Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
berkah dan rahmat-Nya sehingga penyusunan paper ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Judul paper ini adalah “Antibiotika (Obat Yang Menghambat
Sintesa Asam Nukleat)”.
Paper ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Mata Kuliah “Farmakologi
Veteriner I”, dimana di dalamnya membahas tentang penggolongan antibiotik yang
menghambat sintesis asam nukleat dan efek samping obat di dalam tubuh. Terima
kasih penulis sampaikan kepada dosen matakuliah Farmakologi Veteriner I yang
telah membimbing dan memberikan kuliah demi kelancaran terselesaikannya tugas
paper ini.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan
paper ini. Demikianlah tugas ini penulis susun. Penulis berharap semoga
bermanfaat, dan dapat memenuhi tugas matakuliah Farmakologi Veteriner I. Akhir
kata, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
PRAKATA................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................v
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Antibiotik.....................................................................................3
2.2 Mekanisme Kerja Antibiotik.....................................................................3
2.3 Antibiotik Yang Menghambat Sintesis Asam Nukleat..............................4
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Stuktur kimia antibiotika sulfonamides dan asam para amino benzoat ...4
Gambar 2. Antibiotika Trimethoprim........................................................................8
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antibiotik?
2. Bagaimana mekanisme antibiotik?
3. Apa saja macam-macam obat antibiotik yang menghambat sintesis
asam nukleat?
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
terhadap transkripsi mikroorganisme, diantaranya yaitu rifampin yang
merupakan turunan rifampisin. Antibiotik ini menghambat sintesis mRNA
dengan cara mengikat subunit m-RNA polimerase bakteri sehingga
menghambat transkripsi mRNA. Antibiotik ini digunakan untuk melawan
Mybacteria pada TBC dan lepra. Contoh lain adalah aktinomisin D. Dalam
kosentrasi yang tinggi, antibiotik ini menghambat proses replikasi DNA dan
transkripsi mRNA. Sedangkan sebagai penghambat translasi mRNA menjadi
protein, beberapa contoh antibiotik yang kita sudah kenal, yaitu neomisin,
gentamisin, streptomisin, tetrasiklin, kanamisin, eritromisin dan puromisin.
4
sulfonamid. Sulfonamid mempunyai spectrum antibakteri yang luas, meskipun
kurang kuat dibandingkan dengan antibiotik dan strain mikroba yang resisten.
Golongan obat ini umumnya hanya bersifat bakteriostatik, namun pada kadar
yang tinggi dalam urin, sulfonamide dapat bersifat bakterisid. Sulfonamides
cenderung lebih larut pada pH alkalin dari pada asam. Obat-obat ini memiliki
daya kerja bakteriostatik yang luas terhadap bakteri Gram positif dan Gram
negative tetapi Pseudomonas, Proteus, dan Streptococcus faecales tidak aktif.
a. Aktivitas Antimikroba
> Sensitif terhadap mikroba yang membutuhkan PABA untuk
sintesis asam dihidrofolat sebagai bahan sintesis purin & asam
nukleat.
> Bakteriostatik gram positif dan negatif, Nocardia, Chlamydia
trachomatis, beberapa protozoa.
> Enteric bacteria : E coli, Klebsiella, Salmonella, Shigella, dan
Enterobacter terinhibitor (kecuali Rickettsiae pertumbuhannya
tersetimulasi).
b. Resistensi
> Resistensi biasanya ireversibel tetapi tidak disertai resistensi silang
terhadap kemoterapeutik lain.
> Resistensi kemungkinan disebabkan karena meningkatkan
produksi PABA atau enzim yang memproduksi asam folat
afinitasnya rendah terhadap sulfonamides atau hilangnya
permeabelitas terhadap sulfonamides.
> Banyak galur gonococcus, stafilococcus, meningococcus,
pneumococcus, dan streptococcus yang sudah resisten.
c. Farmakokinetik
> Oral, absorbable :
1. Oral absorbable diabsorpsi mulai lambung, usus halus,
distribusi luas, CNS, placenta & fetus.
