Disusun Oleh:
Kelompok 11
Tingkat 2B Farmasi
Dosen Pengampu :
Endang Istriningsih, M.Clin, Farm,. Apt
Disusun Oleh:
Kelompok 11
Tingkat 2B Farmasi
Dosen Pengampu :
Endang Istriningsih, M.Clin, Farm,. Apt
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas terselesaikannya Makalah
Teknologi Sediaan Farmasi “Sediaan Semi Solid” ini. Penulisan makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi Sediaan Farmasi. Oleh karena itu, penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif panduan dan menambah wawasan
tentang neurotransmitter.
Mudah-mudahan Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik
secara materiil maupun moril dalam penulisan Makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dizaman era modern sekarang ini sudah banyak bentuk sediaan obat yang di
jumpai di pasaran, bentuk sediaanya antara lain dalam bentuk sediaan padat contohnya
piil, tablet, kapsul, supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat contohnya krim,
salep. Sedangkan dalam bentuk sediaan cair adalah sirup, elixir, suspensi, emulsi dan
sebagainya. Dalam makalah kali ini khusunya membahas tentang sedian semi solid.
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia
farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit
yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam
bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli
farmasi dan industri. Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk
di konsumsi oleh masyarakat.
Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep,
gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada
pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu diantaranya
yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli
farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat. Dengan
demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir
kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi dengan
benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan
dikombinasikan dengan baik dan benar
1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
a. Apa itu sediaan semi solid?
b. Apa saja jenis – jenis sediaan semi solid?
c. Apa kelebihan dan kekurangan sediaan semi solid?
d. Bagaimana Formulasi sediaan semi solid?
1
3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
a. Dapat mengetahui definisi sediaan semi solid
b. Dapat mengetahui jenis jenis sediaan semi solid
c. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan sediaan semi solid
d. Dapat mengetahui formulasi sediaan semi solid
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan pengobatan
topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung bahan pembawa (basis)
yang digunakan. Sediaan farmasi semi solid merupakan produk topical yang dimaksudkan
untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa untuk memberikan efek lokal dan
kadang kadang sistemik. Biasanya sediaan semi solid merupakan formulasi yang kompleks.
Sediaan semi solid sering terdiri dari dua fase (minyak dan air), yang satu sebagai fase
kontinu (eksternal) dan yang lain sebagai fasa terdispresi (internal). Bahan aktif sering
dilarutkan dalam satu atau kedua fasa, membentuk sstem tiga fasa. Sifat fisik sediaan
tergantung pada beberapa faktor, termasuk ukuran partikel terdispersi, tegangan antar muka
diantara fasa, koefisien partisi bahan aktif diantara fasa, dan rheologi produk. Faktor faktor
ini bergabung menentukan karakteristik pelepasan obat sebaik karakteristik yang lain seperti
viskositas.
Sediaan farmasi semi solid terbagi menjadi beberapa jenis, hal tersebut bervariasi
tergantung dari bahan pembawa atau basisnya. Berikut jenis jenis sediaan farmasi semi solid.
A. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk
pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. (Depkes, Farmakope Indonesia IV).
Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah
dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar
untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh
berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).
1) Aturan umum pembuatan salep :
a) Bagian-bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak yamg
diperuntukkan bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan di dalamnya.
3
b) Zat-zat yang mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila banyak nya air
yang dipergunakan untuk pelarutan dapat dipungut oleh jumlah campuran
lemak yang telah ditentukan, mula-mula dilarutkan dalam air; banyaknya air
yang dipergunakan mula-mula dikurangi dari jumlah yang telah ditentukan
dari campuran lemak.
c) Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat larut harus
sebelumnya dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar ayakan B40. Pada
pembuatan unguenta ini zat yang padat sebelumnya dicampur rata dengan
lemak, yang beratnya sama atausetengahnya,bilamana perlu sebelumnya
dilelehkan dan kemudian sejumlah sisa lemaknya telah atau tidak dilelehkan
ditambahkan sebagian demi sebagian.
d) Apabila unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya harus diaduk
sampai dingin.
2) Penggolongan salep
a) Berdasar aksi terapi
1. Salep epidermis
2. Salep endodermis
3. Salep diadermis
b) Berdasar komposisi (dasar salep)
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut
1. Dasar salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
Vaselin putih,Vaselin kuning
Campuran Vaselin dengan malam putih, malam kuning
Parafin encer, Parafin padat
Minyak tumbuh-tumbuhan
2. Dasar salep serap,yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
Adeps lanae
Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen
3. Dasar salep dapat dicuci dengan air
“Dasar salep” tipe emulsi M/A = Vanishing cream
Emulsiflying ointment BP
Hyrophilik ointment
4
4. Dasar salep larut dalam air
Polyethylenglycol ointment USP
Tragacanth
PGA C.
c) Berdasar fisik-konsistensi (viskositas = kekentalan)
1. Cairan kental/encer : linimentum
2. Setengah padat : cream – unguentum – pasta
3. Lebih bersifat padat : sapo medicatus, emplastrum
5
5) Zat-zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100.
setelah itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan
salah satu bahan dasar salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan
terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan yang lainditambahkan sedikit demi
sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk pencegahan
pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba,
Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair
atau lunak.
B. KRIM (Cream)
Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan setengah
padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar.
Dan menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah bentuk sediaan setengah
padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai. Sedangkan menurut Formularium Nasional Cream adalah sediaan
setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60 % dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
6
1) Komposisi Formula Krim.
Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgit, lemak bulu domba,
setaseum, setilalkohol, sterilalcohol, terietanolaminil stearat, dan golongan sorbitan,
polisorbat, polietilenglikol, sabun.
2) Basis Krim/Cream
Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe
minyak dalam air (m/a) yaitu mengandung banyak air dan minyak terbagi rata di
dalam air, dan tipe air dalam minyak (a/m) yaitu mengandung banyak minyak dan
butir-butir air terbagi di dalam minyak.
3) Tipe M/A
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai
pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi.
Sifat Emulsi M/A:
Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk
mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah bercampur
dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi yang baik adalah cream
yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi
kulit. Contohnya: sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
4) Tipe A/M
Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae, wool
alcohol, atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam
bervalensi dua.
Sifat Emulsi A/M:
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang
kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat
diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci
dengan air. Contohnya: Sabun monovalen (TEA, Na stearat, K stearat, Amonium
stearat), Tween, Na lauril sulfat, kuning telur, Gelatin, Caseinum, CMC, Pektin,
Emulgid.
7
5) Pembuatan Krim
Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda.
1. Metode pertama yaitu bahan-bahanyang larut dalam minyak (fase minyak)
dilebur bersama di atas penangas air pada suhu 70 0C sampai semua bahan
lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air) dilarutkan terlebih
dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0C sampai semua bahan larut,
kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim.
2. Sedangkan dengan metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun
fase air dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru
kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa krim. Baik metode
pertama maupun metode kedua, sama-sama menghasilkan sediaan krim yang
stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat dan kuat dalam mortar
yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi dengan metode kedua, kita
dapat menggunakan peralatan yang lebih sedikit daripada metode pertama.
C. PASTA
Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Digunakan sebagai
antiseptik atau pelindung kulit.
D. CERATA
Cerata adalah salep berminyak mengandung konsentrasi tinggi dari lilin
sehingga keras dan titik lebur tinggi
E. JELLY/Gel
Jelly adalah salep sangat lunak, hampir mencair dan mengandung sedikit atau
tanpa lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin atau dasar salep obat,
dapat dicuci dengan air. Menurut Farmakope Indonesia (edisi IV) , Gel kadang-
9
kadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan. Menurut FORNAS, Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi
yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik.
Masing – masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.. Menurut ANSEL : 390,
Gel didefenisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi
yang tersusun baik dari pertikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar
dan saling diresapi cairan.
Gel dalam mana makro molekolnya disebarkan keseluruh cairan sampai tidak
terlihat ada batas diantaranya. Cairan ini disebut gel satu fase. Dalam hal dimana
massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini
dikelompokan sebagai sistem dua fase dan sering pula disebut magma atau susu. Gel
dan magma dianggap sebagai dispersi koloid oleh karena masing-masing
mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid.
Dalam pengertian lain gel merupakan semi padat yang terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul organic besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah,
digolongkan sebagai system dua fase ( gel alumunium hidroksida ). Dalam system 2
fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relative besar disebut Magma.
10
obat dan dasar salep disterilkan dengan cara yang cocok. Tube disterilkan dalam
autoklaf pada suhu 115°-116° C, selama tidak kurang dari 30 menit
Sebagai dasar salep sering digunakan dasar salep Oculentum simplex. Basis
salep mata yang lain adalah campuran Carbowax 400 dan carbowax 4000 sama
banyak.
11
4. Evaluasi Akhir Sediaan Semi Solid
a. Evaluasi Fisik.
Homogenitas diantara dua lapis film, secara makroskopis: alirkan di atas kaca.
Konsistensi, tujuan: mudah dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan. Pengukuran
konsistensi dengan pnetrometer. Konsistensi / rheologi dipengaruhi suhu; sedian non
newton dipengaruhi oleh waktu istirahat oleh karena itu harus dilakukan pada keadaan
yang identik.
Bau dan warna untuk melihat terjadinya perubahan fasa. pH, pH berhubungan
dengan stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet, keadaan kulit.
b. Evaluasi Kimia.
