Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang

Amanah merupakan anugerah Allah kepada langit tapi langit tidak mampu
mengembannya, hanya manusia yang berani menerima amanah itu. Amanah, huga
merupakan sifat mulia yang telah melekat pada diri Rasul. Sebaliknya yaitu
khianat, karena khianat adalah salah satu tanda-tanda kemunafikan dan islam
sangat melarang hal itu. Amanah pada kenyataannya tidak semudah yang
dipikirkan karena dengan adanya amanah berarti ada pembebanan atau tuntutan
bagi yang bersangkutan untuk merealisasikan. Berbagai metode digunakan dalam
mengungkap makna dan maksud dari term-term amanah baik dalam hadis. Dari
situlah akan muncul sebuah pemahaman yang komprehensif tentang amanah.

Pendahuluan

ِ ‫اض ِّيع‬ ِ ِ ِ
ُ‫ت اْأل ََمانَ ة‬ َ ُ ‫ إِ َذ‬:‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‬َ ‫ َر ُس ْو ُل اهلل‬ ‫ قَ َال‬:‫قَ َال‬ ُ‫َع ْن أَيِب ُه َر ْي َر َة َرض َي اهللُ َعْن ه‬
‫الس ا‬َّ ‫ىل َغرْيِ أ َْهلِ ِه فَا ْنتَ ِظ ِر‬ ِ ِ ‫إِ َذا أ‬ :‫قَ َال‬ ‫اهلل؟‬
َ ‫ُس ن َداْأل َْمُر إ‬
ْ
ِ ‫ َكي ف إِض اعُتها يارس و َل‬,َ‫الس اعة‬
ْ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ‫فَا ْنتَظ ِر‬
ِ
‫اب‬ِ َ‫ي يِف ْ كِت‬ُّ ‫ا ِر‬ ‫هُ الْبُ َخ‬ ‫(اَ ْخَر َج‬ .َ‫ة‬ ‫َع‬
)‫اق‬ ْ َ‫ال ِرق‬                                                                            

Artinya: Rasulullah saw., bersabda: apabila amanah telah dicabut maka tunggulah
kehancuran (kiamat), Abu Hurairah bertanya bagaimana dicabutnya amanah ya
Rasulullah? Nabi menhawab: apabila sesuatu telah diserahkan kepada yang bukan
ahlinya maka tunggulah kehancuran. (HR. Bukhari)

[Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah Al-Bukhori, Al-Jami’ Al-Shohih Al-Bukhori Al-Mukhtasar,
ed. by Musthafa Dib (Beirut: Darr Ibnu Katsir, 1987). no. Hadits (6131) bab “Al-Amanah”,
5/2382. Lihat juga pada bab “Man Suila ‘Ilman Wa Huwa Musytaghilun Fi Hadisihi” no hadits
(59)]

PENGERTIAN
Kata “amanah” berasal dari “al-hamzah”, “mim”, ”nun”, kata ini
mengarah pada dua pokok makna kata yang berdekatan : 1. Al-amanah lawan kata
dari al-khiyanah yaitu sukn al-qalb (ketenangan hati). 2. Al-tasdiq :
mempercayakan. Kedua arti di atas saling berdekatan. Al-Kholil mengatakan :
‫ األمنة‬dari kata ‫ الألمن‬, dan ‫ األمان‬berarti memberi rasa aman. Sementara ‫ األمانة‬adalah
lawan kata dari al-khianah.
Kata ‫ أمن‬bermakna ‫ األمن‬dan ‫ األمانة‬: aman dan amanah. Al-amanu lawan
kata dari al-khauf (takut), sementara al-amanah lawan kata al-khianah. Al-Iman
lawan kata dari al-kufur. Yang diberi amanah disebut makmun atau amin berarti
pengemban amanah, muktaminun adalah orang yang mengamanahi.
Dalam kitab Syarh Hudd dikatakan bahwa kata al-amanah adalah sinonim
dari al-wad’ah yaitu menyatakan suatu pebuatan meminta tolong menggatikan
menhaga sesuatu baik urusan yang menyangkut hak Allah atau hak manusia.
َّ ‫َُُؤ ُّدوا اأْل َ َم‬Lَ ‫) إنَا الَاّل َ ْيَ ُم ُر ُك ْما أَ ْنا ت‬. Ini artinya titipan
Allah berfirman (َ‫) إنَّا َع َرضْ نَا اأْل َ َمانَةا‬, (‫ان تا‬
yang menyangkut hak Allah dan Manusia harus ditunaikan secara proporsional.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin amanah adalah bersihnya diri secara batin
dari kefasikan, dosa-dosa besar, menghindari dosa-dosa kecil.

