Anda di halaman 1dari 28

TK4121 - TUGAS LAPORAN

HULURISASI DAN HILIRISASI GAHARU

PRODUK TURUNAN:
LILIN AROMATERAPI GAHARU

Oleh:
Kelompok 4

Adhanto Bagaskoro 118280076


Fajri Aditya 119280004
Muhammad Misbahul Huda 118280017
Radevan Aghandi Novendra 118280079

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 3
1.2 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 4
1.2.1 Pohon Gaharu ........................................................................................ 4
1.2.2 Proses Pembentukan Gubal Gaharu ...................................................... 6
1.2.3 Teknik Penyuntikan Gaharu .................................................................. 8
1.2.4 Resin Gaharu ......................................................................................... 8
1.2.5 Minyak Essensial Gaharu ...................................................................... 9
1.2.6 Hasil Produk Turunan Gaharu ............................................................. 11
1.2.7 Lilin Aromaterapi Gaharu ................................................................... 12
BAB II METODOLOGI PROSES ................................................................................ 14
2.1 Bahan ............................................................................................................. 14
2.2 Alat ................................................................................................................. 14
2.3 Prosedur ......................................................................................................... 15
2.4 Diaram Alir Proses ......................................................................................... 16
BAB III STANDAR MUTU PRODUK ......................................................................... 17
3.1 Standar Kualitas Produk Lilin Aromaterapi Gaharu ..................................... 17
BAB IV ANALISIS PEMASARAN PRODUK ............................................................ 22
4.1 Ananlisis Ekonomi dan Pemasaran Lilin Aromaterapi Gaharu ..................... 22
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 24
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diaram Alir Proses Lilin aromaterapi.......................................................... 16

1
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Gaharu Berdasarkan Produk Akhir ................................................ 17


Tabel 3.2 Gaharu Klasifikasi Berdasarkan Kandungan Resin ......................................... 18
Table 3.3 Jenis dan Penjelasan Gaharu Di Indonesia ...................................................... 18
Tabel 3.4 Mutu Gaharu Yang Umum Ditemukan di Pasar Indonesia ............................. 19
Tabel 3.5. Standar Spesifikasi Lilin Aromaterapi Perusahaan Craftofator ...................... 20
Tabel 3.6 Komposisi Oud Agarwood Candles Perusahaan Craftofator ......................... 21
Tabel 4.1 Harga Minyak Gaharu di Beberapa Daerah pada Tahun 2019......................... 23

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara terpadat dan salah satu negara terbesar di di
kawasan asia tenggara. Perkembangan penduduk yang cepat serta geografis
yang indah dari Indonesia menyebabkan negara ini mengalami tingkat
kesibukan dan kepadatan yang sangat tinggi. Hawa yang sejuk dan alam yang
mempesona dilengkapi dengan pariwisata yang elok menjadikan Indonesia
menjadi negara yang sangat diimpikan untuk tempat rekreasi. Imbas dari semua
perkembangan ini tentu saja kesegala bidang. Di bidang sosial budaya, tingkat
hunian tetap dan sewa seperti perhotelan, guest house, keberadaan spa menjadi
semakin pesat, seiring dengan pertumbuhan negara. Hal ini juga meningkatkan
pertumbuhan di bidang ekonomi. Jumlah penduduk dan kepadatan yang tinggi
sering memicu stress bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga perlu
direlaksasi agar kehidupan rohaninya juga seimbang.
Salah satu metode relaksasi yang sering dilakukan dan mudah adalah
berdiam diri diruangan yang dipenuhi aromaterapi. Aromaterapi yang
digunakan bisa langsung sebagai pengharum ruangan atau digunakan dalam
lilin aromaterapi yang sekaligus dapat sebagai penerangan [1]. Kondisi saat ini
masyarakat pengusaha lilin dikota-kota besar di Indonesia, seperti di kota
Jakarta hanya menjual lilin konvensional yang bentuk dan modelnya tidak
mengalami perubahan dari zaman ke zaman, sehingga hasil yang didapatkan
sedikit, karena harga jual lilin rendah. Untuk meningkatkan kualitas produknya,
masyarakat dituntut untuk berkreasi melalui wirausaha lilin hias dan
aromaterapi. Oleh karena itu diperlukan pelatihan dan gagasan ide terbaru yang
berhubungan dengan ketrampilan wirausaha tersebut. Pada laporan hulurisasi
dan hilirisasi gaharu ini akan mengkaji secara umum mengenai produk turunan
gaharu yaitu lilin aromaterapi yang juga ditinjau dari aspek ekonomi.

3
1.2 Tinjauan Pustaka
1.2.1 Pohon Gaharu
Indonesia terkenal sebagai Negara pemilik hutan hujan tropis yang
didukung oleh letak geografis, iklim, musim, serta masa penyinaran matahari
relatif panjang. Secara biologis, kondisi yang demikian dapat menghasilkan
peluang untuk terbentuknya keragaman potensi sumber daya jenis tumbuhan
yang tinggi [2]. Dalam kawasan hutan akan dijumpai antara 30.000-40.000
jenis tumbuhan penghasil kayu serta belum terhitung potensi tumbuhan Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) [2]. Semuanya memiliki manfaat sebagai
sumber bahan makanan, industri, serta tumbuhan penghasil obat herbal. Salah
satu kelompok tumbuhan jenis HHBK yang telah diketahui dan menjadi salah
satu sumber kehidupan masyarakat yang potensial dan memiliki nilai
komersial tinggi adalah gaharu [2]. Provinsi Lampung merupakan daerah
penghasil pohon gaharu terpenting kedua di pulau Sumatera khususnya jenis
Aquilaria malaccensis yang dikenal menghasilkan gaharu dengan kualitas
paling baik. Potensi pohon gaharu di Provinsi Lampung cukup besar, sekitar
18 % dari jumlah gaharu di Pulau Sumatera berasal dari Provinsi Lampung
yaitu sebanyak 175.000 pohon gaharu. Gaharu tersebut diperoleh dari alam
dan hasil budidaya [2].
Pohon gaharu merupakan salah satu tanaman dari Divisi
Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, dan Class Dicotyledone [3].
Gaharu merupakan salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
yang memiliki nilai jual sangat mahal dan harganya lebih tinggi dibandingkan
HHBK lainnya [3]. Gaharu digunakan sebagai bahan dasar dalam industri
parfum, dupa, kosmetik, dan obat-obatan sehingga gaharu bisa dikatakan
sebagai salah satu jenis komoditi HHBK yang memiliki nilai multiguna [3].
Potensi gaharu yang sangat tinggi biasanya berasal dari jenis Aquilaria
malaccensis [3]. Gaharu merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi
yang sangat tinggi yang sudah diperdagangkan oleh Bangsa Indonesia sejak
jaman pemerintahan Belanda pada tahun 1918-1925 dengan volume ±11
ton/tahun [3]. Setelah era kemerdekaan ekspor gaharu semakin meningkat
tercatat pada tahun 1983-1987 volumenya ±103 ton/tahun, tahun 1990- 1998

4
mencapai 165 ton /tahun, dan hingga akhir tahun 2002 mencapai 446
ton/tahun [3].
Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia, karena harga
Gaharu kualitas terbaik di pasar internasional bisa menghasilkan sekitar 2 kg
perbatang seharga 58 juta. Perburuan Gaharu di hutan alam meningkat
dikarenakan harga jualnya yang tinggi sehingga mengancam kelestarian
Gaharu. Hal ini menyebabkan Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) di tahun 1994
menetapkan genus Aquilaria spp dan Grynops sp masuk dalam Apendix II
CITES artinya dibatasi perdagangannya dikarenakan populasi yang menyusut
oleh perburuan di hutan alam [3]. Pengembangan usahatani Gaharu dan
proses menginokulasi pohonnya dengan menerapkan teknologi temuan Pusat
Penelitian dan Pengembangan hutan dan konservasi alam (P3HKA), satu
batang pohon Gaharu berusia 4-5 tahun setelah diinduksi bisa menghasilkan
minimal 2 kg gubal Gaharu dalam kurunwaktu 1-3 tahun.
Tumbuhan Gaharu (Aquilaria malaccensis) yang tumbuh subur
dinegara tropis termasuk di Indonesia dikenal dengan nama Agarwood,
Eaglewood, Aloewood, dan Lign. Tumbuhan ini sejenis pohon daru suku
gaharu-gaharuan (Thymelaeaceae) yang banyak ditemukan di Sumatera,
Bangka, dan Kalimantan yang dijumpai secara luas baik sebagai tumbuhan
hutan atau hasil budidaya masyarakat. Persebaran pohon Aquilaria spp.
sebagai penghasil gaharu di Sumatera setidaknya memiliki 30 titik cluster dan
di Kalimantan 98 titik [3]. Bagaimana penyebaran alami pohon penghasil
gaharu masih belum dapat dijelaskan dengan baik. Terpusatnya tegakan
gaharu pada kantong-kantong tertentu dengan jarak berjauhan antar satu
kelompok mengindikasikan rendahnya tingkat penyebaran alam. Burung
diyakini merupakan salah satu satwa penyebar, namun satwa pengerat
pemakan biji seperti bajing masih dipertanyakan.
Produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Gaharu dalam bentuk
gumpalan, serpihan atau bubuk yang memiliki aroma keharuman khas
bersumber dari kandungan bahan kimia berupa resin (a‐oleoresin). Selain
mengandung resin (a‐oleoresin), gaharu juga mengandung essensail yang

5
disebut sebagai minyak essensial (essential oil) yang dapat dibuat dengan
ekstraksi atau penyulingan dari gubal gaharu [3]. Essens gaharu ini digunakan
sebagai bahan pengikat (fixative) dari berbagai jenis parfum, kosmetika, dan
obat‐obatan herbal. Selain itu, serbuk atau abu dari gaharu dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aromaterapi, dan daun pohon
gaharu bisa dibuat menjadi teh yang dapat membantu kebugaran tubuh.

1.2.2 Proses Pembentukan Gubal Gaharu


Proses pembentukan gubal gaharu secara alami umumnya terjadi
akibat pohon terluka dan terinfeksi penyakit. Mekanisme proses fisiologis
terbentuknya gaharu dimulai dari masuknya mikroba penyakit ke dalam
jaringan kayu. Untuk mempertahankan hidupnya, secara fisiologis mikroba
akan memanfaatkan cairan sel jaringan pembuluh batang. Secara perlahan
hilangnya cairan sel tersebut akan menurunkan kinerja jaringan pembuluh
dalam mengalirkan hara ke daun (fotosintesis) [4]. Sel-sel yang isinya sudah
dikonsumsi mikroba penyakit akan membentuk suatu kumpulan sel mati
pada jaringan pembuluh. Akibatnya, fungsi daun dalam proses fotosintesis
akan terhenti sehingga daun menguning dan luruh yang akhirnya tanaman
akan mati. Secara fisik cabang dan ranting mengering, kulit batang pecah,
dan mudah dikelupas. Kondisi tersebut merupakan ciri biologis pohon yang
sudah menghasilkan gaharu.
Beberapa jenis mikroba penyakit pembentuk gaharu yaitu, Fusarium
sp., Libertella sp., Trichoderma sp., dan Scytalidium sp. dengan diketahui
beberapa jenis mikroba penyakit tersebut maka sangat dimungkinkan
dilakukan inokulasi bibit penyakit yang sesuai pada bagian batang dan
cabang pohon sehingga diperoleh gaharu buatan [4].Pohon gaharu dapat
menghasilkan gubal gaharu dengan teknik penularan menggunakan jamur
penyebab terbentuknya gubal gaharu. Secara alami pembentukan gaharu ini
dapat terjadi melalui infeksi karena terluka atau cabang patah. Tetapi ini
tidak selamanya terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Oleh karena itu untuk mempercepat dan meningkatkan pembentukan gaharu
diperlukan teknik penularan secara sengaja.

6
Terdapat tiga hipotesa tentang bagaimana proses terbentuknya
Gubal Gaharu yaitu:
1. Hipotesa Patologi
Sebagian para ahli menduga bahwa Gubal Gaharu atau resin gaharu
terbentuk sebagai respon pohon gaharu terhadap infeksi cendawan yang
mengakibatkan keluarnya resin. Dalam hal ini Jamur memiliki peran
yang sangat penting dalam proses pembentukan resin. Resin yang
terbentuk tidak dikeluarkan dari pohon, melainkan disimpan dalam
jaringan kayu sehingga jaringan kayu yang putih dan bertekstur halus
bagian pohon tersebut berubah menjadi berat, keras dan beraroma
harum. Pohon Gaharu yang sehat tidak pernah memproduksi resin
dalam istilah kimia disebut kelompok sesquiterpenoid sebagai
metabolit sekunder yang beraroma harum dari pohon tersebut.
Banyaknya resin tergantung dari jenis jamur, tingkat infeksi jamur pada
pohon gaharu, dan lamanya masa infeksi.
2. Hipotesa Pelukaan dan Patologi
Gubal gaharu terbentuk dari hasil mekanisme pertahanan tanaman
terhadap luka, patahan atau searangan serangga yang kemudian di
jangkiti oleh jamur. Dalam hal ini pelukaan memegang peranan utama
dalam pembentukan gubal gaharu diikuti oleh infeksi cendawan yang
cenderung sebagai faktor pendukung saja. Seperti Proses terbentuknya
gubal gaharu yang selama ini dikenal masyarakat Indonesia adalah
dengan memberikan pelukaan dengan berbagai cara seperti, memasak
dengan pasak dari bambu, menakuk, mengapak dan membiarkanya
terbuka sehingga memberikan peluang mikroorganisme yang ada di
alam untuk menginfeksi pohon tersebut secara alami. Ada juga dengan
cara memberikan pelukaan dan kemudian memasukkan benda tertentu
seperti terasi, gula merah, dan madu.
3. Hipotesa Non-Patologi
Pembentukan gubal gaharu adalah sebagai respons pertahanan
tanaman terhadap pelukaan. hipotesa ini muncul karena adanya
anggapan bahwa pembentukan gubal gaharu berasosiasi dengan adanya

7
perubahan sitologi pada sel parenkim hidup pada kayu setelah dilukai.
Perubahan fisiologi akibat pelukaan dianggap cukup untuk
menginduksi pembentukan gubal gaharu pada pohon gaharu sehat.
Perubahan yang dimaksud adalah pengurangan jumlah pati pada sel
parenkim diikuti dengan proses akumulasi subtansi tertentu pada
vacuola dan perubahan matric sitoplasma yang dianggap sangat
berhubungan dengan pembentukan gubal gaharu [2].

1.2.3 Teknik Penyuntikan Gaharu


Produk utama yang diambil dari pohon gaharu adalah resin gaharu
yang bernilai tinggi. Harga perkilo kayu gaharu yang mengandung resin
atau gubal bisa diharga hingga puluhan juta rupiah. Untuk pohon gaharu
alam, resin atau gubal biasanya terbentuk secara alamiah sedangkan gaharu
yang berasal dari penanaman atau budidaya biasanya memerlukan
perlakuan khusus agar pohon tersebut bisa mengeluarkan resin atau gubal
yaitu dengan cara penyuntikan gubal gaharu. Penyuntikan gubal gaharu
pada pohon gaharu memerlukan penanganan yang cermat supaya berhasil.
Pohon gaharu yang akan disuntik sebaiknya yang sudah berbuah dan
berumur 5-6 tahun. Pohon gaharu tersebut memiliki pertumbuhan pohon
pesat, dengan garis tengah batang >10 cm. Kelembapan pohon cukup tinggi,
keadaan disekitar pohon yang cukup teduh membuat kelembapan cukup
tinggi. Itulah beberapa syarat yang wajib dipenuhi pohon gaharu yang akan
dilakukan penyuntikan gubal gaharu. Dalam pelaksanaannya, penyuntikan
harus dilakukan dalam keadaan steril karena bila tidak steril tanaman mudah
terkontaminasi mikroba lain yang dapat mengakibatkan kegagalan. Setelah
tiga bulan pasca penyuntikan perlu dilakukan semacam evaluasi. Evaluasi
setelah tiga bulan penyuntikan perlu dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan penyuntikan [5].

1.2.4 Resin Gaharu


Resin gaharu adalah salah satu produk hasil hutan bukan kayu bernilai
ekonomis tinggi. Dengan nilai ekonomis tinggi, resin gaharu ini menjadi salah
satu produk ekspor andalan Indonesia. Resin ini diproduksi oleh tanaman
gaharu dari family Thymeleaceae. Dua genus utama penghasil resin gaharu

8
dari family ini adalah genus Aquilaria dan Gyrinops. Resin gaharu
merupakan produk yang dihasilkan pada batang pohon gaharu. Resin tersebut
merupakan reaksi fisiologis dari tanaman gaharu terhadap gangguan baik
secara fisik, kimiawi maupun biologis [6].

Gangguan secara biologis atau yang dikenal dengan istilah bioinduksi


merupakan metode yang paling efektif untuk menghasilkan resin gahar.
Bioinduksi tersebut menggunakan inokulan penginduksi yang umumnya
berasal dari kelompok jamur Fusarium Sp. Resin gaharu dapat diolah menjadi
berbagai produk yang bersifat aromaterapi. Resin gaharu dapat diolah
menjadi bahan baku dupa yang umum digunakan untuk upacara keagamaan.
Resin gaharu juga dapat dijadikan lilin aromaterapi. Selain produk
aromaterapi, resin gaharu juga dapat dijadikan sebagai parfum, shampoo dan
sabun [6].

1.2.5 Minyak Essensial Gaharu


Kualitas gaharu ditentukan oleh kadar resin yang terkandung
didalamnya, semakin tinggi kadar resinnya semakin bagus kualitasnya
Seperti telah diketahui bahwa secara umum gaharu dikelompokan dalam tiga
grup, yaitu gubal, kemedangan, dan abu. Kualitas Minyak gaharu yang
dihasilkan dari jenis gubal akan jauh lebih baik dari kelas kemedengan. Kelas
kemedengan berharga murah dan bersifat ringan, serta kompenen kimia dari
kemedengan berharga tinggi. Sedangkan jenis gaharu pada kelas abu
merupakan campuran dari hasil pembersihan gaharu kualitas gubal dan
kemedangan [3].
Minyak gaharu merupakan minyak essensial yang diperoleh melalui
proses penyulingan (distilasi). Cara penyulingan untuk mendapatkan minyak
gaharu dapat dilakukan dengan sistem distilasi atau sistem tekanan uap.
Minyak essensial ini biasa digunakan pada pembuatan parfum maupun
kosmetika dan digunakan juga untuk produk turunan gaharu seperti sabun dan
lilin gaharu. Semua kelas produk gaharu dapat disuling minyaknya namun,
untuk mendapatkan minyak gaharu yang baik, sebagaian besar produk gaharu
yang digunakan berupa kemendengan. Oleh karena itu, diversifikasi produk

9
kemedangan sangat berpotensi untuk dikembangkan terutama di tempat
penghasil kemedangan.
Tata letak tipe gaharu pada proses distilasi selayaknya menggunakan
tiga tipe gaharu yaitu gubal, kemedengan dan abu. Jika hanya menggunakan
tipe gaharu yang berkualitas rendah maka produktivitasnya akan rendah,
sehingga proses menjadi tidak ekonomis. Oleh sebab itu pada proses
penyulingan minyak gaharu dalam satu ketel suling harus menggunakan
beberapa kualitas yaitu gubal, kemedengan, dan abu. Kualitas tipe gaharu
dapat mempengaruhi banyaknya volume minyak yang dihasilkan pada proses
penyulingan minyak gaharu [1].
Kualitas minyak gaharu, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bahan
dasar kayu gaharu senantiasa memiliki perbedaan kandungan minyak atau
resinnya, asal kayu apakah natural atau alami dari hutan atau kayu gaharu
hasil budidaya juga mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan, karakter
aroma gaharu yang dihasilkan dari suatu spesies dengan spesies yang lain
memiliki perbedaan, selain itu kualitas dari minyak gaharu berkenaan dengan
proses penyulingan seperti persiapan bahan dasar termasuk diantaranya
seperti apa dan seberapa lama proses perendaman bahan dasar sebelum
disuling, perangkat penyulingan, metode teknik penyulingan, teknologi
penyulingan, besaran suhu yang digunakan pada proses penyulingan [1].
Minyak gaharu telah lama digunakan dalam terapi relaksasi dibeberapa
negara di daerah Timur Tengah. Selain itu, minyak esensial gaharu
merupakan salah satu obat tradisional di China yang sudah digunakan secara
turun temurun. Meskipun merupakan salah satu bentuk pengobatan
tradisional, dalam dunia kedokteran modern, minyak esensial gaharu telah
terbukti memiliki khasiat pada sistem saraf. Bahkan preparasi dan
penggunaan dari bahan minyak esensial gaharu tersebut telah terdaftar
patennya sehingga sudah masuk dalam tahap produk pengembangan hasil
ipteks. Studi pada hewan percobaan menunjukkan bahwa minyak esensial
gaharu mampu memberikan pengaruh pada sistem saraf pusat.

10
Pengaruh pada sistem saraf pusat tersebut diantaranya adalah
menurunkan motilitas reflex, memperpanjang waktu tidur dan penurunan
temperature rectal. Efek tersebut diketahu berbeda – beda tergantung
senyawa pengekstrak yang digunakan. Pengaruh minyak esensial gaharu
terhadap sistem saraf terkait dengan sifat sedative dari senyawa yang
terkandung didalamnya. Senyawa tersebut umumnya bersifat volatile
sehingga mudah terhirup melalui saluran pernafasan. Beberapa senyawa
tersebut diantaranya adalah Benzyl acetone, α-Gurjunene dan (+)- Calarene.

Efek sedative dari senyawa tergantung pada gugus fungsi pada rantai
karbon dan juga cincin benzene dari senywa tersebut. Senyawa spesifik pada
minyak esensial gaharu selain memiliki efek sedative, juga terbukti bersifat
antidepresan. Senyawa tersebut adalah Agarofuran yang merupakan salah
satu senywa penting dalam minyak esensial gaharu. Efek antidepresan
tersebut sekaligus dapat memberikan efek penenang. Bahan ini bisa dijadikan
sebagai obat penghilang stress dan kecemasan yang potensial. Hipotesis
sementara terkait mekanisme dari senyawa agarofuran adalah melalui kontrol
pada neurotransmitter pada sistem saraf . Selain pengaruhnya yang bersifat
relaksasi pada sistem saraf, minyak esensial gaharu juga dapat berperan
sebagai pereda nyeri. Dengan demikian, bahan ini juga bersifat analgesik
pada sistem saraf. Sifat analgesik dari minyak esenial gaharu terbukti efektif
meredakan nyeri disebabkan oleh luka bakar [3].

1.2.6 Hasil Produk Turunan Gaharu


Produk gaharu yang hingga saat ini masih diproduksi yaitu madu
gaharu, madu ini dibuat dangan menambahkan ekstrak dari gaharu dalam
madu sehingga madu memiliki bau seperti wangi gaharu dengan mau yang
berasal dari madu hutan. Selanjutnya ada air distilasi gaharu yaitu air hasil
penguapan gaharu yang didapat dari proses distilasi dengan pemanasan
rendah selama 120 jam nonstop. Bahan yang digunakan menggunakan air dan
kayu gaharu pilihan tanpa campuran apapun. Terdapat pula minyak gaharu
yang merupakan salah satu jenis minyak yang banyak sekali digunakan untuk
kebutuhan spiritualitas, rileksasi, pikiran dan sebagai aromaterapi kesehatan.

11
Serta pemanfaatan serbuk pengharum ruangan yang biasanya digunakan
sebagai dupa untuk mengharumkan ruangan dengan cara dibakar pada
wadahnya. Umumnya nilai komersial gaharu terletak pada gubalnya yang
merupakan subtansi aromatik (aromatic resin) berupa gumpalan atau padatan
berwarna coklat muda sampai coklat kehitaman yang terbentuk dalamlapisan
kayu dan memiliki kandungan damar yang beraroma khas dan biasa disebut
sebagai gubal gaharu. Aroma spesifik yang dihasilkan oleh gaharu dapat
dipergunakan untuk menjadi produk turunan gaharu seperti parfum, dupa,
hio, obat-obatan, sabun mandi, kosmetik, pengharum ruangan dan lilin
aromaterapi. Seluruh pohon gaharu dapat dimanfaatkan, sehingga limbah
yang dihasilkan akan sangat sedikit seperti pengolahan teh gaharu dari daun
gaharu yang telah dikeringkan [2].

1.2.7 Lilin Aromaterapi Gaharu


Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial atau
sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,
membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga.
Beberapa minyak essensial yang sudah diteliti dan ternyata efektif sebagai
sedatif penenang ringan yang berfungsi nmenenangkan sistem saraf pusat
yang dapat membantu mengatasi insomnia terutama diakibatkan oleh stress,
gelisah, ketegangan, dan depresi. Bentuk aromaterapi ada yang berupa
minyak, sabun, dan lilin [4].
Lilin telah digunakan secara luas sepanjang sejarah tidak hanya sebagai
alat penerang tetapi juga sebagai cara untuk mengatur suasana hati. Lilin yang
dimaksud adalah lilin aromaterapi. Lilin Aromaterapi dapat digunakan untuk
berbagai tujuan, termasuk menghilangkan stres dan kecemasan. Lilin
aromaterapi dapat digunakan sebagai alat penerang sekaligus sebagai
relaksasi. Lilin aromaterapi menjadi alternatif aplikasi aromaterapi secara
inhalasi (penghirupan), yaitu penghirupan dari uap aroma yang dihasilkan
dari beberapa tetes minyak essensial. Aroma lilin dapat dihasilkan dari
minyak essensial nilam, mawar, gaharu, dan masih banyak lagi, yang
tergolong ke dalam jenis aroma yang mampu memberikan efek terapi
menenangkan dan merileksasikan.

12
Lilin aromaterapi gaharu adalah lilin yang mengandung bahan pewangi
berupa aroma gaharu yang berasal dari minyak essensial gaharu yang
ditambahkan pada proses pembuatannya. Ada berbagai manfaat dari lilin
aromaterapi gaharu, antara lain:
1. Mengatasi Insomnia
Aroma dari minyak essensial gaharu dapat membantu tertidur lebih
cepat. Selain itu, aroma dari minyak essensial gaharu juga
direkomendasikan karena dianggap efektif untuk mengurangi rasa gelisah.
2. Mengatasi Tekanan dan Nyeri Pada Otot
Aroma dari minyak essensial gaharu diklaim sempurna untuk
mengatasi permasalahan ini. Sebab, aroma ini dapat membantu mengatasi
rasa sakit pada kepala, nyeri otot, hingga masalah pada pencernaanselain
itu, aroma tersebut dipercaya mampu meningkatkan energi.
3. Mengatasi Alergi dan Infeksi
Aroma dari minyak essensial gaharu dipercaya dapat membantu
menghilangkan alergi atau berbagai infeksi yang dialami oleh seseorang.
Selain itu, lilin dengan aroma ini juga dapat mengatasi kelelahan atau
pusing karena bau yang kuat.
4. Mengurangi Stress
Manfaat lilin aromaterapi yang paling terkenal di kalangan
kebanyakan orang adalah membantu mengurangi stress. Selain
menggunakan minyak essensial gaharu, campuran minyak esensial
lainnya, seperti cendana, mawar, dan kenanga juga ideal untuk membantu
mengurangi stres.
5. Mempertahankan Konsentrasi
Siswa atau mereka yang bekerja selama berjam-jam bisa
mendapatkan keuntungan dengan menyalakan lilin beraroma dari minyak
essensial gaharu. Aroma tersebut diklaim efektif untuk mempertahankan
konsentrasi. Selain itu, aroma seperti basil, thyme, dan cypress juga sangat
direkomendasikan karena dapat mendorong refleksi dan pemikiran
mendalam [5].

13
BAB II
METODOLOGI PROSES

Lilin aromaterapi dapat dibuat dengan metode sederhana yaitu dengan


menambahkan ekstrak atau minyak essensial gaharu ke dalam cetakan lilin. Lilin
dibuat dari bahan parafin atau wax. Parafin dengan berat 460 gram dapat membuat
lilin cair sejumlah sekitar 600 mL produk lilin cair. Lilin dari parafin dapat mencair
sekitar temperatur 50-60 ˚C. Lilin cair tersebut dapat ditambahkan ekstrak atau
minyak essensial gaharu sebagai pengharum atau aromaterapi. Minyak essensial
gaharu mengandung senyawa sesquiterprnoid yang bersifat harum dan mudah
menguap sehingga cocok digunakan sebagai zat tambahan dalam pembuatan lilin
aromaterapi. Cetakan lilin dapat dibuat dari bahan-bahan kaca rumah tangga seperti
gelas, botol, mangkok, dll. Metode pembuatan lilin aromaterapi dari minyak
essensial gaharu lebih lengkap adalah sebagai berikut.

2.1 Bahan
a) Parafin 500 gram
b) Air
c) Minyak essensial gaharu 5 mL
d) Pewarna minyak

2.2 Alat
a) Panci
b) Kaleng
c) Wadah kaca sebagai cetakan (Gelas, mangkok)
d) Kompor
e) Sumbu
f) Sendok/spatula

14
2.3 Prosedur
1) Tuangkan sejumlah air ke dalam panci dan panaskan dengan kompor hingga
air mendidih
2) Masukkan parafin 500 gram ke dalam kaleng.
3) Letakkan kaleng berisi parafin di atas air mendidih di dalam panci.
4) Setelah seluruh parafin meleleh menjadi lilin cair matikan kompor
didiamkan selama beberapa menit lalu tuangkan ke dalam cetakan atau
wadah kaca.
5) Di tengah-tengah wadah kaca sudah disiapkan sumbu terlebih dahulu
usahakan ujung sumbu yang timbul sekitar 3-5 cm.
6) Tuangkan minyak gaharu 5 mL ke dalam lilin cair dan aduk hingga minyak
gaharu tercampur secara merata.
7) Tambahkan pewarna minyak untuk membuat lilin lebih indah.
8) Selanjutnya diamkan lilin untuk didinginkan hingga maksimal 24 jam.
9) Lilin aromaterapi siap digunakan.

15
2.4 Diaram Alir Proses

MULAI

1. Air
2. Parafin
3. Minyak Gaharu
4. Pewarna minyak

Pemanasan air di dalam panci hingga mendidih

Pencairan/pelelehan parafin dengan air mendidih

Penuangan lilin cair ke dalam cetakan atau wadah kaca

Pembuatan sumbu lilin di tengah-tengah cetakan atau


wadah kaca

Penambahan minyak gaharu dan pewarna minyak pada


lilin cair

Pendinginan lilin cair dengan mendiamkan selama maksimal 24 jam


hingga memadat

SELESAI

Gambar 2.1 Diaram Alir Proses Lilin aromaterapi

16
BAB III
STANDAR MUTU PRODUK

3.1 Standar Kualitas Produk Lilin Aromaterapi Gaharu


Indonesia adalah penghasil gaharu terbesar di dunia, dari sekitar 28
spesies gaharu, 25 spesies diantaranya adalah berasal dari Indonesia.
Komoditas gaharu Indonesia banyak berasal dari Kalimantan Timur, Papua,
dan Sumatera [7]. Indonesia juga memiliki otoritas Standar Nasional Indonesia
(SNI) untuk mengatur dalam sistem grading berdasarkan fisik kenampakan
seperti warna, ukuran, cemaran kayu, kerapatan, dan terbakar aroma [8]. Ada
tiga jenis klasifikasi gaharu di pasar Indonesia yaitu gubal, kemedang, dan
gaharu bubuk (Tabel 3.3), dan masing-masing jenis memiliki nilai atau kualitas
sendiri (Tabel 3.2). Prosedur standar untuk pengambilan sampel dan
melakukan investigasi untuk penetapan kadar juga disiapkan oleh SNI. 01–
5009.1–1999 [9]. Pada tabel 3.1 ditampilkan klasifikasi gaharu berdasarkan
produk akhir.
Tabel 3.1 Klasifikasi Gaharu Berdasarkan Produk Akhir [10]
Kategori Produk Akhir Mutu

Serpihan dan balok kayu yang mengandung


Aroma Super, A, and B
resin wangi untuk pembakaran langsung

Balok kayu dengan berbagai bentuk dan


ukuran, mengandung resin wangi dengan Garis-garis
Block kepadatan sedang hingga tinggi, untuk harimau dan
digunakan dalam pembuatan produk akhir warna patung
seperti patung, manik-manik, dan gelang

Balok kayu dengan resin wangi bentuk alami Tiger stripes


Classic yang unik untuk dijual sebagai produk and color of the
estetika sculpture

Black, gray,
Debu dan kotoran, produk sampingan dari
yellow, dust,
Dust pencucian dan ekstraksi minyak, tetapi
incense
memiliki resin wangi yang tersisa
powder, debris

Balok dan potongan kayu berbagai ukuran


Extractable
dengan resin wangi rendah Cocok untuk C
wood
penyulingan minyak

17
Kategori Produk Akhir Mutu

Extractable Resin menutupi secara merata di satu sisi


A1, A, and B
wood potongan kayu. Aroma rendah hingga sedang

Dalam upaya untuk lebih baik menyortir nilai gaharu, Nor Azah dkk,
menginvestigasi analisis kimia terhadap 34 sampel gaharu yang secara
konvensional dikategorikan dari kadar super hingga rendah [11]. Pada tabel 3.2
kandungan resin dihitung dalam % (b/b) dan prosesnya meliputi pengukuran
berat konstan sampel kering, melarutkan sampel dalam etanol, dan kemudian
melewatkan filtrat melalui prosedur refluks diikuti dengan penguapan.
Meskipun metode yang diusulkan dapat diukur, badan pengatur belum
mengasimilasi sistem. Kelemahan lain adalah bahwa metode ini memerlukan
beberapa analisis ilmiah, yang tidak mudah tersedia untuk penjual dan pembeli
skala kecil.

Tabel 3.2 Gaharu Klasifikasi Berdasarkan Kandungan Resin [11]


Kualitas Mutu Persentase kandungan resin

A ≥ 30 %

B 20–29.99 %

C 9–19.99 %

D <9%

Berdasarkan investigasi Subehan dkk, jenis dan penjelasan gaharau di


Indonesia dipaparkan melalui table 3.3.

Table 3.3 Jenis dan Penjelasan Gaharu Di Indonesia [9], [12]


Jenis Penjelasan

Kayu yang mengandung gaharu dengan kandungan resin yang


Gubal tinggi, berwarna hitam atau coklat tua, dan memiliki aroma yang
kuat

Kayu aromatik mengandung gaharu dengan sedikit resin, berwarna


Kemedang
abu-abu atau coklat, dan memiliki serat kasar di dalam kayu lunak

18
Jenis Penjelasan

Agarwood
Bubuk yang diolah dari kepingan atau potongan gaharu
powder

Gaharu yang diinginkan harus memancarkan aroma yang jernih,


menyegarkan, lembut, dan tahan lama. Selain itu, kandungan minyaknya harus
tinggi. Bentuk, tekstur permukaan, butiran, dan distribusi resin merupakan
faktor penting [13]. Tidak ada pembenaran yang signifikan atas hal ini karena
hanya bergantung pada preferensi pribadi. Potongan gaharu bisa alami atau
patung. Akhirnya, kolektor melihat warna potongan dengan sangat penting.
Banyak yang menganggap tidak hanya warna resin tetapi juga perpaduan
antara resin dan bagian putih sebagai kesan artistik [13].

Tabel 3.4 Mutu Gaharu Yang Umum Ditemukan di Pasar Indonesia [9]
Aroma
Tipe Mutu Warna Berat
(Burned)

Soft aroma
hitam dan
Double super Sink
berkilau Merata
(wangi halus )

Hitam dan Soft aroma


Super A mengkilap yang Sink
tidak merata (wangi halus)

Gubal
Hitam dan tidak Melayang
Super B Aromatik
mengkilat (float)

Super middle A Melayang


Hitam Aromatik
(under water) (float)

Super middle A
Hitam Float Aromatik
(up water)

Hitam Melayang
Sabah Aromatik
kecoklatan (float)

Coklat dengan Melayang


Kemedang A Aromatik
Kemedangan garis hitam (float)

Coklat dengan
Tanggung C garis putih Float Aromatik
sempit

19
Aroma
Tipe Mutu Warna Berat
(Burned)

Kemedangan Coklat dengan Melayang


Aromatik
hijau garis hijau (float)

Abu-abu dengan Pungent


Kemedangan
garis hitam Float aroma (wangi
hijau
sempit pedas)

Gubal powder Hitam NA Aromatik


Agarwood
powder Kemedangan Quite
Whitish brown NA
powder aromatic

NA : Not Applicable (Data Tidak Tersedia)

Gaharu diperdagangkan sebagian besar dalam bentuk alaminya, yaitu


woodchips. Serpihan kayu gaharu umumnya diolah menjadi minyak atsiri.
Biasanya, distilasi adalah metode yang umum digunakan oleh industri dan
masyarakat lokal untuk memproduksi minyak gaharu [14]. Minyak gaharu
banyak digunakan dalam pembuatan parfum dan produk kosmetik. Dalam
budaya Arab, untuk Misalnya, gaharu sangat dihargai karena ada sabda Nabi
Muhammad telah menggunakannya untuk dupa pakaiannya. Oleh karena itu,
wewangian gaharu memiliki telah dikaitkan dengan pembersihan spiritual dan
menerapkan perfume berbasis gaharu atau oudh menjadi bagian dari budaya
Muslim [15] Minyak dari gaharu juga dapat menjadi produk turunan seperti
lilin aromaterapi telah digunakan untuk menghasilkan aroma yang berasal dari
resin gaharu untuk menciptakan aroma unik yang menyenangkan dan
menenagkan untuk memasuki banyak pasar di Internasional. Pada tabel 3.5
ditampilkan mengenai standar spesifikasi dan komposisi produk lilin
aromaterapi pada perusahaan Craftofator UK.

Tabel 3.5. Standar Spesifikasi Lilin Aromaterapi Perusahaan Craftofator [16]


Nama Produk Oud agarwood fragrance for candles

Warna Clear pale yellow to yellow liquid

Massa Jenis 1.0600 - 1.0640

Aroma Oud Agarwood

SNI NA

20
IFRA & (EC) 1223/2009
Sertifikasi
Internasional Annex III, Reference Numbers 67-92.

NA : Not Applicable (Data Tidak Tersedia)

Pada tabel 3.6 ditampilkan mengenai standar komposisi produk lilin


aromaterapi pada perusahaan Craftofator UK.

Tabel 3.6 Komposisi Oud Agarwood Candles Perusahaan Craftofator [16]


Nama Senyawa CAS EC %

1,3,4,6,7,8- Hexahydro-
4,6,6,7,8,8- Hexamethylindeno 1222-05-5 214-946-9 5≤10
[5,6-C] Pyran

259-174-3,
54464-57-2,
Tetramethyl Acetyloctahydron 268-978-3,
68155-66-8, 5≤10
Aphthalenes 268-979-9,
68155-67-9
915-730-3

4-Tert-Butylcyclohexyl
32210-23-4 250-954-9 5≤10
Acetate

Linalool 78-70-6 201-134-4 1≤5%

Linalyl Acetate 115-95-7 204-116-4 1≤5%

Tetrahydro-Methyl-
63500-71-0 405-040-6 1≤5%
(Methylpropyl)- Pyran-4-Ol

Isolongifolanone 23787-90-8 2 245-890-3 0,1≤1

Benzyl Benzoate 120-51-4 204-402-9 0,1≤1

Benzyl Benzoate 120-51-4 202-086-7 0,1≤1

Alpha-Cedrene 469-61-4 207-418-4 <0,1%

Beta Cedrene 546-28-1 208-898-8 <0,1%

50-
Diethyl Phthalate 84-66-2 201-550-
100%

21
BAB IV
ANALISIS PEMASARAN PRODUK

4.1 Ananlisis Ekonomi dan Pemasaran Lilin Aromaterapi Gaharu


Produk aroma terapi mulai menjadi perhatian masyarakat. Pasalnya,
tren produk aromaterapi ini diminati karena perannya yang mampu
mengendalikan stress, membuat rasa relaksasi, dan membantu bagi yang sulit
tidur. Bentuk wewangian tersebut perlahan-lahan mulai beragam, dari yang
hanya berupa minyak esensial yang dipanaskan, dupa aroma terapi, sabun
aroma terapi, dan kini berupa lilin aroma terapi. Banyak varian untuk bahan
wewangian lilin aromaterapi, salah satunya adalah minyak essensial gaharu.
Lilin aroma terapi ini banyak digunakan sebagai gaya hidup masyarakat
perkotaan di dunia seperti di Kota Jakarta Indonesia, Dubai Uni Emirat Arab,
Seoul Korea Selatan, dll. Terbukti, lilin-lilin aroma terapi sering dinyalakan di
rumah untuk menambahkan suasana nyaman bagi para penghuninya, selain itu
sering juga ditemui di tempat kantor seperti di ruang rapat dan tempat-tempat
relaksasi.
Dengan melihat pasar baru dari produk aromaterapi ini, peluang untuk
menciptakan bisnis lilin aroma terapi terbilang cukup menjanjikan. Selain
dapat digunakan secara pribadi oleh para konsumen, produk lilin aroma terapi
kini juga dapat dijadikan produk kado atau souvenir untuk berbagai acara.
Usaha lilin aromaterapi termasuk dalam kategori bisnis rumahan karena
produksinya tidak memerlukan proses yang rumit. Untuk keuntungannya
sendiri, harga produk lilin aroma terapi di pasaran sekitar sepuluh ribu hingga
ratusan ribu rupiah tergantung dari kualitas dan ukurannya. Cukup banyak para
pelaku bisnis ini menjual produk lilin aromaterapi secara online dengan jumlah
minimal 100 batang lilin setiap bulannya. Bahkan ada beberapa pelaku usaha
yang sudah mampu melayani dari 500 hingga 1000 pesanan dengan omset
mencapai 30-40 juta per bulannya. Itu hanya bisnis lilin aromaterapi dengan
menggunakan minyak essensial yang berasal dari minyak essensial mawar,
lavender, nilam dan lainnya. Bayangkan jika menggunakan minyak essensial

22
gaharu, maka harga satu lilin aromaterapi gaharu dapat mencapai harga jutaan
rupiah perbatanganya.
Dengan potensi pasar dan keuntungan yang cukup tinggi, bisnis lilin
aromaterapi sangat perlu dipertimbangkan untuk menjadi inspirasi baru bisnis
[17]. Menurut Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik,
Kementerian PPN/Bappenas merilis Outlook Perekonomian Indonesia Pasca
Pemilu Nasional yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
2020-2024 sebesar 5,3% hingga 6,5%. Kunci peningkatan pertumbuhan
ekonomi ini berdasarkan peningkatan produktivitas, investasi, kualitas sumber
daya manusia, dan perbaikan pasar tenaga kerja [18]. Berikut ini merupakan
harga pasar minyak gaharu di Indonesia berdasarkan daerah produksi pada
tahun 2019.

Tabel 4.1 Harga Minyak Gaharu di Beberapa Daerah pada Tahun 2019 [19]
Varian dan Kemasan Satuan
No Harga (Rp.)
Minyak Gaharu (mL)
1 Minyak Gaharu Aceh 3 237.500
2 Minyak Gaharu Lombok 3 240.000
500.000 –
3 Minyak Gaharu Jombang 12
1.000.000
4 Minyak Gaharu Sumbawa 3 600.000
Minyak Gaharu
5 6 1.500.000
Kalimantan
6 Minyak Gaharu Malinau 6 1.750.000

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdsarakan Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Lilin Aromaterapi Gaharu merupakan produk hilirisasi atau produk turunan
dari gaharu, dimana Lilin aromaterapi gaharu adalah lilin yang mengandung
bahan pewangi berupa aroma gaharu yang berasal dari minyak essensial
gaharu yang ditambahkan pada proses pembuatannya.
2. Lilin aromaterapi dapat dibuat dengan metode sederhana yaitu dengan
menambahkan ekstrak atau minyak essensial gaharu ke dalam cetakan lilin.
Lilin dibuat dari bahan parafin atau wax.
3. Standar Spesifikasi Produk Lilin Aromaterapi Pada Perusahaan Craftofator
UK antara lain berwarna Clear pale yellow to yellow liquid, massa jenis
1.0600 - 1.0640 dan beraroma Oud Agarwood.
4. Pemasaran produk lilin aromaterapi selain dapat digunakan secara pribadi
oleh para konsumen, produk lilin aroma terapi kini juga dapat dijadikan
produk kado atau souvenir untuk berbagai acara.

24
DAFTAR PUSTAKA
[1] Minah, “Pembuatan Lilin Aromaterapi Berbasis Bahan Alam,” Industri Inovatif, no.
29–34, 2017.

[2] G. D. Winarno, “Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Andalan Lampung,” in Buku
Ajar, 2019.

[3] I. G. Suryawan, “MEDICINAL USAGE OF AGARWOOD RESIN IN FORM OF


ESSENTIAL OIL: A REVIEW,” Silva Samalas, p. 86, 2019.

[4] M. Hidayat, “Development of Agarwood Induction,” Agarwood, Tropical


Forestry., 2016.

[5] Novriyanti., “Antifungal activity of wood extract,” Journal of Forestry Research,


no. 155–156, 2010.

[6] M. Gunadi, “Karakteristik Briket Arang Aromaterapi dari Kayu Gaharu. ,” Skripsi
Fakultas Kehutanan, 2018.

[7] B. Chairati Fatimah Putri, “STRATEGI CV. GAHARU PLAZA INDONESIA


DALAM MEMASARKAN PRODUK TURUNAN GAHARU DI PASAR
MALAYSIA,” 2019.

[8] F. H. A. F. K. S. Subehan JU, “ A field survey of agarwood in Indonesia,” J


Trad Med, no. 51, pp. 22–244, 2005.

[9] Standardisasi Nasional Indonesia (SNI), “Gaharu SNI 7631: 2011 (SNI. 01–
5009.1–1999),” Indonesia: Badan Standardisasi Nasional, 2011.

[10] Malaysian Timber Industry Board (MTIB), “Panduan pengelasan produk gaharu
Malaysia,” Kuala Lumpur: Lembaga Perindustrian Kayu Malaysia;, 2014.

[11] S. H. S. M. J. S. L. A. M. J. M. F. Z. Nor Azah MA, “Classifi cation of agarwood


(gaharu) by resin content,” J Trop Forest Sci, no. 9, pp. 25–213, 2013.

[12] F. H. A. F. K. S. Subehan JU, “A field survey of agarwood in Indonesia,” J


Trad Med, no. 511, pp. 22–244, 2005.

[13] R. Mohamed and S. Y. Lee, “Keeping Up Appearances: Agarwood Grades and


Quality,” 2016, pp. 149–167. doi: 10.1007/978-981-10-0833-7_10.

[14] Persoon GA, “Agarwood: the life of a wounded tree,” IIAS Newslett, no. 5, pp. 24–
42, 2007.

[15] C. J. P. L. A.-M. R. Antonopoulou M, “The trade and use of agarwood (oudh) in the
United Arab Emirates,” TRAFFIC Southeast Asia, 2010.

[16] Craftovator, “PRECIOUS AGARWOOD FRAGRANCE,” 2019.

25
[17] UMKM, “Lilin Aroma Terapi ,” Linkumkm, 2021. [Online]. Available:
https://linkumkm.id/news/detail/10969/lilin-aroma-terapi-modal-minimal-hasil-
maksimal. [Accessed 1 Oktober 2021].

[18] “Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020-2024,” Kementerian


Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 2019. [Online]. Available:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/01/inilah-prediksi-
pertumbuhan-ekonomi-indonesia-2020-2024. [Accessed 1 Oktober 2021].

[19] Panca, “Harga Jual Minyak Gaharu,” 2021. [Online]. Available:


https://harga.web.id/sejumlah-manfaat-dan-harga-jual-minyak-gaharu. [Accessed 2
Oktober 2021].

26

Anda mungkin juga menyukai