MAKALAH ANTIINFLAMASI
DOSEN : dr. R.A. Rengganis Ularan , MM
Kelompok 7
Disusun oleh
Dewi Shinta(195009)
Dyah Ayu Pratiwi(195011)
Fauziyah Noviyanti(195016)
Laras Ayu Sukma Pratiwi(195022)
Risma Kartika Putri(195030)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah judul “Anti
Inflamasi”. Penyusunan laporan akhir ini merupakan persyaratan untuk pemenuhan
tugas program Diploma III Program Studi Rekam Medis, Jurusan Kesehatan,
Politeknik Kesehatan dr. Soepraoen Malang.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan kerja sama dari
berbagai pihak, penyusunan makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
diberi kemampuan untuk menyelesaikan laporan akhir ini.
2. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa demi
kelancaran penyusunan laporan akhir ini.
3. Dan seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung lancarnya pembuatan
makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kelemahan penulis baik di sistematika penulisan maupun dalam
penggunaan bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat yang
memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Radang atau
inflamasi dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan yang mencakup luka-luka
fisik, infeksi, panas dan interaksi antigen-antibodi (Houglum, 2005).
Berdasarkan mekanisme kerja obat-obat antiinflamasi terbagi dalam dua
golongan, yaitu obat antiinflamasi golongan steroid dan obat antiinflamasi non
steroid. Mekanisme kerja obat antiinflamasi golongan steroid dan non-steroid
terutama bekerja menghambat pelepasan prostaglandin ke jaringan yang
mengalami cedera (Gunawan, 2007). Obat-obat antiinflamasi yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat adalah non steroid anti inflammatory drug’s
(NSAID). Obat-obat golongan NSAID biasanya menyebabkan efek samping
berupa iritasi lambung (Kee & Hayes, 1996).Obat antiinflamasi steroid dan
nonsteroid memiliki banyak efek samping sehingga banyak dilakukan
pengembangan antiinflamasi yang berasal dari bahan alam, terutama pada
tanaman. Tanaman yang terbukti secara ilmiah memiliki khasiat sebagai
antiinflamasi diantaranya daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Shecff.)
Boerl.), rimpang kencur (Kaempferiae galanga L.), daun ubi jalar ungu
(Ipomoea batatas (L.) Lamk.), kelopak bunga rosela merah (Hisbiscus
sabdariffa), serta bunga dan daun asam jawa (Tamarindus indica).
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu arti Antiinflamasi.
b. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya flamasi .
c. Untuk mengetahui mekanisme kerja antiinflamasi .
d. Untuk mengetahui efek samping dan perhatian .
e. Untuk mengetahui rute dan dosis pemberian .
1
1.3 Manfaat
1. Sebagai bahan untuk memberikan pengetahuan tentang
Antiinflamasi
2. Sebagai bahan untuk bagaimana kita menyikapi tentang
Antiinflamasii .
3. Sebagai bahan untuk efek samping, perhatian, rute, dan dosis
pemberian obat Antiinflamasi .
2
BAB. II
PEMBAHASAN
3
penyerapan kembali partikel air, ion, garam oleh ginjal dan sekresi
potasium pada saat yang bersamaan. Hal ini menyebabkan
peningkatan volume dan tekanan darah.
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintetis
protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma
secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi
dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan
membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami
perubahan komformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan
dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan
sintetis protein spesifik. Induksi sintetis protein ini yang akan
menghasilkan efek fisiologik steroid (Darmansjah, 2005).
Berdasarkan masa kerjanya golongan kortikosteroid dibagi menjadi:
o Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh < 12 jam, yang
termasuk golongan ini adalah kortisol/hidrokortison, kortison,
kortikosteron, fludrokortison
o Kortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 12 – 36 jam,
yaitu metilprednisolon, prednison, prednisolon, dan triamsinolon.
o Kortikosteroid kerja lama dengan masa paruh >36 jam, adalah
parametason, betametason dan deksametason.
Glukokortikoid sintetik digunakan pada pengobatan nyeri sendi,
arteritis temporal, dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatitis, systemic
lupus erythematosus, inflammatory bowel disease, serta sarcoidosis.
