Anda di halaman 1dari 8

KUMPULAN HADITS TARBAWI

BAB I POTENSI ANAK


A. Hadits   (Al-lu’lu wal Marjan : 1.702)
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ َما ِم ْن َم ْولُو ٍد اَّل يُودَل ُ عَىَل الْ ِف ْط َر ِة فََأب َ َوا ُه هُي َ ّ ِو َدا ِن ِه َأ ْو يُنَرِّص َ ا ِن ِه‬
ُ ‫هللا َصىَّل‬ ِ ‫ول‬ ُ ‫هللا َع ْن ُه قَا َل قَا َل َر ُس‬ ُ َ ‫َأ َّن َأاَب ه َُر ْي َر َة َريِض‬
‫ِإ‬
‫هللا َع ْن ُه [ ِف ْط َر َة‬ ُ َ ‫ول َأبُو ه َُر ْي َر َة َريِض‬ َ ‫ َأ ْو ي ُ َم ِ ّج َسا ِن ِه اَمَك تُنْتَ ُج الْهَب ِمي َ ُة هَب ِ مي َ ًة (هَب ِ مي َ ًة مَج ْ َعا َء) ه َْل حُت ِ ُّس‬Q)‫َ(ويُنَرِّص َ ا ِن ِه‬
ُ ‫ون ِفهيَا ِم ْن َجدْ عَا َء مُث َّ ي َ ُق‬
)‫ خبار و مسمل‬Q‫هللا َذكِل َ ّ ِادل ُين الْ َقمِّي ُ ] (رواه‬ ِ ‫هللا الَّيِت فَ َط َر النَّ َاس عَلَهْي َا اَل تَ ْب ِدي َل ِل َخلْ ِق‬ ِ .

B. Terjemahannya “Abu Hurairah berkata:Nabi saw.bersabda:Tiada bayi yang dilahirkan


melainkan lahir diatas fitrah,maka ayah bundanya yang mendidiknya menjadi
Yahudi,Nasrani atau Majusi,sebagai lahirnya binatang yang  lahirnya lengkap
sempurna.Apakah ada binatang yang lahir terputus telinganya? Kemudian Abu Hurairah
r.a. membaca : Fitratallahi allati fatharan naasaalaiha,laa tabdila likhalqillahi (Fitrah yang
diciptakan Allah pada semua manusia,tiada perubahan terhadap apa yang diciptakan oleh
Allah.Itulah agama yang lurus”. (Bukhari,Muslim)

C. Komentar / Tanggapan Setiap anak telah memiliki fitrah sejak ia dilahirkan atau suatu
potensi yang telah ada di dalam dirinya, orang tuanyalah yang memiliki tanggung tawab
untuk mendidik dan menjadikan anaknya seperti apa tergantung kepada kedua orang
tuanya. Potensi anak itu sangat bersih bagaikan suatu kertas putih yang belum tercorat-
coret oleh tinta. Sebagaimana yang dikatakan Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya
‘Ulumuddin, mengibaratkan anak sebagai permata indah (Jauhar) yang belum diukir,
dibentuk dengan ke dalam suatu rupa. Permata itu merupakan amanat Allah yang
dititipkan kepada para orangtua. Karena itu, menurut Al-Ghazali, orangtua harus
memperhatikan fase-fase perkembangan anaknya dan memberikan pendidikan yang
memadai sesuai dengan fase yang ada agar permata yang diamanatkan kepadanya dapat
dibentuk rupa yang indah. Apalagi untuk zaman sekarang orangtua sangat berperan
penting dalam mendidik anaknya, sebelum anaknya itu dimasukan ke sekolah atau anak
itu melihat dunia luar yang sangat bebas. Karena dasar tempat pendidikan utama adalah
rumah dan pendidiknya adalah semua orang-orang yang ada dalam rumah anak tersebut
terutama orang tua (Ibu Bapaknya).

BAB II TANGGUNG JAWAB PENDIDIK


A. Hadits
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل اَل ي َ ْمنَ ْع َج ٌار َج َار ُه َأ ْن ي َ ْغ ِر َز خ ََش َب ُه (خ ََش َب ًة) يِف جِ دَ ِار ِه‬
ُ ‫هللا َصىَّل‬ِ ‫هللا َع ْن ُه َأ َّن َر ُسو َل‬ُ َ ‫َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة َريِض‬
) ‫هللا َأَل ْر ِمنَي َّ هِب َا بَنْي َ َأ ْك َتا ِفمُك ْ ( متفق عليه‬ ِ ‫ول َأبُو ه َُر ْي َر َة َما يِل َأ َرامُك ْ َعهْن َا ُم ْع ِر ِض َني َو‬
ُ ‫مُث َّ ي َ ُق‬.

