PRODUK TURUNAN:
LILIN AROMATERAPI GAHARU
Oleh:
Kelompok 4
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 3
1.2 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 4
1.2.1 Pohon Gaharu ........................................................................................ 4
1.2.2 Proses Pembentukan Gubal Gaharu ...................................................... 6
1.2.3 Teknik Penyuntikan Gaharu .................................................................. 8
1.2.4 Resin Gaharu ......................................................................................... 8
1.2.5 Minyak Essensial Gaharu ...................................................................... 9
1.2.6 Hasil Produk Turunan Gaharu ............................................................. 11
1.2.7 Lilin Aromaterapi Gaharu ................................................................... 12
BAB II METODOLOGI PROSES ................................................................................ 14
2.1 Bahan ............................................................................................................. 14
2.2 Alat ................................................................................................................. 14
2.3 Prosedur ......................................................................................................... 15
2.4 Diaram Alir Proses ......................................................................................... 16
BAB III STANDAR MUTU PRODUK ......................................................................... 17
3.1 Standar Kualitas Produk Lilin Aromaterapi Gaharu ..................................... 17
BAB IV ANALISIS PEMASARAN PRODUK ............................................................ 22
4.1 Ananlisis Ekonomi dan Pemasaran Lilin Aromaterapi Gaharu ..................... 22
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 24
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25
ii
DAFTAR GAMBAR
1
DAFTAR TABEL
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Tinjauan Pustaka
1.2.1 Pohon Gaharu
Indonesia terkenal sebagai Negara pemilik hutan hujan tropis yang
didukung oleh letak geografis, iklim, musim, serta masa penyinaran matahari
relatif panjang. Secara biologis, kondisi yang demikian dapat menghasilkan
peluang untuk terbentuknya keragaman potensi sumber daya jenis tumbuhan
yang tinggi [2]. Dalam kawasan hutan akan dijumpai antara 30.000-40.000
jenis tumbuhan penghasil kayu serta belum terhitung potensi tumbuhan Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) [2]. Semuanya memiliki manfaat sebagai
sumber bahan makanan, industri, serta tumbuhan penghasil obat herbal. Salah
satu kelompok tumbuhan jenis HHBK yang telah diketahui dan menjadi salah
satu sumber kehidupan masyarakat yang potensial dan memiliki nilai
komersial tinggi adalah gaharu [2]. Provinsi Lampung merupakan daerah
penghasil pohon gaharu terpenting kedua di pulau Sumatera khususnya jenis
Aquilaria malaccensis yang dikenal menghasilkan gaharu dengan kualitas
paling baik. Potensi pohon gaharu di Provinsi Lampung cukup besar, sekitar
18 % dari jumlah gaharu di Pulau Sumatera berasal dari Provinsi Lampung
yaitu sebanyak 175.000 pohon gaharu. Gaharu tersebut diperoleh dari alam
dan hasil budidaya [2].
Pohon gaharu merupakan salah satu tanaman dari Divisi
Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, dan Class Dicotyledone [3].
Gaharu merupakan salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
yang memiliki nilai jual sangat mahal dan harganya lebih tinggi dibandingkan
HHBK lainnya [3]. Gaharu digunakan sebagai bahan dasar dalam industri
parfum, dupa, kosmetik, dan obat-obatan sehingga gaharu bisa dikatakan
sebagai salah satu jenis komoditi HHBK yang memiliki nilai multiguna [3].
Potensi gaharu yang sangat tinggi biasanya berasal dari jenis Aquilaria
malaccensis [3]. Gaharu merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi
yang sangat tinggi yang sudah diperdagangkan oleh Bangsa Indonesia sejak
jaman pemerintahan Belanda pada tahun 1918-1925 dengan volume ±11
ton/tahun [3]. Setelah era kemerdekaan ekspor gaharu semakin meningkat
tercatat pada tahun 1983-1987 volumenya ±103 ton/tahun, tahun 1990- 1998
4
mencapai 165 ton /tahun, dan hingga akhir tahun 2002 mencapai 446
ton/tahun [3].
Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia, karena harga
Gaharu kualitas terbaik di pasar internasional bisa menghasilkan sekitar 2 kg
perbatang seharga 58 juta. Perburuan Gaharu di hutan alam meningkat
dikarenakan harga jualnya yang tinggi sehingga mengancam kelestarian
Gaharu. Hal ini menyebabkan Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) di tahun 1994
menetapkan genus Aquilaria spp dan Grynops sp masuk dalam Apendix II
CITES artinya dibatasi perdagangannya dikarenakan populasi yang menyusut
oleh perburuan di hutan alam [3]. Pengembangan usahatani Gaharu dan
proses menginokulasi pohonnya dengan menerapkan teknologi temuan Pusat
Penelitian dan Pengembangan hutan dan konservasi alam (P3HKA), satu
batang pohon Gaharu berusia 4-5 tahun setelah diinduksi bisa menghasilkan
minimal 2 kg gubal Gaharu dalam kurunwaktu 1-3 tahun.
Tumbuhan Gaharu (Aquilaria malaccensis) yang tumbuh subur
dinegara tropis termasuk di Indonesia dikenal dengan nama Agarwood,
Eaglewood, Aloewood, dan Lign. Tumbuhan ini sejenis pohon daru suku
gaharu-gaharuan (Thymelaeaceae) yang banyak ditemukan di Sumatera,
Bangka, dan Kalimantan yang dijumpai secara luas baik sebagai tumbuhan
hutan atau hasil budidaya masyarakat. Persebaran pohon Aquilaria spp.
sebagai penghasil gaharu di Sumatera setidaknya memiliki 30 titik cluster dan
di Kalimantan 98 titik [3]. Bagaimana penyebaran alami pohon penghasil
gaharu masih belum dapat dijelaskan dengan baik. Terpusatnya tegakan
gaharu pada kantong-kantong tertentu dengan jarak berjauhan antar satu
kelompok mengindikasikan rendahnya tingkat penyebaran alam. Burung
diyakini merupakan salah satu satwa penyebar, namun satwa pengerat
pemakan biji seperti bajing masih dipertanyakan.
Produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Gaharu dalam bentuk
gumpalan, serpihan atau bubuk yang memiliki aroma keharuman khas
bersumber dari kandungan bahan kimia berupa resin (a‐oleoresin). Selain
mengandung resin (a‐oleoresin), gaharu juga mengandung essensail yang
5
disebut sebagai minyak essensial (essential oil) yang dapat dibuat dengan
ekstraksi atau penyulingan dari gubal gaharu [3]. Essens gaharu ini digunakan
sebagai bahan pengikat (fixative) dari berbagai jenis parfum, kosmetika, dan
obat‐obatan herbal. Selain itu, serbuk atau abu dari gaharu dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aromaterapi, dan daun pohon
gaharu bisa dibuat menjadi teh yang dapat membantu kebugaran tubuh.
6
Terdapat tiga hipotesa tentang bagaimana proses terbentuknya
Gubal Gaharu yaitu:
1. Hipotesa Patologi
Sebagian para ahli menduga bahwa Gubal Gaharu atau resin gaharu
terbentuk sebagai respon pohon gaharu terhadap infeksi cendawan yang
mengakibatkan keluarnya resin. Dalam hal ini Jamur memiliki peran
yang sangat penting dalam proses pembentukan resin. Resin yang
terbentuk tidak dikeluarkan dari pohon, melainkan disimpan dalam
jaringan kayu sehingga jaringan kayu yang putih dan bertekstur halus
bagian pohon tersebut berubah menjadi berat, keras dan beraroma
harum. Pohon Gaharu yang sehat tidak pernah memproduksi resin
dalam istilah kimia disebut kelompok sesquiterpenoid sebagai
metabolit sekunder yang beraroma harum dari pohon tersebut.
Banyaknya resin tergantung dari jenis jamur, tingkat infeksi jamur pada
pohon gaharu, dan lamanya masa infeksi.
2. Hipotesa Pelukaan dan Patologi
Gubal gaharu terbentuk dari hasil mekanisme pertahanan tanaman
terhadap luka, patahan atau searangan serangga yang kemudian di
jangkiti oleh jamur. Dalam hal ini pelukaan memegang peranan utama
dalam pembentukan gubal gaharu diikuti oleh infeksi cendawan yang
cenderung sebagai faktor pendukung saja. Seperti Proses terbentuknya
gubal gaharu yang selama ini dikenal masyarakat Indonesia adalah
dengan memberikan pelukaan dengan berbagai cara seperti, memasak
dengan pasak dari bambu, menakuk, mengapak dan membiarkanya
terbuka sehingga memberikan peluang mikroorganisme yang ada di
alam untuk menginfeksi pohon tersebut secara alami. Ada juga dengan
cara memberikan pelukaan dan kemudian memasukkan benda tertentu
seperti terasi, gula merah, dan madu.