HAKIKAT AMANAH

‫ت اَ َح َدمُهَا َوأَنَا أَْنتَ ِظُر‬ ِ ِ ِ


ُ ْ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َحد ْيَثنْي ِ َرأَي‬ َ ‫ َر ُس ْو ُل اهلل‬ ‫َع ْن ُح َذ ْي َفةَ قَ َال َح َّدثَنَا‬
ُّ ‫آن مُثَّ َعلِ ُم ْو ِام َن‬
‫السن َِّة َو‬ ِ ‫الرج ِال مُثَّ علِمو ِامن الْ ُقر‬
ْ َ ُْ َ
ِ
َ ِّ ‫ت يِف ْ َج ْذ ِر ُقلُ ْوب‬ َّ ‫ح َّدثَنَا أ‬.
ْ َ‫َن اْألَ َمانَةَ َنَزل‬ َ ‫اْالَ َخَر‬
ِ ‫الرجل النَّومةَ َفُت ْقبض اْألَمانَةُ ِمن َقْلبِ ِه َفيظَ ُّل أَثَرها ِمثْل اَثَِرالْو ْك‬ ِ
َّ‫ت مُث‬ َ َ َُ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ ُ َّ ‫َح َّدثَنَا َع ْن َرفْع َها قَ َال َينَ ُام‬
‫س‬ ‫رِب‬
َ ‫ط َفَتَراهُ ُمْنتَ ً َاولَْي‬ َ ‫ك َفنَ ِف‬ ِ
َ ‫لى ِر ْجل‬ ِ ِ ِ
َ ‫ض َفيَْب َقى اَثَُر َها مثْ َل اْملَ ْجل َك َج ْمر َد ْحَر ْجتَهُ َع‬ ُ َ‫َينَ ُام الن َّْو َمةَ َفُت ْقب‬
‫ال إِ َّن يِف ْ بَيِن ْ فُالَ ٍن َر ُجالً أَِمْينًا‬ ُ ‫َح ٌد يُ َؤ ِّدي اْألَماَنَةَ َفُي َق‬
َ ‫اد أ‬
ُ ‫َّاس َيتَبَا َيعُ ْو َن فَالَيَ َك‬ ِ ْ ُ‫فِْي ِه َسيء َفي‬
ُ ‫صب ُح الن‬ ٌْ
ِ َ‫ال حبَّ ِة خرد ٍل ِمن اِمْي‬ ِِ ِ ُ ‫ويق‬
‫ان َولََق ْد أَتَى‬ ْ َ ْ َ َ ُ ‫َّال ل َّلر ُج ِل ماَأ َْع َقلَهُ َوماَ اَظَْرفَهُ َو َما اَ ْجلَ َدهُ َو َما يِف ْ َق ْلبِه م ْث َق‬ َُ
‫صَرانِيًّا َر َّدهُ َعلَ َّي‬ ِ ِ ‫علَي زما ٌن وما أُبا يِل أَيَّ ُكم بايع‬
ْ َ‫ت لَئ ْن َكا َن ُم ْسل ًما َر َّدهُ َعلَ َّي اْ ِإل ْسالَ ُم َوإِ ْن َكا َن ن‬ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َّ َ
ْ َ‫اب ال ِرق‬ ِ َ‫ي يِف كِت‬ ِ ِ ِ ُ ‫اعْي ِه فَأ ََّما الْيو َم فَما ُكْن‬ ِ‫س‬
)‫اق‬ ْ ُّ ‫(اَ ْخَر َجهُ الْبُ َخا ر‬ .‫ت أُبَا ي ُع إالَّ فُالَنًا َوفُالَنًا‬ َ َْ َ
Artinya: Dari Khudzaifah berkata, Rasulullah SAW menyampaikan
kepadaku dua hadis, yang satu telah saya ketahui dan yang satunya lagi masih
saya tunggu. Beliau bersabda kepada kami bahwa amanah itu diletakkan di lubuk
hati manusia, lalu mereka mengetahuinya dari Al Qur’an kemudian mereka
ketahui dari al hadis (sunnah). Dan beliau juga menyampaikan kepada kami
tentang akan hilangnya amanah. Beliau bersabda: seseorang tidur lantas amanah
dicabut dari hatinya hingga tinggal bekasnya seperti bekas titik-titik. Kemudian ia
tidur lagi, lalu amanah dicabut hingga tinggal bekasnya seperti bekas yang
terdapat di telapak tangan yang digunakan untuk bekerja, bagaikan bara yang di
letakkan di kakimu, lantas melepuh tetapi tidak berisi apa-apa. Kemudian mereka
melakukan jual beli/transaksi-transaksi tetapi hampir tidak ada orang yang
menunaikan amanah maka orang-orang pun berkata : sesungguhnya dikalangan
Bani Fulan terdapat orang yang bisa dipercayai dan adapula yang mengatakan
kepada seseorang alangkah pandainya, alangkah cerdasnya, alangkah tabahnya
padahal pada hatinya tidak ada iman sedikitpun walaupun hanya sebiji sawi.
Sungguh akan datang padaku suatu zaman dan aku tidak memperdulikan lagi
siapa diantara kamu yang aku baiat, jika ia seorang muslim hendaklah
dikembalikan kepada Islam yang sebenarnya dan juga ia seorang nasrani maka dia
akan dikembalikan kepadaku oleh orang-orang yang mengusahakannya. Adapun
pada hari ini aku tidak membaiat kecuali Fulan bin Fulan. (HR. Imam Bukhari).