B. Terjemahannya “Abu Hurairah r.a berkata: “Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah


menolak seorang tetangga pada tetangganya yang akan menancapkan kayu di
temboknya, Kemudian Abu Hurairah berkata: “Mengapakah kamu mengabaikan
keterangan ini, demi allah saya akan memikulkan tanggung jawab atas ajaran Nabi ini di
atas bahumu”. (HR. Bukhari-Muslim)

C. Komentar / Tanggapan Dalam hadits ini kami belum tahu apa maksudnya, sehingga
hadits ini dijadikan salah satu landasan untuk tanggung jawab pendidik. Tapi disini kami
akan sedikit menebak mungkin tanggung jawab disini merupakan ajaran Nabi saw untuk
umatnya, diharapkan kita jangan mengabaikan tanggung jawab yang telah diembankan
kepada kita, salah satunya tanggung jawab seorang pendidik kepada peserta didiknya.
Apabila tanggung jawab itu bisa dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan, Insya Allah
ajaran Nabi itu telah terlaksanakan dengan baik.

BAB III JUJUR, OBJEKTIF dan CERDAS


A. Hadist
‫هَي ْ ِدي ىَل‬ َّ ‫الصدْ َق هَي ْ ِدي ىَل الْرِب ِّ َو َّن الْرِب‬ ِ ّ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل َّن‬
ُ ‫هللا َع ْن ُه َع ِن النَّيِب ِ ّ َصىَّل‬ ِ ‫َع ْن َع ْب ِد‬
ُ َ ‫هللا َريِض‬
‫ِإ‬ ‫ور َو َّن اِإلْ ُف ُج َور هَي ْ ِإِدي ىَل‬ ‫ِإ‬
‫النَّا ِر َو َّن‬ ِ ‫ون ِص ِّديقًا َو َّن ْال َك ِذ َب هَي ْ ِدي ىَل الْ ُف ُج‬
َ ‫الْ َجنَّ ِة َو َّن َّالر ُج َل لَ َي ْصدُ ُق َحىَّت يَ ُك‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
) ‫هللا َك َّذااًب ( ِإمتفق عليه‬ ِ َ‫ون) ِع ْند‬ ‫ِإ‬
َ ‫الر ُج َل لَ َي ْك ِذ ُب َحىَّت يُ ْكتَ َب ( َحىَّت يَ ُك‬. َّ
‫ِإ‬

B. Terjemahannya Dari Ibnu Mas’ud r.a Nabi saw, beliau bersabda : “Sesungguhnya
kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke
Surga, sesungguhnya  jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat
sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada
kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan mengiring ke Neraka. Dan
sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai
seorang pendusta”. (HR. Mutafaq ‘alaih)

C. Komentar / Tanggapan Perilaku jujur itu lebih baik dari pada berdusta, itu pasti !!!.
karena kejujuran itu akan membawa kita pada kebaikan, Allah sangat menyukai orang-
orang yang berlaku jujur, dan akan ditempatkan disurga. Tetapi orang-orang yang suka
berdusta atau berbohong sangat dibenci Allah dan akan ditempatkannya di Neraka.
Seorang anak harus memiliki sikap jujur dan tugas orang tua yang mendidik dan
mengajarkan tentang kejujuran itu. Adapun pendidikan Shadaqah Jariyah dapat
diterapkan sejak kecil dengan saling membantu teman yang membutuhkan atau dengan
cara mengisi kotak amal yang ada di masjid terdekat dan pendidikan mencari ilmu yang
bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat tidak boleh berhenti karena dengan ilmu
kita akan mendapatkan kebahagian dunia ataupun kebahagian nanti di akhirat.
Pendidikan anak pun harus diperhatikan keberhasilan orang tua mendidik anak untuk
menjadi anak yang soleh dengan memberikan pendidikan agama yang cukup di rumah
dan selain itu memberikan sarana pendidikan misalnya di masukkan ke lembaga-lembaga
pendidikan agama atau kesuatu sekolah yang memberikan pendidikan agamanya yang
maksimal. Penerapan metode belajar agama oleh seorang pendidik sangat penting untuk
menciptakan seorang anak yang jujur, shaleh dan berakhlakul karimah.

