Anda di halaman 1dari 17

ANTIINFLAMASI

DISUSUN
OLEH :

1.MUSTIKA NABILLA AYUZHA NIM: 1801011362


2.RINDI MARSHELA NIM: 1801011094
3.BETHANIA SAMARINDA SINAGA NIM: 1801011346
4. HENDRY NIM: 1801011113

KELAS F

PROGRA M STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Medan, Oktober 2019
Penulis

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................. 1-2
1.2 PERUMUSAN MASALAH .................................................. 2
1.3 TUJUAN................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
2.1 PENGERTIAN ANTIINFLAMASI ......................................... 3
2.2 PENGGOLONGAN ................................................................. 4
2.2.1 GOLONGAN STEROID ................................................ 4
2.2.2 GOLONGAN AINS......................................................... 4
2.3 MEKANISME KERJA ............................................................ 4
2.3.1 STEROID ........................................................................ 4
2.3.2 AINS ( NON STEROID )................................................ 4
2.4 INDIKASI ................................................................................ 4
2.4.1 HIDROKORTIKSON...................................................... 4
2.4.2 DEKSAMETASON ........................................................ 4
2.4.3 PREDISONE ................................................................... 4-5
2.4.4 PARACETAMOL............................................................ 6
2.4.5 ANTALGIN...................................................................... 6
2.4.6 ASAMEFENAMAT......................................................... 6-7
2.5 KONTRA INDIKASI............................................................... 7
2.5.1 GOLONGAN STEROID................................................. 7
2.5.1.1 HIDRKORTIKSON............................................. 7
2.5.1.2 DEKSAMETASON............................................ 7-8
2.5.1.3 PREDNISONE.................................................... 9
2.5.2 GOLONGAN NON STEROID....................................... 10
2.5.2.1 PARACETAMOL................................................ 10
2.5.2.2 ANTALGIN......................................................... 10
2.5.2.3 ASAMEFENAMAT............................................. 10
2.6 EFEK SAMPING...................................................................... 10
2.6.1 HIDROKORTIKSON .....................................................10-11
2.6.2 PREDNISONE................................................................. 11
2.6.3 DEKSAMETASON .......................................................11-12
2.6.4 PARACETAMOL............................................................ 13
2.6.5 ANTALGIN..................................................................... 14
2.6.6 ASAMEFENAMAT........................................................ 14
BAB III PENUTUP....................................................................................... 15
3.1 KESIMPULAN.......................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obat merupakan bahan kimia yangmemungkinkan terjadinya interaksi
bila tecampur dengan bahan kimia lain baik berupa makananmaupun minuman
ataupun obat obatan.
Inflamasi adalah suatu respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh
kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang
merusak, atau zat mikrobiologik. Inflamasi berfungsi untuk menghancurkan,
mengurangi, atau melokalisasi (sekuster) baik agen yang merusak maupun
jaringan yang rusak.Tanda terjadinya inflamasi adalah pembengkakan/edema,
kemerahan, panas, nyeri, dan perubahan fungsi.
Obat antiinflamasi yang biasa digunakan dibagi menjadi dua, yaitu
antiinflamasi steroid dan antiinflamasi nonsteroid. Namun kedua golongan obat
tersebut memiliki banyak efek samping. Antiinflamasi steroid dapat menyebabkan
tukak peptik, penurunan imunitas terhadap infeksi, osteoporosis, atropi otot dan
jaringan lemak, meningkatkan tekanan intara okular, serta bersifat diabetik,
sedangkan antiinflamasi nonsteroid dapat menyebabkan tukak lambung hingga
pendarahan, gangguan ginjal, dan anemia.
Berdasarkan hal tersebut maka banyak dilakukan pengembangan
antiinflamasi yang berasal dari bahan alam, terutama pada tanaman. Bagian
tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat diantaranya buah, daun, kulit
batang, rimpang, dan bunga.
Ada beberapa tanaman yang dipercaya oleh masyarakat atau secara
empiris dapat mengobati inflamasi, diantaranya kulit batang pauh kijang (Irvingia
malayana Oliv. Ex. A. Benn), kulit batang jambu mete (Anacardium ocidentale
L.), dan buah kaktus (Opuntia elatori Mill.). Tanaman yang telah terbukti secara
ilmiah memiliki khasiat sebagai antiinflamasi, yaitu daun mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Shecff.) Boerl.), rimpang kencur (Kaempferiae galanga L.), daun ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk.), kelopak bunga rosela merah (Hisbiscus
sabdariffa), serta bunga dan daun asam jawa (Tamarindus indica)

