Khutbah Pertama
ْن َأ ِبي
ِ ُوسى ب َ َعنْ م،شعْ َب ُة ُ َح َّد َث َنا: َح َّد َث َنا َش َبا َب ُة َقا َل:َح َّد َث َنا َأبُو َب ْك ِر بْنُ َأ ِبي َش ْي َب َة َقا َل
َ صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َك
ان َ َّ َعنْ ُأ ِّم َس َل َم َة َأنَّ ال َّن ِبي، َعنْ َم ْولًى ُأِل ِّم َس َل َم َة،َعاِئ َش َة
، َو ِر ْز ًقا َط ِّيبًا،ك عِ ْلمًا َنا ِفعًا َ ُِين ي َُسلِّ ُم «اللَّ ُه َّم ِإ ِّني َأسْ َأل
َ صب َْح ح ُّ صلَّى ال َ ِإ َذا:َُيقُول
» َو َع َماًل ُم َت َق َّباًل
“ … dari Ummu salamah berkata. ‘ ketika salam (selesai) dalam shalat shubuh nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan “ ya Allah, aku memohon kepadamu ilmu
yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima “.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya, bab ma yuqolu ba’da
taslim (apa yang diucapkan setelah salam) nomor 925. Imam al-Bani menilainya sebagai
hadis shahih. Sedang Ibnu Hajar dalam kitabnya Nataij al-Afkar menilai hadis serupa
yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam musnadnya, bab hadis ummu salamah isteri
Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam nomor 26731 sebagai hadis hasan.
Hadirin rahimakumullah
Baik ilmu, rezeki, dan amal ibadah adalah tiga hal yang baik dan mendatangkan pahala.
Namun demikian, ketiga hal baik tersebut dapat juga mendatangkan keburukan kepada
pemiliknya. Demikianlah Nabi mengajarkan doa diatas pada umatnya agar tidak
kehilangan nilai positif dari segala nikmat yang telah dianugerahkan.
Pertama adalah permohonan untuk diberi ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat
adalah ilmu yang digunakan di jalan Allah. Ilmu yang menyelamatkan pemiliknya juga
orang disekitarnya dari api neraka. Memberi cahaya kepada diri sendiri juga kepada
orang lain dari kegelapan dan ketersesatan. Ia menyentuh kedalam qolbu yang keras
lagi dingin, menjadi lunak dan hangat. Perkataan seorang yang berilmu menjadi hikmah
bagi para pendengar, dan perbuatannyapun mejadi contoh yang baik untuk sekitar.
Permohonan yang pertama ini juga berarti perlindungan dari ilmu yang tidak
bermanfaat. Yakni ilmu yang digunakan untuk keburukan. Seorang yang berilmu
memiliki potensi amat besar untuk melakukan ibadah-ibadah yang tak dapat dilakukan
orang awam, namun juga berarti ia dapat melakukan kejahatan-kejahatan yang hanya
dilakukan oleh orang yang ahli. Koruptor yang sering muncul diberita televisi maupun
koran, adalah orang-orang berdasi dan berpendidikan tinggi, dan hanya dengan ilmu
itulah korupsi bisa terjadi. Nabi menjelaskan ilmu yang tidak bermanfaat sebagaimana
hadis Riwayat Ibnu Majah nomor 254 berikut.
“ … dari Jabir bin ‘Abdullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “
Janganlah kalian mempelajari ilmu untuk mendebat para ulama, meremehkan orang-
orang bodoh, menghiasi (ria dalam) majelis. Barangsiapa melakukan hal itu, maka
baginya neraka, baginya neraka.”
Kedua adalah permohonan untuk mendapat rizki yang baik. Adapun yang dimaksud rizki
yang baik adalah rizki yang halal.
Sebab rizki yang halal tersebut adalah rizki yang nantinya akan menyelamatkan di
akhirat. Rizki itu disebut halal apabila didapat dengan cara yang baik dan bukan berasal
dari zat yang haram. Katakanlah dalam jual beli, maka jual belinya itu haruslah adil, dan
barang yang dijual bukanlah barang yang haram zat nya seperti minuman keras.
Dalam kamus lisanul ‘Arab dijelaskan bahwa Ar-Rozaq adalah salah satu sifat Allah.
Sebab Allah lah yang memberi rizki kepada makhluk seluruhnya, dan Allah jua lah yang
menciptakan rizki-rizki itu. Rizki terbagi kepada dua, yakni rizki yang nampak pada
badan seperti kekuatan, dan yang tersembunyi pada hati dan pikiran seperti seperti ke
arifan dan ilmu pengetahuan. Hujan yang menumbuhkan berbagai macam tanaman pun
adalah rizki yang disiapkan Allah bagi umat manusia.
Terakhir adalah permohonan agar amal ibadah diterima. Amal ibadah yang diterima
adalah amal yang dikerjakan hanya karena untuk mendapat balasan dari Allah saja.
Sedangkan setiap amal ibadah yang dimaksudkan selain kepada Allah tak akan
mendapatkan balasan apapun di akhirat. Ia hanya akan mendapat balasan dari apa yang
ia maksudkan selama hidup di dunia, sedangkan di akhirat kelak termasuk orang yang
bangkrut. Ia mengira telah mempersiapkan bekal yang banyak untuk akhirat, namun
ternyata amal ibadah nya itu tak berbuah pahala.
Oleh karena riya itulah amal ibadah mejadi sia-sia. Namun demikian bukanlah berarti
seorang harus memilih untuk tidak berbuat kebaikan karena takut riya. Karena bila
kebaikan itu dimaksudkan dengan ikhlas, maka riya akan terkikis sedikit demi sedikit.
Orang yang baru pertama memulai shalat jamaah di masjid, barangkali ada sedikit
maksud untuk riya.
Namun apabila pergi ke masjid sudah menjadi kebiasaan, dan biasa pula melatih agar
niat ikhlas, maka hilang pula pada akhirnya rasa riya itu.
Pada awalnya berinfak lima puluh atau seratus ribu saat shalat jumat terdapat rasa
sombong di dalam dada, namun setelah terbiasa, uang sejumlah demikian tidak lagi
terasa besarnya, mulai hilang jua lah sombong dalam hati. Semakin banyak beramal,
semakin banyak pula kemingkina amalnya diterima, namun apabila beramal hanya
sedikit saja, maka amal mana yang akan diterima?.