Selain sediaan oral, terdapat pula sediaan dalam bentuk obat luar
untuk pengobatan kulit, mata, dan juga inflammatory bowel disease.
Kortikosteroid juga digunakan sebagai terapi penunjang untuk
mengobati mual, dikombinasikan dengan antagonis 5-HT3
(misalnya ondansetron).
Mekanisme Kerja Anti Inflamasi Steroid
Adapun mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah
menghambat enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan
prostaglandin maupun leukotrien. Penggunaan obat antiinflamasi
4
steroid dalam jangka waktu lama tidak boleh dihentikan secara tiba-
tiba, efek sampingnya cukup banyak dapat menimbulkan tukak
lambung, osteoforosis, retensi cairan dan gangguan elektrolitContoh
obat antiinflamasi steroid diantaranya, hidrokortison, deksametason,
metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon,
prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid
dan fluokortolon. Penyakit lain yang dapat diobati dengan anti
inflamasi diantaranya, artritis rematoid, demam rematik dan
peradangan sendi (Siswandono dan Soekarjo, 1995)
Asma
Rheumatoid arthritis
Bronkitis
Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
Reaksi alergi pada kulit, mata, atau hidung.
Obat ini bekerja dengan cara masuk ke dinding sistem sel imun
untuk mematikan zat yang bisa melepaskan senyawa-senyawa yang
menjadi pemicu peradangan.
Peringatan:
5
diabetes, epilepsi, atau mengalami gangguan pada kulit seperti
infeksi kulit, jerawat, luka terbuka, hingga rosacea.
6
Jenis-Jenis, Merek Dagang, dan Dosis Kortikosteroid
Betametason
Obat Suntik
Dewasa: 4-20 mg per hari.
Anak-anak:
Anak usia 1 tahun atau kurang: 1 mg sebanyak 3-4 kali per 24
jam atau sesuai kebutuhan.
Anak usia 2-5 tahun: 2 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau
sesuai kebutuhan.
Anak usia 6-12 tahun: 4 mg sebanyak 3-4 kali per 24 jam atau
sesuai kebutuhan.
7
Tablet dan sirop (oral)
Dewasa: 0,5-2 mg per hari.
Kondisi: Psoriasis
Tetes mata
Dewasa: Dosis awal sebanyak 1-2 tetes pada mata meradang tiap
dua jam, lalu frekuensi pemberian tetes mata akan dikurangi jika
kondisi mata telah berangsur membaik.
8
Klasifikasi
Salisilat
Ibuprofen[2]
Deksibuprofen
Naproksen
Fenoprofen
Ketoprofen
Deksketoprofen
Flurbiprofen
Oksaprozin
Loksoprofen (Loxonin), tersedia di Jepang.
Indometasin
Tolmetin
Sulindak
Etodolak
Ketorolak
Diklofenak
9
Aseklofenak
Nabumeton
Piroksikam
Meloksikam
Tenoksikam
Droksikam
Lornoksikam
Isoksikam (ditarik dari pasar tahun 1985[3][4])
Fenilbutazon (Bute)
Asam mefenamat
Asam meklofenamat
Asam flufenamat
Asam tolfenamat
Sulfonanilid
10
Nimesulid (sediaan sistemik dilarang oleh beberapa negara karena
potensi risiko hepatotoksisitas)
Mekanisme dan sifat dasar AINS, obat analgesik anti inflamasi non
steroid merupakan suatu kelompok sediaan dengan struktur kimia yang
sangat heterogen, dimana efek samping dan efek terapinya berhubungan
dengan kesamaan mekanisme kerja sediaan ini pada enzim cyclooxygenase
(COX). Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir memberikan
penjelasan mengapa kelompok yang heterogen tersebut memiliki kesamaan
efek terapi dan efek samping, ternyata hal ini terjadi berdasarkan atas
penghambatan biosintesis prostaglandin (PG). Mekanisme kerja yang
berhubungan dengan biosintesis PG ini mulai dilaporkan pada tahun 1971
oleh Vane dan kawan-kawan yang memperlihatkan secara invitro bahwa
dosis rendah aspirin dan indometason menghambat produksi enzimatik PG.