BAB IV BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA


A. Hadits
‫د ْب ِن الْ َعزْي َ ا ِر َأن َّ ُه مَس ِ َع َأاَب مَع ْ ٍرو الشَّ يْ َباىِن َّ قَا َل َح َّدثَىِن َصا ِح ُب‬Qِ ‫د اهَّلل ِ ْب ُن ُم َعا ٍذ الْ َع ْنرَب ِ ُّى َحدَّ ثَنَا َأىِب َحدَّ ثَنَا ُش ْع َب ُة َع ِن الْ َو ِلي‬Qُ ‫َو َحدَّ ثَنَا ُع َب ْي‬
‫الص َال ُة‬ َّ « ‫ َأ ُّى اَألمْع َ الِ َأ َح ُّب ىَل اهَّلل ِ قَا َل‬-‫صىل هللا عليه وسمل‬- ِ ‫ قَا َل َسَألْ ُت َر ُسو َل اهَّلل‬- ِ ‫ َوَأشَ َار ىَل دَا ِر َع ْب ِد اهَّلل‬- ‫َه ِذ ِه ادلَّ ِار‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ قُلْ ُت مُث َّ َأ ٌّى قَا َل « مُث َّ الْجِ هَا ُد ىِف َسبِيلِ اهَّلل ِ » قَا َل َح َّدثَىِن هِب ِ َّن َول َ ِو ْاسزَت َ ْدتُ ُه‬.» ‫ قُلْ ُت مُث َّ َأ ٌّى قَا َل « مُث َّ ب ُِّر الْ َوادِل َ ْي ِن‬.» ‫عَىَل َو ْقهِت َا‬
) ‫( متفق عليه‬. ‫ل َ َزا َدىِن‬.           
B. Terjemahannya Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata : “aku pernah bertanya kepada Nabi saw
manakah amalan yang paling dicintai Allah ? Beliau menjawab : shalat tepat waktu, aku
bertanya : lalu apa lagi ? beliau menjawab : berbakti kepada orang tua, aku bertanya
lagi ? beliau menjawab : berjihad di jalan Allah. ( HR. Mutafaq ‘alaihi )

C. Komentar / Tanggapan Amalan yang dicintai oleh Allah itu ada 3, yaitu shalat tepat
waktu, berbakti kepada orang tua dan berjihad di jalan Allah. Dalam hal berbakti kepada
orang tua, sudah sepantasnya seorang anak itu berbakti kepada kedua orang tuanya,
ibunya yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkannya serta
mendidiknya dan ayahnya yang telah mencari nafkah untuk membiayai  kehidupan anak
dan istrinya. Apabila anak itu durhaka kepada orang tuanya sungguh sangat tidak pantas,
karena  semua yang dilakukan oleh orang tuanya kepadanya tidak akan pernah
terbalaskan sampai kapanpun. Oleh karena itu, kita sebgai anak kita harus mempunyai
rasa kasih sayang terhadap kedua orang tua kita sehingga suatu saat merka dimasa tua
nanti kitalah yang akan mendidik dan dan merawat mereka dengan penuh kasih dan
sayang sebagaimana mereka mendidik kita dan menyayangi kita sejak kecil. Hadist nabi
juga mengatakan kalau surga itu dibawah telapak kaki ibu, kalau kita ingin meraih
surganya Allah maka kita harus selalu berbuat baik terhadap kedua orang tua kita.

BAB V AMANAH
A. Hadits
َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل آي َ ُة الْ ُمنَا ِف ِق ثَاَل ٌث َذا َح‬
‫دَّث َك َذ َب َو َذا َوعَدَ َأ ْخلَ َف َو َذا‬ ُ ‫َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة َع ِن النَّيِب ِ ّ َصىَّل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
) ‫اْؤ تُ ِم َن خ ََان( متفق عليه‬
B. Terjemahannya Dari Abi Hurairah r.a bahwasannya Rasulullah saw bersabda :
“Tandanya orang Munafiq itu ada tiga, yaitu : jikalau ia berbicara berdusta, jikalau ia
berjanji menyalahi (inkar) dan jikalau ia dipercaya berkhianat”. (HR. Mutafaq ‘alaih)

C. Komentar / Tanggapan Amanah merupakan salah satu sikap yang disukai oleh Allah,
Rasul dan semua orang. Apabila seseorang telah amanah atau terpercaya maka
selamanya dia akan dipercaya oleh siapapun, tetapai ketika seseorang telah lalai dalam
mengemban amanah maka akan sulit untuk dapat dipercaya oleh orang lain, sifat amanah
ini memang dangat sulit sekali dimiliki oleh semua orang, tetapi apabila kita berusaha
untuk menjadi orang yang amanah maka orang lain akan salalu percaya kepada kita. Dan
apabila sudah hilang sikap amanah itu didalam diri kita meskipun kita hanya satu kali
tidak berbuat amanah, maka akan susah mengembalikan kepercayaan orang lain terhadap
diri kita.

