( Cymbopogon nardus L)
PROPOSAL
Diajukan oleh :
NIM : 218054
SEMARANG
2021
PENGARUH PERBEDAAN SURFAKTAN TERHADAP UJI
( Cymbopogon nardus L)
PROPOSAL
Diajukan oleh :
NIM : 218054
SEMARANG
2021
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
( Cymbopogon nardus L)
Diajukan oleh :
NIM : 218054
Mengetahui,
Pembimbing, Kaprodi Diploma Tiga Farmasi
Politeknik Katolik Mangunwijaya
( apt. Sisca Devi, M.Pharm. Sci ) ( apt. Septiana Laksmi Ramayani, M.Sc )
ii
INTISARI
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Intisari ..............................................................................................................
B. Perumusan Masalah........................................................................
1. Serai Wangi..............................................................................
3. Shampo ....................................................................................
4. Surfaktan ..................................................................................
6. Monografi Bahan......................................................................
B. Hipotesis.........................................................................................
iv
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
40%. Kejadian infeksi kutu rambut terbesar ditemukan pada daerah dengan
Insektisida alami dapat dipilih sebagai alternatif untuk mengobati infeksi kutu
rambut karena memiliki efek samping relatif kecil. Salah satu bahan yang
maupun kutu pada rambut. Komponen penting dalam sediaan shampo salah
1
2
minyak maupun kotoran pada rambut (D’Sousza and Rathi, 2015). Jenis
surfaktan yang digunakan pada penelitian ini ada 3 yaitu surfaktan anionik, non
ionik dan amfoterik. Natrium lauril sulfat merupakan salah satu surfaktan
anionik yang memiliki sifat hidrofil sehingga mudah dibilas setelah digunakan.
kokamidopropil betaine yang memiliki daya busa stabil serta daya busa stabil.
karakteristik fisik sediaan shampo khususnya tingkat viskositas dan daya busa
B. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh jenis surfaktan anionik, non ionik dan amfoterik terhadap
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
( Cymbopogon nardus L ).
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Serai Wangi
dari Srilanka yang sekarang banyak tumbuh di Asia, Amerika dan Afrika.
Varietas serai wangi dibagi menjadi 2 jenis yaitu varietas lena batu dan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae
merah berumpun, bau khas, bunga malai berbulir, daun tunggal dengan
panjang kurang lebih 60 – 90 cm dan lebar daun 2 -5 cm. Cara tanaman serai
tumbuh dengan menghasilkan tunas akar. Tanaman serai dapat tumbuh subur
4
5
dengan pH tanah 6,0 – 7,5 serta terpapar sinar matahari dan curah hujan yang
Serai wangi yang siap dipanen pada usia 4 – 8 bulan dari waktu tanam, hal ini
baik dilakukan karena serai wangi menghasilkan minyak atsiri dengan kualitas
tinggi dalam jumlah banyak (Ginting, 2004). Berikut serai wangi dapat dilihat
pada gambar 1.
senyawa yang dihasilkan serai wangi memiliki banyak manfaat seperti sebagai
antiseptik, obat gosok, jamu, campuran obat kumur dan insektisida alami.
2.Destilasi / Penyulingan
cairan atau padatan yang dibedakan bedasarkan titik didih dari masing -
masing zat tersebut (Depkes RI, 2012). Metode destilasi air (water
distillation) banyak dipilih untuk mengambil minyak atsiri dari suatu simplisia
kering maupun basah. Simplisia yang akan disuling kontak langsung dengan
air atau terendam sempurna tergantung pada bobot jenis dan jumlah sampel
3.Shampo
membersihkan kulit kepala beserta rambut dari kotoran, polutan, kulit mati,
digunakan seperti hair spray, oil ataupun spray secara baik dana man (Andre
Menurut Poucher (2000) Syarat shampo yang baik harus memiliki syarat
sebagai berikut :
2. Shampo dapat menghasilkan busa yang cepat, lembut berlebih dan mudah
3. Shampo harus tetap stabil seperti tidak berpengaruh oleh wadah, memiliki
diatur.
5. Shampo tidak menimbulkan efek samping seperti iritasi pada kulit kepala
4.Surfaktan
yang bersifat hidrofilik (menarik air) dan ekor non – polar yang bersifat
yaitu membantu mengikat sebum atau kotoran berminyak agar dapat larut
cairan. Fungsi lain surfaktan yaitu meningkatkan viskositas pada lapisan antar
muka antara udara dengan cairan sehingga menghasilkan busa yang stabil.
8
yaitu surfaktan anionik, kationik, non ionik dan amfoterik (Schramm Laurier.,
a. Anionik
kelompok polar hidrofilik (fase air) bermuatan negatif, turunan dari fatty
dapat menyebabkan rambut menjadi kasar, kusam dan mudah kusut karena
terjadi reaksi alkali. Contoh surfaktan anionik antara lain lauryl sulfate,
2015).
b. Kationik
daya busa dan daya bersih rendah sehingga bekerja kurang efektif.
kationik antara lain long chain amino esters dan ammonioester (D’Sousza
c. Non – ionik
sebagai emmolient (melembabkan), daya busa yang stabil serta efek iritasi
d. Amfoterik
dan negatif sehingga dapat bekerja pada pH yang berbeda. Pada pH asam
sifat kompatibel dengan bahan lain, sebagai pengemulsi yang baik serta
a.Pengamatan Organoleptis
b.Uji Homogenitas
terjadi reaksi alkali atau pH sediaan terlalu basa (Schramm Laurier, 2006).
Busa sediaan shampo yang stabil harus mampu bertahan antara 60 – 70%
d.Pengukuran Viskositas
sistem dibawah kecepatan geser yang digunakan (Sinala and Junaedi, 2020).
Hal ini berlaku untuk larutan dengan tipe newton. Larutan non – newton tidak
berbanding lurus dengan kecepatan gaya geser. Semakin kental suatu cairan
maka semakin besar kekuatan yang diperlukan untuk cairan tersebut dapat
yang baik pada sediaan topikal yaitu memiliki konsistensi tinggi saat
(Sinala and Junaedi, 2020). Nilai viskositas sediaan shampo yaitu 400 – 4000
sediaan dengan bagian tubuh yang akan kontak langsung. Hasil uji pH yang
didapat pada sediaan topikal akan berpengaruh dengan efektivitas zat aktif,
stabilitas zat aktif dan kenyamanan sediaan saat digunakan. Sediaan topikal
12
yang memiliki pH terlalu basa akan menyebabkan kulit menjadi kering atau
oleh sifat fisika kimia bahan dan cara pembuatan sediaan. Nilai pH yang
topikal dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimia zat aktif, penambahan
surfaktan, basis sediaan sebagai zat pembawa dan kondisi daerah kulit
(Anugrah, 2019). Persyaratan pengujian daya tercuci yang baik adalah kurang
6. Monografi Bahan
busa yang stabil serta memberi efek kental pada produk. Pemerian berupa
dan memiliki rasa pahit. Mudah larut dalam air, dapat membentuk
utanopaselen, hampir tidak dapat larut dalam kloroform dan eter. Fungsi
b. Cocamide DEA
1996). Pemerian berupa cairan kental dengan aroma sepeti amoniak. Larut
dalam etanol ,air dan pelarut organik lainnya. Fungsi sebagai surfaktan,
c. Kokamidopropil betaine
pembasah dan pengemulsi yang baik. Memiliki sifat lembut, daya busa
berasa. Kelarutan : mudah terdispersi dalam air maupun air panas, tidak
larut dalam etanol, eter dan pelarut organik lain. CMC Na memiliki fungsi
e. Metil paraben
berbau, tidak berasa. Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian
etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan
f. Menthol (Mentholum)
berbentuk jarum, tidak berwarna, bau khas seperti minyak permen. Sukar
larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol. Menthol berfungsi
RI., 2014).
15
g. Aquadest
dari air yang memenuhi persyaratan air murni. Pemerian berupa cairan
B. HIPOTESIS
karakteristik fisik sediaan shampo minyak serai wangi yaitu pada uji viskositas,
pH, daya tercuci dan daya busa, tetapi tidak berpengaruh pada organoleptis dan
homogenitas.
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) searah satu
Keterangan :
Formula 1 : Surfaktan anionik ( natrium lauril sulfat)
Formula 2 : Surfaktan non ionik (cocamide DEA)
Formula 3 :Surfarktan amfoterik (kokamidopropil betaine)
R : Replikasi
16
17
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan 3 jenis surfaktan yang
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik shampo minyak
3. 3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah formula shampo minyak serai
wangi meliputi metode pembuatan serta alat dan bahan yang digunakan.
C. Definisi Operasional
digunakan yaitu tanaman serai segar memiliki daun panjang kurang lebih 60 –
90 cm, batang besar berwarna merah dan akar yang kuat, dipanen dengan cara
2. Minyak atsiri serai wangi diperoleh menggunakan metode destilasi air untuk
banyak sitronella.
18
3. Jenis surfaktan yang digunakan yaitu natrium lauril sulfat dengan konsentrasi
b. Homogenitas memenuhi syarat jika tidak ada partikel kasar serta tidak
e. Daya busa memenuhi syarat apabila busa dalam keadaan stabil dalam
CMC Na, metil paraben, menthol, aquadest, asam klorida pekat, toluene,
digital, rangkaian destilasi air, tabung reaksi, kotak sinar UV, alat uji KLT,
gelas ukur, beaker glass, object glass, batang pengaduk, pipet tetes, mortir,
stamper, cawan poselin, penangas air, kertas saring, corong kaca, kompor,
1. Determinasi Tanaman
Tanaman serai wangi segar dipanen dengan cara memotong batang serai
wangi, selanjutnya dilakukan sortasi basah terlebih dahulu dari bagian yang
tidak terpakai maupun kotoran yang menempel. Cuci bersih batang serai wangi
menggunakan air mengalir dan didiamkan hingga air cucian hilang, lalu
20
apabila musim hujan dapat diangin – anginkan dalam ruangan selama 2 hari.
Tujuan dikeringkan yaitu agar minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak karena
wangi tidak lebih dari 2 hari karena akan menurunkan volume dan kadar minyak
yang diperoleh.
dimasukan ke dalam labu alas bulat 1000 mL. Kemudian menyiapkan air
sebanyak 500 mL sebagai pelarut yang digunakan untuk merendam serai wangi.
pemisahan senyawa dengan perbedaan titik didih. Bahan yang memiliki titik
besar maka hasil pemisahan (fase air dan fase minyak) yang diperoleh semakin
murni (Syukur and Trisilawati, 2019). Minyak serai wangi yang dihasilkan
a. Uji Saponin
1987).
ujung. Langkah selanjutnya siapkan fase diam silica gel f254 ukuran 10
suhu 105º C, setelah plat KLT diaktifkan ditotolkan sampel minyak serai
dimasukan ke dalam chamber berisi fase gerak yang telah dijenuhkan, lalu
diamati kenaikan eluen sampai batas yang ditentukan. Keringkan plat KLT
dan dioven kembali selama 5 menit pada suhu 105º C. Noda yang
menghitung Rf :
perbedaan jenis surfaktan terhadap karakteristik fisik shampo anti kutu minyak
sereh serai wangi. Formulasi ini merupakan hasil modifikasi dari formula Badia
et al (2019). Shampo anti kutu minyak serai wangi akan dibuat sebanyak masing
minyak serai wangi sedikit demi sedikit dan terakhir tambahkan menthol
a. Organoleptis
cara melakukan pengamatan bentuk, bau, warna dan tekstur sediaan yang
1994).
b. Homogenitas
mengoleskan sampel sebanyak 0,5 g pada object glass, lalu diamati ada
menandakan terjadinya ketidak rataan bahan dan zat aktif (Lachman et al.,
1994).
c. pH
konstan. Nilai yang dianjurkan untuk sediaan shampo pH 5,0 – 9,0 (BSN,
1992).
25
b. Viskositas
untuk memutar spindle. Angka konstan yang tertera pada monitor diartikan
sebagai hasil viskositas (Sinala and Junaedi, 2020) . Nilai yang dianjurkan
untuk kekentalan sediaan shampoo yaitu 400 – 4000cps (Andre et al., 2001).
c. Daya busa
telah di uji, lalu diamati tinggi busa yang terbentuk hingga menit ke – 5.
Waktu yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan busa stabil saat shampo
% Busa yang hilang = (tinggi busa awal – tinggi busa akhir) x 100%
(tinggi busa awal)
26
d. Daya Tercuci
terpasang pada statif klem, kemudian diamati volume air mengalir untuk
membersihkan sediaan. Kriteria sediaan yang baik akan mudah dibilas, tidak
al., 1994)
F. Analisis Data
1. Pendekatan Teoritis
2. Pendekatan Statistika
Data yang diperoleh dari hasil pengujian nilai normalitas dan homogenitas
G. Jadwal Penelitian
waktu 7 bulan. Proposal dimulai dari penetapan judul hingga penyusunan laporan
Bulan
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1. Penetapan Judul
2. Penyusunan
Proposal
3. Ujian Proposal
4. Pengumpulan
Bahan
5. Pelaksanaan
Penelitian
6. Pengolahan Data
Penelitian
7. Pembuatan
Laporan KTI
8. Pelaksanaan
Ujian KTI
DAFTAR PUSTAKA
28
29