Kadar dan stabilitas zat aktif dan lain-lain.
c. Evaluasi Biologi.
Perhitungan Bahan
1. Asam Borat =
2. Nipagin =
3. CMC – Na 6%
4. CMC- Na yang dibutuhkan
Aqua untuk CMC-Na
Cara pembuatan:
1. Disiapkan alat dan bahan,kemudian disetarakan timbangan.
2. Ditimbang CMC-Na 598 mg dan disiapkan air panas 9,372 ml digelas ukur.
3. Air panas dimasukkan kedalam mortir kemudian ditaburkan CMC-Na secara merata
diatas air panas kemudianditunggu ± 30 menit hingga mengembang.
4. Sambil menunggu CMC-NA mengembang, ditimbang asam borat 40 mg dilarutkan
dengan air panas ad larut.
12
5. Ditimbang nipagin 10 mg.
6. Setelah CMC-Na mengembang kemudian digerus ad homogen.
7. Dimasukkan asam borat kedalam mortir no. (6) digerus ad homogen.
8. Dimasukkan nipagin kedalam mortir no. (7) digerus ad homogen hingga membentuk
gel.
9. Massa gel yang telah terbentuk dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket berwarna
biru.
Perhitungan Bahan
1. Gentamisin =
2. Nipagin =
3. CMC – Na 5%
4. CMC- Na yang dibutuhkan
Aqua untuk CMC-Na
Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan, kemudian disetarakan timbangan.
2. Ditimbang CMC-Na 498,5mg dan disiapkan air panas 9,472 ml digelas ukur.
3. Air panas dimasukkan kedalam mortir kemudian ditaburkan CMC-Na diatas air panas
secara merata kemudian ditunggu ± 30 menit hingga mengembang.
4. Sambil menunggu CMC-Namengembang, ditimbang gentamisin 10 mg dilarutkan
dengan air ad larut.
5. Ditimbang nipagin 10 mg.
6. Setelah CMC-Na mengembang kemudian digerus ad homogeny.
7. Dimasukkan gentamisin kedalam mortir no. (6) digerus ad homogeny.
8. Dimasukkan nipagin kedalam mortir no. (7) digerus ad homogen hingga membentuk
gel.
9. Massa gel yang telah terbentuk dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket berwarna
biru.
13
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan
pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung bahan
pembawa (basis) yang digunakan. Sediaan farmasi semi solid merupakan produk topical
yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa untuk
memberikan efek lokal dan kadang kadang sistemik. Biasanya sediaan semi solid
merupakan formulasi yang kompleks. Sediaan semi solid sering terdiri dari dua fase
(minyak dan air), yang satu sebagai fase kontinu (eksternal) dan yang lain sebagai fasa
terdispresi (internal).
Sediaan semi solid terdapat berbagai jenis bervariasi tergantung dari bahan
pembawa atau basis. Sediaan semi solid diantaranya adalah; salep, krim, gel, pasta,
cerata, oculenta, liniment. Masing masing mempunyai karakteristik yang berbeda beda.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Anief, Moh. 2002. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas Indonesia
Press, Jakarta
Departemen Kesehatan RI . Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta
Departemen Kesehatan RI . 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta
Depkes. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Martin, A.N. 1970. Physical Pharmacy. Second edition. Lea and Febiger, Philadelphia.
15
LAMPIRAN
I. Soal
1. Apa yang di maksud dengan sediaan farmasi semi solid yang merupakan produk
topical ?
Jawab : Sediaan farmasi semi solid merupakan produk topical yang dimaksudkan
untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa untuk memberikan
efek lokal dan kadang kadang sistemik. Biasanya sediaan semi solid
merupakan formulasi yang kompleks.
2. Jelaskan pengertian dari salep!
Jawab : Salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya
lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk
melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh
berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %.
3. Sebutkan 3 macam penggolongan salep!
Jawab : - Berdasar aksi terapi
- Berdasar komposisi (dasar salep)
- Berdasar fisik-konsistensi (viskositas = kekentalan)
4. Bagaimana sifat emulsi krim tipe M/A ?
Jawab : Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk
mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah
bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi yang
baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain
sehingga membantu hidrasi kulit. Contohnya: sabun polivalen, span, adeps
lanae, kolsterol dan cera.
5. Apa keuntungan dan kerugian dari sediaan salep ?
Jawab : Kerugian salep.
misalnya pada salep basis hidrokarbon, sifatnya yang berminyak dapat
meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit
dibersihkan dari permukaan kulit.
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis
hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi
seperti krim dan lotion.
22
Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang
tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-
bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air.
Keuntungan Salep.
misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih
mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi
mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar
salep berminyak.
23