BAB VI PERSAUDARAAN dan KERJASAMA


A. Hadits
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل الْ ُم ْسمِل ُ َأخُو الْ ُم ْسمِل ِ اَل ي َ ْظ ِل ُم ُه َواَل ي ُْس ِل ُم ُه‬
ُ ‫هللا َصىَّل‬ ُ َ ‫هللا ْب َن مُع َ َر َريِض‬
ِ ‫هللا َعهْن ُ َما َأ ْخرَب َ ُه َأ َّن َر ُسو َل‬ ِ َ‫َأ َّن َع ْبد‬
َ ‫هللا َع ْن ُه ُك ْرب َ ًة ِم ْن ُك ُراَب ِت ي َ ْو ِم الْ ِق َيا َم ِة َو َم ْن َسرَت‬
ُ ‫ه َو َم ْن فَ َّر َج َع ْن ُم ْسمِل ٍ ُك ْرب َ ًة فَ َّر َج‬Qِ ‫هللا يِف َحا َج ِت‬
ُ ‫َو َم ْن اَك َن يِف َحا َج ِة َأ ِخي ِه اَك َن‬
) ‫هللا ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة ( متفق عليه‬ ُ ‫ ُم ْس ِل ًما َسرَت َ ُه‬.
B. Terjemahannya Dari Ibnu `Umar r.a melaporkan:. Rasulullah (saw) bersabda: ” Seorang
muslim adalah saudara (lain) Muslim, ia tidak kesalahan dia juga tidak menyerahkannya
kepada orang yang tidak dia salah Jika ada memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan
memenuhi kebutuhannya, jika satu mengurangi seorang muslim dari kesulitan, Allah
akan meringankan kesulitannya pada hari kiamat, dan jika ada yang menutupi seorang
Muslim (dosa-dosanya), Allah akan menutupi dia (nya dosa-dosa) di Hari Kebangkitan
“. (HR.Mutafaq ‘alaihi)

C. Komentar / Tanggapan Allah telah menjanjikan berbagai pahala dan ganjaran bagi
muslim yang mampu meringankan kesulitan muslim lainnya, menutupi dosa-dosanya,
dan membantunya. Karena pada dasarnya semua muslim itu adalah bersaudara. Allah
sangat menyukai orang-orang yang tidak pernah memutuskan tali silaturahmi.
Persaudaraan itu bukan hanya harus satu darah atau senasab, akan tetapi dalam satu
agama sebenarnya kita telah menjadi saudara yaitu antara muslim yang satu dengan
muslim yang lainnya. Maka sudah sepantasnya kita selalu menjaga persaudaraan ini,
dengan cara terus mempererat tali silaturahmi diantara muslim, saling membantu dan
bekerja sama dalam kebaikan dan mencegah segala keburukan. Hadits tersebut dapat
diterapkan dalam pendidikan dengan mendidik bahwa setiap manusia harus saling
membantu karena setiap muslim dalam suatu kebaikan. Dengan rasa persaudaraan yang
kuat maka kerjasama dalam memajukan bidang pendidikan akan terlaksana. Seorang
pendidik harus membantu setiap muslim yaitu dengan memberikan nasehat yang
membawa kepada kebaikan dan kemajuan khususnya bagi setiap muslim yang telah kita
beri nasehat dan umumnya bagi seluruh umat muslim di  dunia ini. Dan seorang pendidik
harus mengajarkan kepada peserta didiknya bagaimana suatu persaudaran dan kerjasama
yang di ridhai Allah swt itu !.

