yaitu Museum Sejarah Bangunan Rumah Atsiri dan Museum
Sejarah Atsiri.
b. CSL (Citronella Science Lab)
Sebuah kelas dan workshop dengan tujuan untuk
menyebarkan dan memberikan informasi pentingnya dan
kesempatan atsiri untuk bangsa Indonesia. CSL terbagi untuk 3
audience yang berbeda :
1) Workshop Kids Class : Diperuntukkan anak sekolah
terutama Sekolah Dasar yang sedang berkunjung.
2) Workshop Entrepreneur : Untuk para pengusaha industri
yang ingin belajar dan mengembangkan pengolahan atsiri.

31
3) Praktikum dan Workshop untuk anak SMP/SMA sampai
dengan pengusaha industri.
4) Walk In Class : Kelas untuk para pengunjung museum dan
bersifat lebih umum.
c. Shop
1) Merchandise Shop : Toko untuk merchandise Rumah
Atsiri.
2) Citronella Shop : Toko yang menjual berbagai macam
essential oil, aromatherapy, fragrance yang bersumber
dari laboratorium Rumah Atsiri sendiri.
3) Nursery Shop : Toko yang menjual berbagai macam
tanaman atsiri dari bibit hingga pot penyimpanan.
d. Resto & Cafe
1) Rozmarin : Sebuah restoran yang terinspirasi dari minyak
atsiri Rosemary.
2) Kalamasi : Terinspirasi dari minyak atsiri jeruk Kalamasi.
3) Roztea : Sebuah indoor authentic teahouse yang
terinspirasi dari minyak atsiri Roz (Mawar dalam bahasa
Bulgaria).
Rumah Atsiri Indonesia juga memiliki Taman Atsiri dengan
berbagai species tanaman atsiri, Laboratorium Distalasi, Laboratorium
Fraksinasi, Galeri Museum yang berisi rancangan desain kuno bangunan
Rumah Atsiri, peralatan kuno dan pembuatan proses serta sejarah atsiri di
Indonesia dan dunia. Rumah Atsiri Indonesia juga terdapat perpustakaan,
Outdoor Working Space yang terbuka dan dapat digunakan para
pengunjung untuk duduk dan bersantai serta tersedia Hotel MICE
(Meeting, Incentives, Conferencing, Exhibition) sebagai pendukung untuk
para pengunjung yang mengadakan program, pelatihan atau rekreasi di
Rumah Atsiri.

32
5. Pembuatan Produk
Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara
menyuling atau destilasi terhadap tanaman penghasil minyak. Penyulingan
merupakan proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari
dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses
ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Metode
penyulingan/destilasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu
penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation), penyulingan
dengan air dan uap (Water and Steam Distillation), dan penyulingan
dengan uap langsung (Direct Steam Distillation).
Proses pengolahan minyak atsiri pada PT. Rumah Atsiri Indonesia
menggunakan dua metode yaitu penyulingan menggunakan uap dan udara
(destilasi air dan uap) dan penyulingan menggunakan uap langsung
(destilasi uap). PT. Rumah Atsiri Indonesia memproduksi produk turunan
dari minyak atsiri. Produk yang dihasilkan yaitu anti nyamuk, bath salt,
liquid soap, minyak telon, soap bar, face mask, hand sanitizer gel, lotion
bar, aromatic slime, solid parfume, bath bomb, lip balm, play dough soap
dan boreh body scrub.
Proses pengolahannya menggunakan metode pencampuran bahan-
bahan baku. Pengembangan eksperimen pada PT. Rumah Atsiri Indonesia
yaitu dengan pembuatan produk baru berupa hair mask dan shampoo bar
menggunakan metode mixing, kemudian produk diujicobakan terlebih
dahulu. Standar operasional prosedur penyimpanan alat dan bahan yang
disusun berdasarkan pengelompokan alat, perawatan alat, MSDS bahan,
penanganan dan penyimpanan bahan kimia dan prinsip perawatan alat dan
bahan laboratorium.
Standar prosedur operasional pengolahan minyak atsiri disusun
berdasarkan prosedur pemeriksaan pra-distilasi, prosedur penyulingan,
dan prosedur pembersihan alat. Prosedur operasional standar pembuangan
limbah laboratorium disusun berdasarkan klasifikasi limbah, penanganan

33
limbah, alat pelindung diri, potensi bahaya, dan tindakan pencegahan
keamanan.

6. Proses Perizinan Produk


Seluruh obat yang beredar di pasaran, harus mendapat izin edar dari
BPOM. Setelah obat beredar, dilakukan pengawasan post marketing
dengan cara memeriksa sampel obat yang sudah beredar secara acak.
LOKAPOM sebagai bagian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM), dapat melakukan sampling terhadap produk obat, tetapi untuk
pengujian obat diserahkan pada Balai Besar POM. Pengawasan yang
dilakukan oleh BPOM tidak hanya terkait dengan mutu obat, tetapi juga
menyangkut promosi iklan dan label obat. Selain itu, dilakukan pula
inspeksi berkala pada industri farmasi yang memproduksi obat untuk
menjamin proses produksi obat mengacu pada pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB).