Dimana juga telah dibuktikan bahwa jika sel mengalami kerusakan maka
PG akan dilepas.Namun demikian obat AINS secara umum tidak
menghambat biosintesis leukotrin,yang diketahui turut berperan dalam
inflamasi. AINS menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga
konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat
menghambat cyclooxysigenase dengan cara yang berbeda.2 AINS
dikelompokkan berdasarkan struktur kimia,tingkat keasaman dan
ketersediaan awalnya. Dan sekarang yang popoler dikelompokkan
berdasarkan selektifitas hambatannya pada penemuan dua bentuk enzim
11
constitutive cyclooxygenase-1 (COX-1) dan inducible cycloocygenase-2
(COX-2).COX-1 selalu ada diberbagai jaringan tubuh dan berfungsi dalam
mempertahankan fisiologi tubuh seperti produksi mukus di lambung tetapi
sebaliknya ,COX-2 merupakan enzim indusibel yang umumnya tidak
terpantau di kebanyakan jaringan, tapi akan meningkat pada keadaan
inflamasi atau patologik. AINS yang bekerja sebagai penyekat COX akan
berikatan pada bagian aktif enzim,pada COX-1 dan atau COX - 2, sehingga
enzim ini menjadi tidak berfungsi dan tidak mampu merubah asam
arakidonat menjadi mediator inflamasi prostaglandin. AINS yang termasuk
dalam tidak selektif menghambat sekaligus COX-1 dan COX-2 adalah
ibuprofen,indometasin dan naproxen. Asetosal dan ketorokal termasuk
sangat selektif menghambat menghambat COX-1. Piroxicam lebih selektif
menyekat COX-1, sedangkan yang termasuk selektif menyekat COX-2
antara lain diclofenak, meloxicam, dan nimesulid. Celecoxib dan rofecoxib
sangat selektif menghambat COX-2.
Penggunaan NSAID
12
ini perlu diturunkan untuk mencegah adanya kemotaksis dengan
penggunaan kortikosteroid.
Efek samping
Selain menimbulkan efek terapi yang sama, obat NSAID juga memiliki
efek samping serupa, karena didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis
PG. Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung
atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat
perdarahan saluran cerna. Beratnya efek samping ini berbeda pada masing-
masing obat. Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah: (1) iritasi
yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke
mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan; dan (2) iritasi atau
perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis
PGE2 dan PGI2. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa lambung
dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi
mucus usus halus yang bersifat sitoprotektif.
13
Meklofenamat digunakan sebagai obat anti-inflamasi pada reumatoid dan
osteoartritis. Asam mefenamat dan meklofenamat merupakan golongan
antranilat. Asam mefenamat terikat kuat pada pada protein plasma. Dengan
demikian interaksi dengan oabt antikoagulan harus diperhatikan.
2. Diklofenak
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan
sakit kepala sama seperti semua AINS, pemakaian obat ini harus berhati-
hati pada pasien tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak
dianjurkan. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau tiga
dosis.
3. Ibuprofen
14
dalam plasma dicapai dicapai setelah 1-2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam
protein plasma, ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap.
Pemberian bersama warfarin harus waspada dan pada obat anti hipertensi
karena dapat mengurangi efek antihipertensi, efek ini mungkin akibat
hambatan biosintesis prostaglandin ginjal. Efek samping terhadap saluran
cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan
diminum wanita hamil dan menyusui. Ibuprofen dijual sebagai obat generik
bebas dibeberapa negara yaitu inggris dan amerika karena tidak
menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesik dan relatif lama
dikenal.
4. Indometasin
15
BAB. III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) adalah suatu golongan obat yang
memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan
anti inflamasi (anti radang).
2. Obat ini mempunyai sifat mampu mengurangi nyeri, demam dengan
inflamasi, dan yang disertai dengan gangguan inflamasi nyeri lainnya.
3. AINS menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
4. Asam mefenamat dan Meklofenamat, Diklofenak, Ibuprofen,
Fenbufen,Indometasin, Piroksikam dan Meloksikam, Salisilat, Diflunsial,
Fenilbutazon dan Oksifenbutazon.
16
DAFTAR PUSTAKA
17