BAB VII SIKAP CERIA dan SITUASI KONDUSIF DALAM PEMBELAJARAN


A. Hadits
َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ ِفميَا يَ ْر ِوي َع ْن َر ِب ّ ِه َع َّز َو َج َّل قَا َل قَا َل َّن‬
‫هللا‬ ُ ‫هللا َعهْن ُ َما َع ِن النَّيِب ِ ّ َصىَّل‬ ُ َ ‫َع ِن ا ْب ِن َع َّب ٍاس َريِض‬
‫ِإ‬
‫هللا هَل ُ ِع ْندَ ُه َح َسنَ ًة اَك مِةَل ً فَ ْن ه َُو مَه َّ هِب َا‬ ُ ‫ات مُث َّ بَنَّي َ َذكِل َ فَ َم ْن مَه َّ حِب َ َسنَ ٍة فَمَل ْ ي َ ْع َملْهَا َك َتهَب َا‬
ِ ‫السيَِّئ‬ ِ َ‫َك َت َب الْ َح َسن‬
َّ ‫ات َو‬
‫ِإ‬
ُ ‫ات ىَل َس ْب ِع ِماَئ ِة ِض ْع ٍف ىَل َأضْ َع ٍاف َك ِث َري ٍة َو َم ْن مَه َّ ب َِسيَِّئ ٍة فَمَل ْ ي َ ْع َملْهَا َك َتهَب َا‬
‫هللا‬ ٍ َ‫هللا هَل ُ ِع ْندَ ُه َعرْش َ َح َسن‬
ُ ‫فَ َع ِملَهَا َك َتهَب َا‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫هللا هَل ُ َسيَِّئ ًة َوا ِحدَ ًة ) ُمتَّ َفقٌ علي ِه‬ ُ ‫هَل ُ ِع ْندَ ُه َح َسنَ ًة اَك مِةَل ً فَ ْن ه َُو مَه َّ هِب َا فَ َع ِملَهَا َك َتهَب َا‬.       T
‫ِإ‬
B. Terjemahannya Dari Abul Abbas, yaitu Abdullah bin Abbas bin Abdul Muththalib,
radhiallahu ‘anhuma dari Rasulullah s.a.w. dalam suatu uraian yang diceriterakan dari
Tuhannya Tabaraka wa Ta’ala Hadis semacam ini disebut Hadis Qudsi – bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu mencatat semua kebaikan dan keburukan, kemudian
menerangkan yang sedemikian itu – yakni mana mana yang termasuk hasanah dan mana
mana yang termasuk sayyiah. Maka barangsiapa yang berkehendak mengerjakan
kebaikan, kemudian tidak jadi melakukannya, maka dicatatlah oleh Allah yang Maha
Suci dan Tinggi sebagai suatu kebaikan yang sempurna di sisiNya, dan barangsiapa
berkehendak mengerjakan kebaikan itu kemudian jadi melakukannya, maka dicatatlah
oleh Allah sebagai sepuluh kebaikan di sisiNya, sampai menjadi tujuh ratus kali lipat,
bahkan dapat sampai menjadi berganda-ganda yang amat banyak sekali. Selanjutnya
barangsiapa yang berkehendak mengerjakan keburukan kemudian tidak jadi
melakukannya maka dicatatlah oleh Allah Ta’ala sebagai suatu kebaikan yang sempurna
di sisiNya dan barangsiapa yang berkehendak mengerjakan keburukan itu kemudian jadi
melakukannya, maka dicatatlah oleh Allah Ta’ala sebagai satu keburukan saja di
sisiNya.” (HR.Muttafaq ‘alaih)

C. Komentar / Tanggapan Kebaikan dan keburukan merupakan dua sifat yang selalu
bertolak belakang, kebaikan akan memuntun kita menuju ke surga, sedangkan keburukan
akan menuntu kita ke neraka. Allah swt, bahkan telah menjanjikan pahala bagi orang
yang melakukan kebaikan dan menyiksa orang yang melakukan keburukan. Jangankan
melakukannya, dengan sudah berniat untuk melakukan kebaikan, Allah telah
mencatatnya sebagai kebaikan disisnya bahkan jika ia melakukan kebaikan itu. Begitu
pula sebaliknya, dengan orang yang sudah berniat untuk melakukan keburukan maka
akan dicatat pula oleh Allah sebagai suatu keburukan disisinya.

BAB VIII KELEMBUTAN dan KEARIFAN DALAM PENDIDIKAN


A. Hadits
َ ‫ ِلَأل جَش ِّ َأجَش ِّ َع ْب ِد الْ َقي ِْس « َّن ِف‬-‫صىل هللا عليه وسمل‬- ِ ‫ول اهَّلل‬
‫يك‬ ُ ‫وعن ابن عباس ريض هللا عهنام َوقَا َل َر ُس‬
‫ِإ‬
‫ رواه مسمل‬.» ‫خ َْصلَ َتنْي ِ حُي ِ هُّب ُ َما اهَّلل ُ الْ ِحمْل ُ َواَألاَن ُة‬
B. Terjemahannya Dari Ibnu Abbas RA berkata, Rasulallah Saw bersabda kepada ‘’Abdul
Qais yang  terluka: “sesungguhnya didalam dirimu ada dua sifat yang disukai oleh Allah
yaitu: santun dan sabar”. (HR Muslim)

C. Komentar / Tanggapan Sifat santun dan sabar memang disukai oleh Allah swt, maka dari
itu kita sebagai umat manusia harus memiliki sikap seperti itu. Memang sifat seperti itu
telah ada di dalam diri manusia, namun tergantung kepada kita bagaimana memanfaatkan
dan menggunakan sifat itu. Dengan sifat santun, diharapkan kita dapat berlaku sopan
santun kepada siapa saja baik itu orang yang lebih tua dari kita, orang yang lebih muda,
dan orang yang sebaya dengan kita. Sedangkan dengan sifat sabar, diharapkan kita dapat
sabar dalam menghadapi apapun, baik itu berupa cobaan, maupun kenikmatan. Karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang memiliki sifat santun dan sabar.