1
Dari berbagai hasil penelitian yang dilaporkan, kandungan kimia yang
memiliki khasiat sebagai antiinflamasi adalah flavonoid. Flavonoid dapat
menghambatan siklooksigenase atau lipooksigenase dan menghambat akumulasi
leukosit di daerah sehingga dapat menjadi antiinflamasi.1,11
Terus berkembangnya penelitian antiinflamasi dari tanaman ini salah
satunya dipicu oleh masyarakat yang lebih suka dan percaya pada pengobatan
tradisional karena beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman
dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat kimia.7
Namun, kurangnya informasi mengenai obat tradisional menjadikan
penggunaannya menjadi kurang optimal. Pada artikel review ini akan memberikan
informasi dan membahas mengenai aktivitas antiinflamasi dari beberapa tanaman
beserta dugaan golongan senyawa yang berperan dalam menghambat inflamasi
tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan antiinflamasi non steroid ( AINS)?
2. Apa keegunaan dari obat AINS ?
3. Apa contoh obat-obat AINS?

3.1. Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian antiinflamasi
2. untuk mengetahui penggolongan antiinlamasi
2. untuk mengetahui mekanisme kerja antiinflamasi
3. untuk mengetahui indikasi obat antiinflamasi
3. untuk mengetahui kontra indikasi obat antiinfamasi
4. untuk mengetahui efek samping obat antiinlamasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Pengertian Antiinflamasi
Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat yang
memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Radang atau inflamasi
dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan yang mencakup lukaluka fisik,
infeksi, panas dan interaksi antigen-antibodi (Houglum et al, 2005). Berdasarkan
mekanisme kerja obat-obat antiinflamasi terbagi dalam dua golongan, yaitu obat
antiinflamasi golongan steroid dan obat antiinflamasi non steroid. Mekanisme
kerja obat antiinflamasi golongan steroid dan non-steroid terutama bekerja
menghambat pelepasan prostaglandin ke jaringan yang mengalami cedera
(Gunawan, 2007). Obatobat antiinflamasi yang banyak di konsumsi oleh
masyarakat adalah antiinflamasi non steroid (AINS). Obat-obat golongan AINS
biasanya menyebabkan efek samping berupa iritasi lambung (Kee dan Hayes,
1996).

2.2 Penggolongan Antiinflamasi


2.2.1 Golongan Steroid
Contoh : Hidrokortison , Deksametason ,Prednisone
2.2.2. Golongan AINS ( non steroid )
Contoh : Paracetamol , Aspirin , Antalgin /Metampiron , AsamMefenamat,
Ibuprofen.

2.3. Mekanisme Kerja


2.3.1. Steroid
Menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga tidak terbentuk asam
arakbidonat.Tidak adanya asam arakhidonat tidak terbentuknya prostaglandin.

2.3.2. AINS (non steroid )


Menghambat enzim siklooksi genase (cox-1 dan cox-2) ataupun
menghambat secara selektif cox-2 saja sehingga tidak terbentuk mediator
mediator nyeri yaitu prostaglandin dan trombksan.

3
2..4. Indikasi
Obat AINS digunakan untuk mengobati kondisi yang menyebabkan
inflamasi (peradangan ) dan nyeri ringan hingga sedang . Inflamasi (peradangan )
adalah mekanisme tubuh untuk melawan iritasi atau luka.

2.4.1 Hidrokortikson
a. Mengobati inflamasi pada kulit akibat eksim dan dermatis ,seperti
dermayis atopi, dermatis kontak , dermatis alergi , pruritus anogenital , dan
neurodermatis.
b. Mengatasi gigitan serangga
c. Mengobati ruam
d. Meredahkan gatal pada alat vital wanita

2.4.2 Deksametason
Obat golongan kortikosteroid seperti Dexamethasone digunakan untuk
berbagai kondisi inflamasi, misalnya radang reumssatik, infeksi kulit,
infeksi mata, radang usus (Chron’s Disease atau Ulcerative
Colitis), alergi (penyakit asma bronkial dan dermatitis)

2.4.3 Predisone
Prednison adalah obat yang digunakan untuk kondisi kesehatan seperti
arthritis, gangguan darah, masalah pernapasan, alergi parah, penyakit kulit,
kanker, masalah mata, dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Prednison termasuk
dalam kelas obat yang diketahui sebagai corticosteroid. Obat ini mengurangi
respon sistem kekebalan tubuh ke berbagai penyakit untuk mengurangi gejala
seperti reaksi pembengkakan atau jenis alergi.

2.4.4 Paracetamol
1 Paracetamol digunakan untuk menurunkan demam pada segala usia.
Namun obat ini sebaiknya digunakan bila suhu tubuh sudah benar-benar
tinggi dan membutuhkan terapi obat penurun panas. Rekomendasi
WHO : penggunaan obat penurun panas, bila suhu tubuh lebih besar dari
38.5 °C (101,3 °F).

4
2 Digunakan secara luas untuk meredakan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri
ringan lainnya. Pada nyeri yang lebih berat seperti nyeri pasca operasi obat
ini biasanya dikombinasikan dengan NSAID atau analgetic opioid.
3 Kombinasi paracetamol dengan kafein adalah obat lini pertama pada
pengobatan migrain.
4 Paracetamol bisa dipilih untuk meredakan nyeri pada arthritis ringan,
dengan efek yang sebanding dengan aspirin tetapi efek samping yang lebih
ringan.
5 Obat ini adalah komponen utama pada obat flu dan pilek yang beredar luas
di pasaran.
2.4.5 Antalgin
1. Radang lambung rasa perih atau sakit pada uluhati (gastritis) alias sakit
maag
2. Hiperhidrosis keringat berlebih
3. Retensi cairan dan garam dalam tubuh
4. Reaksi alergi bagi mereka yang rentan atau sensitif, berupa gatal
pada kulit, kemerahan atau edemaangioneurotik.
2.4.6 Asam Mefenmat
1 Mengobati nyeri ringan sampai sedang pada sakit kepala, sakit telinga,
nyeri otot, nyeri sendi, demam, nyeri setelah operasi, termasuk nyeri haid,
dan kadang-kadang digunakan untuk mencegah migrain berkaitan
dengan menstruasi (pengobatan dalam jangka pendek, tidak lebih dari 7
hari).
2 Penggunaan obat Asam mefenamat untuk sakit gigi dan setelah cabut gigi
diketahui efektif untuk membantu meredakan nyeri. Obat sakit gigi asam
mefenamat termasuk salah satu obat yang paling diminati untuk tujuan ini.
3 Ada bukti yang mendukung penggunaan obat ini untuk mengobati
perimenstrual migraine headache prophylaxis. Pengobatan dimulai 2 hari
sebelum timbulnya menstruasi dilanjutkan selama terjadinya menstruasi.
4 -Asam mefenamat juga dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit
yang pada penyakit asam urat

5
2.5. Kontra Indikasi
2.5.1 Gologan steroid
2.5.1.1. Hidrokortikson
1. Penderita penyakit kulit akibat virus, seperti Herpes simplex, vaccinia, dan
varicella.

2. Penderita rosasae akut.


3. Penderita skabies.
4. Pasien dermatitis perioral.
5. Memiliki penyakit tinea.
6. Penderita penyakit kulit akibat infeksi jamur, seperti candidal atau
dermatofit.
7. Penderita penyakit kulit akibat infeksi bakteri, seperti empetigo.

2.5.1.2.Deksametason

Dexamethasone kontraindikasi pada pasien yang dilaporkan hipersensitif


terhadap obat ini atau kortikosteroid lainnya. Infeksi akut yang tidak diobati
adalah kontraindikasi lain penggunaan dexamethasone, karena dexamethasone
memiliki efek imunosupresan sehingga dapat memperparah infeksi. Tetes mata
jangan diberikan pada pasien dengan infeksi jamur atau virus karena dapat
memperparah infeksi.

2.5.1.3. Prednisone

1. mempunyai penyakit tuberculosis aktif


2. mempunyai penyakit infeksi akut
3. mempunyai penyakit infeksi jamur
4. mempunyai penyakit herpes simpleks mata
5. Mempunyai penyakit ulkus peptikum
6. Mempunyai penyakit hipertensi
7. mengalami osteoporosis
8. mengalami psikosis maupun psikoneurosis berat
9. sedang menerima vaksin hidup
10. sedang dalam kehamilan trimester pertama

6
2.5.2 Golongan Nonsteroid
2.5.2.1.Paracetamol
Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki hipertensi atau alergi
terhadap pracetamol.
2.5.2.2.Antalgin
Hipersensitif, hamil dan laktasi, gangguan pendarahan.
2.5.2.3 Asamefenamat
Tukak peptik, kerusakan ginjal, asma yang sensitif terhadap AINS

2..6. Efek Samping


2.6.1. Hidrokotikson
Meskipun digunakan secara topikal, namun salep hidrokortison juga
berpotensi menimbulkan efek samping. Beberapa efek samping salep
hidrokortison yang bisa terjadi, antara lain:
1. Kulit terasa panas atau seperti terbakar
2. Terasa gatal di kulit.
3. Kulit mengalami kekeringan.
4. Atrofi kulit (penipisan dan pengerutan kulit).
5. Infeksi sekunder.
6. stretch mark.
7. kulit lebam.
8. perubahan warna kulit.
9. Munculnya pembuluh darah halus di permukaan kulit.
Segera mencari pertolongan medis apabila salah satu efek samping berat
berikut ini terjadi: Reaksi alergi parah (ruam; gatal-gatal,
gatal, kesulitan bernafas, sesak di dada, pembengkakan mulut, wajah, bibir, atau
lidah); kemerahan, gatal atau pembengkakan kelopak mata.

2.6.2. Prednisone
1. Sakit perut atau gangguan pencernaan.

7
2. Mual.
3. Infeksi jamur.
4. Bingung.
5. Susah tidur.
6. Berat badan bertambah.
7. letih atau lemah.
8. Luka tidak cepat sembuh.
9. Merasa Menstruasi tidak teratur.
2.6.3. Deksametason
1. Nafsu makan meningkat.
2. Berat badan bertambah.
3. Perubahan siklus menstruasi.
4. Gangguan tidur.
5. Pusing.
6. Sakit kepala.
7. Sakit perut.
Meskipun jarang terjadi, dexamethasone juga bisa menimbulkan efek
samping yang lebih serius. Segera ke dokter bila muncul gejala di bawah ini:
1. Demam.
2. Perubahan emosi.
3. Tubuh mudah lelah.
4. Nyeri di tulang, sendi, atau otot.
5. Pembengkakan di tungkai.
6. Gangguan penglihatan.
7. Tinja berwarna hitam.
8. Jantung berdebar.
9. Kejang.

2.6.4. Paracetamol
1. Paracetamol bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika
penggunaanya melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek samping ini
meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol.

8
2. Efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah.
Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi, paracetamol diketahui
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
3. Efek samping pada ginjal relatif jarang. Namun pada penggunaan
jangka panjang, obat ini dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal.,
termasuk gagal ginjal akut.
4. Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA (US
Food and Drug Administration) memperingatkan kemungkinan terjadinya
efek pada kulit seperti sindrom stevens-johnson dan nekrolisis epidermal
toksik akibat pemakaian paracetamol, meski hal ini sangat jarang namun
bisa fatal jika terjadi.
5. Beberapa ahli menyarankan untuk menghindari penggunaan obat ini pada
penderita asma terutama anak-anak, karena ada kemungkinan terjadinya
peningkatan resiko asma ataupun memperburuk penyakit asma yang telah
diderita sebelumnya.
6. Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun
jika terjadi pertolongan medisharus segera diberikan karena bisa
menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal
7. Beberapa ahli mengaitkan penggunaan paracetamol oleh ibu hamil, dengan
resiko terjadinya asma pada anak-anak dan peningkatan ADHD. Namun
obat ini tetap dianjurkan sebagai obat pilihan pertama untuk nyeri dan
demam selama kehamilan, meski harus memperhatikan resikonya.
2.6.5 Antalgin
1. Radang lambung rasa perih atau sakit pada uluhati (gastritis) alias sakit
maag
2. Hiperhidrosis keringat berlebih
3. Retensi cairan dan garam dalam tubuh
4. Reaksi alergi bagi mereka yang rentan atau sensitif, berupa gatal
-pada kulit, kemerahan atau edemaangioneurotik.

2.6.6. Asam Mefenamat


1. Mual, mulas atau sakit perut, diare, sembelit, kembung
2. Pusing, sakit kepala, gugup

9
3. Kulit terasa gatal atau terdapat ruam
4. Mulut kering
5. Berkeringat, ingusan
6. Pandangan kabur
7. Dengung di telinga

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat yang
memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Radang atau inflamasi
dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan yang mencakup lukaluka fisik,
infeksi, panas dan interaksi antigen-antibodi .
Penggolongan Antiinflamasi ada 2 yaitu ,
1. Golongan Steroid
Contoh : Hidrokortison , Deksametason ,Prednisone
2. Golongan AINS ( non steroid )
Contoh : Paracetamol , Aspirin , Antalgin /Metampiron , AsamMefenamat,
Ibuprofen.

11
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja, 2007, Obat-ObatPenting, Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
UniversitasIndonesia, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Jakarta
M. J. Neal, 2005, At a Glace Farmakologi Medis, edisi v,Erlangga, Jakarta
Thomas B. Boulton & Colin E. Blogg, 1994,Anestesi edisi x, EGC, Jakarta
Agustina, Ri., D. T. Indrawati, dan M. A. Masruhin. Aktivitas Ekstrak Daun
Salam (Eugenia poyantha) Sebagai Antiinflamsi Pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus). J. Trop. Pharm. Chem. 2015;3(2):120-123.
Erlina R., A. Indah, dan Yanwirasti. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit
(Curcuma domestica Val.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, J. Sains
dan Teknologi Farmasi. 2007;12(2):112-115.
Widiyantoro, A., Lia D., Indri K., Supardi, Dedy G. H., Niwick, dkk. Aktivitas
Antiinflamsi Senyawa Bioaktif dari Kulit Batang Pauh Kijang (Irvingia
malayana Oliv. Ex. A. Benn) Terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang
Diinduksi Karagenan. Kaunia. 2012;8(2):118-126.
Rinayanti, A., Ema D., dan Melisha A. H. Uji Efek Antiinflamsi Fraksi Air Daun
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Shecff.) Boerl.) Terhadap Tikus Putih
(Rattus norvegicus L.). Pharm Sci Res. 2014;1(2):78-85.121
Yuniarni U., Siti H., Winda O., dan Ratu C. Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Buah dan Daun Asam Jawa (Tamarindus Indica) Serta Kombinasinya
Pada Tikus Jantan Galur Wistar. Prossiding SnaPP. 2015;1(1):83-88.
Veriony, L., Sudarsono, dan Agung E. N. Aktivitas Antiinflamasi Rebusan Jambu
Mete (Anacardium ocidentale L.) Pada Udema Kaki Tikus Terinduksi
Karagenan. Majalah Obat Tradisional. 2011;16(3):145-152.
Sativa O., Yuliet, dan Evi S. Uji Aktivitas Antiinflamasi gel Ekstrak Buah Kaktus
(Opuntia elatori Mill.) Pada Tikus (Rattus norvegicus L.) yang Diinduksi
Lamda karagenan. Online Journal of Natural Science. 2014;3(2):79-94.
Hasanah A. N., Fikri N., Ellin F., dan Ade Z. Analisis Kandungan Minyak Atsiri
dan Uji Aktivitas Antiinflamsi Ekstrak Rimpang Kencur
(Kaempferiaegalanga L.). Jurnal Matematika & Sains. 2011;16(3):147-152.
Riansyah Y., Lanny M., dan Ratu C. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ektrak Etanol
Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk.) Terhadap Tikus Wistar
Jantan. Prosiding PenelitianSPeSIA Unisba. 2015;3(2):630-636.
Saptarini N. M., Fitriani D., dan Bedjo P. Aktivitas Antiinflamasi Ektrak Kelopak
Bunga Hisbiscus sabdariffa. Jurnal Medika Planta. 2012;1(5):18-23.
Linnet A., P. G. Latha, M. M. Gincy, G. I. Anuja, S. R. Suja, S. Shymal, et al.
Anti-inflammatory, Analgesic, and Anti-lipid Peroxidative Effects of
Rhaphidophora pertusa (Roxb.) and Epipremnum pinnatum (Linn.) Engl.
aerial parts. Indian J. Nat. Prod. and Res. 2010;1(1):5-10. onzález-Gallego,
Sánchez-4, Campos S., and Tunon M. Anti-inflammatory properties of
dietary flavonoids. Nutrición Hospitalaria. 2007;22:287-

12
. Narande J. M., Anne W., dan Adithya 293. Y. Uji Efek Antiinflamsi Ekstrak
etanol Daun Suji (Dracaena angustifolia Roxb) Terhadap Edema Kaki Tikus
Putih Jantan Galur Wistar. Pharmacon. 2013;2(3):14-18. 111.
Ravi V., T. S. M. Saleem, S. S. Patel, J. Raamamurthy, and K. Gauthaman. Anti-
Inflammatory Effect of Methanolic Extract of Solanum nigrum Linn.
Berries. Inter. J. App. Res. Nat. Prod. 2009;2(2):33-36.
Nor-Fariza J., Fadzureena A., Zunoliza., A. Luqman Chuah, K.Y. Pin, and I.
Adawiah. Anti-inflammatory activity of the major compound from methanol
extract of Phaleria macrocarpa Leaves. Journal of Applied Sciences.
2012;12:1195-1198.
Shah B.N., Seth K., and Mheswari K.M. A review on medical plants as source of
anti-inflamattory agents. Journal Research of Medicinal. 2011;5(2):101-
Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 2 123 Serafini M., I. Peluso, and A.
Raguzzini.
Flavonoids as Anti-inflammatory Agents. Proc. Nutr. Soc. 2010;69:273- 278.
.

13

Anda mungkin juga menyukai