3. Hipotesa Non-Patologi
Pembentukan gubal gaharu adalah sebagai respons pertahanan
tanaman terhadap pelukaan. hipotesa ini muncul karena adanya
anggapan bahwa pembentukan gubal gaharu berasosiasi dengan adanya
7
perubahan sitologi pada sel parenkim hidup pada kayu setelah dilukai.
Perubahan fisiologi akibat pelukaan dianggap cukup untuk
menginduksi pembentukan gubal gaharu pada pohon gaharu sehat.
Perubahan yang dimaksud adalah pengurangan jumlah pati pada sel
parenkim diikuti dengan proses akumulasi subtansi tertentu pada
vacuola dan perubahan matric sitoplasma yang dianggap sangat
berhubungan dengan pembentukan gubal gaharu [2].
8
dari family ini adalah genus Aquilaria dan Gyrinops. Resin gaharu
merupakan produk yang dihasilkan pada batang pohon gaharu. Resin tersebut
merupakan reaksi fisiologis dari tanaman gaharu terhadap gangguan baik
secara fisik, kimiawi maupun biologis [6].
9
kemedangan sangat berpotensi untuk dikembangkan terutama di tempat
penghasil kemedangan.
Tata letak tipe gaharu pada proses distilasi selayaknya menggunakan
tiga tipe gaharu yaitu gubal, kemedengan dan abu. Jika hanya menggunakan
tipe gaharu yang berkualitas rendah maka produktivitasnya akan rendah,
sehingga proses menjadi tidak ekonomis. Oleh sebab itu pada proses
penyulingan minyak gaharu dalam satu ketel suling harus menggunakan
beberapa kualitas yaitu gubal, kemedengan, dan abu. Kualitas tipe gaharu
dapat mempengaruhi banyaknya volume minyak yang dihasilkan pada proses
penyulingan minyak gaharu [1].
Kualitas minyak gaharu, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bahan
dasar kayu gaharu senantiasa memiliki perbedaan kandungan minyak atau
resinnya, asal kayu apakah natural atau alami dari hutan atau kayu gaharu
hasil budidaya juga mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan, karakter
aroma gaharu yang dihasilkan dari suatu spesies dengan spesies yang lain
memiliki perbedaan, selain itu kualitas dari minyak gaharu berkenaan dengan
proses penyulingan seperti persiapan bahan dasar termasuk diantaranya
seperti apa dan seberapa lama proses perendaman bahan dasar sebelum
disuling, perangkat penyulingan, metode teknik penyulingan, teknologi
penyulingan, besaran suhu yang digunakan pada proses penyulingan [1].
Minyak gaharu telah lama digunakan dalam terapi relaksasi dibeberapa
negara di daerah Timur Tengah. Selain itu, minyak esensial gaharu
merupakan salah satu obat tradisional di China yang sudah digunakan secara
turun temurun. Meskipun merupakan salah satu bentuk pengobatan
tradisional, dalam dunia kedokteran modern, minyak esensial gaharu telah
terbukti memiliki khasiat pada sistem saraf. Bahkan preparasi dan
penggunaan dari bahan minyak esensial gaharu tersebut telah terdaftar
patennya sehingga sudah masuk dalam tahap produk pengembangan hasil
ipteks. Studi pada hewan percobaan menunjukkan bahwa minyak esensial
gaharu mampu memberikan pengaruh pada sistem saraf pusat.
10
Pengaruh pada sistem saraf pusat tersebut diantaranya adalah
menurunkan motilitas reflex, memperpanjang waktu tidur dan penurunan
temperature rectal. Efek tersebut diketahu berbeda – beda tergantung
senyawa pengekstrak yang digunakan. Pengaruh minyak esensial gaharu
terhadap sistem saraf terkait dengan sifat sedative dari senyawa yang
terkandung didalamnya. Senyawa tersebut umumnya bersifat volatile
sehingga mudah terhirup melalui saluran pernafasan. Beberapa senyawa
tersebut diantaranya adalah Benzyl acetone, α-Gurjunene dan (+)- Calarene.