7. Proses Pemasaran Produk


Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan
mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Menurut W Stanton
pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan
dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan
pembeli maupun pembeli potensial. Konsep-konsep inti pemasaran
meliputi : kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi, utilitas, nilai dan
kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan pasar; pemasaran dan pasar.
Rumah Atsiri Indonesia memiliki Merchandise Shop dan Resto &
Cafe dalam memasarkan produknya. Merchandise Shop yaitu toko yang
berada di lingkungan rumah atsiri dan menyediakan berbagai macam

34
produk yang merupakan hasil dari Rumah Atsiri Indonesia itu sendiri
seperti merchandise Rumah Atsiri, menjual berbagai macam essential oil,
aromatherapy, fragrance yang bersumber dari laboratorium Rumah Atsiri
Indonesia, serta menjual berbagai macam tanaman atsiri dari bibit hingga
pot penyimpanan. Para pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh khas
rumah atsiri dan tawangmangu semuanya tersedia di Merchandise Shop.
Rumah Atsiri Indonesia juga menyediakan Cafe yang berada di dalam
museum dengan mengusung konsep “Grab and Go” akan memudahkan
pengunjung museum untuk membeli makanan dan minuman tanpa
menunggu lama dan kemasannya pun mudah untuk dibawa jalan-jalan
menyusuri museum atsiri. Selain Cafe, rumah atsiri juga menyediakan
Restoran yang dapat menampung kurang lebih 200 orang. Restoran atsiri
memiliki konsep “Healty and Taste” yang menjamin kualitas terbaik dari
makanan yang disajikan. Restoran Atsiri juga memiliki 2 pilihan lokasi
yaitu Outdoor and Indoor. Outdoor para pengunjung dapat menikmati
udara segar khas Tawangmangu dengan dikelilingi taman-taman kecil dan
banyak tanaman indah di sekitar tempat duduk. Tidak kalah dengan
outdoor, restoran indoor juga sangat bersih dan sejuk, jendela-jendela
dibuat besar dan jernih sehingga bagi pengunjung restoran yang berada di
dalam tetap bisa melihat pemandangan indah di sekitar restoran atsiri. Para
pengunjung bebas untuk memilih dimana mereka akan duduk bersantai
sembari menyantap makanan yang disajikan.

35
36

BAB IV
PEMBAHASAN

A. UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TO2T) tawangmangu terletak di wilayah Kalisoro,
kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.
B2P2TO2T terletak pada ketinggian 1200 meter Di atas Permukaan Laut
(DPL). Suhu pada pagi hari sekitar 17°C, siang hari 25°C, dan pada malam
hari yaitu 22 °C. Kelembaban udara sekitar 85 % dan intensitas penyinaran
18 % serta curah hujan mencapai 3149,9 mm / tahun. Jenis tanah di
B2P2TO2T adalah andosol dengan pH tanah sekitar 5,7. Tanah jenis andosol
ini berwama coklat muda, berstruktur. Kandungan bahan organik dalam tanah
rendah sehingga perlu penambahan pupuk kandang maupun hijau.
Sarana yang dimiliki sampai dengan saat ini antara lain berupa gedung
yang berada di lokasi 1.200 meter Di atas Permukaan Laut (DPL) yang
digunakan untuk perkantoran, perpustakaan, laboratorium, penanganan pasca
panen, koleksi simplisia, mushola, gedung pendidikan dan pelatihan, serta
berbagai prasarana lainnya.
B2P2TOOT memiliki Kebun Tanaman Obat (KTO) yang dikelola
untuk memfasilitasi aktifitas Litbang standarisasi TO, standarisasi bahan
jamu, observasi klinik, uji acak terkendali dan kemandirian bahan baku. KTO
dikelola untuk menyediakan sarana, fasilitas, dan spesimen untuk
pengukuran, pemeriksaan, riset, pengembangan eksperimen, Iptek TO, dan
pelayanan Iptek. KTO dikelola sebagai kebun, juga pusat pembelajaran Iptek
untuk akademisi, pemerintah, dunia usaha, dan kelompok masyarakat.
Instalasi KTO terdapat di beberapa tempat, beberapa yang kami kunjungi
yaitu :
1. Etalase Tanaman Obat, terletak di Desa Kalisoro, Kecamatan
Tawangmangu, dengan ketinggian 1.200 mdpl dan luas 3.505 𝑚2 .
Merupakan kebun koleksi dan wisata ilmiah TO, terdiri bentuk taman
sebagai wahana wisata ilmiah.