2. 10-99% terikat protein plasma .
3. Terdistribusi secara pasif (non-ionic difusion) jaringan.
5
4. With drawal time ■=>5-15 hari.
5. Sebagian obat terabsorbsi mengalami asetilasi atau
glukuronidasi di hepar.
6. Ekskresi via ginjal, empedu, tinja dan keringat.
6
> Oral non-absorbable agents
1. Sulfasalazine ■=> ulcerative colitis, enteritis, dan radang
pencernaan lain. Lebih efektif daripada soluble sulfonamid.
2. Sulfasalazine oleh microflora usus diubah menjadi
sulfapyridine + 5-aminosalicylate acid (5-ASA).
3. 5-ASA bermanfaat sebagai anti-inflamasi.
4. Olsalazine, a dimmer 5-ASA + bakteri kolon ■=> efektif untuk
ulcerative colitis dan toleransi lebih baik daripada sulfasalazine.
> Topical agents
1. Sodium sulfacetamide ophthalmic solution atau ointment,
efectif untuk terapi bacteria conjunctivitis.
2. Mafenide acetate, efektif untuk infeksi luka bakar.
3. Silver sulfadiazine, kurang toxic daripada mafenide, efektif
untuk luka bakar.
4. Dosis sulfonamid saja untuk dunia veteriner 50-300 mg/kg.
e. Efek samping
> Semua sulfonamides dan derivatnya termasuk carbonic anhidrase
inhibitor, thiazide, furosemide, bumetanide, torsemide, diazoxide,
dan sulfonylurea adalah cross-allergenic.
> Umum : demam, gatal-gatal, dermatitis, fotosensitivitas, mual,
urticaria, muntah, diare.
> Gangguan tract urinary : crystalluria, hematuria bahkan obstruksi.
Tetapi jarang karena sebagian soluble sulfonamide (sulfisoxazole).
> Gangguan hematopoietic : hemolytic atau anemia aplastic,
granulocytopenia, thrombocytopenia, atau leukemoid reaction.
> Anemia hemolytic terutama pada pasien yang sel darah merahnya
kekurangan glucose-6-phosphate dehydrogenase.
II. Trimethoprim
Trimethoprim adalah obat antibiotik dengan fungsi untuk mengobati infeksi
bakteri. Ia bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
7
Sedangkan pyrimethamine menghambat aktivitas dihydrofolic acid reductase
protozoa lebih kuat daripada sel mamalia. Kombinasinya sering bactericidal,
daripada sulfonamides sendiri (bacteriostatic).
III. Fluoroquinolones
Fluorokuinolon merupakan salah satu antibakteri sintesik yang
digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri pada manusia dan
hewan. Antibakteri ini menghambat aktifitas DNA gyrase dengan
mengganggu proses atau reaksi pembentukan kembali DNA (DNA rejoining
reaction). Saat ini antibiotik fluorokuinolon beredar luas di seluruh dunia
termasuk di Indonesia dengan 50 nama generik yang berbeda untuk
penggunaan pada manusia dan hewan. Di Indonesia, enrofloksasin,
9
siprofloksasin dan norfloksasin merupakan fluorokuinolon obat hewan yang
memiliki jumlah merek dagang terbanyak. Secara umum, fluorokuinolon
sangat efektif terhadap bakteri Gram negatif dan efektif terhadap beberapa
bakteri Gram positif, termasuk Chlamydia, Mycobacteria, Mycoplasma, dan
Ureaplasma. Penggunaan klinik pada hewan ditujukan untuk mengobati
penyakit CDR complex, pneumonia, colibacillosis, snot/infectious coryza,
fowl cholera, salmonellosis, staphylococcis, streptococcis, fowl thypoid,
pullorum, Mycoplasmosis, infeksi kulit, jaringan lunak dan saluran kemih.