Dalam dunia pendidikan tidak sepantasnya ada kesombongan baik guru maupun peserta
didik. Apalagi seorang guru yang menjadi faktor sentral dalam pendidikan, dan seorang
guru adalah sebuah contoh bagi peserta didiknya dan guru adalah bagaikan malaikat
yang memberikan motivasi ketika peserta didiknya mulai-mulai malas dan sebagai
pembawa solusi ketika peserta didiknya ada masalah. Dalam istilah orang sunda
“ digugudan ditiru”. Kalau gurunya mempunyai Akhlak yang jelek. Bagaimana dengan
murdinya? Mungkin akan lebih parah. Masalah inilah  yang hendaknya kita waspadai.

Santun, lembut, arif dan sabar adalah sifat yang harus ada didalam diri seorang pendidik.
Dari keempat sifat tersebut, apabila ada yang hilang salah satu maka tidak akan
seimbang. Contohnya kalau tidak ada sifat sabar dari seorang pendidik maka tidak akan
disukai oleh peserta didik dan akan hancur proses pendidikan tersebut. Apalagi kalau
guru PAUD atau SD harus mempunyai jiwa kesabaran yang baik dan Istiqamah.

BAB IX HIDUP SECARA PROFESIONAL


A. Hadits
َّ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ يِف َم ْج ِل ٍس حُي َ ِّد ُث الْ َق ْو َم َج َاء ُه َأع َْرايِب ٌّ فَ َقا َل َمىَت‬
‫الساعَ ُة فَ َمىَض‬ ُ ‫َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة قَا َل بَيْنَ َما النَّيِب ُّ َصىَّل‬
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ حُي َ ِّد ُث فَ َقا َل ب َ ْع ُض الْ َق ْو ِم مَس ِ َع َما قَا َل فَ َك ِر َه َما قَا َل َوقَا َل ب َ ْعضُ ه ُْم ب َ ْل لَ ْم ي َْس َم ْع َحىَّت‬
ُ ‫هللا َصىَّل‬ ِ ‫ول‬
ُ ‫َر ُس‬
‫الساعَ َة‬ ِ ‫الساعَ ِة قَا َل هَا َأاَن اَي َر ُسو َل‬
َّ ‫هللا قَا َل فَِإ َذا ضُ ِ ّي َع ِت اَأْل َمان َ ُة فَانْ َت ِظ ِر‬ َّ ‫الساِئ ُل َع ِن‬ َّ ‫ِإ َذا قَىَض َح ِديثَ ُه قَا َل َأ ْي َن ُأ َرا ُه‬
‫الساعَ َة‬ َّ ‫قَا َل َك ْي َف ِإ ضَ ا َعهُت َا قَا َل ِإ َذا ُو ِّسدَ اَأْل ْم ُر ِإ ىَل غَرْي ِ َأ ْههِل ِ فَانْ َت ِظ ِر‬
B. Terjemahan
Abu Hurairah] berkata: Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada dalam suatu
majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya:
“Kapan datangnya hari kiamat?” Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap
melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; “beliau
mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu,”
dan ada pula sebagian yang mengatakan; “bahwa beliau tidak mendengar perkataannya.”
Hingga akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya,
seraya berkata: “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi? “Orang itu
berkata: “saya wahai Rasulullah!”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu
bertanya: “Bagaimana hilangnya amanat itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah
terjadinya kiamat.
C. Komentar / Tanggapan Memang benar apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw, ketika
dia sedang memberikan pengajarannya ada seorang Arab badui yang bertanya, padahal
bukan waktunya untuk bertanya, sehingga Rasulullah saw tidak menjawabnya.
Seandainya Rasulullah saw menjawabnya langsung, maka akan mengganggu
pembicaraanya, konsentrasi Mustami’nya, dan menunjukan sikap seorang pengajar  yang
tidak profesional. Kecuali kalau memang pertanyaannya sangat penting dan kalau tidak
di jawab langsung akan mengakibatkan kemadharatan, maka seorang pengajar harus
menjawabnya pada langsung. Memang tidak akan selesai dengan baik kalau suatu urusan
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, seperti seorang guru ahli dalam bahasa
Inggris di suruh mengajar matematika, maka tidak akan sempurna dalam proses
pembelajarannya.

