Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN PASTA

Pembuatan Dan Evaluasi Sediaan Pasta


Disusun Oleh :
Liska Putri Suhendika
201905023

Program Studi :
D3 Farmasi Karyawan
Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan semi padat digunakan pada kulit, dimana umumnya sediaan tersebut
berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topical, sebagai pelunak kulit, atau sebagai
pembalut pelindung atau pembalut penyumbat (oklusif). Sejumlah kecil bentuk sediaan
semipadat topical ini digunakan pada membran mukosa, seperti jaringan rectal, jaringan
bucal (di bawah lidah), mukosa vagina, membran uretra, saluran telinga luar, mukosa
hidung dan kornea. Mebran mukosa memungkinkan penyerapan yang lebih baik ke
sirkulasi sistemik, karena kulit normal bersifat relativ tidak dapat ditembus. Penekanan
praktikum ini adalah pada kulit dan sediaan dermatologis, tetapi pengertian umum dan
rasional dapat diterapkan pada semua terapi topical dengan sediaan semi padat (pasta).
Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena
merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan
sebagai salep penutup atau pelindung (Anief, 2006).
Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek yang
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat
yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan
sebagai antiseptik, atau pelindung (FI III, 1979)
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical ( FI
IV,1995).
Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk sampai
50% sehingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep.
Pasta tidak melebur pada suhu tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada daerah
dimana pasta digunakan.

1.2 Tujuan
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan pasta untuk pengobatan obat luar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Pasta adalah dispersi dari bahan-bahan serbuk yang tidak larut dengan konsentrasi
tinggi (20 sampai 50%) dalam suatu basis lemak atau basis yang mengandung air (Lachman
1994). Basis lemak tersebut kurang berminyak dan juga konsistensinya lebih keras
dibandingkan salep, karenanya ada bahan serbuk dalam jumla besar. Pasta dapat melekat
pada kulit dengan baik dan berguna untuk pengobatan luka kronis atau yang disertai
penebalan kulit. Menurut Lachman (1994) pasta membentuk suatu lapisan pelindung yang
jika ditutup dengan pembalut yang sesuai, akan mencegah lecetnya kulit pasien yang
disebabkan oleh penggarukan. Menurut Howard (1989) pasta efektif dalam penggunaannya
untuk
Pasta pada dasarnya adalah salep yang didalamnya ditambahkan zat padat yang tidak
larut dalam konsentrasi yang tinggi. Pasta berguna sebagai penghambat yang melindungi
kulit, seperti pengobatan dengan masker atau pekindung muka dan bibir dari sinar matahari.
Pasta umumnya dibuat dengan mencampurlkan zat padat langsung kedalam sistem yang
dikentalkan dengan menggeruskan sebagian basis untuk membentuk massa seperti pasta. Sisa
basis ditambahkan denganm melanjutkan menggerus, sehingga zat padat terdispersi secara
merata dalam zat pembawanya (Lachman 1994).
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar,
baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit pun menyokongpenampilan dan
kepribadian seseorang (Aiache, 1993).
Acid salycil merupakan senyawa asam yang berdasarkan tinjauan bahayanya
memberikan efek irtasi, efek lain yang diberikan oleh sediaan senyawa ini melalui oral akan
menyebabkan luka pada lambung, panas terbakar dan nausea. Pengaplikasian secara inhalasi
dapat menyebabkan batuk dan luka pada bagian tenggorokan. Kontak langsung terhadap kulit
menyebabkan iritasi, ruam, dan penyerapan systemic. Senyawa ini menyebabkan akut pada
organ mata, kulit, saluran pencernaan dan iritasi pada saluran pernafasan.
Amilum menurut sejarahya disebut juga pati, bahan ini digunakan sebagai unsur
pokok pada kebanyakan substansi sayurran, menurut kesehatan pati dianggap sebagai
demulcent. Powder dari pati digunakan untuk mengangkat keluar sekresi acrid dari
permukaan luar, meredakan luka pada kasus erysipelas, dan untuk mencegah intertrigo pada
anak-anak.
Zink oxide merupakan suatu senyawa yang banyak dihasilkan masuk kedalam krim
dan obat salep untuk mencegah terbakarnya kulit dan iritasi. Zink oxide mengandung nan-
partikel yang tidak berpenetrasi pada kulit tetapi mungkin bersifat racun jika terhirup atau
berada dilingkungan. Termakanya zink oxide dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan
dan muntah.
Vaselinum flavum merupakan atau disebut juga parafin kuning yaitu campuran
semisolid hydrocarbon, dihasilkan dari petroleum. Paraffin kuning ini juga mungkin
mengahilkan antioksidan. Karakternya yaitu kuning, translucent, sedikit fluorescent pada
siang hari saat dilarutkan, secara praktis tidak bisa dilarutkan dalam air, larut dalam methylen
chloride, dan yang terakhir dari karakternya yaitu tidak dapat larut dalam alcohol dan
gliserol.
1. Macam-macam pasta
a. Pasta berlemak adalah : suatu salep yang mengandung lebih dari 50 % zat padat
(serbuk). Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas
terhadap air.Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum dan
mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep.Contoh pasta
berlemak adalah Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta (RN. 1978), Zinci Pasta (RN.
1978) dan Resorcinoli Sulfurici Pasta (F.N. 1978).
b. Pasta kering adalah : suatu pasta bebas lemak mengandung 60 % zat padat
(serbuk).Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis
ichthanolum atau tumenol ammonim zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer.
c. Pasta pendingin : merupakan campuran minyak lemak dan cairan berair , contohnya
salep tiga dara. Contohnya pada penggunaan zat aktif berupa zink oxide.Zinc oxide
merupakan suatu zat aktif yang memiliki aktivitas sebagai mild astringent dan UV
protecting.Pasta Zinc Oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan ketidakseimbangan
fungsi kulit.Mild astringent yang dimaksud adalah mengecilkan jaringan kulit
sehingga dapat melindungi jaringan kulit.
Sediaan pasta dipilih karena tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai
salep penutup atau pelindung. Pasta Zinc Oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan
ketidakseimbangan fungsi kulit, membantu mencegah kelainan, dan meregulasi
kelenjar sebacea (Morkoc,2009).
2. Karakteristik pasta
a. Daya adsorbs pasta lebih besar
b. Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian, sehingga cocok untuk luka akut.
c. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
d. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
e. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
f. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
g. Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung
bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %
3. Kelebihan pasta
a. Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut
dengan tendensi mengeluarkan cairan
b. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya
kerja local
c. Konsentrasi lebih kental dari salep. Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan
kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep

4. Kekurangan pasta
a. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak
sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
b. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
c. Dapat menyebabkan iritasi kulit

2.2 Uraian Sediaan Obat


2.2.1 Komposisi
Tiap 10 g mengandung
Acidum Salicylicum 200 mg
Zincoxydum 2,5 g
Amylum Tritici 2,5 g
Vaselinum flavum ad 10 g

Untuk membuat 25 gram pasta Acidi Salycilici Zincoydi maka,


Nama Bahan Perhitungan Jumlah yan harus ditimbang
Acidum 0,2 gram 0,5 gram
x 25 gram=0,5 gram
10 gram
Salicylicum
Zincoxydum 2,5 gram 6,25 gram
x 25 gram
10 gram
= 6,25 gram
Amylum Tritici 2,5 gram 6,25 gram
x 25 gram=6,25 gram
10 gram
Vaselin Flavum Ad 25 gram 12 gram
25−¿0,5+6,25+6,25)
= 12 gram

2.2.2 Farmakologi
Asam salisilat adalah agen keratolitik dan keratoplastik yang digunakan untuk
tata laksana acne vulgaris (jerawat), veruka vulgaris (common warts), kalus, psoriasis,
dermatitis seboroik, dan beberapa kondisi kulit lainnya. Obat ini hanya digunakan
secara topikal karena bersifat toksik pada pemberian sistemik.

2.2.3 Indikasi
Indikasi asam salisilat adalah sebagai agen keratolitik atau keratoplastik pada
penyakit kulit seperti acne vulgaris (jerawat), veruka vulgaris (common warts), kalus,
psoriasis, dan dermatitis seboroik.
2.2.4 Kontra indikasi
Kontraindikasi asam salisilat adalah riwayat hipersensitivitas terhadap
salisilat. Selain itu, juga perlu diperhatikan peringatan terkait penggunaan asam
salisilat, yakni menghindari pemakaian secara luas karena risiko intoksikasi salisilat.
2.2.5 Efek Samping
- Iritasi, kering, atau nyeri pada kulit.
- Gatal-gatal.
- Kulit terasa panas, memerah, dan mengelupas.
- Keluar nanah atau darah yang menandakan terjadinya infeksi.

2.2.6 Interaksi Obat


Reaksi sistemik asam salisilat hanya muncul jika obat diberikan secara luas
atau tertelan. Interaksi obat asam salisilat juga hanya terjadi jika asam salisilat
terserap secara sistemik. Contoh interaksi obat yang dapat terjadi adalah saat
penggunaan bersama aspirin atau obat lain yang mengandung salisilat.
2.2.7 Peringatan dan Perhatian
a. lindungi sekeliling kulit dan hindarkan kulit yang pecah
b. tidak sesuai untuk wajah
c. daerah anogenital.
d. daerah yang luas.

2.2.8 Dosis
a. Mata ikan: krim 2-10%, gunakan sesuai kebutuhan. Gunakan krim 25-60%
setiap 3 hingga 5 hari sekali.
b. Jerawat: gel 0,5-5%, gunakan satu kali sehari.
c. Psoriasis: gunakan gel 5%, satu kali sehari. Kutil: gunakan gel 5-26%, satu
kali sehari.

2.3 Monografi Bahan


2.3.1 ZatAktif
a. Acidum Salicylicum (FI Edisi III hal.56)
Nama resmi : Acidum salicylicum
Nama lain : Asam salisilat
Rumus molekul : C7H6O3
Berat molekul : 38,12
Kemurnian : 99%
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk putih, hampir
tidak
berbau, rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian
mudah larut dalam kloroform P, dan dalam eter P, larut
dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium hydrogen
fosfat P, helium sitrat P dan natrium sitrat P
Kegunaan : - keratolikum = menghilangkan keratin
-          anti fungi = obat jamur
Kestabilan : higroskopis dan mudah terurai dengaadanya udara dari
Luar ketika ditambahkan suatu suspensi terjadi
penguraian Asam salisilat dan pelekatan partikel obat.

Inkompatibilitas : terjadi reaksi dipikal dari asam organik


dengan alkali atau Logam berat, aktivitas
sebagai pengawet berkurang jika
Berinteraksi dengan koolin
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

b. Zinci Oxydum  (FI III hal 636)

Nama resmi : ZINCI OXYDUM


Nama lain : seng oksida
Rumusmolekul :  ZnO
Beratmolekul : 81,38
Kemurnian : 99,7%
Pemerian : serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih
kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat laun
menyerap CO2 di udara
Kelarutan : praktisn tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) p,
larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali
hidroksida.

Kegunaan : antiseptikum lokal


Kestabilan : -
Inkompatibilitas : -
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

b. Amylum Tritici (FI IV 109)


Nama resmi : Amylum Tritici
Nama lain : pati gandum
Rumusmolekul : C6H10O5
Beratmolekul : 137,14s
Kemurnian : -
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan
dalam etanol.
Kegunaan : Zat tambahan, penyekat
Kestabilan : -
Inkompatibilitas : -
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

d. Vaselin Flavum ( f1 edisi III hal 61)

Nama resmi : Adeps Lanae


Nama lain : lemak bulu domba
Rumus molekul : C48H69NO2

Beratmolekul : 756,0646.

Kemurnian : -
Pemerian : Zat serupa lemak, liat, kuning muda atau
kuning pucat,agak tembus cahaya bau lemah dank has.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar
air dalam etanol (95%)P mudah larut dalam kloroform
P; dan dalam eter P.
Kegunaan : Zat tambahan. emulgator
Kestabilan : dapat mengalami autoksidasi
selama penyimpanan. untuk mencegeh ditambah
antioksidan
Inkompatibilitas : akan bereksi dengan asam mineral

menjadi bentuk gaaram Kristal dan ester dengan adanya


asam lemak tinggi.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


3.1.2 Cara Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Menyatarakan timbangan

Menimbang Acid Sal sebanyak 0,5 gram, menimbang Zinci Oxyde yang
sudah diayak sebanyak 6,25 gram, menimbang amylum Tritici sebanyak
6,25 gram, menimbang Vaselin Album sebanyak 12 gram.

Masukkan acid sal kedalam mortar kemudian tambahkan 23 tetes alkohol


aduk sampai larut kemudian keringkan dengan amylum tritici dan
tambahkan ½ vaselin flavum adeuk sampai homogen. (Campuran 1)

Gerus disalah satu mortir ZnO dan tambahkan sisa ½ vaselin gerus
sampaihomogen. Kemudian tambahkan campuran 1 dan aduk sampai
homogen

Masukkan bahan dalam pot lalu timbang pot, kemas dan beri etiket biru

3.2 Metode Evaluasi Sediaan


 Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna dan tekstur
sediaan

 Evaluasi ph
a. Kertas pH dimasukan kedalam sediaan
b. Ditunggu beberapa saat
c. Dibandingkan indicator pH
d. Amati warna yang terjadi, tulis hasil pH.

 Uji homogenitas
a. Oleskan sediaan pada objek glass
b. Amati apakah terdapat partikel yang tidak merata
c. Homogen atau tidak

 Evaluasi daya lekat


Sediaan ditimbang 0,5 gr diletakan pada objek glass tutup objek dengan tutup objek pada
alat uji daya lekat tambahkan beban 500 gram diamkan 1 menit, setelah itu beban
diturunkan, ditarik tuasnya dan cacat waktunya.

 Uji daya proteksi


a. Ambil kertas saring diukur 10 x 10 cm 1 buah basahi dengan indicator PP
dikeringkan
b. Ambil kertas saring lagi ukuran 2,,5 x 2,5 cm sebanyak 12 buah basahi dengan
indicator PP dikeringkan
c. Setelah kering kertas saring ukuran 10 x 10cm diolesi dengan sediaan, kemudian
kertas saring ukuran 2,5 x 2,5 cm di tempelkan di atasnya
d. Tetesi kertas saring dengan KOH pada kertas saring yang berukuran kecil, diamati
pada 5,10,15,30,45,60 detik. Jika tidak ada noda merah berarti sediaan dapat
memberikan proteksi terhadap cairan.

 Uji daya sebar


a. Sediaan ditimbang 0,5 gram
b. Diletakan ditengah alat ekstensometer, ditimbang dulu penutup kaca
ekstensometer
c. Kemudian diletakan di ekstensometer dan tutup dibiarkan 1 menit
d. Diukur berapa diameter yang menyebar dengan mengambil panjang rat-rata
diameter dari beberapa sisi
e. Ditambah beban 50 gram diamkan selama 1 menit dan catat diameter sediaan
yang menyebar seperti sebelumnya
f. Diteruskan dengan menambahkan beban lagi seberat 50 gram dan catat diameter
sediaan yang menyebar setelah 1 menit dibiarkan sama seperti sebelumnnya.

3.2.1 Evaluasi Uji Sediaan

 Uji Organoleptis
Hasi dari uji organoleptis sediaan pasta adalah sebagai berikut :
Bau Tidak berbau
Warna Putih
Tekstur Kasar
Bentuk Setengah padat

 Uji pH
Hasil uji pH dari sediaan pasta ini adalah 5
 Uji Homogenitas
Hasi uji homogenitas pada sediaan pasta adalah tidak homogen

 Uji daya lekat


Hasil uji daya lekat pada sediaan pasta hasil praktikum adalah sebagai berikut :
T1 : 4 detik
T2 : 5 detik
T3 : 5,5 detik

 Uji daya sebar


Hasil uji daya sebar pada sediaan pasta hasil praktikum adalah sebagai berikut :
Diameter penyebaran tanpa beban : 2 cm
Diameter penyebaran beban 50 gram : 3,5 cm
Diameter penyebaran beban 100 gram : 4,4 cm
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rancangan Metode dan Formula
Metode :…
Besar batch :…
Komponen formula dan harga :…
Tabel 4.1 Rancangan Formulasi
PemakaianBahan
Nama
FungsiBahan Lazim Per ….. Per Batch
Bahan %
(%) (mg) (g)
BahanAktif
Basis

Lubrikan
Glidan
Pewarna
Pemanis
Pengaroma

Jumlah Total:
Berdasar DAPUS :halaman….
4.2 Hasil Evaluasi
4.2.1 Evaluasi …

4.2.2 Evaluasi …

4.3 Pembahasan
Pasta pada dasarnya adalah salep yang didalamnya ditambahkan zat padat yang tidak
larut dalam konsentrasi yang tinggi. Pasta berguna sebagai penghambat yang melindungi
kulit, seperti pengobatan dengan masker atau pekindung muka dan bibir dari sinar
matahari. Pasta umumnya dibuat dengan mencampurlkan zat padat langsung kedalam
sistem yang dikentalkan dengan menggeruskan sebagian basis untuk membentuk massa
seperti pasta. Sisa basis ditambahkan denganm melanjutkan menggerus, sehingga zat
padat terdispersi secara merata dalam zat pembawanya (Lachman 1994). Acidum
Salisilici Zinci Oxyde Pasta ini digunakan untuk obat luar khususnya untuk keratolitikum.

Proses pembuatan pasta acidum salisilicy zincioxyde adalah dengan menimbang


semua bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu dan menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan. Kemudian setelah semua bahan ditimbang, acidum salicilicum dimasukkan
ke dalam mortar dan tambahkan 2-3 tetes etanol dan gerus sampai larut, digunakannya
etanol dikarenkan sifat acidum salicilicum yang higroskopis dan larut dengan etanol.
Kemudian dikeringkan dengan amylum tritici dan ditambahkan setengah vaselin flavum
dan diaduk sampai homogen. Selanjutnya disalah satu mortar gerus Zinc Oxide dan
tambahkan sisa vaselin flavum aduk sampai homogen. Kemudian masukkan campuran
acidum salycilicum, Amylum tritici dan vaselin flavum ke dalam campuran Zinci Oxyde
dan Vaselin flavum aduk sampai homogen. Selanjutnya masukkan kedalam wadah dan
beri etiket. Sediaan selanjutnya dilakukan uji fisik.
Ada beberapa kriteria pada uji fisik, yang pertama yaitu uji organoleptis, uji
organoleptis. Uji organoleptis meliputi warna,bau,tekstur, dan bentuk. Dari hasil uji
organoleptis sediaan pasta ini diperoleh hasil bahwa sediaan berwarna putih, tidak berbau,
bertekstur kasar dan berbentuk setengah padat. Hal ini sudah sesuai dengan standart krim
untuk area topical.Warna dari sediaan adalah putih hal ini sudah sesuai dengan standart
dikarenakan tidak adanya tambahan pewarna atau zat tambahan lain. Bau pada hasil uji
organoleptis adalah tidak berbau dikarenakan tidak adanya tambahan zat pewangi dalam
proses pembuatan.sediaan ini berbentuk setengah padat dikarenakan basisnya adalah
vaselin dimana vaselin sendiri berbentuk setengah padat.
Untuk hasil uji pH dari sediaan pasta adalah 5, Uji pH sediaan merupakan parameter
sifat fisikokimia yang harus dilakukan pada sediaan dermal, karena pH sediaan dapat
mempengaruhi efektifitas pelepasan obat. stabilitas, dan kenyamanan penggunaan
sediaaan pada kulit. Sediaan yang baik harus sesuai dengan pH kulit dan tidak mengiritasi
kulit. Hasil tersebut sudah sesuai dikarenakan standart pH dari sediaan pasta adalah 4,5 –
10,5.
Uji homogenitas pada sediaan pasta ini diperoleh hasil bahwa sediaan pasta tersebut
tidak homogen, hal ini sesuai tidak dengan literature dikarenakan seharusnya sediaan
yang layak adalah yang homogen.
Uji daya lekat tujuan dari pengujian daya lekat adalah untuk mengetahui kemampuan
melekat sediaan pasta saat diaplikasikan pada kuli. Range daya lekat sediaan topical yaitu
minimal 4 detik (rachmalia dkk,2016 dalam rahmawati dkk,2020). Dari praktikum ini
diperoleh nilai uji daya lekat dengan rata-rata 4.8, sehingga pasta yang dihasilkan
memenuhi syarat standar daya lekat yaitu minimum 4 detik.
Uji daya sebar pasta menunjukkan kemampuan pasta untuk menyebar pada lokasi
pemakaian dan elastisitas pasta apabila dioleskan pada kult sehingga memberikan
kenyamanan pada saat pemakaian. Semakin besar nilai diameter daya sebar
menggambarkan bahwa viskositas pasta semakin menurun sehingga akan menyebar
dengan cepat hanya dengan sedikit pengolesan. Pasta yang baik adalah pasta yang
memiliki daya sebar yang luas sehingga mudah untuk dioleskan dan kontak zat aktif
dengan kulit semakin baik.
BAB V
KESIMPULAN

Pasta yang dihasilkan belum seluruhnya memenuhi standar atau syarat mutu
fisik, yaitu pada uji homogenitas dimana hasilnya adalah tidak himigen. Seharusnya
sediaan yang layak adalah yang homogen.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aiache, J. M., dan Devissaguet, J. Ph., 1993, Farmasetika 2 Biofarmasi


diterjemahkan oleh Dr. Widji Soeratri, Edisi kedua, Hal 405-433, Airlangga
University Press, Surabaya
2. Anief, M., 2006, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
3. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. 6-7, 93-94, 265, 338-339, 691.
4. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. 448, 515, 771, 1000.
5. Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI
Press.Hal. 218-242
6. Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.
7. Morkoc, H. and Ozgur, U. 2009, Zinc Oxide: Fundamental, Materials, and Device
Technology, Willey VCH, Germany.

Anda mungkin juga menyukai