Efek sedative dari senyawa tergantung pada gugus fungsi pada rantai
karbon dan juga cincin benzene dari senywa tersebut. Senyawa spesifik pada
minyak esensial gaharu selain memiliki efek sedative, juga terbukti bersifat
antidepresan. Senyawa tersebut adalah Agarofuran yang merupakan salah
satu senywa penting dalam minyak esensial gaharu. Efek antidepresan
tersebut sekaligus dapat memberikan efek penenang. Bahan ini bisa dijadikan
sebagai obat penghilang stress dan kecemasan yang potensial. Hipotesis
sementara terkait mekanisme dari senyawa agarofuran adalah melalui kontrol
pada neurotransmitter pada sistem saraf . Selain pengaruhnya yang bersifat
relaksasi pada sistem saraf, minyak esensial gaharu juga dapat berperan
sebagai pereda nyeri. Dengan demikian, bahan ini juga bersifat analgesik
pada sistem saraf. Sifat analgesik dari minyak esenial gaharu terbukti efektif
meredakan nyeri disebabkan oleh luka bakar [3].
11
Serta pemanfaatan serbuk pengharum ruangan yang biasanya digunakan
sebagai dupa untuk mengharumkan ruangan dengan cara dibakar pada
wadahnya. Umumnya nilai komersial gaharu terletak pada gubalnya yang
merupakan subtansi aromatik (aromatic resin) berupa gumpalan atau padatan
berwarna coklat muda sampai coklat kehitaman yang terbentuk dalamlapisan
kayu dan memiliki kandungan damar yang beraroma khas dan biasa disebut
sebagai gubal gaharu. Aroma spesifik yang dihasilkan oleh gaharu dapat
dipergunakan untuk menjadi produk turunan gaharu seperti parfum, dupa,
hio, obat-obatan, sabun mandi, kosmetik, pengharum ruangan dan lilin
aromaterapi. Seluruh pohon gaharu dapat dimanfaatkan, sehingga limbah
yang dihasilkan akan sangat sedikit seperti pengolahan teh gaharu dari daun
gaharu yang telah dikeringkan [2].
12
Lilin aromaterapi gaharu adalah lilin yang mengandung bahan pewangi
berupa aroma gaharu yang berasal dari minyak essensial gaharu yang
ditambahkan pada proses pembuatannya. Ada berbagai manfaat dari lilin
aromaterapi gaharu, antara lain:
1. Mengatasi Insomnia
Aroma dari minyak essensial gaharu dapat membantu tertidur lebih
cepat. Selain itu, aroma dari minyak essensial gaharu juga
direkomendasikan karena dianggap efektif untuk mengurangi rasa gelisah.
2. Mengatasi Tekanan dan Nyeri Pada Otot
Aroma dari minyak essensial gaharu diklaim sempurna untuk
mengatasi permasalahan ini. Sebab, aroma ini dapat membantu mengatasi
rasa sakit pada kepala, nyeri otot, hingga masalah pada pencernaanselain
itu, aroma tersebut dipercaya mampu meningkatkan energi.
3. Mengatasi Alergi dan Infeksi
Aroma dari minyak essensial gaharu dipercaya dapat membantu
menghilangkan alergi atau berbagai infeksi yang dialami oleh seseorang.
Selain itu, lilin dengan aroma ini juga dapat mengatasi kelelahan atau
pusing karena bau yang kuat.
4. Mengurangi Stress
Manfaat lilin aromaterapi yang paling terkenal di kalangan
kebanyakan orang adalah membantu mengurangi stress. Selain
menggunakan minyak essensial gaharu, campuran minyak esensial
lainnya, seperti cendana, mawar, dan kenanga juga ideal untuk membantu
mengurangi stres.
5. Mempertahankan Konsentrasi
Siswa atau mereka yang bekerja selama berjam-jam bisa
mendapatkan keuntungan dengan menyalakan lilin beraroma dari minyak
essensial gaharu. Aroma tersebut diklaim efektif untuk mempertahankan
konsentrasi. Selain itu, aroma seperti basil, thyme, dan cypress juga sangat
direkomendasikan karena dapat mendorong refleksi dan pemikiran
mendalam [5].
13
BAB II
METODOLOGI PROSES
2.1 Bahan
a) Parafin 500 gram
b) Air
c) Minyak essensial gaharu 5 mL
d) Pewarna minyak
2.2 Alat
a) Panci
b) Kaleng
c) Wadah kaca sebagai cetakan (Gelas, mangkok)
d) Kompor
e) Sumbu
f) Sendok/spatula
14
2.3 Prosedur
1) Tuangkan sejumlah air ke dalam panci dan panaskan dengan kompor hingga
air mendidih
2) Masukkan parafin 500 gram ke dalam kaleng.
3) Letakkan kaleng berisi parafin di atas air mendidih di dalam panci.
4) Setelah seluruh parafin meleleh menjadi lilin cair matikan kompor
didiamkan selama beberapa menit lalu tuangkan ke dalam cetakan atau
wadah kaca.
5) Di tengah-tengah wadah kaca sudah disiapkan sumbu terlebih dahulu
usahakan ujung sumbu yang timbul sekitar 3-5 cm.
6) Tuangkan minyak gaharu 5 mL ke dalam lilin cair dan aduk hingga minyak
gaharu tercampur secara merata.
7) Tambahkan pewarna minyak untuk membuat lilin lebih indah.
8) Selanjutnya diamkan lilin untuk didinginkan hingga maksimal 24 jam.
9) Lilin aromaterapi siap digunakan.
15
2.4 Diaram Alir Proses
MULAI
1. Air
2. Parafin
3. Minyak Gaharu
4. Pewarna minyak
SELESAI
16
BAB III
STANDAR MUTU PRODUK
Black, gray,
Debu dan kotoran, produk sampingan dari
yellow, dust,
Dust pencucian dan ekstraksi minyak, tetapi
incense
memiliki resin wangi yang tersisa
powder, debris
17
Kategori Produk Akhir Mutu
Dalam upaya untuk lebih baik menyortir nilai gaharu, Nor Azah dkk,
menginvestigasi analisis kimia terhadap 34 sampel gaharu yang secara
konvensional dikategorikan dari kadar super hingga rendah [11]. Pada tabel 3.2
kandungan resin dihitung dalam % (b/b) dan prosesnya meliputi pengukuran
berat konstan sampel kering, melarutkan sampel dalam etanol, dan kemudian
melewatkan filtrat melalui prosedur refluks diikuti dengan penguapan.
Meskipun metode yang diusulkan dapat diukur, badan pengatur belum
mengasimilasi sistem. Kelemahan lain adalah bahwa metode ini memerlukan
beberapa analisis ilmiah, yang tidak mudah tersedia untuk penjual dan pembeli
skala kecil.
A ≥ 30 %
B 20–29.99 %
C 9–19.99 %
D <9%
18
Jenis Penjelasan
Agarwood
Bubuk yang diolah dari kepingan atau potongan gaharu
powder
Tabel 3.4 Mutu Gaharu Yang Umum Ditemukan di Pasar Indonesia [9]
Aroma
Tipe Mutu Warna Berat
(Burned)
Soft aroma
hitam dan
Double super Sink
berkilau Merata
(wangi halus )
Gubal
Hitam dan tidak Melayang
Super B Aromatik
mengkilat (float)
Super middle A
Hitam Float Aromatik
(up water)
Hitam Melayang
Sabah Aromatik
kecoklatan (float)
Coklat dengan
Tanggung C garis putih Float Aromatik
sempit
19
Aroma
Tipe Mutu Warna Berat
(Burned)
SNI NA
20
IFRA & (EC) 1223/2009
Sertifikasi
Internasional Annex III, Reference Numbers 67-92.
1,3,4,6,7,8- Hexahydro-
4,6,6,7,8,8- Hexamethylindeno 1222-05-5 214-946-9 5≤10
[5,6-C] Pyran
259-174-3,
54464-57-2,
Tetramethyl Acetyloctahydron 268-978-3,
68155-66-8, 5≤10
Aphthalenes 268-979-9,
68155-67-9
915-730-3
4-Tert-Butylcyclohexyl
32210-23-4 250-954-9 5≤10
Acetate
Tetrahydro-Methyl-
63500-71-0 405-040-6 1≤5%
(Methylpropyl)- Pyran-4-Ol
50-
Diethyl Phthalate 84-66-2 201-550-
100%
21
BAB IV
ANALISIS PEMASARAN PRODUK
22
gaharu, maka harga satu lilin aromaterapi gaharu dapat mencapai harga jutaan
rupiah perbatanganya.
Dengan potensi pasar dan keuntungan yang cukup tinggi, bisnis lilin
aromaterapi sangat perlu dipertimbangkan untuk menjadi inspirasi baru bisnis
[17]. Menurut Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik,
Kementerian PPN/Bappenas merilis Outlook Perekonomian Indonesia Pasca
Pemilu Nasional yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
2020-2024 sebesar 5,3% hingga 6,5%. Kunci peningkatan pertumbuhan
ekonomi ini berdasarkan peningkatan produktivitas, investasi, kualitas sumber
daya manusia, dan perbaikan pasar tenaga kerja [18]. Berikut ini merupakan
harga pasar minyak gaharu di Indonesia berdasarkan daerah produksi pada
tahun 2019.
Tabel 4.1 Harga Minyak Gaharu di Beberapa Daerah pada Tahun 2019 [19]
Varian dan Kemasan Satuan
No Harga (Rp.)
Minyak Gaharu (mL)
1 Minyak Gaharu Aceh 3 237.500
2 Minyak Gaharu Lombok 3 240.000
500.000 –
3 Minyak Gaharu Jombang 12
1.000.000
4 Minyak Gaharu Sumbawa 3 600.000
Minyak Gaharu
5 6 1.500.000
Kalimantan
6 Minyak Gaharu Malinau 6 1.750.000
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdsarakan Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Lilin Aromaterapi Gaharu merupakan produk hilirisasi atau produk turunan
dari gaharu, dimana Lilin aromaterapi gaharu adalah lilin yang mengandung
bahan pewangi berupa aroma gaharu yang berasal dari minyak essensial
gaharu yang ditambahkan pada proses pembuatannya.
2. Lilin aromaterapi dapat dibuat dengan metode sederhana yaitu dengan
menambahkan ekstrak atau minyak essensial gaharu ke dalam cetakan lilin.
Lilin dibuat dari bahan parafin atau wax.
3. Standar Spesifikasi Produk Lilin Aromaterapi Pada Perusahaan Craftofator
UK antara lain berwarna Clear pale yellow to yellow liquid, massa jenis
1.0600 - 1.0640 dan beraroma Oud Agarwood.
4. Pemasaran produk lilin aromaterapi selain dapat digunakan secara pribadi
oleh para konsumen, produk lilin aroma terapi kini juga dapat dijadikan
produk kado atau souvenir untuk berbagai acara.
24
DAFTAR PUSTAKA
[1] Minah, “Pembuatan Lilin Aromaterapi Berbasis Bahan Alam,” Industri Inovatif, no.
29–34, 2017.
[2] G. D. Winarno, “Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu Andalan Lampung,” in Buku
Ajar, 2019.
[6] M. Gunadi, “Karakteristik Briket Arang Aromaterapi dari Kayu Gaharu. ,” Skripsi
Fakultas Kehutanan, 2018.
[9] Standardisasi Nasional Indonesia (SNI), “Gaharu SNI 7631: 2011 (SNI. 01–
5009.1–1999),” Indonesia: Badan Standardisasi Nasional, 2011.
[10] Malaysian Timber Industry Board (MTIB), “Panduan pengelasan produk gaharu
Malaysia,” Kuala Lumpur: Lembaga Perindustrian Kayu Malaysia;, 2014.
[14] Persoon GA, “Agarwood: the life of a wounded tree,” IIAS Newslett, no. 5, pp. 24–
42, 2007.
[15] C. J. P. L. A.-M. R. Antonopoulou M, “The trade and use of agarwood (oudh) in the
United Arab Emirates,” TRAFFIC Southeast Asia, 2010.
25
[17] UMKM, “Lilin Aroma Terapi ,” Linkumkm, 2021. [Online]. Available:
https://linkumkm.id/news/detail/10969/lilin-aroma-terapi-modal-minimal-hasil-
maksimal. [Accessed 1 Oktober 2021].
26