BAB X PERNIKAHAN
A. Hadist
, ‫ َو ِل َح َسهِب َا‬, ‫ ِل َما ِلهَا‬: ٍ ‫ ( تُ ْن َك ُح َالْ َم ْرَأ ُة َأِل ْربَع‬: ‫َو َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة ريض هللا عنه َع ِن النَّيِب ِ ّ صىل هللا عليه وسمل قَا َل‬
‫ ُمتَّ َفقٌ عَلَ ْي ِه َم َع ب َ ِقيَّ ِة َا َّلس ْب َع ِة‬ ) َ‫ فَ ْاظ َف ْر ب َِذ ِات َا ّ ِدل ِين تَ ِرب َ ْت يَدَ اك‬, ‫ َودِل ِ يهِن َا‬, ‫َو ِل َج َما ِلهَا‬
B. Terjamahannya Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda: “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan,
kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan
berbahagia.” HR. Muttafaq Alaihi dan Imam Lima.

C. Komentar / Tanggapan Dalam hadits ini kita sebagai seorang pendidik/guru harus
bersikap Professional dalam mendidik muridnya, jangan dipandang sebelah mata,
kepada  murid yang telah menurut kita memang kurang dalam segala hal, dari mulai
harta, keturunan, kecantikan/ketampanan anak didik kita, tapi yang harus kita lihat itu
adalah agamanya, atau apakah dia memang membutuhkan ilmu dari kita, kita harus
mendidiknya dengan baik dan menyampaikan ilmu kepadanya walaupun satu ayat.
Terutama kita harus mendidik seorang murid itu harus melihat agamanya, agar apa yang
akan kita sampaikan itu tidak bertentangan dengan ajaran agamanya, khususnya dalam
mata pelajaran pendidikan keagamaan. Hadits ini memang cukup bagus untuk
diimplikasikan terhadap pendidikan, karena sebelum kita mendidik orang  lain kita harus
mendidik dulu diri kita sendiri, keluarga, kerabat dekat dan setelah itu kepada orang lain.

BAB XI PAKAIAN dan HIASAN


A. Hadits
‫ ِا ْذه َْب فَتَ َوضَّ ْأ ! فَ َذه ََب فَتَ َوضَّ َأ‬:‫ ص م‬ ‫هللا‬ ِ ‫ بَيْنَ َما َر ُج ٌل يُ َصيِّل ْ ُم ْس ِب ًال َز َار ُه ْذ قَا َل هَل ُ َر ُس ْو ُل‬: ‫َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة قَا َل‬
ِ ‫ اَي َر ُس ْو ُل‬: ‫ ِا ْذه َْب فَتَ َوضَّ ْأ ! فَ َذه ََب فَتَ َو ِإضَّ َأ مُث َّ ِإ َج َاء فَ َقا َل هَل ُ َر ُج ٌل‬: ‫ مُث َّ قَا َل‬، ‫مُث َّ َج َاء‬
‫ َما كَل َ َأ َم ْرتَ ُه َأ ْن ي َ َت َوضَّ َأ‬، ‫هللا‬
‫ (رواه أبو‬Q.‫هللا تَ َعاىَل اَل ي َ ْق َب ُل َص َال َة َر ُج ٍل ُم ْس ِب ٌل َز َار ُه‬ َ ‫ل َز َار ُه َو َّن‬Qٌ ‫ ن َّ ُه اَك َن يُ َصيِّل ُم ْس ِب‬: ‫مُث َّ َس َكتَّ َع ْن ُه ؟ فَ َقا َل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
)‫ِإداود‬
B. Terjemahannya “Dari Abu Huroiroh ra. Telah berkata : “Ada seorang pemuda yang
mana kainnya terjulur, maka Rosululloh berkata : “Pergilah dan berwudhulah (sekali
lagi) !”, maka dia pergi dan berwudhu kemudian datang, kemudian Rosul berkata :
“pergilah dan berwudhulah !”, maka ada seseorang yang bertanya : “wahai Rosululloh
mengapa engkau memerintahkan dia berwudhu kemudian engkau mendiamkannya ? “,
Beliau menjawab : “Sesungguhnya dia sholat dengan menjulurkan kainnya, dan
bahwasanya Alloh tidak menerima sholat seseorang yang menjulurkan kainnya.” (H.R.
Abu Dawud)

C. Komentar / Tanggapan Pakaian dan perhiasan yang merupakan dua hal yang sangat
berkaitan. Disini Allah menyukai para hambanya baik itu muslim laki-laki maupun
muslim perempuan yang mau menutupi aurat mereka seperti yang telah dijelaskan dalam
Al-Quran batasan-batasan muslim laki-laki dan perempuan untuk menutup auratnya.
Dari segi pakaian, Allah telah memerintahkan kepada kita untuk menggunakan pakaiaan
yang dapat menutupi aurat kita, dan menggunakan perhiasan yang seperlunya saja tanpa
berlebih-lebihan. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berlebih-lebihan.
Wanita sholehah itu adalah perhiasan dunia, dan laki-laki yang menjaga kehormatan
wanita adalah para penjaganya.