2. KTO Tlogodlingo, 1.694-1.800 mdpl seluas 135.995 𝑚2 di


Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Disini kami mengelilingi
kebun yang banyak berbagai tumbuhan yang kaya akan manfaat, dan disitu
kami dipandu oleh seorang pemandu yang menjelaskan berbagai tanaman
yang berada di UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito
yang berada di Kebun Aromatik Tlogodringo, Tawangmangu, Kab.
Karanganyar, Jawa Tengah. Contoh tanaman – tanaman yang ada di kebun
aromatik tlogodringo diantaranya yang berada di tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Tanaman Obat yang terdapat di UPF Yankestrad

Stevia rebaudiana bertoni


Nama Tanaman : Stevia
Famili : Asteraceae
Khasiat : Kencing manis/ diabetes

Acorus calamus L.
Nama Tanaman : Dlingo
Famili : Acoraceae
Khasiat : Obat demam, radang, antiinflamasi,
antipiretik, antijamur

37
 Lactura indica L.
 Nama Tanaman : Sawi Belanda
 Famili : Asteraceae
 Khasiat : Diuretik, demam

Orthosiphon Spicatus B.B.S


Nama Tanaman ; Kumis Kucing
Famili : Lamiaceae
Khasiat : Diuretik, mengobati batu ginjal,
mengobati hipertensi

Digitalis Purpurea
Nama Tanaman : Digitalis
Famili : Plantaginaceae
Khasiat : Untuk mengobati sakit kepala,
antidiabetes, antioksidan

Cantella asiatica (L.) Urb


Nama Tanaman : Pegagan
Famili : Umbilliferae
Khasiat : Obat peluruh air seni, obat penurun
panas, penambah nafsu makan

38
Ipomoea bata tas (L.) Lam
Nama Tanaman : Ketela
Famili : Convonvulaceae
Khasiat : Penurun panas

Tinospora crispa (L.)


Nama Tanaman : Brotowali
Famili : Menispermaceae
Khasiat : Menurunkan panas, diuretik

 Artemisia Lactiflora Wall.


 Nama Tanaman : Purwoceng Gunung
 Famili : Asteraceae
 Khasiat : Antiradang, Diuretik

39
Fasilitas yang terdapat di UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP
Dr. Sardjito antara lain :
1. Kebun tanaman obat
a. KTO Tlogodlingo, KTO Kalisoro, Etalase Tanaman Obat
Indonesia.
b. KTO Toh Kuning, Karangpandan, KTO Ngemplak,
Karangpandan, KTO.
c. Doplang, Karangpandan, KTO Tegalgede, Karanganyar, KTO
Citeureup Bogor, Jawa Barat.

2. Rumah Riset Jamu Hortus Medicus Terdiri Dari:


a. Klinik Saintifikasi Jamu
Klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” Merupakan
implementasi peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
003/Menkes/Per/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu Penelitian
Berbasis Pelayanan Kesehatan untuk menjamin jamu aman,
bermutu dan berkhasiat. Klinik Saintifikasi Jamu dirintis tahun
2007, dan sejak tanggal 30 April 2012 menempati gedung baru
sebagai rintisan Rumah.
Riset Jamu “Hortus Medicus” sebagai tempat uji klinik
dilengkapi dengan rawat inap. Selama tahun 2015 setiap
bulannya melayani kunjungan pasien yang jumlahnya rata-
rata 2.600 pasien. SDM pendukung RRJ “Hortus Medicus”
merupakan tenaga terlatih dan ahli di bidangnya, terdiri dari 8
dokter, 3 orang apoteker, 9 orang dari D3 Farmasi, 5 orang
perawat, 2 orang Analis Kesehatan (Laboran), 3 orang petugas
medical record dan 1 orang Ahli Gizi. RRJ “ Hortus Medicus”
telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
b. Laboratorium Klinik

40
Setiap harinya melayani 12 – 19 pasien. Kegiatan
pemeriksaan Laboratorium klinik sudah menerima sertifikat ISO
9001:2008 sebagai jaminan sistem manajemen mutu sehingga
data yang dihasilkan terjamin kebenarannya.
c. Griya Jamu
Griya jamu merupakan bagian akhir pelayanan klinik, yaitu
bagian penyedia jamu baik berupa kapsul maupun rebusan.
Jamu yang digunakan berupa racikan simplisia, serbuk dan
juga ekstrak tanaman obat yang telah diteliti keamanan, mutu dan
khasiat melalui riset praklinik dan riset klinik. telah menerapkan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Selain pasien, griya
jamu juga melayani permintaan dari dokter jejaring Saintifikasi
Jamu.
d. Museum Jamu Hortus Medicus
Museum Jamu Hortus Medicus dikelola untuk memfasilitasi
aktivitas permuseuman Jamu dalam kerangka Saintifikasi Jamu.
Museum ini menyediakan sarana, fasilitas dan artefak Jamu
untuk pengoleksian, pelestarian, riset, komunikasi dan
diseminasi benda nyata dalam kerangka Saintifikasi Jamu.
Museum Jamu Hortus Medicus dikelola sebagai pusat
permuseuman Jamu Kemenkes, juga untuk menjadi bahan studi
oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat
tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada
masa depan.

3. Museum Jamu Hortus Medicus terdiri dari beberapa ruangan yaitu:


a. Ruang Utama
Alur Saintifikasi Jamu, atlas tumbuhan obat yang ada di
Indonesia, peralatan membuat jamu tradisional, dan gambar
pembuatan jamu.
b. Ruang Bahan baku.

41
c. Koleksi simplisia dan material bahan baku obat tradisonal.
d. Ruang Seni dan Alat
Koleksi alat pengobatan tradisional dan tradisi adat istiadat
dari nusantara.
e. Ruang Produk Jamu
Koleksi ASEAN herbal medicine (produk obat tradisional
dari negara anggota ASEAN) dan Jamu dari Indonesia.
f. Ruang Naskah
Naskah kuno yang berhubungan dengan Jamu.
g. Ruang Prestasi
B2P2TOOT, buku buku terbitan serta foto.

4. Rumah Kaca Adaptasi dan Pelestarian Tanaman Obat


Lokasi rumah kaca adaptasi dan pelestarian tanaman obat terletak di
Dusun Tlogodlingo, Desa Gondosuli dan Desa Kalisoro Kecamatan
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Terletak pada ketinggian
1.800 mdpl dan 1.200 mdpl dengan luas ruang pelestarian 102,12 m² dan
ruang adaptasi 77,7 m². Fungsi dari rumah kaca adaptasi dan
pelestarian tanaman obat adalah sebagai tempat adaptasi dan
pembudidayaan tanaman obat. Contoh koleksi dan budidaya tanaman obat
yaitu sirih merah (piper sp.), daun jinten (plectranthus amboinicus), kencur
jumbo (kaempferia sp.), tabat barito (ficus deltoidea jack), sambang darah
(excoecaria bicolor hassh), gaharu (aquilaria malaccensis), cabe jawa
(retrofractum vahl), sarang semut (hydnophytum formacarum), kawista
(limonia acidissima).
Selain itu juga ada laboratorium yang ada di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawamangu di
antaranya :
1. Instalasi Laboratorium Terpadu
Laboratorium Terpadu (Labdu) dikelola untuk memfasilitasi
aktifitas iptek dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Labdu dikelola sebagai

42
pusat laboratorium Saintifikasi Jamu, juga pusat pembelajaran iptek untuk
pihak akademisi/ilmuwan, pemerintah, dunia usaha dan kelompok
masyarakat dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Labdu terdiri dari:
a. Laboratorium Benih dan Pembibitan, digunakan untuk uji benih
dan koleksi benih.
b. Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT),
digunakan untuk uji biopstisida, identifikasi HPT dan koleksi
hama.
c. Laboratorium Fitokimia, digunakan untuk skrining kandungan
senyawa kimia, standar mutu, kromatografi lapis tipis ekstrak dan
minyak atsiri.
d. Laboratorium Instrumen, digunakan untuk uji kadar bahan aktif
dan quality control bahan jamu.
e. Laboratorium Formulasi, digunakan untuk formulasi bahan jamu.
f. Laboratorium Produksi, digunakan untuk produksi bahan jamu.
g. Laboratorium Galenika, digunakan untuk uji kadar sari, koleksi
minyak atsiri, koleksi ekstrak, optimalisasi metode ekstraksi
(Inisiasi Pusat Ekstrak Daerah).
h. Laboratorium Sistematika, digunakan untuk determinasi TO dan
koleksi spesimen.
i. Laboratorium Mikrobiologi, digunakan untuk uji angka cemaran
mikroba dan uji aktivitas antibakteri.
j. Laboratorium Biomelekuler, digunakan untuk uji khasiat dan uji
keragaman genetic.
k. Laboratorium Kultur Jaringan, digunakan untuk perbanyakan TO
dan produksi metabolit sekunder.

2. Instalasi Produksi Jamu


Instalasi Produksi Jamu dikelola sebagai pusat pengembangan
formula Jamu Kemenkes untuk memfasilitasi aktivitas produksi. Instalasi
menyediakan produk Jamu dan hasil olahannya.

43
3. Museum Jamu
Museum Jamu “Hortus Medicus” dibangun dengan tujuan untuk
selalu mengingat asal usul jamu dari kearifan lokal kekayaan nenek
moyang Indonesia. Museum jamu menyajikan koleksi alat-alat jamu kuno,
peta persebaran jamu di nusantara, naskah kuno yang memuat ramuan
jamu, koleksi jamu dari dalam maupun luar negeri, dokumentasi ramuan
hingga perkembangan B2P2TOOT dari masa ke masa. Total koleksi yang
dimiliki, meliputi:
a. Ruang depan, berisi 44 koleksi terdapat peta jamu, alat untuk
membuat jamu dan alur saintifikasi jamu.
b. Ruang bahan jamu, berisi 34 koleksi yang berasal dari kayu pohon
manis, kayu tabat barito, dll.
c. Ruang produk jamu, berisi 215 koleksi produk jamu seluruh
Indonesia.
d. Ruang naskah kuno, berisi 40 koleksi ramuan jamu dalam bentuk
tulisan jawa.
e. Ruang prestasi, berisi 124 koleksi terdiri dari foto Sejarah
B2P2TOOT dari awal didirikan RM Santoso sampai sekarang.

4. Laboratorium Pasca Panen


Laboratorium Pasca Panen dikelola sebagai laboratorium dan divisi
simplisia untuk memfasilitasi aktifitas iptek pasca panen TO dan simplisia
bahan jamu. Terdiri dari empat lantai dengan peruntukan sebagai berikut:
a. Lantai 1 digunakan untuk penerimaan hasil panen, pencucian,
penirisan dan perajangan.
b. Lantai 2 digunakan untuk gudang siap edar, pembuatan kapsul,
serbuk dan penimbangan.
c. Lantai 3 digunakan untuk pengeringan simplisia dengan oven dan
gudang penyimpanan simplisia kering.

44
d. Lantai 4 digunakan untuk pengeringan simplisia melalui
penjemuran di bawah sinar matahari langsung.

Setelah mengelilingi beberapa tempat dan melihat fasilitas-fasilitas


yang terdapat di UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito,
kami memasuki ruangan aula untuk melakukan project class yaitu membuat
sediaan inhaler minyak kayu putih.

Gambar 4.1 Project Class


Obat inhaler merupakan obat yang diberikan langsung ke dalam saluran
napas melalui penghisapan. Kelebihan dari sediaan inhaler ini yaitu: 1) Cara
pembuatannya mudah, 2) Aplikasinya juga mudah, tanpa bantuan alat khusus,
3) Bentuk handy, mudah digenggam, sehingga mudah dibawa kemana-mana,
4) EO nya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada pembuatan inhaler yaitu : 1)
Beaker glass, 2) Gelas ukur, 3) Matriks kapas, 4) Tabung inhaler, 5) EO, 6)
Mentol. Cara pembuatannya yang pertama EO Cajuputi dimasukkan dalam
beaker glass. Kemudian tambahkan mentol, aduk hingga larut. Setelah itu
masukkan matriks kapas ke dalam beaker glass, dibiarkan hingga EO naik ke
atas, jika sudah jenuh atau kenyang, matriks kapas dimasukkan dalam tabung
inhaler, tutup rapat.

B. Rumah Atsiri Indonesia


Rumah Atsiri Indonesia berlokasi di Watusambang, Watusambang,
Plumbon, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah-57792. Sekitar 40 km

45
dari Solo. Luas area dari Rumah Atsiri adalah sekitar 2,3 hektar dan berada
pada ketinggian 750 meter dari atas permukaan laut.

Gambar 4.2 Rumah Atsiri


Tapak rumah atsiri memiliki batas sebagai berikut :
• Utara = Persawahan
• Timur = Persawahan / Stadion Plumbon
• Selatan = Jalan Watusambang / SDN 03 Plumbon
• Barat = Persawahan / Permukiman Warga
PT. Rumah Atsiri Indonesia terdiri dari Aromatic garden, Museum
Atsiri, Kids Lab, Restaurant, Coffe Shop, Merchandise Shop,Taman Atsiri,
MICE, dan Wisma.
1. Aromatic Garden / Taman Koleksi Rumah Atsiri Indonesia
Kami bisa menikmati pemandangan taman bunga yang indah dan
berwarna-warni serta dapat melihat lebih dari 80 jenis tanaman penghasil
minyak atsiri dari Indonesia dan mancanegara yang masing-masing
tanamannya memiliki cerita,aroma dan karakteristiknya masing-masing.
Di Aromatic Garden Rumah Atsiri Indonesia pengunjung dapat mencium
atau mencicipi beberapa tanaman dengan izin pemandu taman, pemandu
taman akan membantu pengunjung untuk memilih ranting,daun,atau
kelopak bunga mana yang bisa di petik. Di Aromatic Garden pengunjung
juga dapat melihat Rumah Kaca yang sangat cantik dan sayang jika di
lewatkan.

2. Museum Atsiri

46
a. Memasuki museum, kita akan disambut dengan bola-bola hijau
yang tergantung di dalam ruangan. bola-bola lumut yang dikenal
dengan Kokedama, sebuah teknik menanam tanaman hias dari
Jepang.
b. Di sebelah ruangan berisi Kokedama, terdapat beberapa wadah
bola-bola kaca berisi jeli yang telah dituang dengan minyak-
minyak esensial dengan berbagai aroma. Pengunjung dapat
mencoba wangi-wangian itu satu persatu. Seperti: serai, lavender,
geranium. dsb.
c. Selanjutnya masuk kedalam, kita dapat melihat bekas tungku
pembakaran untuk pembuatan minyak sereh.
d. Selanjutnya kita akan melihat sejarah dimana manusia dari
peradaban kuno telah menemukan kegunaan minyak Atsiri untuk
kehidupan sehari-hari. Mereka menggunakannya untuk kesehatan,
kecantikan, makanan, hingga upacara ritual dan pemakaman.
e. Di tahun 1928, seorang kimiawan Prancis, René-Maurice
Gattefossé menciptakan istilah Aromatherapie saat meneliti adanya
sifat antiseptik pada minyak esensial. Dalam buku tersebut, ia pun
merinci minyak esensial serta manfaat untuk penyembuhannya,
salah satunya essential oil lavender yang telah digunakan sejak
zaman kuno sebagai seni penyembuhan aromaterapi Diketahui,
Gattefossé menemukan khasiat Lavender secara tidak sengaja
ketika sebuah ledakan kecil terjadi di laboratoriumnya dan ia tidak
sengaja merendam luka bakarnya ke dalam cairan minyak esensial
lavender. Kemudian kita akan melihat beberapa cara pembuatan
minyak atsiri
1) Pengempaan (pressing)
2) Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)
3) Penyulingan (distillation). Namun cara penyulingan merupakan
metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan
minyak atsiri.

47
Proses pembuatan minyak atsiri : Bahan => Penjemuran
=> Pengeringan (dalam ruangan) =>Penyulingan => Pemisahan
Minyak->Pengemasan

3. Kids Lab
Rumah Atsiri Indonesia juga memiliki KidsLab, yaitu kurikulum
pendidikan yang diberikan Rumah Atsiri kepada anak-anak. Dalam
kurikulum Kids Lab anak-anak akan diajarkan bagaimana cara mengolah
tanaman atsiri hingga menjadi produk-produk atsiri yang menarik seperti
Sabun,Lilin,Parfume, Aromatherapy,dan masih banyak lagi.

4. Coffe Shop
Rumah Atsiri Indonesia juga menyediakan Cafe yang berada didalam
museum dengan mengusung konsep “Grab and Go” akan memudahkan
pengunjung museum terutama anak-anak untuk membeli makanan dan
minuman tanpa menunggu lama dan kemasannya pun mudah untuk dibawa
jalan-jalan menyusuri museum atsiri.

5. Restaurant
Selain kafe rumah atsiri juga menyediakan Restoran yang dapat
menampung kurang lebih 200 orang. Restoran atsiri memiliki konsep “Healty
and Taste” yang menjamin kualitas terbaik dari makanan yang disajikan.
Restoran Atsiri juga memiliki dua pilihan lokasi yaitu Outdoor and Indoor.

6. Merchandise Shop
Yaitu toko yang berada di lingkungan rumah atsiri dan menyediakan
berbagai macam produk yang merupakan hasil dari Rumah Atsiri Indonesia
itu sendiri. Para pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh khas rumah atsiri
dan Tawangmangu semuanya tersedia di Merchandise Shop.

48
7. Wisma & MICE
Selain itu ada wisma dan MICE yang disediakan Rumah Atsiri
Indonesia untuk keperluan-keperluan lainnya seperti Wedding Party,
Birthday Party, Seminar, dan acara-acara lainnya. Wisma sendiri disediakan
untuk pengunjung yang ingin berlibur selama beberapa hari di Rumah Atsiri.
Fasilitas dari wisma ini sendiri juga tidak kalah dari hotel-hotel besar lainnya.
Rumah Atsiri Indonesia akan tetap memberikan fasilitas terbaik untuk para
pengunjung. MICE yg dimiliki rumah Atsiri indonesia merupakan Fasilitator
M.I.C.E yang berskala nasional dan international dikabupaten karanganyar.
Dan Memfasilitasi keperluan M.I.C.E untuk berbagai kalangan seperti
Komunitas, Pemerintahan Perusahaan Swasta,dan Acara Keluarga.

8. Taman atsiri
Rumah Atsiri Indonesia mempunyai taman yang dipenuhi tanaman
bunga marigold sehingga dinamakan MariGold Plaza. Pada area tersebut
didesain khusus sehingga membentuk pola taman yang khas sesuai dengan
identitas Rumah Atsiri. Selain itu disana terdapat pohon yang masih kecil
sehingga menambah keindahan di Rumah Atsiri. Pada area tersebut terdapat
jalan setapak dan ruang untuk area tanam sehingga memudahkan pengunjung
untuk berkeliling melihat pemandangan yang ada. Tanaman marigold di
tanam dalam polyback yang ditata dalam area tersebut untuk memudahkan
perawatan dan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan bunga
marigold. Sehingga ketika berkunjung ke Rumah Atsiri Indonesia
pengunjung dapat berfoto disana.

49
Tabel 4.2 Tanaman Obat yang Terdapat di Rumah Atsiri Indonesia

Caryophylli Flos
Nama Tanaman : Cengkeh
Famili : Myrtaceaea
Khasiat : Pengobatan nyeri gigi, mengatasi
masalah pernapasan, meningkatkan
pencernaan, perlindungan sel dan antioksidan,
pengobatan infeksi, mengatasi mual dan
muntah.

Cananga Odorata
Nama Tanaman : Kenanga
Famili : Annonaceae
Khasiat : Meredakan stress dan depresi,
mengatasi gejala rematik, mengatasi masalah
pencernaan, mengatasi infeksi jamur,
mengobati asma, mengurangi gejala malaria,
menurunkan tekanan darah.