Pesatnya penggunaan fluorokuinolon tanpa pengawasan di perternakan
maupun perikanan menyebabkan timbulnya akumulasi residu di dalam
makanan asal hewan dan laut serta memicu terjadinya resistensi bakteri.
Masalah keamanan pangan dan resistensi bakteri yang terkait dengan
fluorokuinolon akan berdampak terhadap masalah kesehatan manusia (Zahid,
Isnindar. 2013).
a. Mekanisme kerja
> Aktif terhadap gram positif and negatif.
> Menghambat sintesis DNA bakteri via hambatan bacterial
topoisomerase II (DNA gyrase) dan topoisomerase IV.
> Hambatan DNA gyrase mencegah relaksasi positively supercoiled
DNA yang diperlukan untuk transkripsi dan replikasi normal.
> Topoisomerase IV mempengaruhi pemisahan dari replikasi DNA.
b. Aktivitas antibakteri
> Semua fluorokuinolon bersifat bakterisidal. Aktivitas paling bagus
terhadap bakteri gram negatif aerobik, dan terbatas untuk gram
positif. Walaupun aktif tehadap beberapa organisme gram positif,
fluorokuinolon tidak boleh dipakai dalam pengobatan infeksi-
infeksi pneumokokus atau enterokokus. Fluorokuinolon
menurunkan insidens infeksi saluran kemih postoperatif.
> Golongan pertama : nalidixic acid, oxolinic acid, cinoxacin,
antibakterialnya sangat lemah, sudah ditinggalkan.
10
> Golongan kedua : ciprofloxacin, norfloxacin, enoxacin,
enrofloxacin, lomefloxacin, levofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin
bagus untuk gram negatif, dan terbatas untuk gram positif.
> Golongan ketiga : levofloxacin, clinafloxacin, gatifloxacin,
sparfloxacin, grepafloxacin aktivitasnya lebih baik (khususnya
terhadap S pneumonia).
> Golongan keempat : moxifloxacin dan travofloxacin, aktivitasnya
terhadap gram positif diperluas.
c. Resistensi
> Mutasi pada quinolone binding region dari enzim target.
> Perubahan pada permeabelitas membran sel.
> Target yang berubah : Modifikasi pada DNA-girase, khususnya
pada asam amino N-terminus subunit A, telah menyebabkan
penurunan afinitas terhadap fluorokuinolon. Subunit B girase
jarang mengalami mutasi.
> Akumulasi yang berkurang : konsentrasi obat yang berkurang
dalam sel bakteri berkaitan dengan dua mekanisme. Satu
melibatkan suatu pengurangan jumlah porin protein di membran
luar sel resisten, sehingga mengganggu masuknya obat ke dalam
girase intrasel. Mekanisme lainnya berhubungan dengan
mekanisme efluks di dalam membran sitoplasmik.
d. Farmakokinetik
> Oral ■=> bioavailability 80-95%, dengan waktu paruh 3-18 jam.
> Antacid, menurunkan absorbsi.
> Alatravofloxacin merupakan produk inaktif (parenteral) yang
berupa senyawa aktif.
> Sebagian besar fluoroquinolones dieliminasi via renal.
> Absorpsi : minum obat fluorokuinolon bersamaan dengan sukralfat,
antasid-antasid yang mengandung aluminium atau magnesium atau
makanan tambahan yang mengandung besi atau seng dapat
mengganggu absorpsi obat-obat anti bakteri.
11
> Distribusi : Semua fluorokuinolon berdistribusi baik ke dalam
semua cairan jaringan tubuh. Kadarnya tinggi dalam tulang, urine,
ginjal, dan jaringan prostat (tetapi tidak di cairan prostat).
Fluorokuinolon berakumulasi dalam makrofag dan leukosit
polimorfonuklear, sehingga efektif terhadap organisme intrasel.
