Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“ ASKEP GADAR KERACUNAN DAN OVERDOSIS”. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi, sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap tahun, sejumlah besar kasus keracunan dilaporkan di seluruh dunia. Menurut
WHO, kira-kira 370.000 kematian disebabkan oleh konsumsi bahan kimia yang disengaja
setiap tahunnya. Pestisida, obat-obatan terlarang, dan alkohol ditemukan paling sering
dalam kasus-kasus yang mengandung zat beracun (Zhang, dkk., 2013). Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) RI telah berhasil mencatat kasus keracunan makanan
1
minuman yang timbul selama kurun waktu 3 tahun (2007-2009) sebanyak 1.381 kasus
(Handayani, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Ani Septiani (2016) menemukan bahwa jenis
pelayanan kegawatdaruratan yang paling sering dilakukan di Instansi Gawat Darurat
(IGD) RSUD Kabupaten Sumedang salah satunya adalah pelayanan pasien keracunan.
Menurut penelitian I made Agus dkk. (2007), tingginya prevalensi kasus keracunan dapat
terlihat dari data penanganan kasus keracunan di Rumah Sakit Sanglah Denpasar yaitu
setiap bulannya terdapat 30-50 kasus keracunan. Penelitian yang dilakukan oleh Laila
Safitrih dkk. (2016) menemukan angka kejadian keracunan di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto periode Januari 2012 – Desember 2014
adalah 117 kasus. (Febriani, 2019)
Terhitung mulai Desember 2013 hingga Desember 2014 tercatat kasus meninggal
akibat minuman keras sebanyak 73 orang dari total 196 kasus keracunan. National
Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIH) menjelaskan berbagai bahaya kesehatan
yang ditimbulkan dari konsumsi minuman keras, diantarnya gangguan otak, masalah
jantung, gangguan hati (pembengkakan, hepatitis, alkoholik, fibrosis), kerusakan fungsi
pankreas, kanker, dan penghancuran sistem kekebalan tubuh (Mulyadi, 2014). Farmasis
dituntut untuk berperan lebih aktif dalam kasus keracunan di Indonesia (Wirasuta dan
Suardamana, 2007).
Penelitian yang dilakukan Parmasari dkk. (2014) menyatakan bahwa agen toksik
penyebab keracunan antara lain bisa ular, insektisida, obat, makanan, hidrokarbon,
alkohol, pewangi pakaian, serta pemutih pakaian. Karakteristik pasien yang berpengaruh
signifikan terhadap jenis agen toksik penyebab keracunan adalah usia, pendidikan dan
pekerjaan. Sedangkan variabel ketepatan terapi keracunan pada pasien Jamkesmas tidak
mempengaruhi efisiensi di rumah sakit.
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Apa itu keracunan akut dan bahayanya bagi kesehatan ?
2. Apa saja bahan yang menimbulkan keracunan ?
3. Bagaimana pengobatan keracunan akut ?
4. Apa itu obat ?
5. Apa definisi Overdosis ?
6. Apa saja penggolongan obat ?
7. Bagaimana bahayanya obat dalam tubuh dan penanganannya ?
1.3 Tujuan
1. Mempelajari dan memahami keracunan akut dan bahayanya bagi kesehatan
2. Mempelajari dan memahami bahan yang menimbulkan keracunan
3. Mempelajari dan memahami pengobatan keracunan akut
4. Mempelajari dan memahami Apa itu obat
5. Mempelajari dan memahami apa itu Overdosis
6. Mempelajari dan memahami penggolongan obat
7. Mempelajari dan memahami Bagaimana bahayanya obat dalam tubuh dan
penanganannya
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai media informasi tentang
bahayanya keracunan dan overdosis bagi kesehatan tubuh seseorang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keracunan akut biasanya ditangani oleh bagian Unit Gawat Darurat, bagian Ilmu
Penyakit Dalam, bagian Ilmu Kesehatan Anak dan Unit Perawatan Intensif. Keberhasilan
tindakan gawat darurat dan pengobatan keracunan akut sangat ditentukan oleh
kemampuan petugas untuk bertindak cepat dan tepat, termasuk pada penolong pertama.
Kemampuan untuk bertindak cepat ini tergantung pengetahuan petugas atau penolong
tentang racun dan pengobatannya.