Hadis 2

Artinya : Bahwa amanah turun dari langit pada lubuk hati manusia yang paling
dalam, dan setelah al-Qur’an turun maka mereka membaca al-Qur’an baru mereka
mengetahui sunnah. (HR. Bukhori)
[Al-Bukhori. no Hadits (6132, 6848), 6/2655]

Syarah Hadis
Amanah adalah perintah atau kewahiban yang Allah bebankan kepada
hambanya serta hanhi yang Allah ambil dari mereka.
Hadist ini memberi pengertian bahwa amanah adalah permasalahan hati.
Setiap orang terlahir dengan memiliki sifat amanah. Sifat amanah itu seiring
perkembangan pengalaman hidup seseorang bisa menhadi lebih kuat atau malah
terkikis oleh pengalaman hidupnya huga. Dari itu betul hadis nabi yang
mengatakan bahwa diantara langkah untuk menhaga hati adalah banyak membaca
al-qur’an dan bergaul dengan orang soleh. Ini sehalan dengan hadis di atas bahwa
manusia diminta untuk memahami al-Qur’an dan Sunnah (matluw dan ghairu
matluw).
Kemudian perumpamaan luka pada hadis di atas tentang diangkatnya
amanah adalah perumpamaan dimana hati yang bersih akan terus meninggalkan
luka seiring dengan pengalaman hidup yang tidak Qur’aniy. Semakin banyak
maksiat yang dilakukan maka semakin banyak bintik-bintik yang tertinggal di
dalam hati. Kata tidur dalam hadis menunhukkan simbol kelalaian manusia untuk
terus pada halan yang lurus. Bisa huga diartikan hadis di atas bahwa betapa
manusia sangat cepat lupa akan luka-luka kecil yang perah ia alami, sampai-
sampai seperti tidak pernah terhadi. Ini merupakan proses pencabutan amanah
secara perlahan dari diri manusia.