> Metabolisme : obat-obat ini sebagian dimetabolisme menjadi
senyawa - senyawa yang kurang aktivitas antimikrobanya
> Ekskresi : obat asli dan metabolitnya diekskresikan ke dalam urine
dan terjadi konsentrasi tinggi di sini. Ini adalah jalan ekskresi
utama untuk ofloksasin. Gagal ginjal memperpanjang waktu paruh
dari masing-masing obat. Fluorokuinolon lainnya mengalami
bersihan di hepar dan ginjal. Waktu paruh fluorokuinolon berkisar
3-5 jam kecuali lomefloksasin yang mempunyai waktu paruh 8 jam.
e. Penggunaan klinik
> Efektif pada infeksi saluran urinasi, ketika multidrug-resistant
bakteri seperti pseudomonas.
> Efektif untuk bakteri diare seperti shigella, salmonella, toxigenic E
coli, atau campylobacter.
> Enrofloxacin : sapi, babi 2,5 mg/kg/d. Sedangkan anjing, kucing 5
mg/kg/d, kontra indikasi pada anjing kurang 12-18 bulan.
f. Efek samping
> Fluoroquinolones toleransinya bagus.
> Umumnya: mual, muntah, dan diarrhea. Kadang sakit kepala,
pusing, insomnia, gatal-gatal.
> Penggunaan bersama theophyllin akan meningkatkan kadar
theophyllin berakibat kejang.
> Fluoroquinolone dapat merusak kartilago dan menyebabkan
arthropathy, karenanya tidak dianjurkan untuk pasien dibawah 18
tahun.
> Ekskresi via susu juga tidak dianjurkan pada ibu menyusui.
12
> Hindari penggunaan pada wanita hamil karena tidak ada data yang
cukup.
> Fotosensitivitas ■=> lomefloxacin dan pefloxacin.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum atau
mekanisme aksi, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur
biokimianya. Berdasarkan spektrum antibiotik dapat dibedakan menjadi
antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik
berspektrum luas ( broad spectrum). Antibiotik berspektrum luas dapat
menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun
gram negatif. Salah satu mekanisme aksinya adalah penghambat sintesis
asam nukleat.
Penghambat pada sintesis asam nukleat berupa penghambat
terhadap transkripsi dan translasi mikroorganisme. Yang termasuk dalam
penghambat terhadap transkripsi mikroorganisme, diantaranya yaitu
kuinolon dan rifampin yang merupakan turunan rifampisin.
Peranan antibiotika golongan kuinolon menghambat kerja enzim
DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.
Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang
disebut RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk
membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka
sendiri.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON SEBAGAI OBAT
HEWAN
(Ulasan Ilmiah/Review Article)
ABSTRAK
Fluorokuinolon merupakan salah satu antibakteri sintesik yang digunakan untuk mengobati
berbagai jenis infeksi bakteri pada manusia dan hewan. Antibakteri ini menghambat aktifitas
DNA gyrase dengan mengganggu proses atau reaksi pembentukan kembali DNA (DNA-
rejoining reaction). Saat ini antibiotik fluorokuinolon beredar luas di seluruh dunia termasuk di
Indonesia dengan 50 nama generik yang berbeda untuk penggunaan pada manusia dan hewan. Di
Indonesia, enrofloksasin, siprofloksasin dan norfloksasin merupakan fluorokuinolon obat hewan
yang memiliki jumlah merek dagang terbanyak. Secara umum, fluorokuinolon sangat efektif
terhadap bakteri Gram negatif dan efektif terhadap beberapa bakteri Gram positif, termasuk
Chlamydia, Mycobacteria, Mycoplasma, dan Ureaplasma. Penggunaan klinik pada hewan
ditujukan untuk mengobati penyakit CDR complex, pneumonia, colibacillosis, snot/infectious
coryza, fowl cholera, salmonellosis, staphylococcis, streptococcis, fowl thypoid, pullorum,
Mycoplasmosis, infeksi kulit, jaringan lunak dan saluran kemih. Pesatnya penggunaan
fluorokuinolon tanpa pengawasan di perternakan maupun perikanan menyebabkan timbulnya
akumulasi residu di dalam makanan asal hewan dan laut serta memicu terjadinya resistensi
bakteri. Masalah keamanan pangan dan resistensi bakteri yang terkait dengan fluorokuinolon akan
berdampak terhadap masalah kesehatan manusia.