Echinaceae
Nama Tanaman : Ekinase
Khasiat : Mencegah serta mempercepat
penyembuhan pilek dan flu, menangkal radikal
bebas, mengatasi masalah kulit, megurangi
kecemasan, mempercepat penyembuhan luka

Mentha x piperita Chocolate


Nama Tanaman : Chocolate mint
Famili : Lamiaceae
Khasiat : Sebagai antioksidan, menjaga
kesehatan gigi, meningkatkan Kesehatan
pencernaan, pereda nyeri, mengatasi asma

50
Mentha longifolia
Nama Tanaman : Horse Mint
Khasiat : Mengobati penyakit kuning, infeksi
usus, mengobati demam dan batuk, mengatasi
gangguan pencernaan, mengatasi asma.

Di Rumah Atsiri Indonesia kami melihat alat-alat dan metode yang


digunakan untuk memisahkan minyak atsiri dari tanaman asalnya. Minyak atsiri
dapat dihasilkan melalui beberapa cara, salah satunya dengan destilasi (Yuliani dan
Satuhu, 2012). Destilasi (penyulingan) adalah salah satu proses yang digunakan
untuk memproduksi minyak atsiri dari berbagai tanaman. Salah satu metode yang
digunakan di Rumah Atsiri Indonesia yaitu destilasi/ penyulingan.

Gambar 4.3 Alat Penyulingan


Berikut merupakan tahap-tahap dalam penyulingan minyak atsiri :
1. Air didihkan hingga menguap.
2. Uang air mengangkut minyak atsiri yang terkandung di dalam jaringan
tanaman.
3. Uap air dan minyak atsiri dalam bentuk gas mengalir menuju kondensor.

51
4. Kondensor berfungsi untuk mengolah uap panas menjadi cair. Di bagian
luar kondensor terdapat air yang mengalir sebagai pendingin.
5. Tetes-tetesan minyak dan air terpisah karena perbedaan massa jenisnya.

52
53

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kunjungan UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr.
Sardjito Tawangmangu dan Rumah Atsiri Indonesia dapat disimpulkan
bahwa :
1. UPF pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito
Tawangmangu merupakan transformasi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat tradisional. Balai ini memiliki
tujuh laboratorium, yaitu laboratorium galenika, fitokimia, proteksi
hama penyakit tanaman, instrument, kultur jaringan tanaman,
biomolekuler, dan mikrobiologi. Dan terdapat tahapan pembuatan
simplisia yaitu dengan pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, penirisan, perubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering,
pengemasan, pelabelan, serta penyimpanan.
2. Rumah Atsiri Indonesia merupakan pabrik pembuatan essensial oil,
yang memiliki berbagai macam tanaman yang dapat menghasilkan
essensial oil. Minyak atsiri adalah minyak yang terbuat dari hewan dan
tumbuhan yang memiliki aroma yang khas dan sifatnya menguap.
Proses pengolahan minyak atsiri menggunakan dua metode yaitu
penyulingan menggunakan uap dan udara (destilasi air dan uap) dan
penyulingan menggunakan uap langsung ( destilasi uap).
3. RSUP Dr. Sardjito memiliki layanan klinik yaitu Klinik Pratama Hortus
Medicus. Di Klinik Pratama Hortus Medicus dokter akan memberikan
resep berupa jamu herbal yang dapat ditebus di griya jamu klinik
saintifikasi jamu. Selain itu, juga menyediakan berbagai produk yang
dapat diperoleh di Gift Shop dan Kafe Jamu Rosmarin.
4. RSUP Dr. Sardjito memiliki laboratorium terpadu yaitu Laboratorium
Benih Pembibitan, Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman (HPT), Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Instrumen,
Laboratorium Formulasi, Laboratorium Produksi, Laboratorium
Galenika, Laboratorium Sistematika, Laboratorium Mikrobiologi,
Laboratorium Biomolekuler dan Laboratorium Kultur Jaringan. Selain
Laboratorium terpadu terdapat juga Laboratorium Pasca Panen.
5. Selain itu didalam museum Rumah Atsiri terdapat edukasi mengenai
berbagai macam essential oil yang diambil dari berbagai tanaman
mengandung minyak atsiri dapat digunakan sebagai aromaterapi. Dan
terdapat Sejarah-sejarah mengenai penggunaan tanaman atsiri dengan
cara tradisional, terdapat juga Sejarah berdirinya Rumah Atsiri
Indonesia, terdapat beberapa bangunan dan cara pembuatan essential
oil pada jaman peninggalan belanda.
6. Pada Rumah Atsiri Indonesia juga terdapat toko aromatik, pengunjung
dapat membeli berbagai essential oil dan harganya sangat beragam.