Perhatian terhadap keracunan memang perlu ditekankan. Hal ini dikarenakan terus
meningkatnya kejadian keracunan baik yang merupakan kecelakaan, usaha bunuh diri,
atau pembunuhan, yang dipermudah dengan makin banyaknya bahan dan obat disekitar
potensial Untuk menimbulkan keracunan seperti, obat-obatan, obat pembasmi hama,
bahan bahan industri dan sebagainya.
Sejak zaman dahulu manusia telah mengenal penggunaan bahan tertentu sebagai obat
untuk menyembuhkan penyakit, mengurangi penderitaan fisik maupun mental dan
mempertahankan kesegaran badan. Pengetahuan tentang ilmu pengobatan pada zaman itu
didasarkan atas pengalaman empiris atau alasan-alasan lain yang sulit dijelaskan. Pada
zaman modern sekarang ini ilmu pendukung seperti patologi, fisiologi, farmakologi, dan
farmasi. Farmakologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara obat
dengan sistem biologis manusia. Interaksi tersebut dapat merupakan efek obat pada tubuh
dan proses dialami obat selama berada dalam tubuh. Dengan demikian farmakologi
berguna untuk dapat mengerti, meramalkan dan memperhitungkan efek apa saja yang
dapat timbul pada tubuh sesudah obat diberikan dalam takaran tertentu. Pengetahuan amat
penting agar dalam melakukan pengobatan dan pertolongan dapat mencapai hasil yang
optimal seperti yang diharapkan.
Pada prinsipnya semua obat dalam racun, hanya takaran dan indikasi pemberiannya
yang dapat membedakan obat dan racun. Oleh karena itu tidak semua orang mempunyai
4
kemampuan dan hak memberikan obat. Untuk beberapa macam obat hanya dokter yang
mempunyai wewenang atau hak untuk memberikan, beberapa yang lain dapat diperoleh
dan dipakai dengan bebas.
Dalam usaha menolong korban pada kecelakaan, obat juga sering digunakan titik
namun demikian harus selalu diingat bahwa obat hanyalah merupakan kebutuhan sekunder
dalam usaha ini. Obat-obat yang sering dipakai dan sebaiknya ada dalam kotak P3K antara
lain, alkohol 70%, merkurokrom, jodium tincyur, larutan kalium permanganat, obat
demam dan untuk mengurangi rasa, obat anti alergi, obat untuk diare dan oralit. Kadang-
kadang juga diperlukan antidotum, yaitu Obat atau bahan yang dapat dipakai untuk
melawan pengaruh racun pada tubuh. Pengetahuan tentang racun termasuk dipelajari
dalam toksikologi, yaitu suatu disiplin ilmu yang masih termasuk dalam farmakologi.
5
a. Keracunan Jamur
Beberapa jenis jamur umumnya mengandung zat yang bernama muskarin. Muaskarin
ini memacu sistem syaraf parasimpatis, sehingga jika terjadi keracunan maka akan
menimbulkan gejala mual, keluar ludah yang banyak, muntah, sakit perut, mencret, sesak
nafas, sakit kepala, kunang-kunang sampai shock dan mati.
b. Keracunan Jengkol
Jengkol sering digunakan sebagai lalapan. Bagi yang suka tetapi sensitif, dapat terjadi
keracunan dengan gejala perut sakit sekali, tidak dapat kencing atau bila kencing keluar
darah. Gejala tersebut rupanya disebabkan oleh terbentuknya kristal-kristal asam jengkol,
pada saluran kemih.
Pada tempe bongkrek yang beracun, terbentuknya asam bongkrek yang sangat toksis
terhadap enzim yang berperan dala penggunan energi sel ( menghambat fosforilasi ).
Keracunan bongkrek secara endemis, masih sering terjadi di Jawa Tengah bagian selatan
dan barat. Gejala keracunan bervariasi, mulai dari mual, muntah, sakit perut, kejang dan
mati. Biasanya mengenai sekelompok orang yang baik secara terpisah, ataupu massal
memakan tempe beracun tersebut.
Jenis makanan ini mengandung sianida. Kadar sianida dalam bahan tersebut
bervariasi hinggan ada yang keracunan ada yang tidak, meskipun makan dari bahan jenis
yang sama. Senyawa sianida menyerang enzim pernafasan sel (syacy tochrom oksidase).
Gejala keracunan jenis ini bervariasi mulai dari mual,muntah sampai kejang-kejang,
tergantung jumlah racun yang masuk dalam tubuh.
Bahan pembasmi hama ada banayak jenisnya. Dari golongan organochlorin seperti
DDT, Endrin, Dieldrin yang lebih sukar terurai sehingga lebih potensial dalam
menimbulkan pencemaran lingkungan serta keracunan. Dari golongan prganofosfat seperti
Malathion, Palathion (Raid, Baygon, Mortein) bekerja dengan cara mengganggu
keseimbangan syaraf otonom. Gejala yang timbul : ludah banyak, mual, muntah, sakit
perut, mencret sampai kejang-kejang dan mati.
6
f. Keracunan hasil destilasi minysk bumi
Bensin, kerosin, minyak semir, dan lainnya mempunyai tegangan muka kecil,
sehingga mudah sekali menyebar. Kalau masuk paru-paru yang sukar sembuh
(pneumonitis). Terjadi edema paru sehingga sesak nafas dan bisa menimbulkan kematian.
Gejala bervariasi tergantung jumlah bahan yang terisap atau tertelan. Dapat mual, muntah,
batuk, sesak nafas, hingga depresi syaraf pusat.
Keracunan bahan ini lebih bersifat fisik darpada farmakologis. Bahan-bahan seperti
podofilin,HCL, H2SO4 dan sebagainya. Gejala keracunan seperti rasa terbakar pada mulut,
faring, laring (tenggorokan dan kerongkongan) trachea dan sakit perut, muntah, batuk,
sesak nafas sampai bisa berakhir kematian.
h. Keracunan gas-gas
Sianida
Fosgen
Oksida Nitrat
Amoniak
Formalin
Oksida belerang
Obat Bius
Carbon Monoksida (CO)
Oksida Nitrat (NO atau NOO) timbul pada bencana kebakaran. Keracunannya
memberikan gejala batuk-batuk, sesak nafas yang semakin berat. Hal ini terjadi karena
iritasi terhadap patu-paru dan timbul edema paru. Amonia, formal-deyde (formalin),
merangsang jalan nafas bagian atas sehingga gejala keracunannya berupa batuk-batuk
sampai spase laring dan sesak nafas. Carbon Monoksida (CO) timbul pada pembakaran
motor yang tak sempurna (pipa gas : untuk masak dan lain-lain). Carbon Monoksida akan
berkaitan dengan hemoglobin membentuk Carboxyhaemoglobin, sehingga mengurangi
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen. Apalagi ikatan ini lebih kuat. Gejala
keracunan berupa sakit kepala, aktivitas psikomotor turun sampai kejang dan mati.
7
2.3 Pengobatan Keracunan Akut
Pengobatan keracunan akut sebaiknya sudah dimulai pada permulaan sekali sesudah
penderita diketahui keracunan. Secara umum tindakan untuk menanggulangi keracunan akut
meliputi : tindakan umum untuk menolong jiwa korban, tindakan gawat darurat pertama
sesuai dengan jenis keracunannya dan tindakan pengobatan khusus yang dilakukan dirumah
sakit (RS).
Keadaan korban saat ditemukan, apakah korban sadar, kesadarannya menurun, atau
tidak sadar sama sekali (koma atau shock) atau delier (ribut) atau malah kejang-kejang,
perlu mendapat prioritas pertama dalam menolong korban.
Apabila koma, maka dalamnya koma biasanya memberi petunjuk akan derajat
keracunannya, apakah korban hanya seperti mengantuk, sopor, sopor rakomatus atau
benar-benar sudah koma. Korban yang dengan koma dan bersuara seperti mendengkur
harus hati-hati karena itu menunjukan dalamnya koma. Tindakan yang dapat dilakukan
pada keadaan ini adalah :
Gejala keracunan yang mungkin saja muncul beserta tindakan yang dapat di lakukan
untuk menolong korban di antaranya adalah sebagai berikut :
gejala ini timbul karena racun tertentu. Penderita ini akan sulit di atur. Tindakan yang
perlu di perhatikan ialah :
Lindungi penderita dari trauma fisik seperti jatuh, memukul dan merusak
sekitarnya.
Kirim segera ke rumah sakit.