AMANAH DAN PROFESIONALISME


Seorang yang berhak dan paling tepat untuk bisa mengemban amanah
adalah orang yang propesional. Seorang yang berke-cimpung dalam bidang agama
maka dia harus matang keilmuannya dalam bidang itu. Pada syarah hadis diatas
dihelaskan bahwa penyerahan satu amanah haruslah pada ahlinya. Dan urusan
yang dikatakan oleh nabi pada hadis itu bersifat umum pada urusan-urusan yang
menyangkut manusia dan makhluk serta pengelolaannya. Dengan demikian
pernyataan bahwa selain propesional seorang baru berhak mengemban amanah
huga harus soleh. Ada beberapa kategori yang ingin penulis sampaikan disini:
1. Soleh tapi tidak propesinal : orang seperti ini hika diberi amanah maka
bisa hadi tidak ada penyimpangan namun keberhasilan tuhuan yang
dicapai mungkin tidak akan maksimal
2. Propesional tapi tidak soleh : orang seperti ini hika diberi amanah maka
umumnya akan mencapai hasil yang lebih maksimal hika dibanding poin
pertama. Namun tidak berkah karena ada kemungkinan terhadi
penyimpangan-penyimpangan di tengah halan karena kurangnya iman.
3. Soleh dan propesional : hasil maksimal dan berkah.
Sejalan dengan firman Allah SWT:
ُ ‫اس أَنْ َتحْ ُكمُوا ِب ْال َع ْد ِل ۚ إِنَّ هَّللا َ ِن ِعمَّا َيع‬
َ ‫ِظ ُك ْم ِب ِه ۗ إِنَّ هَّللا‬ ِ ‫إِنَّ هَّللا َ َيأْ ُم ُر ُك ْم أَنْ ُت َؤدُّوا اأْل َ َما َنا‬
ِ ‫ت إِلَ ٰى أَهْ لِ َها َوإِ َذا َح َكمْ ُت ْم َبي َْن ال َّن‬
‫ان َسمِيعً ا بَصِ يرً ا‬ َ ‫َك‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. An-Nisa : 58).
Ayat ini menhelaskan kalau amanah harus ditangani oleh ahlinya. Dan
prosesnya huga dihelaskan harus dengan adil karena Allah tahu semua gerak gerik
makhluk. Hadi dua unsur yang dihelaskan di atas memang harus dipenuhi agar
menghasilkan pencapaian amanah yang maksimal. Hal ini huga mendukung
pernyataan bahwa menhaga amanah sama artinya huga harus menhaga hati.

KRITERIA AMANAH
Hadist 1 Menjaga Titipan
‫ح دثنا عبد اهلل حدثين أيب ثناء أبو معاوية قال ثنا عبيد‬
‫اهلل بن الوليد الوصاف عن عبد اهلل بن عبيد عن عمري‬
‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه‬: ‫عن أيب الدرداء قال‬
‫ « من َسع من رجل حديثااً ل يشتهي أن يذكر‬: ‫وسل م‬
‫عنه فهو أمانة وإن ل يستكتمه‬

Artinya : Barangsiapa mendengar suatu berita dari seseorang dia tidak berkenan
untuk menyebarkannya maka itu adalah amanah walaupun orang tersebut tidak
meminta untuk disembunyikan.
Sanad
Semua rihal hadis ini dari golongan tsiqah kecuali ‘Ubaidillah bin al-Walid al-
Wasafiy, Abu Ismail al-Kfiy. Beliau dinilai shoduqun oleh Ibnu Numair. Hadis ini
masih layak untuk dihadikan I’tibar walaupun dho’if karena memiliki syawahid
dan mutabi’nya.