B. Saran
Setelah berkunjung langsung ke UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional
RSUP Dr. Sardjito Tawangmangu dan Rumah Atsiri Indonesia pada
kesempatan ini akan memberikan saran kepada pihak UPF Pelayanan
Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito Tawangmangu dan Rumah Atsiri
Indonesia. Masukan- masukan tersebut antara lain :
1. Bagi UPF Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr. Sardjito
Penanaman berbagai tanaman obat di daerah lingkungan
B2P2TOOT khususnya Tawangmangu kemungkinan sudah cukup
banyak, akan tetapi alangkah sebaiknya B2P2TOOT menjual tanaman
obat agar masyarakat luas yang membutuhkan seperti mahasiswa untuk
penelitian dapat membelinya di B2P2TOOT karena telah menyediakan
dan kemungkinan pada penjual tanaman tidak ada yang menjual tanaman
obat secara komplit.
2. Bagi Rumah Atsiri Indonesia
Produk essential oil dijual pada toko aromatik Rumah Atsiri
Indonesia yang dapat digunakan sebagai aromaterapi sebaiknya diedarkan

54
untuk dijual pada berbagai daerah lain yang secara luas. Dan dapat dijual
seperti dimall atau diswalayan agar masyarakat dapat membelinya secara
mudah tidak perlu jauh-jauh datang langsung pada tempat produksinya
karena untuk menghemat biaya perjalanannya dan tidak menghabiskan
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan produk essential oil bagi yang
tempat tinggal jauh dari tempat produksi.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa program studi
Farmasi kita harus memanfaatkan kekayaan alam yang banyak ini untuk
kepentingan bersama. melestarikan tanaman obat dengan cara kita dapat
menanam tanaman obat serta dapat mempelajari khasiat dan kandungan
senyawa pada tanaman obat. Karena di Indonesia sangat banyak tanaman
obat maka perlu dipelajari agar tanaman dapat dirawat dan dapat
dimanfaatkan serta tidak dibiarkan begitu saja. Tanaman obat yang sangat
banyak manfaatnya untuk pengobatan alami sehingga dapat membantu
kita untuk mengobati penyakit tanpa menggunakan obat-obatan kimia.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat Indonesia perlu mengetahui berbagai macam essential
oil yang dapat digunakan sebagai aromaterapi karena memiliki berbagai
manfaat bagi tubuh misalnya relaksasi, meredakan nyeri, menghilangkan
stress, mengurangi mual dan masih banyak lainnya. Jika masyarakat telah
mengetahui kemudian menggunakan essential oil dapat memudahkan
untuk meredakan gejala yang sedang dialami. Dan selalu menggunakan
essential oil karena sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

55
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A.F. 2012. Analisis Penggunaan Jamu Untuk Pengobatan Pada Pasien Di
Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus Tawangmangu Tahun 2012. Thesis.
Universitas Indonesia: Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Pasca
Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat

Agusta Andria. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung. ITB.

Anonim, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta

Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Tepat Guna. Akademi Pressindo,


Jakarta.

B2P2TOOT. 2016. Profil Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman


Obat dan Obat Tradisional. Karanganyar: Badan Litbang Kesehatan
Kemenkes RI.

Dewoto, Hadi R.2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi


Fitofarmaka. Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta

Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi


Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 57, No. 7.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Jakarta : UI Press

Jurnal : Sri Yuni Hartati. Juni 2012. Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai
Pestisida Nabati. Perspektif Vol. 11 No. 1/Juni2012. Hlm 45-58 ISSN : 1412-
8004
Kartasaputra, A. G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta,
Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka

Lutony Tony L. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Bandung. PT.
Penebar Swadaya.

Makalah Ditjen POM 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Departemen
Kesehatan RI: Jakarta.

Makalah Nurohmah. 2019. Laporan Kuliah Kunjungan Perusahaan Rumah Atsiri


Indonesia Karanganyar Tawangmangu

56
Menteri Kesehatan RI. 2003. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan RI. 2006. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


491/Menkes/PER/I/2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


003/Menkes/PER/I/1010 tentang Saintifikasi Dalam Penelitian Berbasis
Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No


36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Munthaz. 2019. Laporan Kunjungan B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan


Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) dan Rumah Atsiri.

Pelczar dan Chan. 2005. Dasar Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta : 100-101,
107-108, 139-142, 193-196, 219.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2009. Petunjuk Operasional Penerapan
CPOB. Jakarta : Badan POM RI.

Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 476-477. ISBN 978-979-8250-


66-8 Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan (Bahan Simplisia).
Bengkulu : Badan Penerbit Fakultas Pertanian UNIB

Estiasih, Teti & Ahmadi K. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara
Jakarta.

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13. Jakarta :
Erlangga.

Yuliani, S. dan S. Satuhu. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar
Swadaya.

57
LAMPIRAN

Lampiran 1. UPF Yankestrad Lampiran 2. Ruang Produksi


Tawangmangu

Lampiran 3. Rumah Atsiri Indonesia Lampiran 4. Toko Aromatik

Lampiran 5. Alat Penyulingan Lampiran 6. Kokedama

58
Lampiran 7. Pohon Minyak Atsiri Lampiran 8. Alat Enfllorasi

59
60

Anda mungkin juga menyukai