Kata kunci: antibiotik fluorokuinolon, hewan, penggunaan klinik, keamanan pangan, kesehatan
manusia
ABSTRACT
The fluoroquinolones are a series of synthetic antibacterial agents that used in the treatment of a
variety of bacterial infections in both human and animals. These antibacterial agents inhibit the
DNA gyrase by interfering the DNA-rejoining reaction. Recently, fluoroquinolone antibiotics are
available worldwide and Indonesia with 50 different generic names for human and animal uses.
Enrofloxacin, ciprofloxacin and norfloxacin are fluoroquinolone antibiotics which have the
largest number of brand names available in Indonesia. Generally, fluoroquinolones are more
effective to Gram negative bacteria and effective for certain Gram positive bacteria, including
Chlamydia, Mycobacteria, Mycoplasma, and Ureaplasma. Fluoroquinolones are administered
clinically in animal treatment for CDR complex, pneumonia, colibacillosis, snot/infectious
coryza, fowl cholera, salmonellosis, staphylococcis, streptococcis, fowl thypoid, pullorum,
Mycoplasmosis, skin, soft tissues and urinary tract infections. Using fluoroquinolones intensively
uncontrolled in livestock and aquaculture practices lead to the accumulation of residues in
animal-derived products and seafoods and trigger the development of bacterial resistance. Food
safety and bacterial resistance associated with fluoroquinolones may affect of human health
problem.
Key words: fluoroquinolone antibiotics, animal, clinical use, food safety, human health
Daftar Isi:
1. Pendahuluan 9. Farmakokinetik
8. Obat-obatan fluorokuinolon 1
1. Pendahuluan
Obat kuinolon tertua dari antimikroba sintetik yaitu asam nalidiksat sudah sejak lama
digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan pada manusia. Efektifitas dan
khasiat obat ini relatif ringan karena keterbatasan efek terapetiknya dan resistensi yang cepat
berkembang (9). Selama 2 (dua) dekade terakhir ini, penelitian mengenai 4-kuinolon-3-
karboksilat telah membawa kepada penemuan 6-fluoro-7-piperazinil-4-kuinolon atau dikenal
dengan fluorokuinolon yang aktif terhadap bakteri Gram negatif dan Gram positif secara in
vitro (18), bakteri pathogen intraselular (13), mikroba yang resisten terhadap
trimetoprim/sulfonamide (34) maupun mycoplasma (7).
Meskipun telah banyak fluorokuinolon yang disintesis, hanya beberapa yang
dikembangkan dan digunakan dalam obat hewan termasuk diantaranya adalah amifloksasin,
benofloksasin, danofloksasin, difloksasin, enrofloksasin, marbofloksasin, norfloksasin,
ofloksasin, orbifloksasin, sarafloksasin dan siprofloksasin (36). Enrofloksasin merupakan
fluorokuinolon pertama yang diperkenalkan dan digunakan sebagai obat hewan dengan
metabolit utamanya yaitu siprofloksasin. Fluorokuinolon bersifat bakterisidal, dengan target
utamanya adalah DNA gyrase bakteri (tipe II topoisomerase).
Antimikroba ini tidak menimbulkan resistensi plasmidik (plasmidic resistance), akan
tetapi setelah percobaan secara in vitro (12) atau penggunaan secara klinik muncul mutasi
(resistant mutants) yang dapat diisolasi. Isolat mutan ini menunjukkan reaksi silang (cross
reactivity) terhadap kuinolon dan fluorokuinolon yang berbeda, namun tidak menyebabkan
reaksi silang terhadap antimikroba lainnya.
Dalam artikel atau ulasan ilmiah ini akan dibahas penggunaan fluorokuinolon sebagai
obat hewan meliputi tinjauan umum, generasi kuinolon yang diproduksi, mekanisme kerja,
penggunaan klinik dan indikasi, farmakokinetik, efek samping dan interaksi. Selain itu
dibahas juga mengenai hubungan fluorokuinolon dengan masalah lingkungan, keamanan
pangan dan kesehatan manusia.
2. Tinjauan umum
Asam nalidiksat pertama kali ditemukan oleh George Lesher dan rekannya pada
tahun 1962, dan sejak saat itu asam nalidiksat telah menjadi antimikroba penting untuk
pengobatan infeksi saluran kemih pada manusia. Saat ini asam nalidiksat banyak digunakan
sebagai prekursor untuk mensintesis derivat kuinolon lain yang lebih poten (41). Asam
nalidiksat, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, berasal dari rekristalisasi 7-kloro-4-
quinoline yang diperoleh dari sintesis klorokuin yang digunakan untuk mengobati malaria
selama Perang Dunia II. Derivate kuionolon yang paling banyak digunakan secara klinis
adalah fluorokuinolon {fluoroquinolones, FQ), yang memiliki atom fluor pada sistem cincin
pusat, biasanya pada posisi C-6 atau C-7.
Danofloxacin Tersedia
Difloxacin Tersedia
Enrofloxacin Tersedia
Flumequine Tersedia
Ibafloxacin Tersedia
Marbofloxacin Tersedia
Orbifloxacin Tersedia
Sarafloxacin Tersedia
Antibiotik FQ
Jumlah merek
Status
dagang
Enrofloksasin 73 Tersedia
Flumekuin Tabel 3. Antibiotik FQ22 Tersedia
yang digunakan sebagai obat hewan yang beredar di Indonesia
Levofloksasin 2 Tersedia
Marbofloksasin 2 Tersedia
Norfloksasin 19 Tersedia
Asam Oksolinat 2 Tersedia
Siprofloksasin 20 Tersedia
4. Mekanisme kerja
Ada dua enzim yang memiliki peran penting dalam replikasi DNA dan proliferasi,
yaitu girase DNA dan topoisomerase IV (6). DNA girase adalah enzim penting yang
diperlukan untuk kehidupan bakteri. DNA bakteri umumnya dalam keseimbangan antara
untai konformasi DNA sirkular tertutup ganda (circular double DNA strand conformation)
dan struktur superkoil negatif (highly negatively supercoiled structure). Peran DNA girase
adalah untuk mengontrol topologi DNA bakteri dan fungsi kromosom dengan
mempertahankan supercoiling DNA negatif. Selain penting untuk replikasi DNA dan juga
bertanggung jawab untuk menghilangkan supercoiling negatif, DNA girase membantu
dalam membengkokan (bending) dan melipat (folding) DNA dan menghapus knot.
Topoisomerase IV di sisi lain, bertanggung jawab untuk memisahkan produk dari replikasi
DNA, yang merupakan bagian molekul DNA yang saling terkait (interlinked) (17). FQ
menghambat DNA gyrase dan enzim topoisomerase IV dengan mengikat kompleks enzim-
DNA dan mengakibatkan denaturasi enzim (19).
5. Hubungan struktur aktivitas (Structure Activity Relationships, SARs)
Tahun pertama
Nama Generik Nama Dagang Produsen
diperkenalkan
Norfloxacin Noroxin 1983 Kyorin/Merck
Pefloxacin Peflacine 1985 Roger Bellon
Ofloxacin Floxin 1985 Daiichi/Ortho
susu
Asam oksolinat Ayam, babi, Otot, lemak, kulit, hati, 50 - 150 -