Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk menjadi Tenaga Teknis Kefarmasian yang unggul dan mampu

bersaing secara nasional di dunia kerja, maka peserta didik harus mempunyai

pengetahuan dan keterampilan yang disertai sikap yang baik. Untuk membekali

peserta didik, STIFAR memfasilitasi mahasiswa dengan cara Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Industri Farmasi yang dilakukan dalam bentuk kunjungan

industri.

Menurut definisi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi

adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan

kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.Adapun obat didefinisikan sebagai

bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. Sedangkan bahan obat adalah bahan

baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan

obat dengan standard mutu sebagai bahan baku farmasi.

PT. Martina Berto salah satu industri farmasi yang berbasisi pada bidang

kosmetik.Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan ( epidermidis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin

1
bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,

mengubah penampakkan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan suatu penyakit (Anonim, 1998). Kosmetik telah menjadi

kebutuhan sehari-hari masyarakat dan tidak terbatas pada kaum wanita, tetapi

sudah mulai dibutuhkan juga untuk kaum pria.Hal ini menjadikan kosmetik

mempunyai pasar yang luas dan permintaan yang tinggi.

Seiring dengan tingginya permintaan akan produk kosmetik maupun

cosmeceutical, industri kosmetik di Indonesia pun semakin berkembang.

Indonesia telah menetapkan standar dalam pelaksanaan industri kosmetik

berdasarkan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB). Penerapan prinsip –

prinsip CPKB akan menjamin mutu dan keamanan produk kosmetik yang beredar

di masyarakat.

Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk

menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia internasional.

Terlebih lagi dalam rangka diterapkannya AFTA (ASEAN Free Trade Area),

penerapan CPKB merupakan nilai tambah bagi produk kosmetik Indonesia dalam

bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri

maupun internasional. Negara–negara ASEAN telah menyepakati pembuatan

ASEAN Cosmetic Directive (ACD) yang bertujuan untuk meningkatkan

kerjasama negara anggota dalam menjamin keamanan, kualitas, dan manfaat

produk kosmetik yang beredar di ASEAN serta mengurangi batas perdagangan di

antara negara ASEAN melalui harmonisasi persyaratan teknik.

2
Berdasarkan hal tersebut Program Studi DIII Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu

Farmasi Riau (STIFAR Riau) bekerja sama dengan PT. Martina Berto Tbk dalam

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan dalam bentuk

kunjungan industri farmasi. Kunjungan ini meliputi pengamatan proses

pelaksanaan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB), pengamatan

pembuatan sediaan farmasi, pengamatan proses pengemasan, memahami

pengawasan mutu (In Process Control), serta mengamati proses pengolahan

limbah.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan utama yang ingin dicapai dari kegiatan kunjungan ini

adalah sebagai berikut :

1. Dapat menambah dan mengembangkan potensi ilmu pengetahuan pada

masing-masing siswa
2. Melatih keterampilan yang dimiliki siswa sehingga dapat bekerja dengan baik.
3. Melahirkan sikap bertanggung jawab, disiplin, sikap mental, etika yang baik

serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.


4. Menambah kreatifitas siswa agar dapat mengembangkan bakat yang terdapat

dalam dirinya.
5. Memberikan motivasi sehingga siswa/i bersemangat dalam meraih cita-cita

mereka. Melatih siswa/i agar dapat membuat suatu laporan yang terperinci

dari apa saja yang mereka kerjakan selama Praktek Kerja Industri.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Menambah wawasan pada siswa

3
2. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak kampus dengan

perusahaan

3. Mendapatkan pengalaman untuk bekal pada saat bekerja nantinya.


4. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antara pihak kampus

dengan pihak perusahaan.

1.3 Ruang Lingkup

Kegiatan kunjungan industri ini dilakukan pada industri kosmetik, dimana

kegiatan ini dilakukan untuk mengamati dan mempelajari setiap proses-proses

yang berlangsung di parik-pabrik tersebut. Mulai dari proses pengadaan,

pengelolaan pergudangan, pengamatan pembuatan sedian farmasi, pengamatan

proses pengemasan, memahami pengawasan mutu (In Process Control), hingga

mengamati proses pengolahan limbah.

1.4 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

1.4.1 Tempat Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan pada PT. Martina Berto Tbk

yang beralamat pada Jalan Pulokambing II No 1 Kawasan Pulogadung Jakarta

Timur.

1.4.2 Tanggal dan Waktu Pelaksanaan

Hari : Kamis

Tanggal : 03 Maret 2016

Pukul : 09.00 – 12.00 WIB

4
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Industri Farmasi

Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat

atau bahan obat. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai

dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang

membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.

2.2 Persyaratan Industri Farmasi

Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi

dari Direktur Jenderal.Direktur Jenderal yang dimaksud adalah Direktur Jenderal

pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin

industri farmasi sebagaimana yang tercantum dalam Permenkes RI No.

1799/Menkes/Per/IX/2010 adalah sebagai berikut:

1. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas

2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat

3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

4. Memiliki paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia

masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan

pengawasan mutu

5
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak

langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

kefarmasian.

Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi pemohon izin

industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

2.3 Visi dan Misi Umum

2.3.1 Visi

Menjadi perusahaan nasional terbaik dalam menyediakan produk dan jasa

di bidang perawatan kecantikan dan kesehatan dalam meningkatkan kualitas

hidup.

2.3.2 Misi

1. Menciptakan, memproduksi, dan memasarkan produk dengan kualitas

terbaik.

2. Memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pelanggan.

3. Pengembangan karyawan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan.

4. Menumbuhkan rasa cinta masyarakat Indonesia terhadap produk

nasional di bidang perawatan kecantikan dan kesehatan.

5. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang lebih sehat, bersih, dan

cantik.

6
2.4 Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik (CPKB)

Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan salah satu

faktor penting untuk dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi

standar mutu dan keamanan.

Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk

menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia internasional.

Terlebih lagi untuk mengantisipasi pasar bebas di era globalisasi maka penerapan

CPKB merupakan nilai tambah bagi produk kosmetik Indonesia untuk bersaing

dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupu

internasional.Adapun tujuan dari CPKB adalah,

 Secara Umum:

a. Melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang merugikan dari penggunaan

kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan standar mutu dan keamanan.

b. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kosmetik Indonesia

dalam era pasar bebas.

 Secara Khusus :

a. Dengan dipahaminya penerapan CPKB oleh para pelaku usaha industri

Kosmetik sehingga bermanfaat bagi perkembangan industri Kosmetik.

b. Diterapkannya CPKB secara konsisten oleh industri Kosmetik

Ada beberapa hal dalam Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik dan Benar

yakni sebagai berikut :

7
2.4.1 Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat kosmetik sedemikian rupa agar sesuai

dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan

penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen

bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”,

yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam

perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu

secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang

didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi

Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan

Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor

efektivitasnya.

2.4.2 Personalia

Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan

kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah

yang cukup.Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang

dibebankan kepadanya.

 Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab


a. Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan

mutu hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada

keterkaitan tanggungjawab satu sama lain.


b. Kepala bagian produksi harus memperoleh pelatihan yang memadai dan

berpengalaman dalam pembuatan kosmetik. Ia harus mempunyai

8
kewenangan dan tanggungjawab dalam manajemen produksi yang

meliputi semua pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi, area

produksi dan pencatatan.


c. Kepala bagian pengawasan mutu harus memperoleh pelatihan yang

memadai dan berpengalaman dalam bidang pengawasan mutu. Ia harus

diberi kewenangan penuh dan tanggungjawab dalam semua tugas

pengawasan mutu meliputi penyusunan, verifikasi dan penerapan semua

prosedur pengawasan mutu. Ia mempunyai kewenangan menetapkan

persetujuan atas bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi

yang telah memenuhi spesifikasi, atau menolaknya apabila tidak

memenuhi spesifikasi, atau yang dibuat tidak sesuai prosedur dan kondisi

yang telah ditetapkan.


d. Hendaknya dijabarkan kewenangan dan tanggungjawab personil-personil

lain yang ditunjuk untuk menjalankan Pedoman CPKB dengan baik.


e. Hendaknya tersedia personil yangterlatih dalam jumlah yang memadai

untuk melaksanakan supervisi di setiap bagian produksi dan unit

pemeriksaan mutu.

2.4.3 Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi

Pembinaan terhadap pengembangan Industri Farmasi dilakukan oleh

Direktur Jenderal, sedangkan pengawasan dilakukan oleh Kepala

Badan.Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Permenkes RI No.

1799/Menkes/Per/IX/2010 dapat dikenakan sanksi administratif berupa :

a. Peringatan secara tertulis

9
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk

penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan

obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,

khasiat/kemanfaatan, atau mutu

c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi

persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatn, atau mutu

d. Penghentian sementara kegiatan

e. Pembekuan izin industri farmasi

f. Pencabutan izin industri farmasi

2.4.4 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang,

dibangun, dan dipelihara sesuai kaidah, yaitu sebagai berikut :

a. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari

lingkungan sekitar dan hama.

b. Produk kosmetik dan produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang

mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan

peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha pembersihan dan

perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi kontaminasi silang dan risiko

campur baur.
c. Garis pembatas, tirai plastic penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita dapat

digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.


d. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus

terpisah dari area produksi guna mencegah terjadinya kontaminasi.

10
e. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, seperti

penerimaan material, pengambilan contoh material, penyimpanan barang

datang dan karantina, gudang bahan awal, penimbangan dan penyerahan,

pengolahan, penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina sebelum

produk dinyatakan lulus, gudang produk jadi, tempat bongkar muat,

laboratorium, tempat pencucian peralatan.


f. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta mudah

dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus mempunyai

permukaan yang mudah dibersihkan dan disanitasi.


g. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai

ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.


h. Pipa, fittting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di area produksi

harus dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya ceruk yang sukar

dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar area pengolahan.


i. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.
j. Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan penerangan

yang sesuai, diatur dan diberi perlengkapan sedemikian rupa sehingga

memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih

dan rapi.
1. Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan antara

kelompok material dan produk yang dikarantina.


2. Area khusus dan terpisah hendaklah tersedia untuk penyimpanan bahan

yang mudah terbakar dan bahan yang mudah meledak, zat yang sangat

beracun, bahan yang ditolak atau ditarik serta produk kembalian.


3. Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus dimana suhu dan

kelembabannya dapat dikendalikan serta terjamin keamanannya.

11
4. Penyimpanan bahan pengemas / barang cetakan hendaklah ditata

sedemikian rupa sehingga masing-masing berada di tempat yang berbeda

dan terpisah untuk mencegah terjadinya campur baur


2.4.5 Peralatan

a.Rancangan Bangunan

1) Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah

tidak boleh bereaksi atau menyerap bahan.


2) Peralatan tidak boleh menimbutkan akibat yang merugikan terhadap

produk misalnya melalui tetesan oli, kebocoran katub atau melalui

modifikasi atau adaptasi yang tidak salah/tidak tepat.


3) Peralatan harus mudah dibersihkan.
4) Peralatan yang digunakan untuk mengolah bahan yang mudah terbakar

harus kedap terhadap ledakan.

b.Pemasangan dan Penempatan

1) Peralatan/mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak

menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan harus diberi

penandaan yang jelas untuk menjamin tidak terjadi campur baur antar

produk.
2) Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara, harus dipasang

sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.

Saluran ini hendaknya diberi label atau tanda yang jelas sehingga

mudah dikenali.

12
3) Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanasan, ventilasi, pengatur

suhu udara, air (air minum, air murni, air suling), uap, udara bertekanan

dan gas harus berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuannya dan dapat

diidentifikasi.

c. Pemeliharaan

1) Peralatan untuk menimbang mengukur, menguji dan mencatat harus

dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Semua catatan pemeliharaan

dan kalibrasi harus disimpan.


2) Petunjuk cara pembersihan peralatan hendaknya ditulis secara rinci dan

jelas diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan jelas.

2.4.6 Sanitasi dan Higiene

Sanitasi dan higiene hendaknya dilaksanakan untuk mencegah terjadinya

kontaminasi terhadap produk yang diolah.Pelaksanaan sanitasi dan hygiene

hendaknya mencakup personalia, bangunan, mesin-mesin dan peralatan serta

bahan awal.

2.4.7 Produksi

Seluruh kebutuhan dan kegiatan dalam proses produksi hendaknya diawasi

pula untuk menjamin terciptanya produk yang terjamin mutu dan keamanannya.

2.4.7.1 Air untuk Produksi


1) Air harus mendapat perhatian khusus karena merupakan bahan

penting. Peralatan untuk memproduksi air dan sistem

13
pemasokannya harus dapat memasok air yang berkualitas. Sistem

pemasokan air hendaknya disanitasi sesuai Prosedur Tetap.


2) Air yang digunakan untuk produksi sekurang-kurangnya

berkualitas air minum. Mutu air yang meliputi parameter kimiawi

dan mikrobilologi harus dipantau secara berkala, sesuai prosedur

tertulis dan setiap ada kelainan harus segera ditindak lanjuti dengan

tindakan koreksi.
3) Pemilihan metoda pengolahan air seperti deionisasi, destilasi atau

filtrasi tergantung dari persyaratan produk. Sistem penyimpanan

maupun pendistribusian harus dipelihara dengan baik.


4) Perpipaan hendaklah dibangun sedemikian rupa sehingga terhindar

dari stagnasi dan resiko terjadinya pencemaran.

2.4.7.2 Verifikasi Material (Bahan)


1) Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas)

hendaklah diperiksa dan diverifikasi mengenai pemenuhannya

terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan dan dapat ditelusuri

sampai dengan produk jadinya.


2) Contoh bahan awal hendaklah diperiksa secara fisik mengenai

pemenuhannya terhadap spesifikasi ditetapkan, dan harus

dinyatakan lulus sebelum digunakan.


3) Bahan awal harus diberi label yang jelas.
4) Semua bahan harus bersih dan diperiksa kemasannya terhadap

kemungkinan terjadinya kebocoran, lubang atau terpapar.


2.4.7.3 Pencatatan Bahan

14
1) Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai

nama bahan yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan,

tanggal penerimaan, nama pemasok, nomor batch dan jumlah.


2) Setiap penerimaan dan penyerahan bahan awal hendaklah dicatat

dan diperiksa secara teliti kebenaran identitasnya.

2.4.7.4 Material Ditolak (Reject)

Pasokan bahan yang tidak memenuhi spesifikasi hendaknya

ditandai, dipisah dan untuk segera diproses lebih lanjut sesuai Prosedur

Tetap.

2.4.7.5 Sistem Pemberian Nomor Bets


1) Setiap produk antara, produk ruahan, dan produk akhir hendaklah

diberi nomor identitas produksi (nomor bets) yang dapat

memungkinkan penelusuran kembali riwayat produk untuk produk

yang sama untuk menghindari kebingungan / kekacauan.


2) Bila memungkinkan, nomor bets hendaknya dicetak pada etiket

wadah dan bungkus luar.


3) Catatan pemberian nomor bets hendaknya dipelihara
2.4.7.6 Penimbangan dan Pengukuran
1) Penimbangan hendaknya dilakukan di tempat tertentu

menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi.


2) Semua pelaksanaan penimbangan dan pengukuran harus dicatat

dan dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas yang berbeda.


2.4.7.7 Prosedur dan Pengelohan
1) Semua bahan awal harus lulus uji sesuai spesifikasi yang

ditetapkan.
2) Semua prosedur pembuatan harus dilaksanakan sesuai prosedur

tetap tertulis.

15
3) Semua pengawasan selama proses yang diwajibkan harus

dilaksanakan dan dicatat.


4) Produk ruahan harus diberi penandaan sampai dinyatakan lulus

oleh Bagian Pengawasan Mutu.


5) Perhatian khusus hendaknya diberikan kepada kemungkinan

terjadinya kontaminasi silang pada semua tahap proses produksi.


6) Hendaknya dilakukan pengawasan yang seksama terhadap kegiatan

pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu, misalnya

pengaturan suhu, tekanan, waktu dan kelembaban.


7) Hasil akhir proses produksi harus dicatat.

2.4.7.8 Produk Kering

Penanganan bahan dan produk kering memerlukan perhatian

khusus dan bila perlu dilengkapi dengan sistem pengendali debu, atau

sistem hampa udara sentral atau cara lain yang sesuai.

2.4.7. Produk Basah


1) Cairan, krim, dan lotion harus diproduksi sedemikian rupa untuk

mencegah dari kontaminasi mikroba dan kontaminasi lainnya.


2) Penggunaan sistem produksi dan transfer secara tertutup sangat

dianjurkan.
3) Bila digunakan sistem perpipaan untuk transfer bahan dan produk

ruahan harus dapat dijamin bahwa sistem yang digunakan mudah

di bersihkan.
2.4.7.10 Produk Aerosol
1) Pembuatan aerosol memerlukan pertimbangan khusus karena sifat

alami dari sediaan ini.


2) Pembuatan harus dilakukan dalam ruang khusus yang dapat

menjamin terhindarnya ledakan atau kebakaran.


2.4.7.11 Pelabelan dan Pengemasan

16
1) Kini pengemasan hendaklah diperiksa sebelum dioperasikan.

Peralatan harus bersih dan berfungsi baik. Semua bahan dan

produk jadi dari kegiatan pengemasan sebelumnya harus

dipindahkan.
2) Selama proses pelabelan dan pengemasan berlangsung, harus

diambil contoh secara acak dan diperiksa.


3) Setiap lini pelabelan dan pengemasan harus ditandai secara jelas

untuk mencegah campur baur.


4) Sisa label dan bahan pengemas harus dikembalikan ke gudang dan

dicatat. Bahan pengemas yang ditolak harus dicatat dan diproses

lebih lanjut sesuai dengan Prosedur Tetap.

2.4.7.12 Produk Jadi, Karantina dan Pengiriman ke Gudang Produk

Jadi

Semua produk jadi harus dikarantina terlebih dahulu.Setelah

dinyatakan lulus uji oleh bagian Pengawasan Mutu, barulah dimasukkan

ke gudang produk jadi.Selanjutnya produk dapat didistribusikan.

2.4.8 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan semua upaya pemeriksaan dan

pengujian yang dilakukan sebelum, selama dan setelah pembuatan

kosmetik untuk menjamin agar kosmetik yang diproduksi senantiasa

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.Bila belum tersedia fasilitas

uji, dapat dilakukan pengujian dengan menunjuk laboratorium yang

terakreditasi.Untuk menjamin kebebasan dalam menetapkan

17
keputusannya, maka Bagian Pengawasan Mutu merupakan bagian yang

terpisah dari bagian produksi.

Pengawasan mutu meliputi:

a. Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan

awal produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan produk jadi

sesuai spesifikasi yang ditetapkan. Pengambilan contoh hendaklah dilakukan

oleh tenaga yang terlatih dan diberi kewenangan untuk tugas tersebut, guna

menjamin contoh yang diambil senantiasa sesuai dengan indentitas dan

kualitas bets yang diterima.

b. Program pemantauan lingkungan, tinjauan terhadap dokumentasi bets,

program pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu produk di

peredaran, penelitian stabilitas dan menetapkan spesifikasi bahan awal dan

produk jadi agar senantiasa memenuhi standar yang ditetapkan.

2.4.9 Audit Internal

Audit Internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujian seluruh

atau sebagian dari aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan

untuk meningkatkan sistem mutu. Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak

luar, atau auditor profesional atau tim internal yang dirancang oleh

manajemen untuk keperluan ini. Pelaksanaan Audit Internal dapat diperluas

sampai ke tingkat pemasok dan kontraktor, bila perlu.Laporan harus dibuat

pada saat selesainya tiap kegiatan Audit Internal dan didokumentasikan

dengan baik.

18
2.4.10 Penyimpanan

Ketentuan tentang penyimpanan meliputi area penyimpanan serta

penanganan dan pengawasan persediaan.

a. Area Penyimpanan
1) Area penyimpanan hendaknya cukup luas untuk memungkinkan

penyimpanan yang memadai dari berbagai kategori baik bahan

maupun produk, seperti bahan awal, produk antara, ruahan dan produk

jadi, produk yang dikarantina, dan produk yang lulus uji, ditolak,

dikembalikan atau ditarik dari peredaran.


2) Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan untuk

menjamin kondisi penyimpanan yang baik, bersih, kering dan dirawat

dengan baik. Bila diperlukan area dengan kondisi khusus (suhu dan

kelembaban) hendaknya disediakan, diperiksa dan dipantau fungsinya.


3) Tempat penerimaan dan pengiriman barang hendaknya dapat

melindungi material dan produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan

hendaknya dirancang dan diberi peralatan untuk memungkinkan

barang yang datang dapat dibersihkan apabila diperlukan sebelum

disimpan.
4) Area penyimpanan untuk produk karantina hendaknya diberi batas

secara jelas.
5) Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara aman.

b. Penanganan dan Pengawasan Persediaan

19
1) Penerimaan Produk

Pada saat penerimaan, barang dokumen hendaknya diperiksa dan

dilakukan verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada label yang meliputi tipe

barang dan jumlahnya.Barang kiriman harus diperiksa dengan teliti terhadap

kemungkinan terjadinya kerusakan dan atau cacat.Hendaknya ada Catatan

Pertinggal untuk setiap penerimaan barang.

2) Pengawasan

Catatan-catatan harus dipelihara meliputi semua catatan penerimaan dan

catatan pengeluaran produk.Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan prinsip

rotasi barang (FlFO).Semua label dan wadah produk tidak boleh diubah, dirusak

atau diganti.

2.4.11 Kontrak Produksi dan Pengujian

Pelaksanaan kontrak produksi dan pengujian hendaknya secara jelas

dijabarkan, disepakati dan diawasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah

dalam penafsiran di kemudian hari, yang dapat berakibat tidak memuaskannya

mutu produk atau pekerjaan.Guna mencapai mutu-produk yang memenuhi standar

yang disepakati, hendaknya semua aspek pekerjaan yang dikontrakkan ditetapkan

secara rinci pada dokumen kontrak.Hendaknya ada perjanjian tertulis antara pihak

yang memberi kontrak dan pihak penerima kontrak yang menguraikan secara jelas

tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak.Dalam hal kontrak pengujian,

keputusan akhir terhadap hasil pengujian suatu produk, tetap merupakan tanggung

jawab pemberi kontrak.Penerima kontrak hanya bertanggungiawab terhadap

pelaksanaan pengujian sampai diperoleh hasil pengujian.

20
2.4.12 Penanganan Keluhan dan Penarikan Produk
i. Penanganan Keluhan
1. Hendaknya ditentukan Personil yang bertanggungjawab untuk

menangani keluhan dan menentukan upaya pengatasannnya. Bila

orang yang ditunjuk berbeda dengan personil yang diberi kewenangan

untuk menangani hal tersebut, yang bersangkutan hendaknya diberi

arahan untuk waspada terhadap kasus-kasus keluhan, investigasi atau

penarikan kembali (recall).


2. Harus ada prosedur tertulis yang menerangkan tindakan yang harus

diambil, termasuk perlunya tindakan penarikan kembali (recall), bila

kasus keluhan yang terjadi meliputi kerusakan produk.


3. Keluhan rnengenai kerusakan produk hendaknya dicatat secara rinci

dan diselidiki.
4. Bila kerusakan produk ditemukan atau diduga terjadi dalam suatu bets,

hendaknya dipertimbangkan kemungkinan terjadinya kasus serupa

pada bets lain. Khususnya bets lain yang mungkin mengandung produk

proses ulang dari bets yang bermasalah hendaknya diselidiki.


5. Setelah evaluasi dan penyelidikan atas keluhan, apabila diperlukan

dapat dilakukan tindak lanjut yang memadai termasuk kemungkinan

penarikan produk.
6. Semua keputusan dan upaya yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari

keluhan hendaknya dicatat dah dirujuk kepada catatan bets yang

bersangkutan.
7. Catatan keluhan hendaknya ditinjau secara periodik untuk menemukan

masalah spesifik atau masalah yang berulang yang memerlukan

perhatian dan mungkin menjadi dasar pembenaran bagi penarikan

produk di peredaran.

21
8. Apabila terjadi kegagalan produk dan kerusakan produk yang

menjurus kepada terganggunya keamanan produk, Instansi yang

berwenang hendaknya diberitahu.


ii. Penarikan Produk
1. Hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran terhadap

produk yang diketahui atau diduga bermasalah.


2. Hendaknya ditunjuk Personil yang bertanggungjawab atas pelaksanaan

dan koordinasi penarikan kembali produk termasuk personil lain dalam

jumlah yang cukup.


3. Harus disusun Prosedur Tetap penarikan kembali produk yang secara

periodik ditinjau kembali. Pelaksanaan penarikan kembali hendaknya

dapat dilakukan cepat dan efektif.


4. Catatan pendistribusian primer hendaknya segera diterirna oleh orang

yang bertanggungjawab untuk melakukan penarikan kembali produk,

dan catatan tersebut harus memuat informasi yang cukup tentang

distributor.
5. Perkembangan proses penarikan kembali produk hendaknya dicatat

dan dibuat laporan akhir , meliputi rekonsiliasi jumlah produk yang

dikirim dan ditemukan kembali.


6. Keefektifan pengaturan penarikan kembali produk hendaknya

dievaluasi dari waktu ke waktu.


7. Hendaklah dibuat instruksi tertulis yang menjamin bahwa produk yang

ditarik kembali disimpan dengan baik pada daerah yang terpisah

sambil menanti keputusan selanjutnya.


2.4.13 Dokumentasi

22
a. Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen

hendaknya dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga

naskah aslinya harus tetap terdokumentasi.

b. Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah

demi langkah dalam bentuk kalimat perintah.

c. Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan.

d. Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang

terkait dan pendistribusiannya dicatat.

e. Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara

berkala, dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik kembali

dari pihak-pihak terkait untuk diamankan.

BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Sejarah dan Perkembangan Martina Berto

PT. Martina Berto didirikan tahun 1977 oleh Dr. HC Martha Tilaar,

Pranata Bernard dan Theresa Harsini.Awal mula berdirinya perusahaan ini adalah

usaha salon kecantikan kecil yang didirikan oleh Ibu Martha Tilaar di Jakarta

tahun 1970.Sejak dari salon kecil ini sudah dimulai usaha untuk membuat dan

memasarkan jamu-jamuan komersial.Tahun 1976 usaha salon ini mulai

berkembang yang ditandai dengan dibukanya salon kecantikan yang kedua. Dan

beberapa tahun kemudian, usaha salon kecantikan tersebut telah berkembang

23
pesat menjadi 9 salon kecantikan milik Ibu Martha Tilaar sendiri, 16 salon di

bawah lisensi, serta 4 sekolah kecantikan.

Konsep ramu-ramuan tradisional yang digunakan pada salon

kecantikannya disebut Total Beauty Concept.Konsep ini berarti bahwa kecantikan

yang sebenarnya adalah perpaduan antara kecantikan dari dalam (inner beauty)

dan kecantikan dari luar (outer beauty), sehingga menggunakan formula

ramuramuan untuk perawatan kecantikan dari dalam akan sama baiknya dengan

perawatan dari luar. Berdasarkan konsep ini juga, maka perlu dibuat suatu produk

yang menggunakan bahan-bahan dari alam tetapi diproses dengan teknologi

modern dan diterima oleh wanita modern saat ini.

Pada tahun 1997 dimulai produksi jamu-jamuan komersial berskala rumah

tangga yang diberi merek dagang Sari Ayu Martha Tilaar dan pada tahun 1981

telah diproduksi sebanyak 46 jenis produk. Seiring dengan kapasitas permintaan

yang besar maka pada tahun 1981 didirikanlah sebuah industri modern pertama

yaitu PT. Martina Berto di Jl. Pulo Ayang No. 3, Kawasan Industri Pulogadung

(KIP) dengan luas 4200 m2. Perusahaan ini memproduksi kosmetik dan obat

herbal dengan brand “Sariayu-Martha Tilaar”. Lima tahun kemudian yaitu tahun

1986 didirikanlah pabrik modern kedua yang terletak di Jl. Pulo Kambing II No.

1, KIP yang memiliki luas lebih besar dari pabrik pertama yaitu 4600 m2.

Saat ini kegiatan utama PT. Martina Berto, Tbk antara lain : 1)

memproduksi produk kosmetik dan obat tradisional, 2) memasarkan dan menjual

kosmetik, pelayanan kecantikan dan obat herbal tradisional, serta 3) mendukung

aktivitas perusahaan cabang yaitu PT. Cedefindo sebagai perusahaan kontrak

24
produk kosmetik dry, semi-solid, dan aerosol. Selain itu perusahaan ini juga

melakukan formulasi kosmetik, registrasi, membuat bahan baku/kemasan, proses

produksi, pengemasan dan pelayanan logistik one-stop baik internal Martha Tilaar

Group maupun eksternal ke perusahaan luar.

3.2 Profil Martina Berto

3.2.1 Visi

Menjadi perusahaan perawatan kecantikan dan spa (Beauty & Spa) yang

terkemuka di dunia dengan produk yang bernuansa ketimuran dan alami, melalui

pemanfaatan teknologi modern dan menempatkan penelitian dan pengembangan

sebagai sarana peningkatan nilai tambah bagi konsumen dan pemangku

kepentingan lainnya.

3.2.2 Misi

1. Mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk perawatan

kecantikan dan spa yang bernuansa ketimuran dan alami dengan

standar mutu internasional guna memenuhi kebutuhan konsumen di

berbagai segmen pasar dari premium, menengah atas, menengah dan

menengah-bawah dalam suatu portofolio yang sehat dan setiap merek

mampu mencapai posisi 3 besar di Indonesia di setiap segmen pasar

yang dimasukinya.

2. Menyediakan layanan yang prima kepada semua pelanggan dalam

porsi yang seimbang, termasuk konsumen dan para penyalur produk;

25
3. Mempertahankan kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan

bisnis;

4. Merekrut, melatih dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten

dan produktif sebagai bagian dari aset Perusahaan;

5. Memanfaatkan metode operasi, sistim dan teknologi yang efisien dan

efektif di seluruh unit dan fungsi usaha;

6. Menerapkan “Good Corporate Governance” secara konsisten demi

kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders);

7. Memberikan tingkat keuntungan yang wajar kepada para pemegang

saham;

8. Mengembangkan pasar kosmetika dan jamu internasional dengan

fokus jangka menengah di kawasan Asia Pasifik dengan produk dan

merek pilihan, dan fokus jangka panjang di pasar global.

3.2.3 Logo

Dibawah ini merupakan logo dari PT. Martina Brto Tbk

3.3 Kebijakan

PT Martina Berto Tbk memiliki sebuah sebuah filosofi kebijakan yang

dikenal dengan sebutan DJITU di dalam perusahannya.DJITU merupakan sebuah

26
akronim dari Disiplin, Jujur, Inovatif, Tekun, dan Ulet.Filosofi ini berlaku bagi

segenap karyawan untuk mencapai visi dan misi yang telah digariskan oleh

perusahaan.

3.3.1 Disiplin

Menjadi sebuah sikap yang menunjukkan komitmen setiap karyawan

dalam menepati waktu demi efisiensi jalannya setiap kegiatan dalam perusahaan.

3.3.2 Jujur

Dari sikap jujur para karyawannya, sebuah perusahaan dapat tumbuh

menjadi sebuat perusahaan yang sehat dan mampu terus berkembang.

3.3.3 Inovatif

Karyawan dengan pola pikir yang inovatif dan sikap yang proaktif adalah

aset berharga bagi perusahaan, yang penting untuk terus dijaga. Dari pola pikir

inovatif inilah akan tercipta terobosan-terobosan baru dalam perusahaan.

3.3.4 Tekun

Sikap tekun dan selalu fokus dalam melakukan dan mengembangkan hal-

hal yang berkaitan dengan tanggung jawab akan memungkinkan pencapaian target

perusahaan sesuai waktu yang telah ditentukan, dan ketekunan juga akan

meningkatkan kualitas karyawan.

3.3.5 Ulet

Mau bekerja keras, berkomitmen, dan gigih dalam menggali setiap tugas

yang belum terselesaikan menunjukkan bahwa seseorang memiliki rasa tanggung

jawab pada pekerjaannya. Hal ini penting bagi keberlangsungan dan kemajuan

perusahaan

27
3.4 Struktur Organisasi

DEWAN KOMISARIS
Komisaris Utama
Martha Tilaar

Komisaris
Ratna Handana

Komisaris Independent
Tjan Hong Tjhiang
KOMITE AUDIT
Ketua
Tjan Hong Tjhiang

Anggota
Philipus Neri

DEWAN DIREKSI
Presiden Utama
Brian David Emil

Direktur 28
Handiwidjaja
Samuel Eduard Pranata
Kunto Widarto
Sekertaris Perusahaan Internal Audit
Desril Muchtar Johanes Chrismanto

Sales Marketing Research & Finance & Corporate Social


Christin Patricia Development Manufacturing Administration Responsibillity
Kusumastuti Husada Heftiyan Eti Setiawati Iwan Herwanto Heru D Wardhana
Handra

3.5 Lokasi dan Fasilitas

Saat ini PT. Martina Berto, Tbk memiliki 2 pabrik dengan lokasi yang

berbeda yaitu : a) Martina Berto Plant I, terletak di Kawasan Industri Pulogadung,

didirikan pada tahun 1986 dengan luas area 10.245 m2, dan b) Martina Berto

Plant II, terletak di Gunung Putri didirikan pada tahun 1994 dengan luas area

10.629 m2. Berdasarkan pada rencana pengembang yang telah ditetapkan oleh

perusahaan, masing-masing pabrik mempunyai fokus produksi tertentu. Martina

Berto Plant I fokus pada produksi produk kosmetik, perawatan tubuh, dan kulit.

Sedangkan Martina Berto Plant II fokus pada produksi jamu dan makanan

kesehatan.

29
Selain 2 pabrik PT. Martina Berto, Tbk juga mempunyai kebun budidaya

tanaman dan penelitian yang terletak di Sawangan dan Cikarang. Kebun koleksi

tanaman obat dan kosmetika seluas 0,7 hektar terletak di Sawangan dan kebun

pengembangan dan produksi tanaman obat dan kosmetik seluas 10 hektar terletak

di Cikarang.

3.6 Produk Unggulan

3.6.1 Produk

Perseroan dan anak perusahaan memiliki produksi yang terbagi kedalam

empat kategori, yaitu :

 Kosmetik cair

Kosmetik cair termasuk didalamnya cairan pembersih muka,

pelembab, toner, alas bedak, body splash cologne, dan produk cair lainnya.

 Kosmetik kering

Kosmetik kering termasuk didalamya eye shadow, blush on, loose

powder dan compact powder dan produk kering lainnya.

 Kosmetik semi padat

Kosmetik semi padat termasuk didalamnya lipstik, creamy foundation

dan lain-lain.

 Obat tradisional
Obat tradisional termasuk didalamnya masker, lulur, dan teh herbal.

Tabel 1.1 Jenis Produk PT.Martina Berto Tbk

Brand Jenis Produk

30
Sari Ayu Kosmetika tradisiomal dan jamu

Biokos/Caring Perawatan kulit dewasa

Belia Kosmetik remaja

PAC Professional artis kosmetik

Berto/ Slimming Tea Minuman

Oliv of Java Aromatik oil

Martina Jamu Indonesia

Dewi Sri Spa Produk perawatan tubuh

Jamu Garden Produk healthy dan body care

Selain pembagian kategori produk berdasarkan proses produksi, perseroan

membagi produk-produk yang dimilikinya berdasarkan kategori produk yaitu :

colour cosmetic, skin care, body care, hair care, jamu (obat tradisional), dan lain-

lain. Produk kosmetik PT martina berto antara lain :

1. Belia

a) Preparat wangi-wangian : mist cologne

b) Preparat make up : lipstik, compact powder

2. Caring colour

a) Preparat make-up : lip colour, liquid foundation, loose powder, dual action

cake, cheek cake, lipstik, BB cream.

b) Preparat mata : eye shadow, eye candy

3. Biokos : skin care untuk semua usia

4. Cempaka kosmetik

31
a) Skin care : pelembab, cleansing milk, face tonic, hand and body lotion

b) Make up base : alas bedak, krim pemutih, bedak tabur, two way cake UV,

whitening, foundation, bedak padat, cempaka powder, face powder.

c) Decorative : beauty kit, maskara

5. Dwi Sri Spa : preparat untuk kebersihan badan : levender oil, green tea and

lemon oil, VCO, javanese rose, dan lain-lain.

6. Mirabella

a) Preparat make up : lipstik, lip gloss, lip perfection

b) Eye make up : eye liner dan eyebrow pencil, eyeliner liquid pen,

eyeshadow

c) Make up base : cleansing milk, face tonic, foundation stick, blush on

d) Hair care : urang aring lotion

7. PAC

a) Make up base : make up remover, brush cleaner, lipstik, blush on,

foundation, lip gloss, lipstick pencil, liner, lip color

b) Preparat mata : liquid eyeliner, eyeshadow, mascara

8. Sariayu

a) Preparat make up : lipstik, alas bedak, blush on, lip gloss, bedak tabur,

cleansing, penyegar.

b) Preparat mata : eye brow, eye make up, eye shadow

c) Preparat untuk perawatan : facial foam acne, krim masker jerawat, body

lotion dan lain-lain.

d) Jamu : kaplet jerawat, kaplet susut perut dan lain-lain.

32
3.6.2 Pelayanan

Selain memproduksi produk-produk kecantikan berkualitas, Martha Tilaar

Group juga memiliki anak perusahaan yang menawarkan pelayanan jasa dibidang

kecantikan. Empat anak perusahaan adalah PT Martha Beauty Gallery yang

menawarkan pelayanan jasa pendidikan, salon, kesenian dan kecantikan, PT

Cantika Puspa Pesona yang menawarkan kerjasama manajemen waralaba baik

lokal maupun internasional untuk salon dan spa, PT Creative Style yang

merupakan agensi periklanan serta PT Kreasi Boga Primatama merupakan agensi

sumber daya manusia.

3.7 Pengamatan Lapangan

3.7.1 Bangunan

Bangunan PT.MARTINA BERTO ini terletak dijalan Pulokambing II no.1,

Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta – Indonesia dan memiliki beberapa fasilitas

serta ruangan-ruangan yang termasuk didalamnya ruang produksi.PT.MARTINA

BERTO yang sangat terkenal dengan produk- produknya terutama produk

kosmetik.PT ini juga memegang peringkat terbaik kosmetik pertama yang berada

di Indonesia sehingga pelanggan dari produk mereka itu sendiri adalah dominan

para wanita yang mempercayai produk kosmetik mereka dapat merubah diri

mereka untuk menjadi lebih cantik.

3.7.2 Ruangan

PT.MARTINA BERTO memiliki beberapa ruangan saat melakukan

kunjungan industri yaitu :

33
a. Ruang tamu
Ruangan ini digunakan untuk menyambut para tamu yang ingin

melakukan kunjungan ke PT.MARTINA BERTO.


b. Museum
PT.MARTINA BERTO ini sangat unik karena mereka memiliki sebuah

museum didalam bangunannya yang didalam museum itu terdapat beberapa

patung seperti Kandedes, Dewi Kecantikan, dll. Tidak hanya itu saja

dimuseum mereka juga terdapat lukisan, foto sejarah berdirinya

PT.MARTINA BERTO, penghargaan, serta yang unik didalamnya yaitu

sebuah kereta kencana tua serta patung yang memakai sebuah kebaya yang

terdahulu.
c. Ruangan Produksi
1. Reseach
2. Packing
3. Quality Control
4. Liquid Processing Area
5. Liquid Packing Area
6. Lipstick Processing Area
7. Lipstick Moulding Area
8. Lipstick Flamming Area
9. Lipstick Packing Area

3.7.3 Peralatan

PT.MARTINA BERTO ini telah menggunakan peralatan yang sangat

lengkap, sehingga sangat membantu mereka untuk melakukan produksi dengan

skala besar.PT ini juga memiliki sumber daya manusia yang lengkap sehingga

produksi dalam skala besar dapat mereka penuhi.Peralatan yang mereka gunakan

dalam membuat produk, disetiap ruangan memiliki alat-alat yang berbeda sesuai

dengan area produksi. Pada saat kunjungan, tidak diperbolehkan untuk masuk

34
kedalam area dikarenakan dapat menganggu kegiatan produksi sehingga nama

dari alat-alat tersebut tidak dijelaskan secara rinci.

3.7.4 Proses Produksi

Kegiatan produksi PT.MARTINA BERTO ini telah sesuai dengan protap

dan master liquid cosmetics dan dry cosmetics, maka dari itu mereka selalu

menjadi nomor satu kosmetik di Indonesia. Saat melakukan kunjungan, para tamu

melihat proses dalam memproduksi kosmetik salah satunya bedak padat dan

lipstick. Proses produksi ini dilakukan mengecekkan bahan baku terlebih dahulu

sampai menjadi produk antara, ruahan dan jadi. Setiap produk baru, mereka

melakukan percobaan terhadap suhu yang dilakukan dibawah terik matahari untuk

mengetahui apakah produk yang mereka buat dapat bertahan pada suhu eksrim di

Indonesia sehingga produk kosmetk mereka tetap stabil terhadap perubahan suhu

dan dapat di distibusikan ke masyarakat.

3.7.5 Quality Control

PT.MARTINA BERTO selalu memperhatikan hasil dari produk mereka

agar dapat memuaskan para pelanggannya.Quality Control yang terdapat di PT ini

sangat akurat sekali, karena tiap produk antara, ruahan dan jadi mereka selalu

melakukan pengujian salah satunya terdahap suhu. Apabila dalam mengujian

memiliki hasil produk yang tidak sesuai dengan standarnya mereka akan

memperbaiki atau mengulang memproduksi produk yang tidak terstandar tersebut

35
dan mereka juga akan melakukan pengujian yang baru agar tidak terjadi kesalahan

yang sama pada produk lainnya.

3.7.6 Sarana Pendukung

PT.MARTINA BERTO memiliki sarana pendukung yang baik seperti

tenaga kerja yang professional, fasilitas yang lengkap, bangunan yang bagus,

dll.Saat kunjungan ke PT.MARTINA BERTO ini , para tamu tidak dapat melihat

prosedur pengolahan limbah mereka yang dikarenakan waktu kunjungan telah

habis. Maka dari itu para tamu tidak mengetahui bagaimana prosedur pengolahan

limbah mereka.

3.7.7 Kebun Obat

Pada pengunjungan tanaman obat ini tidak dilakukan karena lokasi

tanaman obat dan produksi jamu berada jauh dari lokasi produksi kosmetika

PT.MARTINA BERTO, maka dari itu ada kemungkinan bahwa kunjungan

industri berikutnya akan dapat berkesempatan untuk melakukan kunjungan ke

PT.MARTINA BERTO dalam produksi jamu yang memiliki kebun obat mereka

sendiri terdapat didaerah Cikarang, Jakarta.

36
BAB IV

PEMBAHASAN

Kunjungan industri merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan

oleh Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau dalam agenda Praktek Kerja Lapangan

(PKL). Kegiatan ini dilakukan di PT. Martina Berto Tbk, karena Martina Berto

berkompeten untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dibidang industri

farmasi terutama dibidang kosmetik. PT. Martina Berto juga merupakan salah satu

industri farmasi yang sangat terkenal menghasilkan produk-produk kosmetik

unggulan dengan sistem dan alat yang sudah tersertifikasi secara nasional bahkan

internasional.

Dalam kegiatan kunjungan industri inikegiatan yang seharusnya dilakukan

selama kunjungan industri adalah mengamati dan mengetahui protap-protap

CPKB yang digunakan, mengamati proses produksi yang berlangsung di industri,

memahami dan mengamati proses pengawasan mutu (In Process Control).Namun

karena keterbatasan waktu dan mahasiswi tidak dapat masuk kedalam ruang

produksi kami hanya diberikan beberapa penjelasan mengenai PT. Martina Berto

Tbk dan melihat proses produksi dari luar ruangan produksi.

Perusahaan berdomisili di Jl. Pulo Kambing II No. 1, Kawasan Industri

Pulogadung (JIEP), Jakarta Timur dengan pabrik berlokasi di Pulo Ayang, Pulo

Kambing dan Gunung Putri, Bogor. Kantor pusat beralamat di Jakarta. Perusahaan

mulai melakukan produksi secara komersial sejak bulan Desember 1981. Hasil

produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan luar negeri.

37
Untuk meningkatkan kualitasnya, PT. Martina Berto membuat visi dan

misi perusahaannya, dimana visinya adalah menjadi perusahaan perawatan

kecantikan dan spa (Beauty & Spa) yang terkemuka di dunia dengan produk yang

bernuansa ketimuran dan alami, melalui pemanfaatan teknologi modern dan

menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai sarana peningkatan nilai

tambah bagi konsumen dan pemangku kepentingan lainnya. Sedangkan misinya

adalah mengoperasikan perusahaan berkelas dunia dalam bidang kosmetik dan

penunjangnya, berlandaskan pada inovasi, yang menjadi arena penciptaan

lapangan pekerjaan serta pemberdayaan SDM dengan memanfaatkan konsep

bisnis dan manajemen mutakhir yang sesuai dengan kondisi Asia.

Martha Tilaar Grup membagi pelaksanaan produksi kepada perusahaan

afiliasinya berdasarkan strategi produksi, kapasitas produksi, dan potensi pasar

yang dituju oleh tiap perusahaan. Hingga saat ini, jumlah produk yang dihasilkan

Martha Tilaar Grup mencapai ±900 item yang dikelompokkan berdasarkan jenis

produk dan perusahaan pembuatnya.

Seluruh kegiatan produksi dilakukan berdasarkan LPP (Lembar Petunjuk

Proses) dan LPK (Lembar Petunjuk Kemas) yang dibuat oleh R&D. LPP dan LPK

ini memuat semua perintah pembuatan sampai pengemasan suatu bets produk

tertentu. Penggunaan LPP dan LPK bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa

produk yang dibuat dengan prosedur yang tetap dan tervalidasi sehingga

keberulangan kualitas produk selalu terjaga dan quality control merupakan bagian

penting dari CPKB karena memberi jaminan konsistensi mutu produk kosmetik

yang dihasilkan.Secara umum bagian QC melakukan pengawasan mutu mulai dari

38
incoming material, in process control, dan mikrobiologi. Untuk incomingmaterial

meliputi pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan kemas.

Quality controlyang dilakukan pada produk-produk yang belum

dipasarkan merupakan hal penting untuk memastikan kualitas dan keamanan

suatu produk tersebut ketika digunakan oleh masyarakat karena PT. Martina Berto

Tbk selalu mengutamakan kualitas produk dan kepuasan pelanggannya.Quality

control ini dilakukan sangat akurat terhadap produk antara, produk ruahan dan

produk jadi. Dimana produk antara merupakan bahan atau campuran bahan yang

telah melalui satu atau lebih tahap pengolahan namun masih membutuhkan tahap

selanjutnya. Sedangkan produk ruahan adalah produk yang sudah melalui proses

pengolahan tetapi belum melalui tahap pengemasan untuk menjadi produk jadi.

Pemeriksaan dilakukan berdasarkan beberapa tahap yang dimulai dari

pemeriksaan berdasarkan spesifikasi serta label status.

Pemeriksaan spesifikasi merupakan pemeriksaan deskripsi terhadap

bahan/produk yang meliputi sifat fisik kimiawi dan biologik yang

menggambarkan standart dan penyimpangan yang ditoleransi. Sedangkan untuk

label status, dikenal tiga jenis label yaitu label Released (warna hijau) untuk

bahan/produk yang telah memenuhi spesifikasi pemeriksaan. Label Reject (warna

merah) untuk bahan/produk yang tidak memenuhi spesifikasi pemeriksaan untuk

dimusnahkan. Label Hold (warna orange) untuk hasil pemeriksaan yang

memerlukan keputusan penanganan lebih lanjut. Untuk menjaga kualitas

bahan/produk yang ada dilakukan pemeriksaan ulang, biasanya dilakukan satu

tahun sekali.

39
Pada saat kunjungan kami hanya melihat proses pembuatan lipstick.

Kegiatan proses produksi lipstik dibagi menjadi empat tahap, yaitu pembuatan

produk ruahan/bulk, pencetakan (molding), flaming, dan pengemasan. Proses

produksi lipstik diawali dengan pembuatan bulk/produk ruahan. Produk ruahan

pada lipstik terdiri dari dua jenis, yaitu Pasta Tunggal Berwarna (PTB) yang

merupakan zat warna yang didespersikan ke dalam basis pasta sehingga terdapat

beberapa jenis pasta warna tunggal yang nantinya dikombinasikan untuk

mendapatkan warna produk yang dikehendaki dan basis lipstik yang terdiri dari

berbagai macam sesuai dengan kebutuhan produk dan juga dibuat dalam bentuk

stok yang disimpan di gudang lipstik.

Pada proses pembuatan lipstik, PTB dicampurkan dengan basis sesuai

dengan formula yang telah ditetapkan dengan pemanasan 80°C dalam alat

meltingkettle. Setelah itu sampel lipstik diperiksa kesesuaian warnanya dengan

standar yang telah ditetapkan oleh QC. Jika telah memenuhi maka produk ruahan

lipstick disimpan ke dalam gudang bulk untuk menunggu dikemas dan

perlengkapan dokumen seperti Rencana Harian, Lembar Petunjuk Proses dan

label released. Jika belum memenuhi standar warna, maka dilakukan adjustment

warna dengan menggunakan zat warna yang ada formula. Jika produksi tidak

mampu memenuhi standar warna, maka produk ruahan tersebut dikirim R&D

untuk dibantu adjusting selanjutnya dan dapat menggunakan zat warna yang tidak

ada dalam formula. Akan tetapi, kualitas dan stabilitas produk harus tetap dapat

dipertanggung jawabkan.

40
Untuk formula yang sudah fix artinya formula yang sudah ada standarnya

yaitu Formula Induk, setelah diperiksa di quality control akan siap dilanjutkan

untuk dicetak, tetapi untuk formula sementara (yang belum fix), akan dilaporkan

kembali ke R&D, untuk diperlihatkan hasilnya. Jika hasilnya di quality control

baik maka ditunggu PO (Packing Order) dari R&D, untuk diberikan ke lipstick

untuk kemudian dilanjutkan dicetak menuju peleburan basis, vitamin, dan Pasta

Tunggal Bibir/Colour Material Colorfix.

Apabila kelengkapan sudah ada maka bulk siap dicetak di melting kettle I,

II, III, atau IV. Setelah itu, hasil cetak dilihat teksturnya, jika tidak rapi maka akan

dilebur kembali di water bath yang kemudian akan diserahkan hasilnya lagi ke

bagian IPC QC untuk diperiksa. Hasil cetak yang sesuai akan menuju proses

flaming. Produk ini akan dibawa ke proses kemas di area packing II. Sementara

hasil cetak yang melewati flaming akan diperiksa lagi oleh IPC QC tekstur yakni

warna dan bau lipstik. Setelah itu akan di kemas di area packing I.

Proses pengemasan, produk ruahan dari gudang dipanaskan kembali ke

dalam melting kettle lalu dimasukkan ke dalam cetakan lipstik dan didinginkan

dengan menggunakan cooling table agar cepat membeku. Tahap akhir pembuatan

lipstik yaitu flaming yang ditujukan untuk memperbaiki penampilan fisik lipstik.

Flaming dilakukan dengan melewatkan lipstik pada api biru dari bunsen. Proses

ini akan membuat lipstik terlihat mengilap dan juga membantu memberikan efek

mulus jika terdapat cacat pada permukaan lipstik. Setelah semua proses dilakukan

barulah dilakukan proses pengemasan.

41
Pada kunjungan ini kami hanya melihat pembuatan lipstick dari luar

ruangan produksi, pada saat melihat proses pembuatan, karyawati dari perusahaan

Martina Berto menjelaskan bagaimana tahp-tahap produksi. Kami hanya melihat

sampai proses pengemasan lipstik. Selain itu kami melihat sediaan kosmetik yang

sudah jadi yang diletakkan ditempat yang terpapar langsung oleh cahaya matahari,

gunanya untuk melihat stabilitas produk apabila di pasarkan. Sebagaimana yang

kita ketahui, produk yang beredar di pasaran biasanya terpapar langsung oleh

cahaya matahari.

Apabila selama pengujian produk mengalami perubahan berarti produk

tersebut tidak sesuai dengan standar yang digunakan PT. Martina Berto dan

merupakan produk gagal. Produk-produk gagal ini tidak diperbolehkan untuk

lanjut proses berikutnya, dan harus diganti dengan produk baru atau dikatakan

mereka harus produksi kembali dan dilakukan pengujian kembali kepada produk

tersebut. Produk yang telah lulus pengujian lanjut untuk proses berikutnya hingga

dipasarkan kepada masyarakat.

Kegiatan produksi PT. Martina Berto, Tbk ini telah sesuai dengan protap

dan master liquid cosmetics dan dry cosmetics dan juga selalu menjadi kosmetik

nomor satu di Indonesia. Setiap produk baru yang belum dipasarkan, dilakukan

pengujian terhadap suhu dengan cara diletakkan dibawah sinar matahari selama

waktu tertentu untuk mengetahui apakah produk ini dapat bertahan pada suhu

eksrim di Indonesia sehingga produk kosmetik ini tetap stabil terhadap perubahan

suhu dan dapat di distibusikan ke masyarakat.

42
PT Martina Berto Tbk memiliki sebuah sebuah filosofi kebijakan yang

harus dilaksanakan dan ditaati oleh karyawan untuk mencapai sebuah visi dan

misi perusaahan tersebut.Filosofi ini dikenal dengan sebutan DJITU, dimana

DJITU merupakan sebuah akronim dari Disiplin, Jujur, Inovatif, Tekun, dan

Ulet.Kata disiplin, menunjukkan komitmen setiap karyawan dalam menepati

waktu demi efisiensi jalannya setiap kegiatan dalam perusahaan.Jujur, berarti

karyawan dituntut untuk bersikap jujur kepada perusahaan. Inovatif, karyawan

memiliki pola pikir yang inovatif dan sikap yang proaktif yang akan menjadi aset

berharga bagi sebuah perusahaan. Dari pola pikir inovatif inilah akan tercipta

terobosan-terobosan baru dalam perusahaan. Tekun, selalu fokus dalam

melakukan dan mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan tanggung jawab

untuk pencapaian target perusahaan sesuai waktu yang telah ditentukan, dan

ketekunan juga akan meningkatkan kualitas karyawan. Ulet, berarti karyawan mau

bekerja keras, berkomitmen, dan gigih dalam menggali setiap tugas yang belum

terselesaikan menunjukkan bahwa seseorang tersebut memiliki rasa tanggung

jawab pada pekerjaannya.Hal ini merupakan hal yang penting bagi kelangsungan

dan kemajuan perusahaan.

43
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan kunjungan industri ini ada beberapa hal yang dapat

disimpulkan yaitu :

1. Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.

2. Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan salah satu faktor

penting untuk dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi standar

mutu dan keamanan.

3. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) memegang peran sebagai pendamping

apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian, TTK harus mengetahui

standar mutu dan kualitas industri farmasi serta produk farmasi yang kian

berkembang dimasyarakat.

5.2 Saran

Semoga hubungan antar pihak industri tetap terjaga dan saling

bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama, semoga para mahasiswa dan

mahasiswi mendapatkan banyak pelajaran dan memiliki motivasi untuk

meningkatkan ilmupengetahuan dan mutu tenaga teknis kefarmasian dan para

dosen pembimbing dapat memberikan arahan juga perhatian untuk para

mahasiswa dan mahasiswi.

44
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik, Jakarta.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan.2009. Petunjuk Operasional Pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik.Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
Jakarta.
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI,
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang
Industri Farmasi. Jakarta.
PT. Martina Berto Tbk. Di akses di PT. Ferron Par Pharmaceuticals.Di akses di
http://www.martinaberto.co.id/download/AR_MBTO_2014_Versi_comple
te.pdf.Pada tanggal 12 Maret 2016.
PT.Martina Berto Tbk. Di akses di http://www.martinaberto.co.id/index.php. Pada
tanggal 12 Maret 2016.

45
Lampiran 1.Jenis-jenis Produk yang Dihasilkan PT. Martina Berto

46

Anda mungkin juga menyukai