BAB XII ‘AMAL MA’RUF NAHI MUNKAR


A. Hadits
‫ من راء منمك منكرا‬: ‫ مسعت رسول هللا صىل هللا عليه وسمل يقول‬: ‫عن اىب سعد اخلدري ريض هللا عنه قال‬
) ‫ فأن مل يستطيع فبقلبه وذاكل ضعف الاميان ( رواه مسمل‬،‫ فأن مل يستطيع فبلسانه‬،‫فليغريه بيده‬
B. Terjemahannya Dari Abu Sa’id al-Khudriy r.a berkata : aku mendengar Rasulullah saw
bersabda : “Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia
mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika tidak
mampu, maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemahnya Iman”.(HR.
Muslim)
C. Komentar / Tanggapan Amar ma’ruf nahi munkar atau mengajak kepada kebaikan dan
mencegah dari keburukan adalah hal yang memang mudah tapi sulit untuk
melakukannya. Dalam hal ini kita sebagai umat muslim sudah sepantasnya untuk
mengajak siapa saja melakukan kebaikan dan mencegah atau melarang berbuat
keburukan dan kejahatan. Ketika seseorang melihat ada yang melakukan kemungkaran
maka ingatkan dengan tangannya, apabila tidak bisa maka dengan lisannya, apabila
masih tidak bisa maka dengan hatinya. Maksudnya jika ada kemungkaran maka kita
wajib mencegahnya, dan mengingatkan supaya tidak melakukan hal-hal yang dilarang
dan dibenci oleh Allah.

BAB XIII EVALUASI PENDIDIKAN


A. Hadits
‫ب ْب ِن ِداَث ٍر َع ْن َع ْب ِد اهَّلل ِ ْب ِن بُ َريْدَ َة َع ْن َأبِي ِه قَا َل قَا َل‬Qِ ‫َأ ْخرَب َ يِن ُم َح َّمدُ ْب ُن آ َد َم َع ْن ا ْب ِن فُضَ ْي ٍل َع ْن َأيِب ِسنَ ٍان َع ْن ُم َحا ِر‬
‫ور فَ ُز ُوروهَا َوهَن َ ْي ُتمُك ْ َع ْن لُ ُحو ِم اَأْلضَ ايِح ِ ّ فَ ْو َق ثَاَل ثَ ِة َأاَّي ٍم‬ ِ ‫ة الْ ُق ُب‬Qِ‫ول اهَّلل ِ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ هَن َ ْي ُتمُك ْ َع ْن ِزاَي َر‬
ُ ‫َر ُس‬
‫فَا ْم ِس ُكوا َما بَدَ ا لَمُك ْ َوهَن َ ْي ُتمُك ْ َع ْن النَّبِي ِذ اَّل يِف ِس َقا ٍء فَارْش َ بُوا يِف اَأْل ْس ِق َي ِة لُك ِ ّهَا َواَل تَرْش َ بُوا ُم ْس ِك ًرا‬.
‫ِإ‬
B. Terjemahannya Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Adam dari Ibnu
Fudlail dari Abu Sinan dari Muharib bin Ditsar dari ‘Abdullah bin
Buraidah dari bapaknya dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Aku telah melarang kalian berziarah kubur, maka -sekarang- ziarahlah kubur,
dan aku pernah melarang kalian -memakan- daging kurban lebih dari tiga hari, maka
simpanlah apa yang kalian kehendaki -dari daging-daging tersebut- dan aku pernah
melarang kalian dari nabidz (minuman yang terbuat dari anggur) kecuali yang terdapat
dalam tempat minum, maka minumlah yang ada dalam semua tempat minum dan
janganlah kalian minum sesuatu yang memabukkan.” (HR. Muslim)

C. Komentar / Tanggapan Dalam suatu pendidikan pasti dibutuhkan suatu evaluasi, karena
dengan evaluasi inilah untuk meningkatkan kualitas seorang pendidik dan melihat
bagaimana perkembangan pengetahuannya. Karena Nabi dalam hadist ini beliau
mengevaluasi suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat, dari asalnya dilarang
oleh Nabi, tapi setelah itu dibolehkan karena melihat banyak manfaatnya dari pada
madharatnya, dan begitu juga dari asalnya dibolehkan oleh Nabi saw, tapi setelah itu
dilarang oleh Nabi saw karena melihat banyak madharatnya dari pada manfaatnya.
Berdasarkan hadist di atas dalam melaksanakan sesuatu itu kita perlu melakukan
evaluasi, tidak hanya dalam hal pendidikan tetapi juga tentang perbuatan-perbuatan kita
serta ibadah kita kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai