Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KERACUNAN


Disusun guna memenuhi tugas mata Tanggap Darurat Kelas A

Dosen Pengampu:
dr. Ragil Ismi Hartanti, M.Sc

Disusun Oleh:
Kelompok 8

Siti Fawaida 162110101054


Rachmy Rosyida Ro’is 162110101169

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Pertolongan Pertama Pada Berhentinya Pernafasan Dan Denyut Jantung Serta
Pingsan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tanggap Darurat
dalam menempuh Pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember.
Makalah ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya kerja sama dan
dukungan dari semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. dr. Ragil Ismi Hartanti, M.Sc selaku dosen mata kuliah Tanggap Darurat yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun
makalah ini.
2. Rekan-rekan kelas Tanggap Darurat Kelas A Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember yang telah memberikan saran, kritik dan masukan yang
membangun, serta semua pihak yang terlibat dalam proses penyempurnaan
makalah ini yang tidak dapat disebutan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jember , 11 April 2019

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 2

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 2

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 3

1.3. Tujuan ................................................................................................. 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5

2.1. Petunjuk Umum Pertolongan Pertama pada Keracunan ..................... 5

2.2. Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan ................................ 8

2.3. Pertolongan Pertama Pada Zat Kimia dan Obat ................................ 12

2.4. Studi Kasus ....................................................................................... 24

BAB 3. PENUTUP .......................................................................................... 27

3.1. Kesimpulan ....................................................................................... 27

3.2. Saran .................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang
membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan
pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan
kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat
antara lain, keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti jantung, tidak
sadarkan diri, kecelakaan, cedera misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang,
keracunan, dan korban bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara
lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun
bencana alam.
Salah satu kejadian gawat darurat yang juga mengancam nyawa manusia
adalah keracunan makanan. Keracunan makanan adalah penyakit yang
disebabkan karena makan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme
atau bahan kimia, atau makanan yang memang mengandung racun. Makanan
dapat terkontaminasi oleh bahan kimia seperti timah atau seng yang
menyebabkan keracunan makanan. Beberapa jenis jamur dan ikan tertentu juga
beracun jika dimakan. Kasus yang sering muncul adalah keracunan makanan
yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, virus, dan parasite
Data The Centers for Disease Control and Prevention tahun 2010
menunjukkan, 48 juta orang di Amerika keracunan makanan, 128.000 dirawat di
rumah sakit, dan 3.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat kandungan
berbahaya dalam makanan yang mereka konsumsi. Menurut Badan POM dalam
Dadi (2011), angka kejadian keracunan makanan, sebagai salah satu manifestasi
Penyakit Bawaan Makanan (PBM) dapat menjadi indikator situasi keamanan
pangan di Indonesia. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan bahwa rasio
antara kejadian keracunan yang dilaporkan dengan kejadian yang terjadi
sesungguhnya di masyarakat adalah 1:10 untuk negara maju dan 1: 25 untuk
negara berkembang.

2
Ditahun 2011 insiden keracunan makanan terjadi dan terlaporkan di Sentra
Informasi Keracunan Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan RI ada 1.800
lebih, membuat lebih dari 7.000 orang dirawat di rumah sakit dan 11 meninggal
dunia. Data nasional yang dirangkum Badan POM juga menjelaskan bahwa
industri jasa boga dan produk makanan rumah tangga memberikan kontribusi
yang paling besar (31%) dibandingkan dengan pangan olahan (20%), jajanan
(13%), dan lain-lain (5%) (Lestari, 2009). Lembaga Perlindungan Konsumen 4
Surabaya mencatat lebih dari 1.000 kasus keracunan produk makanan, terjadi
sejak Januari hingga Oktober 2013 di Jawa Timur.
Kasus keracunan makanan masih kerap ditemui di banyak negara
berkembang, Indonesia salah satunya. Pada kebanyakan kasus, keracunan
makanan disebabkan oleh kebiasaan yang tidak sehat. Gejala keracunan makanan
tidak langsung muncul setelah makan makanan yang tidak bersih, sehingga
banyak orang yang tidak menyadari mereka telah jatuh sakit. Padahal, keracunan
makanan dapat berujung pada kematian jika tidak ditangani dengan baik.
Sebagian besar masyarakat belum mengerti cara melakukan pertolongan
pertama karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang penanganan
pertolongan pertama pada korban yang mengalami kondisi gawat darurat
(Kurniawan, 2014). Dalam tindakan melakukan pertolongan pada korban yang
mengalami kondisi gawat darurat tidak boleh sembarangan, cara menolong korban
terdapat tahapan-tahapan yang harus diperhatikan oleh seorang penolong. Tujuan
dari pertolongan pertama itu sendiri adalah menyelamatkan jiwa penderita,
mencegah cacat, dan memberikan rasa nyaman dan menunjang proses
penyembuhan

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Petunjuk Umum Pertolongan Pertama pada Keracunan?
1.2.2 Bagaimana tindakan Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan?
1.2.3 Bagaimana tindakan Pertolongan Pertama Pada Zat Kimia dan Obat?

3
1.3. Tujuan
1.3.1 Memahami Petunjuk Umum Pertolongan Pertama pada Keracunan
1.3.2 Memahami tindakan Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
1.3.3 Memahami Pertolongan Pertama Pada Zat Kimia dan Obat

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Petunjuk Umum Pertolongan Pertama pada Keracunan


Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada
penderita sakit atau cidera yang memerlukan bantuan medis dasar. Medis
dasar yang dimaksud adalah tindakan perawatan berdasarkan illmu
kedokteran yang dapat dimiliki orang awam. Pemberian medis dasar ini
dilakukan oleh penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang
memiliki kemampuan dan terlatih dalam pennanganan medis.
Pemberian pertolongan pertama memilliki 3 tujuan utama.
a. Pertama, pemberian pertolongan ini bertujuan untuk menyelamatkan jiwa
korban. Hal ini penting untuk korban yang tergolong dalam kasus
darurat/significant.
b. Kedua, pemberian pertolongan bertujuan untuk mencegah cacat permanen.
c. Ketiga, pemberian pertolongan ini bertujuan untuk memberikan rasa aman
dan nyaman pada korban. Rasa aman dan nyaman ini menunjang proses
penyembuhan

Seseorang yang memiliki kompetensi dalam memberikan pertolongan


pertama wajib memberikan pertolongan jika menemukan kkorban yang
membutuhkan bantuan, baik itu korban trauma (benturan), korban medis
(keracunan atau sebab yang lain), ataupun kombinasi keduanya.
1. Pengertian Racun

Suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat
menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Reaksi kimianya merusak jaringan tubuh atau
mengganggu fungsi tubuh. Harus dibedakan dengan reaksi obat karena
reaksi obat dalam tubuh memang diinginkan, namun ada kalanya terjadi
reaksi obat yang tidak di inginkan. Beberapa contoh zat yang berupa racun

5
: insektisida, sianida (pada singkong beracun), racun binatang (ular,
kalajengking, dll).
Keracunan pada manusia dapat terjadi karena faktor-faktor berikut :
a. Sengaja (Bunuh diri)
b. Tidak sengaja (makanan,minuman, udara beracun)
c. Penyalahgunaan obat
2. Jalur masuk racun ke dalam tubuh
Berdasarkan jalur masuknya racun kedalam tubuh manusia, keracunan
dibagi menjadi empat :
a. Keracunan melaui mulut/alat pencernaan
Gejala :
- Mual muntah
- Nyeri perut
- Diare
- Napas berbau
- Suara parau
- Luka bakar pada daerah mulut
- Adanya sisa racun didaerah mulut
- Mulut berbusa
- Beri minum anti racun umum (norit, susu, putih telur, air kelapa,
air mineral).
- Usahakan si penderita muntah.
Jangan muntahkan bila menelan asam/basa kuat, minyak,
penderita kejang, penderita tidak sadar
b. Keracunan melalui pernapasan Gejala :

- Sesak napas
- Kulit kebiruan (sianosis)
- Napas berbau
- Batuk
- Suara parau

6
Penanganan :
- Beri oksigen bila ada
- Rujuk ke fasilitas kesehatan segera
c. Keracunan melalui kontak/penyerapan
(kulit) Gejala :
Kulit daerah kontak berwarna kemerahan
Nyeri
Melepuh dan meluas
Penanganan :
- Buka baju penderita
- Bila racun berupa serbuk sikat sampai bersih
- Siram bagian yang terkena racun dengan air (minimal 20 Menit)
- Jangan siram kulit dengan air yang terkena soda api
d. Keracunan melalui suntik/gigitan
Gejala :
- Luka didaerah suntikan/gigitan
- Nyeri pada daerah gigitan
- Kemerahan
- Perubahan warna
kulit Penanganan :
- Rujuk ke fasilitas kesehatan
3. Gejala dan beberapa tanda umum
a. Penurunan kesadaran, gangguan status mental (gelisah, ketakutan)
b. Gangguan pernapasan
c. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
d. Mual, muntah, mulut berbusa
e. Lemas, lumpuh, kesemutan
f. Pucat, kebiruan (sianosis)
g. Kejang-kejang
h. Syok
i. Denyut nadi tak beraturan

7
2.2. Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
Keracunan pangan atau foodborne disease terutama yang disebabkan oleh
bakteri patogen biasanya diakibatkan oleh adanya 3 faktor berikut, yaitu
kontaminasi (adanya bakteri patogen dalam pangan), pertumbuhan (berkembang
biaknya bakteri patogen dalam makanan sehingga menghasilkan toksin atau dosis
infeksi yang cukup untuk menimbulkan penyakit) dan daya hidup ( bakteri patogen
yang mampu bertahan hidup dalam pangan selama penyimpanan dan
pengolahannya). Bakteri dapat menyebabkan keracunan pangan melalui dua
mekanisme, yaitu intoksikasi dan infeksi.
2.2.1. Intoksikasi
Intoksikasi merupakan keracunan pangan yang disebabkan oleh produk
toksik bakteri patogen (baik itu toksin maupun metabolik toksik). Bakteri patogen
dapat tumbuh dalam pangan dan memproduksi toksin. Jika pangan di telan, maka
toksin dapat menyebabkan gejala, bukan bakterinya. Beberapa bakteri patogen yang
menyebabkan keracunan pangan melalui intoksikasi adalah sebagai berikut :
1. Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, bersifak
aerobik dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika
seseorang menelan bakteri atau sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan
menghasilkan toksin di dalam usus, atau orang tersebut telah mengkonsumsi
pangan yang telah mengandung toksin tersebut. Ada dua tipe toksin yang
dihasilkan oleh bakteri ini, yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin
yang menyebabkan muntah (emesis).
Gejala keracunan :
a. Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin
penyebab diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran
pencernaan bagian bawah, mulai dari mual, nyeri perut seperti kram, diare
berair, yang terjadi selama 6-18 jam setelah mengkonsumsi pangan.
b. Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin
penyebab muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut,

8
serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual dan
muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tecemar.
Bakteri toksin penyebab muntah bisa mencemari pangan berbahan
beras, kentang tumbuk, pangan yang mengandung pati, dan tunas sayuran.
Sedangkan bakteri penghasil toksin penyebab diare bisa mencemari sayuran dan
daging.
Tindakan pengendalian : dengan suhu yang efektif untuk mencegah
pertunasan dan oertumbuhan spora. Bila tidak tersedia lemari pendingin,
disarankan untuk memasak pangan dalam jumlah yang sesuai untuk segera
dikonsumsi. Toksin yang berkaitan dengan sindrom muntah bersifat resisten
terhadap panas dan pemanasan berulang, proses penggorengan pangan juga
tidak akan menghancurkan toksin tersebut.
2. Clostridium botolinum
Merupakan bakteri yang dapat membentuk spora tahan panas, bersifak
aerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan dinamakan
botolinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan
paralisis. Toksin botolinum bersifat termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu
80˚C selama 30 menit cukup untuk merusak toksik. Sedangkan spora bersifat
resisten terhadap suhu pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam
pengeringan dan pembekuan.
Gejala keracunan :
a. Gejala borulism dapat berupa mual, muntah, kejang, sakit kepala,
pandangan berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut,
letih, lemah otot, paralisis dan pada beberapa kasus tertentu dapat
menimbulkan kematian.
b. Gejala yang timbul selama 12-36 jam setelah toksin tertelan. Masa sakit
dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari.
Bakteri ini dapat mencemari produk pangan dalam kaleng yang berkadar
asam rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik penyimpanannya,
pie beku, telur ikan fermentasi, seafood, dan madu.

9
Penanganan : tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali
mengganti cairan tubuh yang hilang.
3. Staphilococcus aureus
Merupakan bakteri yang bersifat aerobik fakultatif dan tidak
mempunyai spora. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri ini bersifat tahan panas
sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri dapat mati,
tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin dapat ruask sevara bertahap saat
pendidihan minimal selama 30 menit.
Gejala keracunan :
a. Dapat terjadi dalamjangka waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah (lebih dari
24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, demam ringan.
b. Pada beberapa kasus yang berat dapat menimbulkan sakit kepala, kram otot,
dan perubahan tekanan darah.
Bakteri ini dapat mencemari pangan yang kaya protein, misalnya
daging, ikan, susu, dan daging unggas. Dapat juga mencemari produk matang
yang ditujukan untuk dikonsumsi dalam keadaan dingin, seperti salad, pusing
dan sandwich. Selain itu juga dapat mencemari pangan yang disimpan pada
lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang rendah, serta
pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang.
Penanganan : mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah atau
diare. Pengobatan antidiare biasanya tidak diperlukan. Untuk menghindari
dehidrasi pada korba, berikan air minum dan larutan elektrolit yang banyak
dijual sebagai minuman elektrolit dalam kemasan. Untuk penanganan lebih
lanjut, hubungi puskesmas atau rumah sakit terdekat.
2.2.2. Infeksi
Bakteri patogen dapat menginfeksi korbannya melalui pangan yang
dikonsumsi. Dalam hal ini, penyebab sakitnya seeorang adalah akibat masuknya
bakteri patogen ke dalam tubuh melalui konsumsi pangan yang telah tercemar
bakteri. Untuk menyebabkan penyakit, jumlah bakteri yang tertelan harus memadai.
Hal ini dinamakan dosis infeksi. Beberapa bakteri patogen yang dapat menginfeksi
tubuh melalui pangan sehingga menimbulkan sakit adalah :

10
1. Salmonella
Merupakan bakteri yang tidak menghasilkan spora. Salmonella bisa
terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur dan daging ayam mentah serta
akan bereproduksi bila proses pemasakan tidak sempurna. Sakit yang di
akibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis. Cara penularan
yang utama adalah dengan menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari
pangan hewani yang terinfeksi. Pagan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah
yang terinfeksi. Binatang peliharaan dan hama, atau melalui kontaminasi silang
akibat higiene yang buruk.
Gejala keracunan :
a. Gejala yang sering terjadi adalah diare, kram perut, dan demam yang timbul
8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.
b. Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual dan muntah. Gejala
dapat berlangsung selama 7 hari. Banyak orang dapat pulih tanpa
pengobatan, tetapi infeksi ini juga dapat membahayakan jiwa terutama pada
anak-anak, orang usia lanjut, serta orang yang mengalami gangguan sistem
kekebalan tubuh.
Penanganan : menggantikan cairan tubuh yang hilang. Lalu segera bawa korban
ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

2. Clostridium perfringens
Merupakan bakteri yang dapat membentuk endospora serta bersifak
aerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan, daging mentah,
unggas, dan bahan pangan kering. Bakteri ini juga dapat menghasilkan
enterotoksin yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum di konsumsi, tetapi
dihasilkan oleh bakteri di dalam usus.
Gejala keracunan : Gejala dapat berupa nyeri perut, diare, mual dan jarang
disertai muntah. Gejala dapat berlanjt selama 12-48 jam, tetapi pada kasus yang
lebih berat dapat berlangsung selama 1-2 minggu terutama pada anak-anak dan
orang usia lanjut.

11
Tindakan pengendalian : bagi rmah tangga atau pusat penjual makanan antara
lain dengan melakukan pendinginan dan penyimpanan dingin produk pangan
matang yang cukup dan pemanasan ulang yang besar dari masakan yang
disimpan sebelum dikonsumsi.
3. Escherichia coli
Merupakan mikroflora normal pada usus kebanyakan hewan berdarah
panas. Tergolong bakteri yang tidak berspora. Kebanyakan bersifat motil
(bergerak) menggunakan flagela, ada yang mempunyai kapsul, dapat
menghasilkan gas dari glukosa dan dapat memfermentasi laktosa. E coli dapat
masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan yang
tercemar, misalnya daging mentah, daging yang dimasak setengah matang, susu
mentah, dan cemaran fekal pada air dan pangan.
Gejala keracunan : Pada beberapa kasus dapat timbul diare berdarah dan kram
perut, demam, mual dan muntah. Masa inkubasi berkisar 3-8 hari. Sedangkan
pada kasus sedang berkisar 3-4 hari.
2.3. Pertolongan Pertama Pada Zat Kimia dan Obat
2.3.1. Alkohol
a. Etil alkohol ( Wiski berkadar 40%, Gin 30%, Anggur 10%, Bir 5%)
b. Alkohol pekat (90% dan 75%)
c. Metil alkohol (Spiritus)
Bahaya : buta mendadak (pada keracunan spiritus). Kematian dapat terjadi
pada kelumpuhan pernafasan.
Tindakan pertolongan :
1. Usahakan agar muntah
2. Pembilasan lambung dengan soda kue (1 sendok teh dalam segelas
air) setiap satu jam
3. Kopi pekat diminumkan atau dimasukkan lewat dubur
4. Pernafasan buatan dan selimuti tubuh penderita

2.3.2. Arsen
a. Racun tikus (warangan)

12
b. Kertas pembunuh lalat
Gejala : perut dan tenggorokan rasa terbakar, muntah dan berak seperti air
cucian beras, mulut kering, nafas dan kotoran berbau bawang, kejang otot,
sakit kepala, tangan dan kaki dingin, pernafsan mendesis, kejang-kejang,
pingsan.
Tindakan pertolongan :
1. Pembilasan lambung dengan menggunakan 30 gram soda kue dalam
setengah gelas air. Boleh juga dengan larutan arang
2. Usahakan agar dimuntahkan
3. Berikan putih telur dan susu
4. Rujuk penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan
lebih lanjut
2.3.3. Asam Borat
Boorwater adalah larutan asam borat dengan kandar 5%
Gejala : mual, muntah, mencret, sakit kepala, keringat dingin, sesak nafas,
kulit keluar merah-merah, pingsan.
Tindakan pertolongan :
1. Usahakan agar muntah
2. Pembilasan lambung dengan air garam atau biasa sebanyak
mungkin, dan muntahkan.
3. Bila terjadi kejang-kejang atau shock, bawa ke rumah sakit.
2.3.4. Asam Keras
a. Asam cuka pekat (glasial)
b. HCl (asam khlorida)
c. Asam nitrat
d. Asam sulfat (air keras)
e. Asam fosfat
Bahaya : sangat korosif (menggerus dan merusak jaringan tubuh yang
terkena)
Tindakan pertolongan :

13
1. Bila terkena kulit atau mata, penanganannya sama dengan luka
bakar.
2. Jangan dimuntahkan atau dilakukan pembilasan lambung.
3. Pertama-tama netralkan asam tersebut dengan air kapur yang encer,
atau kalau ada dengan larutan magnesium oksida. Lunakkan dengan
susu, putih telur atau larutan sabun.
4. Jangan mempergunakan larutan kapur tulis atau larutan soda kue
untuk menetralkannya, karena zat-zat tersebut dengan asam keras
akan membentuk gas CO2 yang dapat membuat perut kembung
dengan cepat.
2.3.5. Asentilid
a. Phanecetin (obat penurun panas)
b. Anilin (zat pewarna untuk batik dan tinta)
Gejala : bibir dan ujung-ujung jari membiru (berwarna kebiru-biruan),
sesak nafas, kepala pusing, sakit di sekitar dada, timbuh bintil-bintil merah
di kulit(pada keracunan phanecetin). Kematian terjadi jika terjadi
kelumuhan pernafasan.
Tindakan pertolongan :
1. Pembilasan lambung dengan larutan soda kue dan diusahakan agar
di muntahkan.
2. Penderita di selimuti dan langsung dibawa ke rumah sakit.
2.3.6. Aseton
Aseton biasanya digunakan pada pembersihatau penghapus cat kuku
Tindakan pertolongan :
1. Pembilasan lambung dan diusahakan untuk dimuntahkan
2. Pernafasan buatan
3. Kopi pekat (diminumkan atau lewat dubur)

A. Penanggulangan keracunan

14
Dalam mengatasi keracaunan, ada 2 tindakan yang dapat dilakukan, yaitu
menangani racun penyebab keracunan tersebut dan menangani efek atau gejala
klinik akibat keracunan. Dikarenakan keracunan dapat terjadi tanpa mengenal
tempat dan waktu, maka masyarakat awam atau siapapun juga ikut serta
menentukan keberhasilan dan penanggunlangan trehadap kejadian keracunan
tersebut. Racun dapat masuk melalui mulut, hidung (inhalasi), kulit, suntikan, mata
(kontaminasi mata), dan sengatan atau gigitan binatang berbisa. Berikut adalah
penanganan keracunan berdasarakan jalan masuknya
1. Melalui mulut

Jika racun masuk melaui mulut, maka tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan mengurangi absorpsi racun dari saluran cerna, memberikan
antidot, dan meningkatkan eliminasi racun dari tubuh.
a. Mengurangi absorpsi, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
absorpi racun dari dalam tubuh adalah dengan merangsang muntah,
menguras lambung, mengabsorpsi racun dengan karbon aktif, dan
membersihkan usus.
1) Untuk merangsang muntah dapat digunakan sirup ipeca, apomorfin
dan lain-lain. merangsang muntah dengan memasukkan jari tangan
dan menggunakan perangsang muntah lain seperti telor mentah, air
sabun atau detergen cair diragunakan keefektifannya. Yang paling
efektif sebagai perangsang muntah adalah sirup ipeca. sirup ipeca
terbuat dari akar Cephalis ipecacuanha dan Cephaelis acuminata
yang mengandung alkaloid emetin dan sefaelin. Emetin mempunyai
efek langsung sebagai iritan pada mukosa lambung yang
mengakibatkan muntahdalam waktu 30 menit setelah diberikan.
2) Menguras lambung dapat menjadi efektif apabila dilakukan dalam
waktu 1 jam setelah keracunan. Akan tetapi, pengurasan lambung
tidak dilakukan unruk penderita yang keracunan asam atau basa kuat.
Untuk orang dewasa, sebagai cairan penguras digunakan air hangat.
Jumlah air hangat yang digunakan biasanya 1-2 L, tapi juga bisa 5-

15
10 L. Untuk anak-anak digunakan larutan garam normal 5-10 ml/kg
berat badan. Setelah pengurangan lambung biasanya diikuti dengan
pemberian karbon aktif untuk mengabsorpsi sisa racun, dan obat
penguras usus atau laksan untuk mengeluarkan racun yang telah
masuk ke dalam usus.
3) Pemberian antidot, dapat meningkatkan eliminasi racun dari tubuh.
Meskipun terkadang antidot merupakan obat penyelamat nyawa
penderita keracunan, penanggulangan keracunan tidak dapat
digunakan hanya dengan menggunakan antidot.
2. Melalui hidung (inhalasi)

Jika racun masuk melalui hidung penderita, tindakan yang harus segera
dilakukan adalah :
a. Memindahkan penderita keracunan dari tempat atau ruangan yang
tercemar racun.
b. Trakeotomi dapat dilakukan, jika memang diperlukan.
c. Jika menggunakan alat resuscitator dengan tekanan positif, tekanan
darah perlu dikontrol terus-menerus.
3. Kontaminasi kulit

Jika kulit yangterkena kontaminasi racun, maka segera bilas dengan air
mengalir untuk mengencerkan atau mengghilangkan racun. Kecepatan dan
volume air yang digunakan sangat menentukan kerusakan kulit yang terjadi,
terutama jika terkena racun yang bersifat korosif dan bahan-bahan racun yang
merusak kulit.
4. Kontaminasi mata

Mata yangterkontaminasi racun harus dibilas atau dialiri air selama 15


menit. Selanjutnya dapat dibawa ke rumah sakit. Di rumah sakit, mata yang
terkontaminasi oleh bahan kimia dibilas lagi dengan air atau larutan garam
normal yang steril kemudian ditetesi larutan Fluorescein 2% yang steril. Jika
timbul warna kuning atau hiaju, pembilasan selanjutnya dilakukan selama 5

16
menit dan segera di konsultasikan ke dokter spesialis. Usahakan dalam waktu 2
jam, penderita sudah ditangani oleh dokter spesialis.
B. Keracunan makanan

Selain keracunan yang disebbakan oleh mikroorganisme, keracunan


makanan juga dapat disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun,
terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri patogen, dan juga bahan kimia
yang bersifat racun. Makanan mengandung toksin
1. Eksotoksin, keracunan makanan yang disebabkan oleh eksotoksin dapat
terjadi karena makanan non-asam dalam kaleng yang diproses kurang
sempurna sehingga sporanya masih dapat tumbuh.
a) Gejala klinis : muntah, penglihatan ganda, dan kelumpuhan otot. Pada orang
dewasa gejala timbul dalam waktu 8 jam sampai 8 hari setelah bahan masuk
dengan gejala muntah, diare, sakit perut, sukar menela, lemah.
b) Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara makanan kaleng
sebelum dibuka dan dimakan, di rebus selama 15 menit dalam air.
c) Tindakan gawat darurat yaitu dengan cara usahakan untuk muntah, dengan
diberi natrium bikarbonat dan karbon aktif. Atau juga bisa dilakukan
pengurasan lambung dan diikuti pembersihan usus, kecuali jika terjadi
diare.
d) Untuk tindakan umum, dapat dilakukan denagn mencegah aspirasi paru
yang muingkin terjadi, jika terjadi pneumonia, berikan obat kemoterapi
yang spesifik.
2. Enterotoksin, keracunan jenis ini sering terjadi bahkan terjadi secara masal.
Hal dini disebabkan oleh makanan yang mengandung enterotoksin yang
dihasilkan oleh bakteri Stafilokoki. Klostoridium perfringens dan lain-lain.
pencemaran terjadi karena membiarkan makanan terbuka atau spora yang
masih ada.
a) Gejala klinis : muntah, diare, sakit perut, kejang perut, demam, dehidrasi,
dan syok.

17
b) Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menyimpan
makanan dalam lemari es untuk prosuk daging, susu, ikan dan telur.
c) Tindakan penanggulangan dapat dilakukan dengan cara membiarkan
penderita istirahat tanpa diberi apa-apa selama 4 jam, sampai muntahannya
berhenti. Selanjutnya dalam waktu 12-24 jam hanya diberi makanan cair.
Jika terjadi diare danmuntahan yang berat, maka langsung dibawa ke rumah
sakit.
C. Keracunan pestisida
1. Golongan Organofosfat
Cara kerja golongan organofosfat ini selektif, tidak persisten dalam
tanah, dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga. Bekerja sebagai
racun kontak, racun perut, dan juga racun pernafasan. Keracunan dapat
terjadi melalui mulut, hidung dan mulut. Gejala klinis yang dapat terjadi
antara lain : penglihatan kabur, mual, muntah, diare, sakit perut, demam,
otot-otot melemah, dan kram. Komplikasi yang terjadi dapat berupa edema
paru, pernafasan berhenti, dan konvulsi.
Tindakan umum yang dapat dilakukan adalah :
a. Sekresi di sedot dengan katete
b. Hindari penggunaan obat morfin, golongan borbital, dan obat-obat
yang menekan pernapasan.
Jika terjadi keracunan kronikmelalui mulut dan kadar enzim
kolinesterase menurun, maka perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai
kadar kolinesterase kembali normal.
2. Golongan karbamat
Pada golongan ini, merupakan pestisida racun kontak, racun perut,
dan pernapasan. Bekerja seperti golongan organofosfat, yaitu menghambat
kerja enzim kolinesterase. Gejalanya pun sama dengan gejala yang
ditimbulkan pada golongan organofosfat. Tapi lebih mendadak dan tidak
lama karena efeknya terhadap enzim kolinesterase tidak persisten. Gejala
klinis antara lain : mula-mula penderita berkeringat, pusing, badan terasa

18
lemah, dada sesak, kejang perut, muntah dan gejala lain yang sama dengan
organofosfat.
Tindakan umum yang dapat dilakukan sama dengan organofosfat yaitu :
a. Sekresi di sedot dengan katete
b. Hindari penggunaan obat morfin, golongan borbital, dan obat-obat
yang menekan pernapasan.
D. Keracunan gas
3. Gas klor
Gas klor dan hydrogen klorida atau senyawa yang melepaskan klor,
antara lain digunakan sebagai desinfektan air minum dan pemutih pakaian,
misalnya natrium hipoklorit. Gas klor terdapat di pabrik alkali, pabrik
desinfektan, dan instalasi air minum. Keracunan gas klor dapat terjadi
melalui inhalasi. Gejala keracunan yang timbul dan tindakan
penanggulangannyan secara umum dapat dilihat pada keracunan bahan
kimia yang bersifat korosif. Bahan pemutih pakaian yang digunakan dalam
rumah tangga, biasanya mengandung natrium hipoklorit 5%. Keracunan
dapat terjadi, antara lain melalui inhalasi.
Untuk gejala klinis diantaranya adalah iritasi dan rasa terbakar pada
jaringan yang terkena, batuk, muntah, dan bau mulut yang khas.
Kontaminasi pada mata akan menyebabkan konjungtivitis, tanpa kerusakan
kornea yang serius. Keracunan melalui inhalasi menyebabkan iritasi, batuk,
disppnea dan radang paru.
Untuk tindakan penanggulangannya :
c. Usahakan untuk tetap hidup
d. Jika keracunan melalui inhalasi, pindahkan segera penderita untuk
menghindari kontak lebih lanjut
e. Tindakan penanggulangannya seperti penanganan pada keracunan
bahan kimia yang bersifat korosif
f. Lakukan tindakan suportif, dan berikan obat yang bersifat
simtomatik.
4. Amoniak

19
Kegunaan amonia di industri bermacam – macam seperti Sebagai
bahan campuran pupuk urea (CO(NH2)2) dan ZA (Zwvelamonia)
((NH4)2SO4), bahan pembuatan obat, bahan asam nitrat (HNO3), bahan
pembuatan amonium klorida (NH4Cl) pada baterai, bahan dasar dalam
pembuatan bahan peledak, bahan bakar roket dengan membuat hidrazin
(N2H4), zat pendingin, bahan pembuatan detergen, dan bahan pembuatan
kertas plastic. Amonia termasuk senyawa kaustik dan dapat merusak
kesehatan. Seperti Iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan
dan mata terjadi pada 400-700 ppm. Sedang pada 5000 ppm menimbulkan
kematian. Kontak dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan
total. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frostbite).
a. Prosedur pertolongan pertama
1) Segera pindahkan korban kesuatu tempat yang udaranya
segar
2) Bila korban sadar, korban diminta untuk menghirup udara
segar dan uap air hangat ( bila mungkin dengan tambahan
asam asetat atau asam sitrat), dan larutan 10% mentol dalam
kloroform
3) Bila percikan ammonia cair mengenai mata , segera cucilah
mata dengan air yang sebanyak-banyaknya atau dengan
larutan 0,5-1% aluminium sulfat (alum)
4) Segera bawa ke dokter spesialis mata (meskipun korban tidak
mengeluh matanya sakit
5) Bagian kulit yang terkontaminasi harus segera dicuci dengan
air bersih yang mengalir , dan kemudian berilah lotion yang
terdiri larutan 5% asam asetat , asam sitrat atau asam salisilat
6) Korban harus minum susu hangat
7) Bila pernapasan korban tergangunggu atau korban mengeluh
sesak napas, berilah oksigen (dengan tekanan rendah)
8) Pemberian oksigen berlangsung sampai keluhan sesak napas
dan cyanosis berkurang, kemudian diberi suntikan

20
(subkutan/dibawah kulit) larutan 1% atropine dengan dosis 1
ml.
9) Bila korban berhenti bernapas atau pernapasannya terganggu
, segera lakukan pernapasan buatan.
10) Dekontaminasi kulit dan mata dengan jumlah air yang
berlebihan sangat penting. Perawatan terdiri dari langkah-
langkah yang mendukung dan dapat mencakup pemberian
oksigen yang dilembabkan, bronkodilator, dan manajemen
jalan napas. Amonia tertelan diencerkan dengan susu atau air.
b. Penatalaksanaan Pada Korban Keracunan Ammonia
1) Resusitasi dan Stabilisasi
a) Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan
jalan napas untuk menjamin pertukaran udara.
b) Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk
memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara
memberikan pernapasan buatan untuk menjamin
cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran
karbon dioksida.
c) Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan
fungsi sirkulasi darah.
2) Dekontaminasi
a) Dekontaminasi Mata
1. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke
sisi mata yang terpapar.
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata dan bilas dengan sejumlah air bersih
dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan selama15-20 menit.
3. Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
4. Jika masih belum yakin bersih, bilas kembali selama 10 menit.
5. Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
6. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul ke dokter
mata

21
b) Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
1. Bawa segera pasien ke air mengalir atau pancuran
terdekat.
2. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya
dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung dan
apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
3. Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi
zat racun atau muntahannya dan simpan dalam
wadah/plastic tertutup.
4. Cuci (scrubbing) segera bagian kulit yang terkena
dengan air mengalir dingin atau hangat dan sabun
minimal 10 menit.
5. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan
kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
c) Dekontaminasi Gastrointestinal
1. Dekontaminasi tidak dianjurkan.
2. Segera bilas agar bahan keluar dari mulut dengan air.
Cairan melalui mulut (oral) harus dihindari karena risiko
muntah, dengan risiko membantu aspirasi dan terpapar
ulang dari kerongkongan ke zat korosif ini.
3. Pemberian arang aktif tidak diindikasi karena tidak
cukup menyerap zat ini dan akan mengganggu visibilitas
jika endoskopi diperlukan.
4. Aspirasi nasogastrik, kumbah lambung dan irigasi
seluruh usus merupakan kontraindikasi. Tidak ada
manfaat yang telah terbukti dari prosedur ini, dan ada
risiko yang signifikan dari perforasi selama intubasi
lambung.
5. Rangsang muntah merupakan kontraindikasi karena
risiko terjadi paparan ulang dari kerongkongan dan atau

22
aspirasi, serta meningkatkan tekanan intraluminal yang
diproduksi oleh emesis.
a. Antidotum
Tidak ada antidotum khusus untuk pengobatan keracunan
ini. Pengobatan didasarkan pada perawatan simtomatik dan
suportif.

23
2.4. Studi Kasus

Sebabkan 63 Orang Keracunan, Kerang Mengandung Arsenik dan Sianida


Kompas.com - 07/09/2016, 21:17 WIB

MAKASSAR, KOMPAS — Daging kerang hijau yang menyebabkan 63 orang


keracunan, 2 di antaranya tewas, di Desa Mallasoro, Kecamatan Bangkala,
Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, pada 30 Agustus lalu, diketahui
mengandung sianida dan arsenik. Kedua zat itu berbahaya dan dapat menyebabkan
kematian pada manusia. Demikian hasil uji laboratorium terhadap sampel daging
kerang yang menyebabkan keracunan massal di Mallasoro oleh Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Makassar. "Hasil rapid test dan
organoleptik terhadap sampel daging kerang, baik yang telah dimasak maupun yang
masih mentah, menunjukkan positif mengandung arsenik dan sianida. Pengujian
dilakukan masing-masing tiga kali untuk setiap sampel dan hasilnya selalu sama,"
kata Kepala BBPOM Makassar Muhammad Guntur, Selasa (6/9). Dia mengatakan,
kedua zat itu seharusnya tidak dikonsumsi manusia karena membahayakan tubuh
yang dalam kadar tertentu dapat menyebabkan kematian. "Gejala yang ditunjukkan
korban keracunan di Jeneponto, yakni pusing dan mual, juga sama dengan ciri-ciri

24
keracunan arsenik dan sianida," ujarnya. Saat itu, semua korban selamat juga
mengeluhkan pusing, mual, dan bibir kaku setelah mengonsumsi kerang hijau yang
biasa mereka dapatkan di pesisir desa. Guntur mengatakan, pihaknya tengah
membuat surat untuk Pemerintah Kabupaten Jeneponto terkait temuan tersebut.
"Kondisi ini harus diwaspadai oleh pemerintah dan warga di sana agar untuk
sementara waktu tidak mengonsumsi kerang dari pesisir desa," katanya. Secara
terpisah, Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Tidak Menular dan Surveilans Dinas
Kesehatan Jeneponto Suryaningrat mengatakan, pihaknya belum menerima hasil
uji sampel kerang dari BBPOM Makassar. "Warga Mallasoro masih dilarang untuk
mengonsumsi hasil laut dari desa itu," katanya. Guru Besar Toksikologi Laut
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar, Akbar
Tahir mengatakan, arsenik terdapat dalam batuan cadas. Ada kemungkinan arsenik
terkikis ke laut saat air tanah dieksploitasi secara berlebihan. Adapun sianida dapat
berasal dari aktivitas penangkapan ikan yang menggunakan bius potasium sianida.
"Untuk mengetahui penyebab pasti sumber arsenik dan sianida itu perlu kajian
mendalam karena banyak variabel yang harus diperhitungkan," kata Akbar. Kepala
Badan Lingkungan Hidup Daerah Sulsel Andi Hasbi Nur mengatakan, pihaknya
telah menerjunkan tim pakar ke Jeneponto. (ENG)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebabkan 63 Orang


Keracunan, Kerang Mengandung Arsenik dan Sianida",
https://regional.kompas.com/read/2016/09/07/21174721/sebabkan.63.orang.kerac
unan.kerang.mengandung.arsenik.dan.sianida.

2.4.1. Analisis Berita


a. What (Apa yang terjadi?)
63 orang keracunan akibat kerang yang mengandung arsenik dan sianida.
b. When (Kapan kejadian ini terjadi?)
Kejadian ini terjadi pada bulan Agustus 2016.
c. Where (Dimana kejadian ini terjadi?)

25
Kejadian ini terjadi di Desa Mallasoro, Kecamatan Bangkala, Kabupaten
Jeneponto, Sulawesi Selatan.
d. Who (Siapa yang menjadai korban dari kejadian ini?)
63 orang mengalami keracunan, dan 2 di antaranya tewas.
e. Why (Mengapa kejadian ini bisa terjadi?)
Kejadian ini dikarenakan kerang yang di konsumsi warga pesisir desa
mengandung arsenik dan sianida. Arsenik diduga berasal dari batuan cadas
yang terkikis sedangkan sianida diduga berasal dari potasium yang
digunakan untuk menangkap ikan di lautan.
f. How (Bagaimana kejadian ini bisa terjadi?)
Warga pesisir desa mengkonsumsi kerang hijau hasil tangkapan laut. Selang
beberapa waktu mereka mengalami mual, muntah dan pusing pada kepala.
Hasil lab menunjukkan bahwa kerang yang dimasak maupun yang masih
dalam keadaan mentah positif mengandung sianida dan arsenik. Setelah
kejadian ini warga pesisir desa diminta untuk tidak mengkonsumsi apapun
dari tangkapan laut dalam waktu tertentu.

2.4.2. Analisis Berdasarkan Teori


Beberapa gejala yang muncul akibat keracunan arsen adalah : perut dan
tenggorokan rasa terbakar, muntah dan berak seperti air cucian beras, mulut kering,
nafas dan kotoran berbau bawang, kejang otot, sakit kepala, tangan dan kaki dingin,
pernafsan mendesis, kejang-kejang, pingsan.
Dengan adanya 2 warga yang tewas akibat keracunan tersebut, dapat diduga
karena kekurangan cairan secara drastis dan tidak segera mendapatkan pertolongan
pertama untuk sementara dan juga tidak mendapatkan pertolongan medis lebih
lanjut.

26
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pertolongan pertama memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu :
Pertama, pemberian pertolongan ini bertujuan untuk menyelamatkan jiwa
korban. Hal ini penting untuk korban yang tergolong dalam kasus
darurat/significant. Kedua, pemberian pertolongan bertujuan untuk
mencegah cacat permanen. Ketiga, pemberian pertolongan ini bertujuan
untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada korban. Rasa aman dan
nyaman ini menunjang proses penyembuhan

Seseorang yang memiliki kompetensi dalam memberikan pertolongan


pertama wajib memberikan pertolongan jika menemukan kkorban yang
membutuhkan bantuan, baik itu korban trauma (benturan), korban medis
(keracunan atau sebab yang lain), ataupun kombinasi keduanya.

3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah pembaca diharapkan mampu
memilih makanan yang sehat, tidak hanya enak namun juga dapat
mempertimbangkan kandungan gizinya, dan juga memperhatikan kebersihan
makanan dan keamanan makanan sebelum dikonsumsi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Mohamad, d. K. (2005). Pertolongan Pertama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Sentra Informasi Keracunan Nasional, Badan POM RI.
http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Keracunan-Pangan-Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai