Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH KIMIA MEDISINAL

HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS SENYAWAPEMBLOK ADENERGIK

Disusun Oleh :

1. Dwi Fransiska Navra. T E0018063


2. Nur Afrida E0018079
3. Tri Suci Munawaroh E0018092

Dosen Pengampu

Oktariani Pramiastuti, M.Sc., Apt

Kelompok 14

Kelas 2B Farmasi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA

SEMESTER III

2019
i

MAKALAH KIMIA MEDISINAL

HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS SENYAWAPEMBLOK ADENERGIK

Disusun Oleh :

4. Dwi Fransiska Navra. T E0018063


5. Nur Afrida E0018079
6. Tri Suci Munawaroh E0018092

Dosen Pengampu

Oktariani Pramiastuti, M.Sc., Apt

Kelompok 14

Kelas 2B Farmasi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA

SEMESTER III

2019

i
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulllah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Kimia Medisinal yang berjudul Hubungan Struktur-Aktivitas
Senyawa Pemblok Adrenergik

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Oktariani Pramiastuti, M.Sc., Apt
selaku dosen pengampu mata kuliah kimia medisinal yang telah
memberikan materinya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, Bahasa maupun penulisanya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih
baik lagi dimasa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Slawi, 17 Desember 2019

Penyusun

ii
iii

Daftar Isi

Halaman Judul ..................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3

A. Senyawa Pemblok Adrenergic .................................................. 3


B. Macam – macam senyawa pemblok adrenergic ...................... 3
C. Mekanisme kerja ....................................................................... 4
1. Senyawa pemblok α-Adrenergik ........................................... 4
2. Senyawa Pemblok β-Adrenergik ........................................... 6
3. Beta Bloker Yang Memblok α-Reseptor ................................ 11
4. Transmitter Katekolamin Palsu ............................................. 11
5. Senyawa Pemblok Adrenergik .............................................. 12

BAB III PENUTUP................................................................................ 14

A. Kesimpulan ............................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk
mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan atau
menimbulkan suatu kondisi tertentu misalnya membuat seorang
infertile, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan.
Salah satu bagian dalam ilmu farmakologi yaitu obat otonom yakni
obat adrenergic atau simpatomimetika yaitu zat – zat yang dapat
menimbulkan ( sebagian ) efek yang sama dengan stimulasi susunan
simpaticus ( SS ) dan melepaskan noradrenalin ( NA ) di ujung – ujung
sarafnya. SS berfungsi meningkatkan penggunaan zat oleh tubuh dan
menyiapkannya untuk proses disimilasi. Organisme disiapkan agar
dengan cepat dapat menghasilkan banyak energy, yaitu siap untuk
suatu reaksi “ fight, fright, or flight “ ( berkelahi, merasa takut, atau
melarikan diri ). Oleh karena itu, adrenergika memiliki daya yang
bertujuan mencapai keadaan waspada tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan senyawa pemblok adrenergic ?
2. Apa saja macam – macam dari senyawa pemblok adenergik ?
3. Bagaimana mekanisme kerja senyawa pemblok adenergik ?
4. Bagaimana hubungan struktur dari salah satu senyawa pemblok
adenergik ?

1
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan senyawa pemblok
adrenergic
2. Apa saja macam- macam dari senyawa pemblok adenergik
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari senyawa pemblok
adrenergic
4. Untuk mengetahui hubungan struktur dari salah satu senyawa
pemblok adrenergic
BAB II

PEMBAHASAN

A. Senyawa Pemblok Adrenergic


Senyawa pemblok adrenergic, yang juga disebut anti adrenergic,
adrenolitik dan simpatolitik adalah senyawa yang secara selektif
menghambat respon tertentu rangsangan simpatetik atau memblok
efek yang dihasilkan oleh senyawa simpatomimetik.
Senyawa antiadrenergic mempunyai mekanisme kerja dan sisi
kerja yang berbeda yaitu :
1. Berinteraksi dengan reseptor khas
2. Menghambat enzim yang terlibat pada proses biosintesis
norepinefrin
3. Mencegah pelepasan norepinefrin dari tempat penyimpanan pada
ujung syaraf simpatetik.
4. Mempengaruhi tempat penyimpanan katekolamin

B. Macam – macam senyawa pemblok adrenergic


1. Senyawa pemblok α-Adrenergik
a. Alkaloida Indoletilamin
b. Turunan Imidazolin
c. Turunan β-Haloalkilamin
d. Turunan Hidrazinoftalazin
e. Turunan Kuinazolin
2. Senyawa Pemblok β-Adrenergik
a. Turunan Ariletanolamin
b. Turunan Ariloksipropanolamin
3. Βeta Bloker yang memblok α-reseptor
4. Transmitter Katekolamin Palsu
5. Senyawa Pemblok Adrenergik

3
4

C. Mekanisme kerja
1. Senyawa pemblok α-Adrenergik
Digunakan untuk meringankan beberapa penyakit perifer
seperti sindrom Raynaud, akrosianosis, flebitis, frostbite, dan
flebotrombosis. Struktur kimia golongan ini tidak berhubungan
dengan norepinefrin.

Mekanisme kerja :

Melalui tiga cara, yaitu :

a. Sebagai antagonis kompetitif terhadap amin biogenic, seperti


norepinefrin, pada reseptor α-Adrenergik, contoh: alkaloida
indoletilamin, turunan imidazolin, turunan benzodioksan, dan
turunan kuinazolin.
b. Sebagai antagonis non kompetitif terhadap norepinefrin, contoh:
β-haloetilamin.
c. Relaksasi secara langsung otot polos arteriola, contoh turunan
kuinazolin

Berdasarkan struktur kimianya senyawa pemblok α-Adrenergik


dibagi menjadi 6, yaitu :

a. Alkaloida indoletilamin
Contoh : dihidroergotamin mesilat, erotamin tartat, ermetrin
(ergonovin) maleat, metilergometrin maleat, metisergit maleat,
metergolin, nisergolin dan yohimbin.
Alkoaloidergot didapat pada tanaman claviceps purpurea, dan
mempunyai efek farmakologis yang bervariasi.
b. Turunan Imidazolin
Turunan ini mempunyai aktivitas α1 dan α2- antagonis, digunakan
sebagai antihipertensi dan pembantu diagnosis pada
feokromositoma. Contoh : fentolamin mesilatdan tolazolin HCl.
5

c. Turunan β-haloalkilamin
Turunan β-haloalkilamin bekerja sebagai senyawa peralkilasi.
Struktur umum :
R(R’)N-CH2-CH2-X
Keterangan :
R,R’ :gugus arilalkil
X : halogen, mesil atau tosil
Adanya gugus X yang mudah lepas menyebabkan terjadinya
siklisasi, membentuk ion imonium reaktif, (ion aziridinium). Ion
reaktif tersebut dapat mengalkilasi gugus nukleofil reseptor,
seperti anion phospat atau karboksilat makromolekul, diantaranya
adalah reseptor α-Adrenergik, membentuk ikatan kovalen yang
stabil. Ikatan ini bersifat terpulihkan meskipun penguraianya
sangat lama.

Contoh : dibenamin,(R=R’=benzil) dan fenoksibenzamin HCl


(R=benzyl, R’=1-metil-2-fenoksietil).

Mekanisme kerja turunan β-haloalkilamin adalah sebagai


antagonis non kompetitif terhadap norepinefrin. Efek turunan ini
merupakan simpatektomi kimia, karena memblok secara selektif
respon rangsangan otot polos dan miokardium. Turunan ini
digunakan terutama untuk pengobatan penyakit vascular perifer
dan feokromositoma.

d. Turunan hidrazinoftalazin
Mekanisme kerja turunan hidrazinoftalazin adalah menimbulkan
relaksas isecara langsung otot polos arteriola, sehingga terjadi
vasodilatasi buluh arteri perifer. Turunan ini digunakan terutama
sebagai antihipertensi.
Contoh : hidralazin HCl, dihidralazin sulfat dan minoksidil.
6

e. Turunan Kuinazolin
Mekanisme kerja turunan kuinazolin disebabkan oleh sifat
antagonis kompetitif terhadap katekolamin atau norepinefrin, suatu
α1-adrenoseptor yang khas,dan sifat memblok rangsangan α1-
reseptor. Norepinefrin yang dilepaskan kemudian berinteraksi
dengan α2- reseptor. Turunanini digunakan sebagai antihipertensi.
Contoh : doksazosin mesilat, prazosin HCl, bunazosin HCl dan
terazosin.
2. Senyawa Pemblok β-Adrenergik
Senyawa pemblok β-adrenergik sering disebut β-bloker aalah
senyawa yang dapat memblok reseptor β-adrenergik.
Mekanisme kerja :
β-bloker bekerja sebgai antagonis kompetitif terhadap
norepinefrin pada β-reseptor. Menurut Bellau, efek pemblokkan β-
reseptor terjadi karna adanya substituent yang besar pada atom
mikrogen. Dengan mengikat cincin adenine dari ATP, substituent
tersebut dapat mencegah proses alih proton, dengan menggantikan
cincin adenine dari tempat pengikatan pada permukaan reseptor.
Senyawa β-bloker strukturnya analog dengan isoproterenol sehingga
dapat menduduki tempat β-reseptor yang sama.
Golongan ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
A. Turunan ariletanolamin
Hubungan struktur dan aktivitas turunan ariletanolamin.
Turunan ariletanolamin mempunyai struktur dasar sebagai
berikut:
7

R = Cincin lain atau substituent yang dapat meningkatkan sifat


hidrofobik dan interaksi obat dengan tempat reseptor
R’ = Atom H atau gugus CH3
Modifikasi tertentu telah dilakukan menggunakan struktur dasar
isoproterenol, dalam usaha mendapatkan senyawa pemblok β-
adrenergik yang kuat.
Modifikasi tersebut antara lain :
1) Pengganti gugus hidroksi katekol dengan Cl, menghasilkan
dikloroisoproterenol yang mempunyai aktivitas β-bloker.
2) Mengganti gugus 3,4-dihidroksikatekol yang kaya electron
dengan gugus fenil yang juga kaya electron, menghasilkan
senyawa protenalol dengan aktivitas β-bloker lebih besar
dibanding dikloroisoproterenol.
3) Senyawa N,N- disubstitusi =tidak aktif sebagai β-bloker.
4) Adanya gugus α-metil menurunkan aktivitas β-bloker.
5) Aktivitas dipertahankan bila gugus fenetil, hidroksifenetil, atau
metoksifenetil ditambahkan pada gugus amin
6) Substituent alkil siklik pada gugus amin lebih baik dibandingkan
dengan substituent rantai terbuka.
7) Panjang rantai substituent pada amin mungkin diperluas
sampai 4 atom C tanpa ujung fenil.
8) Penambahan atom C antara cincin naftil dengan gugus lain
akan menurunkan aktivitas.
9) Perubahan dari posisi α-naftil ke β-naftil akan mempertahankan
aktivitas.
8

10) Reduksi salah satu cincin menghasilkan 2 analog tetralin lain


tidak mempengaruhi aktivitas.
11) Mengganti gugus aromatik fenantren dengan gugus
antrasen akan menurunkan aktivitas.

B. Turunan Ariloksipropanolamin
Hubungan struktur dan aktivitas turunan
ariloksipropanolamin
Naftiloksipropanolamin mempunyai aktivitas β-bloker 10-20
kali lebih besar disbanding pronetalol dan tidak menimbulkan efek
karsinogenik. Selain itu juga didapatkan bahwa substituent pada
cincin naftil lebih banyak terletak pada posisi α diabnding posisi β.
Prototip turunan ini adalah propranolol, yang dikenal seagai
generasi kedua β-bloker.

Pada umumnya β-bloker mempunyai kativitas agonis parsial


(aktivitas simpatomimek intrinsk), yang kadang-kadang diperlukan
untuk menghindari terlalu besarnya takanan pada otot jantung
(menjaga keseimbangan efek inotropic). Contoh β-bloker yang
mempunyai aktivitas agonis parsial adalah asebutolol,
oksprenolol, pindolol, dan praktolol.

Beberapa β-bloker dapat menimbulkan aktivitas stabilitasi


membran, contoh : Asebutolol, alprenolol, oksprenolol,
propranolol.

Turunan ariloksipropanolamin lebih banyak yang mempunyai


cincin fenil tersubtitusi dibanding cincin naftil. Substitusi ugus
metil, kloro, metoksi atau nitro kebanyakan pada posisi 2 dan 3,
hanya sebagian kecil pada posisi 4. Turunan 3,5-disubstitusi
mempunyai aktivitas lebih besar dibanding turunan 2,6-disubstitusi
maupun 2,3,6-tersubstitusi. Di duga hal ini disebabkan oleh
adanya efek halangan ruang terhadap rantai samping.
9

Adanya gugus alkenyl atau alkeniloksi pada posisi orto cincin


fenil menunjukan aktivitas yang cukup baik karena merupakan
analog propranolol dengan cincin terbuka.

Contoh : oksprenolol dan alprenolol.

Masalah yang besar pada penggunaan klinik propranolol


adalah kelarutannya dalam lemak yang tinggi sehingga dapat
menembus jaringan syaraf dan menimbulkan efek depresi jantung.
Untuk menghindari hal tersebut, pada cincin fenil disubstitusikan
gugus yang bersifat polar, seeprti gugus metansulfonamida atau
gugus asetamida. Modifikasi ini menghilangkan efek depresi
jantung yang tidak diinginkan.

Contoh : praktolol.

Senyawa masih enimbulkan efek samping yang tidak


dikehendaki, karena selain meblok β-reseptor jantung (β1) juga
memblok β-reseptor bronkus (β2), sehingga perlu dicari senyawa
yang lebih selektif. Modifikasi dengan melakukan substitusi pada
posisi orto ataumeta yang lain ternyata menghilangkan aktivitas
dan selektifitas senyawa.

Senyawa antagonis-β1 yang selektif mempunyai karakteristik


utama yaitu subtituen terletak pada posisi para, yang d gambarkan
pada turunan fenoksipropanolamin sebagai berikut :
10

Senyawa antagonis- β2 selektif biasanya mengandung gugus α-


metil dan gugus hidroksi aromatik diganti dengan subtituen lain.

Contoh :

Beta bloker terutama digunakan pada angina pectoris,


aritmia tertentu dan hipertensi sistemik. Selain itu juga di gunakan
untuk pengobatan kelainan jantung yang lain seperti fibrilasi atrial,
kardiomiotropi hipertropi, payah miokardial dan takikardial sinus,
serta untuk pengobatan hipertensi dalam mata (glaucoma),
mencegah migraine, feokromositoma dan tremor esensial.

Banyak β-bloker bersifat tidak selektif, yaitu bekerja pada β1


dan β2-reseptor. Efek samping yang di timbulkan β-bloker antara
lain adalah bronkospasma, ganguan vascular perifer, hipotensi,
hipoglikemi, bdradikardia berat dan fenomena Raynaud.
11

Berdasarkan keselekitifannya obat jantung dibagi 2, yaitu :

a. Obat jantung yang selektif (β1-bloker), contoh : asebutolol,


atenolol, metoprolol tartrat, dan bisoprolol.
b. Obat jantung yang tidak selektif (β1 dan β2-bloker), contoh ;
alaprenolol, karteolol, propranolol, nadolol, oksprenolol,
pindolol dan timolol.

Keuntungan penggunaan obat jantung selektif adalah tidka


menimbulkan efek samping bronkospasme. β-bloker juga di
gunakan untuk mencegah migren dan pengobtan glukoma.
Contoh β-blocker yang di gunakan untuk mencegah migren antara
lain katenolol, metoprolol, propranolol dan timolol.

Contoh β-blocker yang di gunakan untuk pengobatan glukoma


antara lain karteolol, pindolol, dan pinolol.

3. Beta Bloker Yang Memblok α-Reseptor


Beberapa β-bloker juga mempunyai aktivitas memblok α-
adenergik meskipun lemah, selain efek vasodilator dan spasmolitik.
Obat golongan ini sangan baik untuk pengobatan penyakit jantung
vascular karena mampunyai efek anti hipertensi sehingga
mempercepat penyembuhan. Meskipun demikian efek samping β-
bloker pada umumnya seperti bronkospasme, gangunga vascular
perifer dan bradikardia tetap ada, contoh : adimolol, busindolol,
labetalolol, dan primidolol.

4. Transmiter Katekolamin Palsu


Efek pemblokan adenergik dapat ditimbulkan tidak hanya oleh
obat pemblok adenergik tetapi juga oleh senyawa lain, misalnya
senyawa yang dapat menghambat metabolisme dan biosisnteis
katekolamin. Dinamakan transmitter katekolamin palsu karena
12

senyawa tersebut di metabolisis menjadi metabolit yang tidak


bersangkut paut dengan norepinefrin, tetapi dapat menurunkan
aktivitas adenergik. Contoh : alfa metildopa dan alfa metiltirosin.
Mekanisme Kerja
Transmitter katekolamin palsu adalah penghambat secara
kompetitif enzim yang terlibat pada proses biosintesis katekolamin.
Alfa metil dopa bekerja dengan cara menghambat enzim L-asam
amino aromatic dekarboksilase (DOPA Dekarboksilase) sehingg
menurunkan kadar katokalmin di otak.

Alfa metildopa digunakan untuk pengobatan hipertensi yang


ringan, sedang dan berat. Pada umumnya diberikan bersama-sama
diuretic. Absorpsi obat dalam saluran cerna setelah pemberian oral
cukup besar. Kadar plasma tertinggi dan efek maksimalnya di capai
dalam 3-6 jam, dan efeknya berkhir setelah 24 jam. Dosis : 125 mg.
3xsehari.
Alfa metiltirosin bekerja dengan menghambat enzim tirosin 3-
monookisgenase atau tirosin 3-hidroksilase, di gunakan terutama
untuk pengobatan feokromositoma.

5. Senyawa Pemblok Saraf Adenergik


Golongan pemblok saraf adenergik strukturnya berhubungan
dengan amin-amin simpatomimetik tetapi gugus ujungnya berupa
gugus amidin atau nitrogen kuarterner. Pada umumnya senyawa
pemblok adenergik digunakn sebagi anti hipertensi efek samping
yang di timbulkan antara lain hipotensi ortostatik, retensi Na, diare
dan bardikardia.
13

Contoh : bretilium korsilat, debrisokuin sulfat, guanetidin monosulfat,


dan guanfasin HCl.
Mekanisme kerja
Senyawa pemblok saraf adenergik bekerja dengan melepaskan
norepinefrin dari tempat penyimpanan perifer. Golongan ini memblok
aktivitas adrenergic yang diperantarai oleh norenpinefrin pada
adrenoseptor dalam pembuluh darah postsinaptik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Adrenergic adalah zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian)
efek yang sama dengan stimulant susunan simpaticus (SS) dan
melepaskan noradrenalin (NA) di ujung ujung syarafnya.
2. Adrenergic dapat dibagi dalam dua kelompokmenurut titik
kerjanya di sel-sel efektor dari organ ujung yakni reseptor α dan
reseptor β.
3. Penghambat adrenergic ialah golongan obat yang menghambat
perangsangan adrenergic.
4. Berdasarkan cara kerjanya obat dibagi menjadi Senyawa pemblok
α-Adrenergik, Senyawa Pemblok β-Adrenergik, Beta Bloker Yang
Memblok α-Reseptor, Transmiter Katekolamin Palsu, dan
Senyawa Pemblok Saraf Adenergik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cocoba SC, Kin PT and Ooh-KohJ, Eds. IIMS, Vol. 24, No. 2, : MIMS
Indonesia, 1995.

Cocoba SC, Kin PT and Ooh-KohJ, Eds. IIMS annual 94/95, 5th ed.: A
MISS Publication, 1994.

Delgado JN, and Remers AW, Eds. Wilson and Gisvold’s Textbook of
Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry. 9th ed.,
Philadelphia, Toronto : JB Lippincont Company, 1991.

Doerge RF, Ed. Wilson and Gisvold’s Textbook of Organic Medicinal and
Pharmaceutical Chemistry, 8th ed. Philadelphia, Toronto : JB
Lippincont Company,1982.

Foye WO, Ed. Principles of Medicinal Chemistry, 3rd ed. Philadelphia : Lea
& Febiger, 1989.

Gilman AG, Rall TW, Nies AS. And Taylor P. Eds. Goodman and Gilman
The Pharmacological Basic of Therapeutics, 8th ed., New
York-Toronto : Pergamon press, 1991.

Gringauz A. Introduction to Medicinal Chemistry, How Drugs Act and Why,


New York, Chichester, Weinhem, Brisbane, Singapore,
Toronto : Wiley-VCH, 1997.

Korolkovas A. Essentials of Medicinal Chemistry, 2nd ed., New York,


Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore : John Wiley &
Sons, 1988.

Moffat AC, Jackson JV, Moss MS, and Widdop B, Eds. Clarke’s Isolation
and Identification of Drugs in Pharmaceuticals, body fluids,
and post-mortem material, 2nd ed., London : The
PharmaceuticalPress, 1986.

15
Mutschler E, DerendorfH, Schafer-Korting M,Elrod S, and Estes KS. Drug
Actions, Basic Principles and Therapeutic Aspects, Stuttgart :
Medpharm Scientific Publisher, 1995.

Nogrady T, Medicinal Chemistry, A Biochemical Approach, New York and


Oxford : Oxford University Press, 1985.

Reynolds JEF (Ed.) Martindale The Extra Pharmacopoeia, 28th ed.,


London : The Pharmaceutical Press, 1982.

Dipiro JT, Talbert Rl, Hayes PE, and Posey ML, Eds. Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach, New York, Amsterdam, London :
Elseiver, 1989.

Wolf ME, Ed. Burger’s Medicinal Chemisrty and Drug Discovery, 5th ed.,
Vol. 11, Therapeutic Agents, New York, Shichester, Bisbane,
Toronto, Singapore : John Wiley & Sons, 1996.

16

Anda mungkin juga menyukai