a) Islam
Beragama Islam merupakan syarat mutlak bagi orang yang akan
melaksanakan ibadah haji dan umrah. Karena itu orang-orang kafir tidak
mempunyai kewajiban haji dan umrah. Demikian pula orang yang murtad.
b) Baligh
Anak kecil tidak wajib haji dan umrah. Sebagaimana dikatakan oleh nabi
Muhammad SAW “Kalam dibebaskan dari mencatat atas anak kecil sampai ia
menjadi baligh, orang tidur sampai ia bangun, dan orang yang gila sampai ia
sembuh”.
c) Berakal
d) Merdeka
e)Budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia bertugas melakukan
kewajiban yang dibebankan oleh tuannya. Padahal menunaikan ibadah haji
memerlukan waktu. Disamping itu budak itu termasuk orang yang tidak mampu
dari segi biaya, waktu dan lain-lain.
f) Mampu (Istitha’ah) : Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dalam
hal kendaraan, bekal, pengongkosan, dan keamanan di dalam perjalanan.
Pengertiana mampu itu ada 2 macam :
1. Mampu mengerjakan haji dengan sendirinya, dengan beberapa syarat sebagai
berikut :
a. Mempunyai bekal yang cukup untuk pergi ke mekah dan kembalinya.
b. Ada kendaraan yang pantas dengan keadaannya, baik kepunyaan sendiri ataupun
dengan jalan menyewa.
c. Aman perjalanannya. Artinya dimasa itu biasanya orang-orang yang melalui jalan
itu selamat sentosa.
Demikian pula kesehatan badan tentu saja bagi mereka yang dekat dengan
makkah dan tempat-tempat sekitarnya yang bersangkut paut dengan ibadah haji
dan umrah, masalah kendaraan tidak menjadi soal. Dengan berjalan kaki pun bisa
dilakukan. Pengertian mampu, istitha’ah atau juga as-sabil (jalan, perjalanan), luas
sekali, mencakup juga kemampuan untuk duduk di atas kendaraan, adanya
minyak atau bahan bakar untuk kendaraan.
Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ad-Daru Quthni Anar ra. Terdapat
percakapan sebagai berikut: yang artinya Rasulullah SAW ditanya: Apa yang
dimaksud jalan (as-sabil, mampu melakukan perjalanan) itu ya Rasulullah? Beliau
menjawab : Yaitu bekal dan kendaraan.
Sedangkan yang dimaksud bekal dalam Fat-Hul Qorib disebutkan : Dan
diisyaratkan tentang bekal untuk pergi haji (sarana dan prasarananya) hal mana
telah tersebut di atas tadi, hendaklah sudah (cukup) melebihi dari (untuk
membayar) hutangnya, dan dari (anggaran) pembiayaan orang-orang, dimana
biaya hidupnya menjadi tanggung jawab orang yang hendak pergi haji tersebut.
Selama masa keberangkatannya dan (hingga sampai) sekembalinya (di tanah
airnya). Dan juga diisyaratkan harus melebihi dari (biaya pengadaan) rumah
tempat tinggalnya yang layak buat dirinya, dan (juga) melebihi dari (biaya
pengadaan) seorang budak yang layak buat dirinya (baik rumah, dan budak disini,
apabila benar-benar dibuktikan oleh orang tersebut). (Fath-Hul Qarib, 1991 : 30)