8
2. Shock
Keracunan dengan gejala shock terjadi tiba-tiba karena terjadinya kekuranga darah di
otak (hipoksia), pernafasan terganggu berat, bau tidak enak yang menyengat. Shock ini
primer dan bila berlanjut akan menjadi shock sekunder, yang gejalanya : pucat, dingin,
kebiruan, berkeringat, nadi cepat, dan tekanan darah terus menurun (nadi tak teraba).
Dapat terjadi pada kecelakaan misalnya, salah minum obat keracunan makanan
tertentu (jamur, singkong, bongkrek, kacang-kacangan), menelan bensin, menelan cat dan
lain sebagainya. Dapat juga terjadi pada usaha bunuh diri atau pembunuhan misalnya
dengan obat tikus, obat nyamuk misalnya DDT, Baygon, Endrin dan sebagainya.
Penanganan :
9
2. Keracunan lewat pernafasan
Dapat terjadi keracunan karena kecelakaan dalam bengkel mobil, pekerja pabrik atau
industri, terutama yang menggunakan atau menghasilkan gas kimia tertentu atau
kecelakaan massal dari sumber gas tertentu.
Penanganannya :
Jauhkan korban dari sumber racun dan tempatkan di tempat dengan pertukaran
udaranya segar dan baik.
Membantu pernafasan dengan memberikan jalan nafas, pertolongan pernafasan
buatan (jangan mouth to mouth).
Kirim segera ke rumah sakit.
3. Keracunan lewat atau setempat pada kulit atau mata
Dapat terjadi pada kecelakaan asam kuat atau basa kuat atau bahan lainnya.
Penanganannya :
Lakukan irigasi pada daerah yang terkena racun dengan air yang mengalir halus,
lepaskan bahan-bahan yang melekat pada tubuh yang kena (pakaian dan lain-lain)
pelan selagi dialiri air tersebut.
Jangan lakukan pencucian dengan bahan pelarut atau penetral, misalnya keracunan
DDT jangan dicuci dengan minyak.
Kirim ke rumah sakit.
4. Keracunan gigitan ular, sengatan lebah, dan lain-lain
Keracunan bisa ular ada kecenderungan meningkat karena banyaknya anak muda
yang menggemari ular. Penanganannya :
1. Emesis
Pada keracunan peoral, memuntahkan racun yang sudah terlanjur ditelan dapat
dilakukan dengan menyentuh dinding faring atau dengan cara memberikan emetika.
10
Tindakan ini dikerjakan pada penderita yang sadar. Pada penderita koomatusstupor atau
delirium tindakan ini dapat aspirasi isi lambung ke paru-paru. Pada bahan-bahan korosif
tindakan ini dapat menyebabkan perforasi atau nekrosis lambung dan esofagus. Untuk
keracunan kerosen, bensin dan petroleum lainnya tindakan ini dapat berakibat aspirasi isi
lambung dengan akibat pneumonitis. Umumnya tidakan ini efektif jika dilakukan sebelum
4 jam. Emitika yang biasa diberikan ada :
Sirup Ipicac 1-20 ml. Ulangi setelah 20-30 menit jika belum timbul muntah.
Apomorfin 1-2 mg untuk anak dan 6 mg untuk dewasa diberikan secara subcutan
2. Cuci Lambung
Lakukan sesegera mungkin, sebelum jangka waktu 4 jam setelah menelan racun,
tetapi juga tergantung dari kecepatan pengosongan lambung, yang mungkin dapat di
perpanjang oleh obat-obat tertentu sehingga masih efektif untuk dilakukan bilas lambung
sebelum 12 jam dari saat menelan racun. Prosedur ini dikerjakan jika korban dalam
keadaan tenang.
Korban di tidurkan miring ke kiri dengan kepala lebih rendah. Dengan pipa kateter
berdiameter 9-10 mm untuk dewasa dan 8-12 mm untuk anak-anak dilakukan aspirasi isi
lambung untuk penmeriksaan toksikologi. Kemudian melalui kateter tersebut dimasukan
larutan pencuci dapat berupa larutan fisiologis atau air dengan temperatur 37 derajat
kedalam lambung sebanyak 120-300 ml. Harus diingat bahwa pemberian larutan atau
cairan penuh lebih banyak dapat mengakibatkan pendorongan isi lambung kedalam usus.
Pemberian air sebanyak cairan bilas terutama pada anak dapat menyebabkan keracunan air
dengan gejala konvulsi atau koma. Dapat pila digunakan larutan kalium permanganat
1/5000 untuk keracunan alkoloid. Lakukan prosedur bilas lambung ini 10-20 kali.
3. Pemakaian Adsorben
Untuk mencegah diabsorbsinya racun lebih lanjut, racun dapat diusahakan untuk
diabsorbsi untuk bahan-bahan tertentu, seperti arang yang sudah di aktifkan, resins, kaolin,
dan susu yang sudah di evaporadi activated corcoal diberikan dalam bentuk mikstur 50
gram dalam 400 ml air dengan dosis 5 ml/kg.
4. Inaktifitasi Kemih
Racun yang sudah terlanjur ditelan tetapi belum diabsorbsi oleh seluruh pencrnaan
dapat dibuat kurang toksisatau agar sukar diabsorbsi secara reaksi kimiawi. Kalium
11
permannganat 1/5000 dapat dipakai untuk maksud ini, untuk keracunan alkoloid seperti
morfin dan arfin.
12
6. Obat esensial, yaitu obat yang paling banyak dibutuhkan untuk layanan kesehatan
masyarakat dan tercantum dalam daftar obat esensial nasional (doen) yang
ditetapkan mentri kesehatan RI.
7. Obat generik, yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya.
Over dosis merupakan suatu keadaan yang timbul diakibatkan penggunaan dosis obat
yang berlebihan. Misalnya saja ketika kita sedang meminum obat paracetamol yang searah
berlebihan akan memunculkan gejala yang ringan hingga kronis sehingga dari kelebihan
dosis tadi akan menimbulkan keracunan yang sangat membahayakan bagi nyawa kita.
Keracunan yang disebabkan oleh paracetamol tadi sebenarnya tidak akan terjadi jika kita
memperhatikan dosis yang benar saat pemakaian.
Gejala keracunan yang ditimbulkan dari penggunaan obat yang berlebihan salah
satunya penggunaan pada obat paracetamol bisa mengakibatkan kondisi yang sangat
bervariasi. Gejala yang ditimbulkan ketika mengalami overdosis biasanya berupa :
Muntah
Mual
Berkeringat
Lesu
Kehilangan nafsu makan
Diare.
1. Menurut kegunaannya
Berdasarkan kegunaannya dalam tubuh, obat digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
Untuk menyembuhkan ( terapeutik)
Untuk mencegah (prophylactic)
Untuk diagnosis (diagnostik)
13
2. Menurut cara penggunaannya
Berdasarkan cara penggunaanya, obat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
Medicamentum ade usum internum (pemakaian dalam melalui oral diberi etiket
putih)
Medicentum externum (pemakaian luar melalui implantasi, injeksi, membran
mukosa, rektal vaginal, nasal, opehthalmich, aurical, atau
collutio/galgarisma/gargle diberi etiket biru.)
3. Menurut cara kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya didalam tubuh, obat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
Obat lokal, yaitu obat yang bekerja pada jaringan setempat seperti pada
pemakaian topical
Obat sistemik, yaitu obat yang didistribusikan dalam tubuh, seperti tabel
analgesik.
4. Menurut Undang-undang
Untuk menjaga keamanan pengguna obat oleh masyarakat, pemerintah
menggolongkan obat menjadi beberapa macam.
Narkotika (obat bius atau daftar O=0vium), yakni obat yang diperlukan dalam
bidang pengobatan dan IPTEK serta dapat menimbulkan ketergantungan dan
ketagihan (adiksi) yang sangat merugikan masyarakat dan individu apabila
digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter, seperti candu/opium,
morvin,petidin, metadon, dan kodein.
Psikotropika (obat berbahaya), yakni obat yang mempengaruhi proses mental,
merangsang atau menenangkan, serta mengubah pikiran/perasaan/kelakuan
seseorang. Misalnya, golongan ekstasi, diazepan, dan barbital/luminal
Obat keras (daftar G = Geverluck = berbahaya ), yakni semua obat yang :
memiliki takaran dosis maksimum (DM atau yang tercantum dalam obat keras
yang ditetapkan pemerintah. Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna
merah dengan garis tepi hitam dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya,
semua obat baru, kecuali dinyatakan pemerintah (depkes RI tidak
membahayakan). Semua sediaan parenteral/injeksi/infus/intravena.
