PEDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman hayati dan banyak menghasilkan
tanaman obat. Tanaman obat herbal yang telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat
{Winarto, 2007}. Kekayaan hayati yang beragam tersebut dapat dimanfaatkan dalam bidang
farmasi yaitu untuk pengobatan tradisional.
Bawang tiwai (Eleutherine palmifolia, (L.) Merr) merupakan tanaman khas Kalimantan
Tengah. Tanaman ini sudah secara turun temurun dipergunakan masyarakat Dayak sebagai
tanaman obat. Tanaman ini memiliki warna umbi merah dengan daun hijau berbentuk pita dan
bunganya berwarna putih. Dalam umbi bawang dayak terkandung senyawa fitokimia yakni
alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid dan tannin (Hidayah, Mulkiya dan Purwanti,
2015). Secara empiris bawang tiwai sudah dipergunakan masyarakat lokal sebagai obat berbagai
jenis penyakit seperti kanker payudara, obat penurun darah tinggi (hipertensi), penyakit kencing
manis (diabetes melitus), menurunkan kolesterol, obat bisul, kanker usus dan mencegah stroke.
Pada bawang tiwai juga terdapat senyawa naftokuinon dan turunannya dikenal sebagai anti
mikroba, anti fungal, anti viral, anti parasitic, dan anti kanker (Babula et al, 2005).Walaupun
dikenal sebagai bawang dayak di daerah Jawa Barat (Sunda), tanaman ini juga dikenal
dengan nama daerah babawangan beurem. Umbi bawang dayak mengandung alkaloid,
glikosida, flavonoid, fenolik, kuinon, steroid, zat tanin dan minyak atsiri
(Heyne,1987).bawang dayak juga menghambat pertumbuhan Trichophyton rubrum
dengan KHM 15% dan sebagai Antifungi . Antifungi adalah suatu bahan yang dapat
menggangu pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme. Pemakaian suatu usaha
untuk mengendalikan bakteri maupun jamur, yaitu segala kegiatan yang dapat menghambat,
membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme (Pelezar dan Chan, 1988).
Ciri spesifik bawang tiwai adalah umbi tanaman berwarna merah menyala dengan
permukaan yang sangat licin. Letak daun berpasangan dengan komposisi daun bersirip ganda.
Tipe pertulangan daun sejajar dengan tepi daun licin dan bentuk daun berbentuk pita berbentuk
garis. Selain digunakan sebagai tanaman obat tanaman ini juga dapat digunakan sebagai tanaman
hias karena bunganya indah dengan warna putih yang memikat (Rini, 2016). Ramuan bawang
tiwai sudah lama dimanfaatkan berbagai kalangan masyarakat Dayak sebagai obat alternatif
karena mudah diperoleh dan harganya relatif murah dan tanaman ini mudah diperoleh
masyarakat luas. Bawang tiwai sudah banyak dibudidayakan di pekarangan sebagai TOGA
(tanaman obat keluarga) dan ramuannya sudah banyak menyembuhkan penyakit. Penggunaan
bawang tiwai dapat dipergunakan dalam bentuk segar, simplisia, manisan dan dalam bentuk
bubuk (powder).
Pada pemanfaatan bawang Tiwai jarang sekali diketahui jika bawang tiwai sebenarnya dapat
dibuat untuk pengobatan kulit atau pengobatan topikal. Berdasarkan sifat fisiologi bawang tiwai
mempunyai aktivitas anti mikroba . Beberapa mikroba yang dapat meyebabkan ganguan kulit
antara lain staphylococcus aureus dan tricophyton rubrum. (siregar,2002).Karena itu, untuk
mempermudah ketersediaan dan kepraktisan dalam pemanfaatannya maka dilakukan pengolahan
bawang dayak menjadi Krim Ekstrak Bawang Tiwai untuk pengobatan Jerawat
Pengertian Krim
Menurut formularium nasional krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60%, dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan
dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditunjukkan untuk penggunaan kosmetika (Depkes RI,
1995).
B. Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau
alcohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian
kosmetika dan estetika. Ada 2 tipe krim, yaitu :
1.Tipe M/A atau O/W
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan,
dan sebagai alas bedak. Vanishing cream
Krim m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan krim
m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang
umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian
asam lemak lebih popular. Contoh : vanishing cream.
sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
2. Tipe A/M atau W/O
Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool alcohol
atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, missal Ca. Krim
A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi
pembalikan fasa. Contoh : Cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan
nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream
mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas pembuatan sediaan ini bertujuan untuk menyusun rancangan
formula, manufaktur, evaluasi sediaan , rancangan kemasan krim bawang tiwai untuk Jerawat
Manfaat
Verivikasi produk bawang tiwai penggunaan obat topikal.
Formulasi sediaan Krim bawang tiwai
BAB II
LANDASAN TEORI
Alasan Pemilihan :
Berasal dari bahan alam yang diketahui lebih aman disbanding bahna kimia dalam
pengobatan topikal
Memepermudah masyarakat mendapat khasiat dari bahan alam adalah dalam bentuk krim
Organoleptis : pH : 4.0
Ekstrak KEntal-Cair
Warna Kuning-Coklat
Bau Aromatik
Karakterisitik Fisika Karakterisitik Kimia
Kelarutan :
Air :
Etanol :
Ekstrak Bawang Tiwai dapat digunakan secara oral dan topical, sehingga dapat dibuat dalam
bentuk sediaan krim. Krim dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman pada kulit dan absorpsi
dikulit sangat baik. Sediaan krim juga selain mudah diserap kulit juga mudah dicuci dengan air.
Karakterisitik Eksipien
Fase Minyak
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam 20 bagian etanol (95%) P,
dalam 2 bagian kloroform P dan dalam bagian 3 bagian eter P
Pemerian : Zat serupa lemak, liat, lekat; kuning muda atau kuning pucat,
agak tembus cahaya bau lemah dan khas
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Parafin Liquid
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut
Fase Air
Trietanolamin
Pemerian : cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah
mirip amoniak, higroskopis
Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam
kloroform P
Khasiat :
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih dalam
3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton
Khasiat : pengawet
Aquadest
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak puya rasa
Khasiat : pelarut
Persyaratan Mutu
Stabilitas Kimia
Secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warna pH dan bentuk
sediaan (USP XII, P. 1703), sediaan dibuat pada pH 3.6 diharapkan tidak mengalami
perubahan pelarut
Stabilitas Mikrobiologi
Stabilitas Toksikologi
Pada Penyimpanan maupun pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas (USP XII,
P. 1703)
Stabilitas Farmakologi
Selama penyimpanan dan pemakaian, efek terapetiknya harus tetap sama (USP
XII,P.1703).
Tinjauan Dosis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susi dkk, 2019 Ekstrak Etanol Bawang Dayak
mampu menghambat pertumbuhanbakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi yang
bervariasi yaitu 1%, 5%, 10% dan 15% dengan zona hambat terbesar terdapat pada konsentrasi
yang ke-4 yaitu 15%zona hambat sebesar 18±1,7 mm.
BAB V
EVALUASI SEDIAAN
b. Uji Homogenitas
Masing- masing krim yang akan diuji ditimbang 0,5g dan dibuat 3x replikasi kemudian
dioleskan diatas kaca arloji untuk diamati homogenitasnya apabila tidak terdapat butiran-butiran
kaca diatas kaca objek tersebut maka krim yang diuji homogen.
Warna : Cream dan merata
Gumpalan : Tidak ada gumpalan
c. Uji pH
Krim yang sudah jadi untuk mendaoatkan nilai pH diukur dengan menggunakan pH
meter dicelupkan langsung kedalam krim kemudian dan didiamkan sejenak lalu dilihat angka
pada pH meter dimana angka tetapnya kemudian dicatat. Nilai pH salep yang baik adalah 4,5 –
6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia.
Didapatkan pH : pH 5
L 7 7 6,9
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
rata-rata = 6,7
rata-rata = 6,8
P 8 8 7,9
rata-rata= 7,6
Didapatkan diameter rata-rata dari semuanya adalah 6,7cm dan masih masuk dala range.
Simplisia yang digunakan pada praktikum kali ini adalah serbuk bawang tiwai (
Eleutherine americana (L) Merr ) dengan mengambil serbuk yang telah diekstraksi. Ekstrak
tersebut mengandung gugus –OH yang terikat pada karbon cincin aromatik sehingga dapat
menangkal radikal bebas / antioksidan (Sasongko dkk, 2017). dalam pengujian pada evaluasi
sediaan cream kali ini diantaranya : uji organoleptis, uji homogenitas, uji nilai pH, uji daya sebar,
uji daya lekat. Uji stabilitas fisik yang pertama adalah uji organoleptis yaiu pada warna sediaan
yang agak cream kecoklatan kemudian bertekstur lembut serta memiliki aroma yang khas karena
menggunakan penambahan olium rosae. uji yang kedua adalah uji homogenitas yaitu
mendapatkan hasil spesifikasi 3 replikasi pada sediaan krim memiliki warna yang merata dan
tidak terdapatnya gumpalan menandakan krim masuk pada kategori baik. Evaluasi yang ketiga
adalah uji pH dimana pengukuran terhadap keasaman salep dengan menggunakan kertas lakus
dan pH meter kemudian diukur dan dicatat sehingga didapatkan nilai pH 5 dan masih dalam
kategori baik karena sesuai dengan pH kulit manusia pada umumnya. Evaluasi keempat adalah
uji daya lekat dengan menempelkan sediaan yang sudah ditimbang dan ditumpuk dengan beban
dan ditarik pedal agar bisa dihitung berapa waktu yang dibutuhkan agar terlepas dari tumpukan
kaca. semakin lama terlepas maka akan semakin baik dan lama menempel pada kulit. Evaluasi
yang terakhir adalah uji daya sebar didapatkan nilai rata-rata daya sebar krim 6,7 yang masih
masuk pada range daya sebar yang baik pada kulit
LAMPIRAN
Pembuatan Krim
Penimbangan ekstrak bawang tiwai
Penimbangan Gliserin
Penimbangan Nipagin
Penimbangan TEA
Gerus cepat
Uji pH
pH 5
Uji Organoleptis
Bentuk Semisolid dan lembut
Pengukuran diameter
Penimbangan bahan
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. Hal :489
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. Hal :403
Galingging, R,Y. 2009. Bawang Dayak {eleukrine Americana merr} sebagai obat multufungsi
Nawawi I, Winasih r dan Anggi A. 2007 . Solasi dan identifikasi senyawa kuinon dan simplisia
umbi bawang Dayak {eleukrine Americana merr} . STF. Bandung.
Hidayah, A. S.,Mulkiya dan Purwanti.L. 2015. Uji aktifitas antioksidan umbi bawang Dayak
{Eleitherinebulbosa, merr}.Farmasi. Universitas Andalas. Padang
Rini,P . 2016. Keajabaiban bawang berlian ampuh sembuhkan berbagai penyakit. Pustaka bau
press. Padang hal. 7
Husnani dan Rizki F.S. 2019. Formulasi krim anti jerawat ekstrak etanol Bawang Dayak
{Eleuthrine palmifolia L {merr}. Jurnal ilmu farmasi klinik. Vol 16 no. 1 issn :
1693-7889
Susi, N, Ramli A. Ardhany S.D 2019. Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Bawang Dayak
{Eleuthrine bulbosa {MII USB} terhadap bakteri staphylococcus aureus. Jurnal
surya medika vol.4 no 2