BENTUK-BENTUK AMANAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


 Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula
Apabila seorang muslim dititipi oleh orang lain, misalnya barang
berharga, karena yang bersangkutan akan pergi jauh ke luar negeri maka
titipan itu harus dipelihara dengan baik dan pada saatnya dikembalikan
kepada yang punya, utuh seperti semula. Diantara sebab-sebab kenapa
Nabi Muhammad SAW sejak mudanya di Mekah sudah terkenal dengan
gelar al Amin adalah karena beliau sangat dipercaya oleh penduduk
Mekah untuk menyimpan dan memelihara barang titipan, kemudian
mengembalikannya seperti semula. Penduduk-penduduk Mekkah yang
akan ke luar negeri merasa aman dan tenang menitipkan barang-barang
berharga kepada beliau.
 Menjaga Rahasia
Apabila seseorang dipercaya untuk menjaga rahasia, apakah
rahasia pribadi, keluarga, organisasi, atau lebih-lebih lagi rahasia negara
dia wajib menjaganya supaya tidak bocor kepada orang lain yang tidak
berhak mengetahuinya. Apabila seseorang menyampaikan sesuatu yang
penting dan rahasia kepada kita itulah amanah yang harus dijaga.
 Tidak Menyalahgunakan Jabatan
Jabatan adalah amanah yang wajib dijaga. Segala bentuk
penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau
kelompoknya termasuk perbuatan tercela melanggar amanah. Semua
komisi yang diterima seorang petugas dalam rangka menjalankan tugasnya
bukanlah menjadi haknya.
 Menunaikan Kewajiban dengan Baik
Allah SWT memikulkan ke atas pundak manusia tugas-tugas yang
wajib dia laksanakan baik dalam hubungannya dengan Allah SWT
maupun dengan sesama makhluk lainnya. Tugas seperti itu disebut takhlif
manusia yang ditugasi disebut mukallaf dan amanahnya disebut amanah
takhlif. Amanah inilah yang secara metaforis digambarkan oleh Allah
SWT tidak mampu dipikul oleh langit, bumi dan gunung-gunung karena
beratnya tetapi manusia bersedia memikulnya.
 Memelihara semua nikmat yang diberikan Allah SWT
Semua nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat
manusia adalah amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik.
Umur, kesehatan, harta benda, ilmu dan lain-lain sebagainya termasuk
anak-anak adalah amanah yang wajib dipelihara dan
dipertanggungjawabkan. Harta benda misalnya harus kita pergunakan
untuk mencari keridhaan Allah SWT baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri keluarga maupun kepentingan umat.
 Sikap anak kepada orang tua
Diantara amanah yang lain adalah amanah anak-anak dalam
bersikap di hadapan orang tuanya. Jika anda mengambil uang milik orang
tua tanpa seizin dari mereka berarti anda tidak menjaga amanah seorang
anak meskipun jumlah uang yang anda ambil sedikit jumlahnya.
 Amanah dalam menjaga agama
Jenis amanah yang terakhir dan merupakan amanah paling besar
adalah amanah dalam menjaga nilai-nilai agama dan menyiarkan kepada
seluruh manusia. Sadarlah bahwa anda bertanggung jawab atas agama ini
dan anda akan mempertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

MANFAAT SIFAT AMANAH


 Disukai banyak orang, karena kejujurannya
 Memiliki banyak teman baru, baik di sekolah ataupun di Masyarakat
 Dipercaya banyak orang
 Memperoleh pahala atas perilakunya yang baik dari Allah
 Dipermudah mencari rezeki, karena banyak orang yang menolong
 Memiliki derajat yang tinggi, baik di mata manusia maupun di hadapan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala

SIMPULAN
Amanah itu menyangkut Kewajiban dari Allah, terdapat dalam hadist nabi.
Amanah tidak hanya sekedar akad dua orang yang disepakati, tetapi huga
merupakan komitmen terhadap diri sendiri dan memberi rasa aman kepada pihak
yang mengamanahi. Semua ini menyangkut pihak-pihak yang mereka memiliki
hak yang menhadi kewahiban pengemban amanah untuk menunaikannya.
Kriteria pengemban amanah adalah keber-imanan dan propesional.
Indonesia harus mensosialisasikan konsep amanah dalam diri purta-putri bangsa
ini. Karena tanpa amanah maka bangsa ini akan terus lambat dalam mencapai
kemahuan yang paripurna. Eksistensi peminpin yang banyak kasus seperti buaya
dan cicak huga menhadi indikator bahwa amanah belum menhadi budaya bangsa.
Mahasiswa, masyarakat, Lsm, oknum-oknum yang menuntut sesuatu yang tidak
dia kerhakan adalah bentuk ketidakamanahan.

Anda mungkin juga menyukai