Obat bebas terbatas (daftar W = Warschuing = peringatan), yakni obat keras
yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya dari produsen
14
atau pabrik obat tersebut, kemudian diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru
dengan garis tepi hitam serta diberi tanda peringatan sebagai berikut :
a) P NO 1 : awas ! obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
b) P NO 2 : awas ! obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan
c) P NO 3 : awas ! obat keras tidak boleh ditelan.
d) P NO 4 : awas ! obat keras hanya untuk dibakar
e) P NO 5 : awas ! obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
0bat bebas, yakni obat yang dapat dibeli bebas dan tidak membahayakan
sipemakai dalam batas delsis yang dianjurkan, kemudian diberi tanda
lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
5. Menurut sumber obat
Adapun menurut sumbernya, obat yang saat ini digunakan dapat bersumber dari :
Tumbuhan ( flora atau nabati), misalnya digatalis, kina, dan mintak zarah
Hewan (fauna atau hayati), misalnya minyak ikan, adepslanae dan cera
Mineral (perambangan), misalnya iodekali garam dapur, paravin, vaselin, dan
sulfur.
Sintetis (tiruan/buatan), misalnya kamper sintesis dan vitamin C.
Mikroba dan fungi/jamur, misalnya antibiotik penesilin
6. Menurut proses Fisiologis dan biokimia didalam tubuh
Jika dilihat dalam proses biologis dan biokimianya didalam tubuh, obat
dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu :
Obat farmakodinamik, yaitu obat yang berkja terhadap inang dengan jalan
mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia
didalam tubuh, seperti hormon, bioretik, hipnotik, dan obat otonom.
Obat kemoterapeutik, yaitu obat yang dapat membunuh parasit dan kuman
didalam tubuh inang. Obat ini hendaknya memiliki kegiatan farmakodinamik
yang sekecil-kecilnya terhadap organisme inang serta berkhasiat untuk
melawan sebanyak mungkin parasit (termasuk cacing dan protozoa) dan
mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat-obat neoplasma (onolitika sitostatika
atau obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini
Obat diagnostik, yaitu obat yang membantu dalam mendiagnosis (pengenalan
penyakit). Misalnya, barium sulfat untuk membantu diagnosisi pada saluran
15
lambung dan usus serta natriumiopanoat dan asam iode oganil lainnya untuk
membantu diagnosis pada saluran empedu.
7. Menurut bentuk sediaan obat ( bentuk sediaan farmasi)
Adapun menurut sediaannya, obat dikelompokkan menjadi 4 macam,
Bentuk padat, misalnya serbu, tablet, pil, kapusl, dan supositoria
Bentuk setengah padat, misalnya salep, krim, pasta, cerata, gel, dan salep mata.
Bentuk cair/larutan, misalnya potio, sirup, eliksir, obat tetes, gargarisma,
injeksi, infirs intravena, lotio, dan lain-lain
Bentuk gas, misalnya inhalasi/sprai/aerosol.
Obat pada dasarnya adalah racun, jadi bahaya yang timbul cukup besar di samping
kegunaan yang di harapkan. Sering di temukakan setelah minum obat keudian kejang terus
meninggal dunia, atau seperti apa tanpa di sadari menjadi pucat setelah bertahun-tahun
minum obat. Juga sering di temukan adanya bayi yang lahir dalam keadaan cacat
( misalnya tanpa kaki ). Hal-hal tersebut di atas, dapat dimungkinkan karena penggunaan
obat.
Bahaya yang sering terjadi dan yang tergolong ringan ialah reaksi alergi, berupa gatal-
gatal serta kulit merah dan timbul ruam serta terjadi penjedelan darah. Hal ini lebih berat
ialah dapat terjadinya sesak napas dan dapat diberi pula muntah berak. Yang terberat bila
terjadi shock anafialitik. Shock semacam ini sering terjadi pada dokter praktek atau di
rumah sakit, yaitu setelah mendapatkan suntikan, pasien seketika menjadi mayat.
Selain bahaya berupa alergi dapat pula terjadi keracunan, baik yang akut maupun
kronis. Keracunan akut terjadi apabila si peminum obat ini ingin bunuh diri atau
berpikiran berfikiran dangkal agar sakitnya lekas sembuh. Dalam menghadapi kasus yang
demikian tindakan yang diambil adalah mempertahankan pernapasan serta
mempertahankan fungsi kardiovaskuler (nadi dan jantung) serta mengurangi obat yang
masuk ke dalam tubuh penderita dengan cara memuntahkan atau dengan urus-urus
(pencahar).
Bagi wanita yang hamil perlu berhati-hati dengan obat, terutama pada saat hamil
muda (trimester 0 atau 3 bulan pertama). Sebab pada periode ini sedang terbentuk alat
tubuh yang cukup vital (dalam tubuh ataupun diluar tubuh). Sedang setelah periode
16
tersebut adalah fase terjadinya penyempurnaan fungsi alat-alat tubuh yang telah terbentuk
tersebut. Jadi apabila terdapat kelahiran bayi cacat, kemungkinan pada saat hamil, ibu
meminum obat yang dapat mengakibatkan terhambatnya atau hilangnya pertumbuhan alat
atau organ sibayi.
Penanganan pertama yang dapat dilakukan untuk diri sendiri adalah dengan
menuliskan label setiap botol obat, yang mencatumkan nama, atauran penggunaan serta
batas kadaluarsa. Pengamanan secara khusus biasanya dilakukan oleh dokter dalam
memberikan obat. Biasanya dikaitkan dengan waktu makan besar sehari-hari, frekuensi
minum obat, atau jika meminum beberapa obat sekaligus (bahaya yang ditimbulkan oleh
adanya interaksi obat)
17
BAB III
A. PENGKAJIAN
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi
yang mengancam jiwa. Adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status
kesadaran.
Riwayat kesadaran : Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.
Klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya sumbatan pada
jalan napas seperti lidah. Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada
klien tidak sadar karena pada kondisi ini lidah klien akan terjatuh ke belakang rongga
mulut. Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Sebelum
diberikan bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka. Teknik yg dapat digunakan
adalah cross finger (silang jari). Jika terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik finger
sweep (sapuan jari).
18
NO.DX SDKI SLKI SIKI
(Standar Intervensi
(Standar Diagnosis (Standar Luaran
Keperawatan Indonesia)
Keperawatan Indonesia ) Keperawatan Indonesia)
D.0005 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan ....x 24 jam monitor pola napas
Diharapkan kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
1. ventilasi semenit usaha napas )
meningkat monitor bunyi napas
2. kapasitas vital tambahan (mis,
meningkat gurgling, mengi,
3. diameter thoraks wheezing, ronkhi,
anterior-posterior kering)
meningkat monitor sputum
4. tekanan inspirasi (jumlah, warna, arom)
meningkat Terapeutik :
5. dispnea menurun pertahankan kepatenan
6. penggunaan otot jalan napas dengan
bantu napas head-tilt dan chin-lift
menurun (jaw-thrust jika curiga
7. pemanjangan fase trauma servikal)
ekspirasi menurun posisikan semi-fowler
8. ortopnea menurun atau fowler
9. pernapasan pursed- berikan minuman
lip menurun hangat
10. pernapasan cuping lakukan fisioterapi
hidung menurun dada, jikaperlu
11. frekuensi napas
lakukan penghisapan
membaik
lendir kurang dari 15
12. kedalaman napas
detik
membaik
lakukan
13. ekskursi dada
hiperoksigenasi
membaik
sebelum penghisapan
19
endotrakeal
keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi :
anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
D.0003 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan ...x24 jam Monitor frekuensi,
diharapkan kriteria hasil : irama, kedalaman dan
1. tingkat kesadaran upaya napas
meningkat Monitor pola napas
2. Dispnea menurun (sep. Bradipnea,
3. Bunyi napas takipnea, hiperventilasi,
tambahan menurun kusmmaul, cheyne-
4. Pusing menurun stokes, biot, ataksik)
5. Penglihatan kabur Monitor kemampuan
menurun batuk efektif
6. Diaforesis Monitor adanya
menurun produksi sputum
7. Gelisah menurun Monitr adanya
8. Napas cuping sumbatan jalan napas
hidung menurun Palpasi kesimetrisan
20
9. PC02 membaik ekspansi paru
10. PO2 membaik Auskultasi bunyi napas
11. Takikardia Monitor saturasi
membaik oksigen
12. Ph arteri membaik Monitor nilai AGD
13. Sianosis membaik Monitor hasil eks-
14. Pola napas raistoraks\
membaik Terapeutik :
15. Warna kulit Atur interval
membaik pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
21
nocturnal dispnea output cairan
menurun Terapeutik :
8. Edema anasarka Hitung kebutuhan
menurun cairan
9. Edema perifer Berikan posisi modified
menurun trendelenburg
10. Berat badan Berikan asupan cairan
menurun oral
11. Distensi vena Edukasi :
jugularis menurun Anjurkan
12. Suara napas memperbanyak asupan
tambahan menurun cairan oral
13. Kongesti paru Anjurkan menghindari
menurun perubahan posisi
14. Perasaan lemah mendadak
menurun Kolaborasi :
15. Keluhan haus Kolaborasi pemberian
menurun cairan IV isotonis (mis,
16. Frekuensi nadi NaCl, RL)
membaik Kolaborasi pemberian
17. Tekanan darah cairan IV hipotonis
membaik
(mis, glukosa 2,5%,
18. Tekanan nadi NaCl 0,4 %)
membaik
Kolaborasi pemberian
19. Membran mukosa
cairan koloid (mis
membaik
albumin, plasmanate)
20. Jugular venous
Kolaborasi pemberian
pressure (JVP)
produk darah.
membaik
21. Kadar Hb membaik
22. Kadar Ht membaik
23. Cental vencys
pressure membaik
22
24. Refluks
hepatojugular
membaik
25. Berat badan
membaik
26. Hepatomegali
membaik
27. Oliguria membaik
28. Intake cairan
membaik
29. Status mental
membaik
30. Suhu tubuh
membaik
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada prinsipnya semua obat adalah racun, hanya takaran dan indikasi pemberiannya
yang dapat membedakan obat dan racun. Oleh karena itu tidak semua orang mempunyai
kemampuan dan hak memberikan obat. Untuk beberapa macam obat hanya dokter yang
mempunyai wewenang atau hak untuk memberikan, beberapa yang lain dapat diperoleh
dan dipakai dengan bebas.
Obat pada dasarnya adalah racun, jadi bahaya yang timbul cukup besar di samping
kegunaan yang di harapkan. Sering di temukakan setelah minum obat keudian kejang terus
meninggal dunia, atau seperti apa tanpa di sadari menjadi pucat setelah bertahun-tahun
minum obat. Juga sering di temukan adanya bayi yang lahir dalam keadaan cacat
( misalnya tanpa kaki ). Hal-hal tersebut di atas, dapat dimungkinkan karena penggunaan
obat.
Bahaya yang sering terjadi dan yang tergolong ringan ialah reaksi alergi, berupa gatal-
gatal serta kulit merah dan timbul ruam serta terjadi penjedelan darah. Hal ini lebih berat
ialah dapat terjadinya sesak napas dan dapat diberi pula muntah berak. Yang terberat bila
terjadi shock anafialitik. Shock semacam ini sering terjadi pada dokter praktek atau di
rumah sakit, yaitu setelah mendapatkan suntikan, pasien seketika menjadi mayat.
Penanganan pertama yang dapat dilakukan untuk diri sendiri adalah dengan
menuliskan label setiap botol obat, yang mencatumkan nama, atauran penggunaan serta
batas kadaluarsa. Pengamanan secara khusus biasanya dilakukan oleh dokter dalam
memberikan obat. Biasanya dikaitkan dengan waktu makan besar sehari-hari, frekuensi
minum obat, atau jika meminum beberapa obat sekaligus (bahaya yang ditimbulkan oleh
adanya interaksi obat)
4.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan terkhusus bagi pembaca, serta dapat
memberikan pengetahuan baru tentang hidup sehat. Sebab hidup sehat bersama keluarga
tentu merupakan dambaan setiap individu. Apabila kondisi tubuh sehat, makan menjadi
nikmat, tidur nyenyak dan beraktivitas menjadi maksimal.
24
DAFTAR PUSTAKA
Febriani, S. (2019). Profil keracunan di fasilitas kesehatan tersier Kota Yogyakarta periode
2016 – 2017. KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI , 7 (2), 58-65.
25