Anda di halaman 1dari 46

UJIAN PUSTAKA FORMULASI

SEDIAAN HERBAL
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015
25-27 NOVEMBER 2015
SOAL UJIAN SEDIAAN FARMASI DAUN SIRIH (OBAT BATUK)

Disusun oleh:
NAMA

Indah Pertiwi

NPM

260112140539

NOMOR UNDIAN

106

PROGRAM STUDI PRODESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii


BAB I TINJAUAN FARMAKOLOGI .................................................................1
1.1. Golongan obat berdasarkan farmakologi terapi..................................1
1.2. Indikasi...............................................................................................1
1.3. Mekanisme kerja.................................................................................1
1.4 Farmakokinetika.................................................................................2
1.5 Dosis dan cara pemberian...................................................................2
1.6 Kontra Indikasi...................................................................................2
1.7 Efek samping dan toksisitas................................................................2
1.8 Interaksi obat......................................................................................2
BAB II ASPEK KIMIA DAN PREFORMULASI ...............................................3
2.1. Tinjauan umum zat aktif dan aspek kimia .........................................3
2.2. Analisis bahan baku ...........................................................................6
2.3. Validasi metode analisis bahan baku dan sediaan ..............................14
2.4. Metode analisis sediaan......................................................................15
BAB III PENGEMBANGAN FORMULA ..........................................................16
3.1. Contoh sediaan yang beredar di pasaran ...........................................16
3.2. Pra-formulasi dan alasan pemilihan eksipien ....................................16
3.3. Formulasi, metode dan alasan pemilihan bentuk sediaan...................19
3.4. Pengujian stabilitas.............................................................................22
3.5. Up scaling...........................................................................................23
BAB IV MANUFAKTUR DAN QC ....................................................................24
4.1. Aspek-aspek CPOTB yang terkait proses produksi ...........................24
4.2. Desain IPC..........................................................................................27
4.3. Pemilihan mesin produksi...................................................................31
4.4. Validasi proses produksi.....................................................................32
4.5 Pengemasan........................................................................................33
4.6 Penyimpanan.......................................................................................34
BAB V REGULASI DAN PERUNDANGAN ....................................................35
5.1. Registrasi............................................................................................35

5.2. Penandaan sesuai Undang-Undang.....................................................40


BAB VI INFORMASI OBAT...............................................................................41
6.1 Pelayanan Informasi Obat...................................................................41
6.2 Brosur obat.........................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
TINJAUAN FARMAKOLOGI
1.1

Golongan obat berdasarkan farmakologi terapi


Daun sirih mengandung zat berkhasiat sebagai pengencer
dahak/mukolitik dari golongan saponin. Nama zat aktifnya adalah
saponin-3-glikosida dengan nama lainnya yaitu presegenin.
Secara farmakologi, khasiat saponin disini termasuk ke dalam
golongan mukolitik (Sulistiawati, 2003).
Secara kimia, zat aktif dari daun sirih ini termasuk golongan
saponin (Sulistiawati, 2003).

1.2

Indikasi
a. Khasiat Empirik
Daun sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah banyak
dibudidayakan. Penggunaan secara turun temurun biasanya banyak
dilakukan di lingkungan

keraton di Yogyakarta. Daun sirih merah

berfungsi untuk mengobati penyakit seperti diabetes melitus, hepatitis,


asam urat, batu ginjal dan maag (Werdhany, et. al., 2008: 2). Daun sirih
merah dapat mengobati penyakit seperti asma, batuk, serta radang
tenggorokan (Haryadi, 2010).
b. Khasiat dan hasil penelitian
Berdasarkan penelitian, khasiat daun sirih merah sebagai berikut:
1
2
3
4
5
6
1.3

Aktivitas antibakteri (Kan, et. al., 2006)


Aktivitas antijamur (Sudewo, 2006: 30)
Aktivitas antiinflamasi (Sudewo, 2006: 30)
Aktivitas antidiabetes (Widowati, et. al., 1997)
Aktivitas hepatoprotektor (Windyagiri, 2006)
Aktivitas mukolitik (Sulistiawati, 2003)

Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja saponin sebagai mukolitik yaitu mengencerkan dahak
(Sulistiowati, 2003).

1.4
1.5

Farmakokinetik
Dosis dan cara pemberian
Kekuatan sediaan 0,4 mL dalam 5 mL. Pemberian obat dengan cara
diminum.

1.6

Kontra indikasi
-

1.7

Efek samping dan toksisitas


a Efek samping: Kandungan saponin, jika dikonsumsi secara berlebihan
dan terus-menerus dapat menimbulkan nyeri ulu hati, namun keadaan
ini akan berbeda-beda pada setiap orang, karena daya tahan tubuh
setiap orang berbeda-beda pula.
b Toksisitas
- Toksisitas akut ekstrak Piper crocatum memiliki LD50 9,51 g/kgBB
(Rachmawaty dan Nadliyyah, tanpa tahun). Toksisitas akut pada
mencit betina dengan berat badan antara 20-30 g dan berumur 2-3
bulan menunjukkan ekstrak daun sirih merah pada dosis 5 g/kgBB
menyebabkan mortalitas mencit sebesar 50 %.
- Toksisitas subkronik ekstrak sirih merah pada tikus betina galur
wistar dengan dosis ekstrak 500 mg/kgBB dalam suspensi PGA 10%
(Febrina,2009).
- Tidak memiliki nilai dosis toksik.

1.8

Interaksi obat
Secara in vitro, saponin berinteraksi dengan kolesterol di dalam membran
yang dapat mengakibatkan lisisnya eritrosit.

BAB 2
ASPEK KIMIA DAN PREFORMULASI
2.1

Tinjauan umum zat aktif dan aspek kimia


a. Klasifikasi Tanaman (Sudewo, 2006)
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Piperales
Famili: Piperaceae

Genus: Piper
Spesies: Piper betle Linn. (Sudewo, 2006)
Sinonim: Chavica auriculata MIQ, Chavica betle MIQ (Heyne, 1987).
b. Pemerian
Berupa helaian daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, ujung
runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bulat, sedikit berlekuk, tepi
daun rata agak menggulung, panjang 5-18 cm, lebar 3-12 cm; warna daun
hijau kecoklatan hingga coklat. Permukaan bawah kasar, kusam, wana
lebih muda dari permukaan atas. Tulang daun permukaan atas agak
tenggelam, permukaan bawah menonjol, tangkai daun bulat, panjang 1,5-3
cm; bau khas; rasa pedas (FHI, 2010).
c. Morfologi Tanaman
Sirih merupakan tanaman dikotil yang termasuk ke dalam famili
Piperaceae yang bersifat herba perennial. Tanaman ini umumnya berumah
dua, tumbuh merambat. Sirih berdaun tunggal dengan letak daun alternet.
Bentuk bervariasi dari bulat telur sampai oval. Pangkal daun berbentuk
jantung atau agak bundar asimetris. Sirih berasal dari Malaysia timur dan
tengah. Menurut keterangan De Condolle dalam origin of cultivated
plants daerah asal tanaman sirih berasal dari Kepulauan Malaya.

d. Kandungan Tanaman
Kandungan kimia daun sirih yaitu minyak atsiri yaitu alilkatekol 2,74,6%, kadinen 6,7-9,1%, karvakrol 2,2-4,8%, kariovilen 6,2-11,9%,
kavibetol 0,0-1,2%, kavikol 5,1-8,2%, sineol 3,6-6,2%, estragol 7-14,6%,
eugenol 26,8-42,5%, eugenol metileter 8,2-15,8%, juga mengandung
pirokatekin dan tanin. Daun sirih juga mengandung alkaloid araken yang
khasiatnya sama dengan kokain (Windholz, 1983).

f.

e. Aktivitas Farmakologi
1. Aktivitas antibakteri
2. Aktivitas antifungi
3. Aktivitas antimikotik
Penyebaran
3

Menurut Purseglove (1969) dan Burkill (1935) seperti yang dikutip


oleh Rostiana (1991) sirih berasal dari Malaysia Timur dan Tengah dan
sudah sejak dahulu kala tersebar keseluruh daerah tropika Asia dan
Malaysia. Pada akhirnya dibawa samai ke Madagaskar dan Afrika Timur.
Budidaya sirih pertama kali dilakukan secara meluas di beberapa tempat di
daerah timur, Indo-Malay Peninsula, Madagaskar dan Bourdon. Dalam
dunia baru, sirih dibudidayakan secara terbatas di India Barat. Menurut
keterangan De Condolle dalam Origin of Cutivated Plants. Kepulauan
Malaya merupakan daerah asal tanaman sirih dan menjadikan tanaman ini
sebagai tanaman budidaya lebih dari 2000 tahun.
Sir George Warr dalam Standard Encyclopedia of Medern
Agriculture, menyebutkan bahwa Pulau Jawa mungkin juga merupakan
daerah asal tanaman sirih. Indonesia merupakan barisan kepulauan Indo
Malaya yang merupakan salah satu pusat keanekaragaan genetika dari
delapan pusat keanekaragaman tanaman dunia, termasuk di dalamnya jenis
sirih-sirihan.
Di dalam kepulauan Nusantara tersimpan kekayaan genetika berbagai
varietas botanis, kulyivar, dan genotipa sirih. Beberapa ahli telah
mengemukakan tentang penggunaan dan pembudidayaan berbagai
genotipa sirih atau varietas botanis tanaman sirih. Rumphius dalam Heyne
(1987) membedakan tipe sirih berdasarkan aromanya. Sedangkan di India,
Nikam dan Mahaadik (1958) membedakan varietas berdasarkan bentuk
daun, warna, rasa, dan aroma (Nuryanto, 2002: 10-11).
g. Deskripsi tanaman di Indonesia
Sirih (Piper betle Linn.) merupakan tanaman dikotil yang termasuk
dalam family piperaceae, bersifat herba perennial. Tanaman ini umumnya
berumah dua, tumbuh merambat dengan enggunakan akar pembantu yang
pendek dan banyak sekali. Sirih berdaun tunggal dengan letak daun
alternet, bentuk bervariasi dari bundar telur sampai oval, ujung daun
runcing, pangkal daun berbentuk jantung atau agak bundar asimetris
(Nuryanto, 2002: 9).

Dalam Materia Medika Indonesia IV, pertelaan tanaman sirih


disebutkan sebagai berikut: Tumbuh memanjang, tinggi 5m sampai 15m,
helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong, pada
bagian pangkal berbentuk jamtung agak bundar, tulang daun bagian
bawah gundul atau berambut sangat pendek, tebal, berwarna putih,
panjang 5cm sampai 18cm, lebar 2,5cm sampai 10cm. Bunga berbentuk
bulir, berdiri sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan daun. Daun
pelindung berbentuk lingkaran bundar terbalik atau lonjong, panjang kirakira 1mm. bulir antan panjang gagang 1,5cm sampai 3m, benang sari
sangat pendek. Bulir betina panjang gagang 2,5 cm sampai 6 cm, kepala
putik 3 sampai 5 buat. Buah buni, bulat, dengan ujung gundul. Bulir
masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1,5cm. biji membentuk
lingkaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistiawati,
menyebutkan bahwa komponen utama yang terdapat di dalam ekstrak
daun sirih merah mempunyai aktivitas sebagai mukolitik berdasarkan
aktivitas mukolitik in vitro ditunjukkan oleh kadar ekstrak yang dapat
menurunkan viskositas mukus dan sebagai kontrol positif digunakan
larutan 0,1 % asetilsistein.
Penelitian Sulistiawati dan kawan-kawan membuktikan bahwa
aktivitas mukolitik ekstrak etanol daun sirih merah 0,3% setara dengan
asetilsistein 0,1%. Ekstrak etanol daun sirih mengandung senyawa
golongan alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol (Sulistiawati, et. al.,
2003).
2.2

Analisis bahan baku


Saponin-3-glicoside merupakan senyawa saponin yang terkandung
dalam daun sirih. Adapun struktur molekul saponin-3-glicoside adalah
sebagai berikut:

a. Makroskopik
Tumbuh memanjang, tinggi 5m sampai 15m, helaian daun berbentuk
bundar telur atau bundar telur lonjong, pada bagian pangkal berbentuk
jantung agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berambut
sangat pendek, tebal, berwarna putih, panjang 5cm sampai 18cm, lebar
2,5cm sampai 10cm (Materia medika Indonesia ed IV).
b. Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah denan sel minyak, epidermis
atas dan berkas pengangkut dengan penebalan berbentuk tangga (FHI,
2010: 105).

c. Kandungan dan pemerian ekstrak kental


Kandungan kimia ekstrak memiliki kadar flavonoid total tidak kurang dari
2,4%. Pemerian ekatrak kental, hijau, bau khas, rasa agak pahit, dan pedas
(Farmakope Herbal Indonesia, 2010: 107).
d. Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk melihat kandungan senyawa kimia
metabolit sekunder dalam suatu tumbuhan, diantaranya adalah alkaloid,
flavonoid, tannin & polifenol, saponin, monoterpenoid & seskuiterpenoid,
steroid & triterpenoid, dan kuinon (Harborne, 1987).
Golongan Senyawa

Prosedur

Hasil

Alkaloid

Simplisia dimasukkan
ke dalam mortar bersih
lalu ditambahkan 5 ml
amoniak

25%

kemudian digerus dan


ditambahkan

20

ml

kloroform dan digerus


kembali lalu disaring
dan diambil filtratnya.
Filtrate

dibasahi

dengan

larutan

ammonia

10%

v/v

kemudian ditambahkan
kloroform dan dikocok
kuat-kuat.

Lapisan

kloroform

dipipet

sambil

disaring,

kemudian ditambahkan
asam klorida 2N lalu
dikocok

sampai

terdapat dua lapisan,


pada
dipiiet

lapisan

asam

dan

dibagi

kedalam tiga tabung,


pada tabung 1 sebagai
blangko

tabung

ditambahkan pereaksi
Dragendrorff,

apabila

timbul endapan warna


merah

bata

menandakan

maka
positif

alkaloid, pada tabung 3


ditambahkan pereaksi
Mayer, apabila timbul
endapan putih maka
menandakan
alkaloid
Flavonoid

positif

(Farnsworth,

1966:243-265).
Simplisia ditempatkan +
pada tabung reaksi lalu
ditambahkan air suling
10ml,

kemudian

ditambahkan
magnesium dan asam
klorida

2N.

Larutan

dicampurkan

dan

dipanaskan

diatas

penangas air selama 10


menit

kemudian

campuran

disaring.

Filtrate yang didapat


ditambahkan

amil

alkohol lalu dikocok.


Apabila

terbentuk

warna dalam lapisan


amil

alkohol

menandakan

maka
adanya

golongan

senyawa

flavonoid (Farnsworth,
Saponin

1966:243-265)
Sejumlah
simplisia

kecil

dimasukan

kedalam tabung reaksi


dan ditambahkan air
suling 5ml, kemudian
dipanaskan

di

atas

penangas air selama 30


menit

lalu

disaring,

filtrat dibiarkan hingga


dingin

lalu

dikocok

secara vertical selama


10 detik dan dibiarkan
hingga

10

menit.

Apabila terbentuk busa


setinggi 1 cm yang
stabil didalam tabung
reaksi

maka

menunjukkan
golongan
saponin

adanya
senyawa

dan

busa

tersebut

masih

bertahan

setelah

ditambahkan beberapa
tetes

Kuinon

asam

klorida

(Farnsworth,

1966:

243-265)
Sejumlah

kecil

simplisisa dimasukkan
kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan air
suling 5ml, kemudian
dipanaska
penangas

diatas
air

lalu

disaring.

Filtrat

ditambahkan beberapa
tetes larutan natrium
hidroksida 1N. Apabila
terbentuk

warna

kuning hingga merah


maka

menunjukkan

adanya

golongan

senyawa

kuinon

(Farnsworth,
Tanin

1966:

243-265).
Sejumlah

kecil

simplisa

dimasukkan

kedalam tabung reaksi


dan ditambahkan air
suling 5ml, kemudian
dipanaskan

diatas

penagas

air

lalu

disaring.

Filtrate

ditambahkan

larutan

gelatin 1% v/v. Apabila


menimbulkan endapan
putig

maka

menandakan
tanni
Senyawa polifenol

positif

(Farnsworth,

1966: 243-265)
Sejumlah
simplisia

kecil

dimasukkan

kedalam tabung reaksi


dan

ditambahan

suling

10

air

secukupnya,

kemudian

dipanaskan

diatas penanas air lalu


disaring.

Filtrat

ditambahkan
pereaksi

larutan

besi

klorida.

(III)

Apabila

menimbulkan

warna

hijau atau biru-hijau,


merah

ungu,

biru-

hitam

hingga

hitam

maka

menandakan

adanya

polifenolat

(Farnsworth,
Steroid
Triterpenoid

243-265)
dan Simplisia

1966:

ditambahan

eter kemudian digerus


hingga

halus

dan

disaring.

Filtrat

ditempatkan

dalam

cawan

penguap

dibiarkan
hingga

dan

menguap

kering.

Lalu

ditambahkan pereaksi
Libermann

Buchard.

Apabila menimbulkan
warna

merah-ungu

maka

menandakan

positif

triterpenoid

sedangkan

apabila

menimblkan

warna

hijau-biru

maka

11

menunjukkan

positif

steroid (DepKes RI,


Monoterpen

1989: 143-147).
dan Simplisia ditambahkan

Seskuiterpen

eter kemudian digerus


hingga

halus

dan

disaring.

Filtrat

ditempatkan

dalam

cawan

penguap

dibiarkan
hingga

ditambahkan
asam

dan

menguap
kering,

vanillin

lalu

larutan

10%

dalam

klorida

pekat.

Apabila menimbulkan
warna

maka

menandakan

positif

senyawa

monoterpen

dan

seskuiterpen

(Farnsworth,

1966:

243-265).

Bahan baku ekstrak memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan


bahan baku zat aktif kimia. Ekstrak merupakan suatu campuran zat yang
kompleks yang terdiri dari berbagai zat metabolit sekunder dan metabolit primer
tanaman. Berikut adalah pilihan metode analisis bahan baku yang diusulkan:
1.

Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar,

biasanya 5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu

12

pengembangan 30 menit sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua
fase yaitu fase diam atau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut
pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai
permukaan penyerap atau penyangga untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat
berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut. (Sudjadi, 1986).
Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa
organik alam dan senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit
dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa
mikrogram atau sebanyak 5 g dapat ditangani. Kelebihan KLT yang lain ialah
pemakaian jumlah pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) merupakan salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu
dengan menggunakan plat kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan
pelarut tertentu (Gritter,1991). Penyerap dan pengembang yang digunakan
umumnya sama dengan penyerap dan pengembang pada kromatografi kolom dan
kromatografi kertas. (Markham, 1988).
2.

Kromatografi Gas- Spektroskopi Massa, didasarkan pada perbedaan

kepolaran dan massa molekul sampel yang dapat diuapkan. Sampel yang berupa
cairan atau gas dapat langsung diinjeksikan ke dalam injektor, jika sampel dalam
bentuk padatan maka harus dilarutkan pada pelarut yang dapat diuapkan. Aliran
gas yang mengalir akan membawa sampel yang teruapkan untuk masuk ke dalam
kolom. Komponen-komponen yang ada pada sampel akan dipisahkan berdasarkan
partisi diantara fase gerak (gas pembawa) dan fase diam (kolom). Hasilnya adalah
berupa molekul gas yang kemudian akan diionisasikan pada spektrometer massa
sehingga melokul gas itu akan mengalami fragmentasi yang berupa ionion positif.
Ion akan memiliki rasio yang spesifik antara massa dan muatannya (m/z).
2.3

Validasi metode analisis bahan baku dan sediaan


Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.
13

a. Kecermatan (accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan
hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam
keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan
yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik
tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan
pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan
suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur.
b. Keseksamaan (precision)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata
jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil
dari campuran yang homogen.
c. Linearitas dan Rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik matik yang
baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode
adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan
dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
diterima.
d. Batas Deteksi dan Kuantifikasi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama (Harmita, 2014).
2.4

Metode analisis sediaan

14

Metode analisis sediaan yang digunakan yaitu Kromatografi GasSpektroskopi Massa, didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa molekul
sampel yang dapat diuapkan. Sampel yang berupa cairan atau gas dapat langsung
diinjeksikan ke dalam injektor, jika sampel dalam bentuk padatan maka harus
dilarutkan pada pelarut yang dapat diuapkan. Aliran gas yang mengalir akan
membawa sampel yang teruapkan untuk masuk ke dalam kolom. Komponenkomponen yang ada pada sampel akan dipisahkan berdasarkan partisi diantara
fase gerak (gas pembawa) dan fase diam (kolom). Hasilnya adalah berupa
molekul gas yang kemudian akan diionisasikan pada spektrometer massa sehingga
melokul gas itu akan mengalami fragmentasi yang berupa ion-ion positif. Ion akan
memiliki rasio yang spesifik antara massa dan muatannya (m/z).

BAB 3
PENGEMBANGAN FORMULA
3.1

Contoh sediaan yang beredar di pasaran


No
1

Nama
Dagang
OBTIMI

Pabrik
Sari Sehat

Bentuk
Sediaan
Sirup

15

Komposisi dan kekutan


Tiap 5 mL mengandung:
Thymi herba extr
1,25 mL
Piperis folium extr
0,40 mL

Zingiberis rhizoma extr 0,85 mL


Kaempfaria rhizoma extr 0,20 mL
Glycyrrhizae succus extr 50 mg
Oleum Anisi
0,005 mL
Oleum Thymi
0,005 mL
3.2

Praformulasi dan alasan pemilihan eksipien


a. Pemilihan bentuk sediaan
Bentuk sediaan yang dipilih adalah sirup, karena sirup memiliki
keunggulan sebagai berikut:
1. Mudah penggunaannya
2. Absorpsi dari zat aktif lebih cepat sehingga efek yang diinginkan
akan lebih cepat tercapai
3. Memperbaiki rasa dan bau sehingga diminati oleh semua kalangan
4. Menjadi pilihan bagi orang-orang yang sulit/tidak mampu menelan
obat solid
5. Merupakan sediaan yang campurannya homogen
b. Pemilihan zat aktif
Zat aktif yang digunakan adalah ekstrak dari daun Piper
bettle yang diperoleh dari proses maserasi. Alasan dipilih ekstraksi
dengan cara maserasi adalah karena paling sederhana, selain itu
karena pertimbangan farmakoekonomi dalam industri. Maserasi
dapat diartikan sebagai proses dimana bahan obat (simplisia) yang
sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam dalam menstrum
sampai meresap dan melunakan sususan sel, sehingga zat-zat yang
mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).
Prinsip kerjanya adalah dengan cara merendam simplisia
dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperatur
kamar, terlindung dari cahaya, dimana pelarut akan masuk ke dalam
sel tanaman melalui dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh pelarut dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan di
dalam dan luar sel (Ansel, 1989).

16

c. Pemilihan eksipien
1) Sucralose
(1,6-Dichloro-1,6-dideoxy-b-D-fructofuranosyl-4chloro-4-deoxya-D-galactopyranoside [56038-13-2])
Pemerian : Serbuk hablur putih atau hampir putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam metanol dan dalam
etanol. Sukar larut dalam etil asetat.
Stabilitas : Bahan stabil. Stabil dalam sediaan cair, stabil
dalam suasana asam, dan stabil pada suhu tinggi.
Fungsi
: Pemanis (HOPE ed 6th, 2009, p: 701-702)
2) Propylparaben (Propyl 4-hydroxybenzoate [94-13-3])
Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
alkohol dan eter, sukar larut dalam air mendidih
Stabilitas : Stabil pada pH 3-6.
Fungsi
: Pengawet (USP ed 32nd, 2009, p: 1329-1330)
3) Methylparaben (Methyl-4-hydroxybenzoate [99-76-3])
Pemerian : Serbuk kristalin putih atau kristal tidak berwarna
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol dan metanol; sukar larut
dalam air
Stabilitas : Stabil pada pH 3-6.
Fungsi
: Pengawet (USP ed 36th, 13, p: 1272)
4) Menthol(1RS,2RS,5RS)-()-5-Methyl-2-(1 methylethyl)
cyclohexaol[15356-70-4])
Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak
berwarna, biasanya berbentuk jarum atau massa yang mudah
melebur, memiliki bau yang enak seperti peppermint.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam heksana, mudah
larut dalam asam asetat glasial
Stabilitas : Mudah menguap, simpan di tempat tertutup baik,
dan sejuk
Fungsi

: Perasa (HOPE 6th, 09, p: 433-434)

5) Vanillin (4-Hydroxy-3-methoxybenzaldehyde [121-33-5])


Pemerian

: Kristal putih agak kecoklatan, dengan bau dan rasa

vanilla
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, eter, gliserin,
propilenglikol, dan larut dalam air

17

Stabilitas

: Simpan dalam tempat tertutup, kering dan

terlindung dari
cahaya
Fungsi
: Perasa dan Esens (HOPE 6th, 09, p: 760-761)
6) Ethanol (Ethanol [64-17-5]
Pemerian

: Cairan mudah menguap, mudah bergerak, jernih

dan tidak berwarna, berbau khas


Kelarutan : Bercampur dengan air dan hampir dengan semua
pelarut organik
Stabilitas : Simpan dalam tempat tertutup rapat dan sejuk
Fungsi
: Pelarut (USP 35th, 12, p: 2088)
7) Purified Water (Water [7732-18-5])
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Fungsi
3.3

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau


: Tidak ditemukan data
: Stabil secara kimia dan fisika
: Pelarut (USP 37th, 14, p: 5175)

Formulasi, metode, dan alasan pemilihan bentuk sediaan


a. Formulasi
Akan dibuat sediaan sirup ekstrak Piper betel dengan kekuatan
sediaan 0,4 mL dengan volume 60 mL/ botol sirup. Sediaan tersebut
akan dibuat berdasarkan:
1. Formula umum
Zat aktif
Pelarut
Pemanis
Pewangi
Pengawet
2. Pengembangan formula
Tiap 5 mL mengandung
Piper folium extract
Sucralose
Propylparaben
Methylparaben
Menthol
Vanillin
Ethanol
Purified Water
ad

0,40 mL
15 mg
0,9 mg
5,3 mg
0,41 mg
0,975 mg
0,023 mL
5 mL

Perhitungan dosis per sediaan


Zat Aktif : 0,40 mL

18

Maka, pehitungan eksipien untuk tiap 5 mL adalah sebagai


berikut:
Eksipien = takaran - zat aktif
= 5 mL - 0,40 mL
= 4,60 mL
1. Sucralose
0,20

x 4,60mL 0,0092mL
100
~ 0,0092 mL x 1,63 g/cm3 = 0,0149 g 14,99 mg
2. Propylparaben
0,015

x 4,60 0,00069mL
100
~ 0,00069 mL x 1,288 g/cm3 = 0,000888 g 0,88 mg
3. Methylparaben
0,085

x 4,60mL 0,00391mL
100
~ 0,00391 mL x 1,352 g/cm3 = 0,00529 g 5,29 mg
4. Menthol
0,01

x 4,60mL 0,00046mL
100
~ 0,00046 mL x 0,89 g/cm3 = 0,000409 g 0,41 mg
5. Vanillin
0,02

x 4,60 0,00092mL
100
~ 0,00092 mL x 1,06 g/cm3 = 0,000975 g 0,975 mg
6. Ethanol
0,5

x 4,60mL 0,023mL
100
Proses Ekstraksi
Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi (Ekstraksi dingin) dengan
pelarut etanol 70% selama 3 x 24 jam. Ekstraksi dingin dilakukan dilakukan
terhadap bahan tumbuhan yang mengandung senyawa yang bersifat termolabil.
Penggunaan metode masersai dilakukan karena metode ini Seperti dijelaskan
diatas maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan panas ataupun tidak
tahan panas. Selain itu tidak diperlukan alat yang spesifik, dapat digunakan apa
saja untuk proses perendaman walaupun membutuhkan waktu yg lama dan pelarut
yang tidak sedikit. Pelarut 70% digunakan karena simplisia yang digunakan

19

merupakan simplisia kering sehingga diperlukan air dengan konsentrasi yang


lebih tinggi agar penetrasi etanol ke dalam pori-pori dinding sel simplisia lebih
besar sehingga proses penyarian lebih maksimal.
Setelah

mendapatkan

maserat,

dilakukan

proses

pemekatan

atau

pengentalan. Beberapa alat pemekatan pemekatan berkinerja tinggi digunakan


untuk melakukan prosesnya pada temperature cukup rendah yaitu 25-30C atau
pada temperature tinggi pada waktu yang singkat dengan menggunakan alat
rotaryevaporator. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan ekstrak dengan
menggunakan vacuum freeze dryer. Metode pengeringan ini digunakan karena
jenis pengeringan menggunakan udara dingin dan kering dan dapat digunakan
untuk produksi skala kecil dan skala besar serat digunakan untuk proses
pengeringan produk yang termolabil (Agoes, 2007).
Penimbangan bahan baku
Nama Zat

Tiap 5 mL

Piper betle folium extr.


Sucralose
Propylparaben
Methylparaben
Menthol
Vanillin
Ethanol
Purified Water

0,40 mL
15 mg
0,90 mg
5,30 mg
0,41 mg
0,975 mg
0,023 mL
ad 5 mL

Tiap 1 kali pembuatan


Batch Size: 5 L
0,40 L
15 g
0,90 g
5,30 g
0,41 g
0,975 g
0,023 L
ad 5 L

Proses Pembuatan
Ekstraksi simplisia
- Maserasi dgn etanol
- suhu 15-25C
- 72 jam

Saring filtrat

Penimbangan seluruh
bahan yang digunakan

20

Kontrol:
1. Penentuan serat kasar
2. Kadar komponen terekstraksi
3. Cemaran mikroba
4. Residu pestisida
5. Kadar bahan aktif

Penyiapan purified water


- Panaskan

Pencampuran seluruh
bahan

Didinginkan hingga
<40C

Penyaringan

Pengisian

Pengemasan

Kontrol:
- Penampilan (Warna, Rasa,
Bau)
- Identifikasi
- pH
- Bobot per-mL
- Viskositas
- Homogenitas
- Kejernihan larutan
- Pengujian kadar

Kontrol:
- Penampilan (Warna, Rasa,
Bau)
- Identifikasi
- pH
- Bobot per-mL
- Viskositas
- Homogenitas
- Kejernihan larutan
- Volume terpindahkan
- Jumlah mikroba
- Tes kebocoran
- Pengujian kadar

Mesin yang digunakan dalam pembuatan:


1. Maserator
2. Tank
3. Transfer pump
4. Kontainer
5. Automatic bottle washing
6. Oven tunnel
7. Automatic

3.4

bottle filling

Pengujian stabilitas

Metoda pengujian

: Stabilitas prospektif
Dipilih metoda ini karena sediaan baru dibuat.

Kondisi uji

: 1. Uji jangka panjang; 25C 2C atau 60% RH 5% RH


2. Uji dipercepat; 40C 2C atau 75% RH 5% RH

21

Kontrol

: 1. Pemerian
2. Volume
3. pH
4. Bobot per-mL
5. Viskositas
6. Kadar
7. Bilangan mikroba

(Asean Guideline on Stability Study for Drug Products, 2005, p: 8)


3.5

Up scaling
Produksi di suatu industri tentunya diawali dengan pembuatan formulasi

dengan skala laboratorium, dimana untuk sediaan larutan yaitu 5-10 L. Setelah
ditemukan formulasi yang menjanjikan, kemudian dibuat menjadi skala pilot
(maksimum kelipatan 10 dari skala laboratorium, diperlukan penyesuaian
formulasi), dan terakhir menjadi skala industri (produksi maksimum kelipatan 10
dari skala pilot, diperlukan penyesuaian formulasi).
Nama Zat

Skala lab

Skala pilot

Piper betle folium extr.


Sucralose
Propylparaben
Methylparaben
Menthol
Vanillin
Ethanol
Purified Water

0,40 mL
15 mg
0,90 mg
5,30 mg
0,41 mg
0,975 mg
0,023 mL
ad 5 mL

4L
60 g
9,0 g
53 g
41 g
97,5 g
0,23 L
ad 50 L

Skala produksi
40 L
600 g
90 gram
530 g
410 g
975 gg
23 g
Ad 500 L

BAB 4
MANUFAKTUR DAN QC
4.1

Aspek-aspek CPOTB yang terkait proses produksi


CPOTB merupakan suatu konsep dalam industri obat tradisional mengenai

prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri obat

22

tradisional untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan
Good Manufacturing Practices dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan
produksi sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOTB bertujuan untuk
menjamin obat tradisional dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOTB mencakup seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu.
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur tervalidasi
yang telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOTB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi) sesuai dengan
spesifikasinya.
Selama proses produksi hendaklah dibuat klasifikasi area terkendali
dengan mempertimbangkan kemungkinan kontaminasi mikroba yang tinggi dari
bahan alam. Klasifikasi bangunan yang berlaku untuk area produksi bahan obat
kemungkinan tidak bisa digunakan untuk pengolahan bahan alam. Persyaratan
yang detil dan spesifik hendaklah dibuat untuk menghindari kontaminasi mikroba
atas peralatan, udara, permukaan dan personil, dan juga toilet, utilitas, sarana dan
sistem penunjang (misal air dan udara bertekanan). Selain itu, produksi baiknya
dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Perencanaan dan Pengadaan Bahan Awal
Pengadaan bahan awal harus dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah
bahan tersisa harus selalu dicatat. Catatan berisi keterangan mengenai pasokan,
nomor bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal kadaluarsa.
Perencanaan dan pengadaan bahan awal disesuaikan dengan banyaknya produk
yang akan diproduksi sesuai dengan formula.
Penerimaan
Bahan awal meliputi bahan baku ataupun bahan kemas diterima dari
vendor yang kemudian bahan awal tersebut dikarantina terlebih dahulu. Sebelum
diluluskan terhadap bahan awal tersebut dilakukan serangkaian pengujian kadar,

23

identifikasi kebenaran bahan, intinya dicek bahan awal tersebut sudah memenuhi
spesifikasi atau belum (Spesifikasi ini merupakan suatu nilai atau persyaratan
yang ditetapkan oleh suatu industri yang didasarkan pada persyaratan nasional
maupun internasional).
Untuk bahan pengemas biasanya dicek terlebih dahulu bahan pengemas
tersebut apakah bersifat inert atau tidak, tahan terhadap proses pengemasan atau
tidak.
Penimbangan
Proses penimbangan dilakukan oleh dua orang, dimana satu orang
bertugas untuk menimbang dan mencatat hasil penimbangan, dan satu orang yang
lainnya memeriksa kesesuaian dari apa yang ditimbang dan mencatat pula hasil
penimbangan tersebut, karena dalam proses penimbangan diperlukan ketelitian.
Produk Manufaktur
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan diperiksa terlebih dahulu
sebelum dipakai. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa
sebelum digunakan, jika sudah ada label bersih maka peralatan sudah dapat
digunakan.
Kegiatan Pengemasan Primer
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk
jadi. Pengemasan dilakukan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga
identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan
pengemasan dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan
menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan.

Kegiatan Pengemasan Sekunder


Kegiatan pengemasan sekunder dilakukan setelah pengemasan primer.
Kemasan primernya adalah botol coklat dan kemasan sekundernya adalah dus.
Sampai kepada proses pengemasan sekunder, bobot rata-rata produk tidak boleh
melebihi ataupun kurang dari batas yang telah ditetapkan.
Pendistribusian

24

Sebelum didistribusikan seluruh produk dicek terlebih dahulu oleh QA. Kemudian
jika sudah sesuai QA akan meloloskan produk tersebut.
Sampel Pertinggal
Sampel pertinggal merupakan tahap akhir pengendalian. Produk jadi ini
disimpan sampai setahun setelah produk tersebut kadaluarsa. Jumlah produk yang
disimpan minimal untuk 2 kali pengujian.
Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak
yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi obat jadi.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analitik yang dilakukan di
laboratorium termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan pengujian bahan awal,
produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji
stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam
rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui
spesifikasi bahan, produk serta metode pengujiannya.
Bagian pengawasan mutu dalam suatu pabrik obat bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa:
a. Bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan
keamanannya.
b. Tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang
ditetapkan dan telah divalidasi sebelumnya.
c. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium
terhadap suatu bets obat telah dilaksanakan dan bets tersebut
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan.

25

d. Suatu bets obat memenuhi persyaratan mutu selama waktu peredaran


yang ditetapkan.
Bagian pengawasan mutu ini melakukan evaluasi terhadap sediaan yang
telah diproduksi. Selain itu juga melakukan sampling untuk pengujian bahan awal.
4.2

Desain IPC
1. Persyaratan serbuk simplisia (Permenkes No. 661 thn 1994):
a. Kadar air tidak lebih dari 10%
b. Angka lempeng total tidak lebih dari 10
c. Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10
d. Mikroba pathogennya negatif
e. Aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj)
f. Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, disimpan pada
suhu kamar, di tempat kering dan terlindung dari sinar matahari.
2. Karakteristik ekstrak kental (Farmakope Herbal, 2008):
1. Rendemen ekstrak: tidak kurang dari 26,7%,
2. Pemerian ekstrak: Ekstrak kental, hitam, tidak berbau, rasa pahit
3. Penetapan bobot jenis ekstrak
4. Kadar air tidak lebih dari 17%
5. Kadar abu tidak lebih dari 3,5%
6. Kadar abu tidak larut asam: tidak lebih dari 1,5%,
7. Kadar sari larut air: tidak kurang dari 16,0%
8. Kadar sari larut etanol: tidak kurang dari 8%
3. In Process Control proses pembuatan sirup
a. pH
Pengujian pH dilakukan setelah proses pencampuran akhir. Hasil
pengujian pH dibandingkan dengan standar formula yang berlaku,
berguna untuk
b. Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan setelah proses pencampuran akhir.
Pengujian ini berguna untuk melaporkan jika terjadi deviasi proses
produksi.
c. Uji homogenitas
Dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel pada tiga lokasi
tangki, atas, tengah, dan dasar tangki. Penentuan kadar dilakukan
dengan menganalisis kadar flavonoid total dari ketiga sampel tersebut.
d. Organoleptik

Uji organoleptis berupa pengujian aroma, warna, dan keberadaan


partikel tidak larut.

26

e.

Pengawasan mutu produk jadi:


-Keseragaman volume isi botol dilakukan dengan memeriksa berat total
dari botol.
-pengujian kebocoran botol dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
Pemeriksaan kebocoran dilakukan dengan cara:

Eksikator diisi dengan purified water sampai kira-kira setengah dari

kapasitas eksikator terisi (sampai batas dalam eksikator tercapai).


Tambahkan zat warna yang sesuai (FD&C Yellow atau gram
Crystal Violet) sampai warna larutan cukup kontras dengan warna

produk yang akan diperiksa.


Masukan minimal 5 botol isi (yang mewakili seluruh blister
lanes/jalur blister dari mesin blister) atau 5 botol kosong yang telah
di-seal sebelum proses pengisian dimulai ke dalam eksikator yang
telah berisi cairan berwarna, tutup dengan partisinya, beri pemberat
dan tutup dengan tutup eksikator, lalu hubungkan dengan pompa

vakum.
Hubungkan pompa vakum dengan aliran listrik, buka kran pada
eksikator tekan tombol ON dan biarkan pompa vakum menyala
sampai skala pada pompa vakum menunjukan tekanan dalam

ekisikator mencapai 15 inch Hg.


Tutup kran pada eksikator, lalu tekan tombol OFF. Biarkan tekanan

dalam eksikator pada 15 inch Hg selama 1 menit


Buka kran sehingga tekanan dalam eksikator perlahan-lahan turun
sampai sama dengan tekanan udara luar

Keringkan sampel yang diperiksa dengan menggunakan kertas tissue


lalu periksa perubahan sampel (buka satu persatu). botol dinyatakan
bocor apabila didapati adanya cairan yang masuk ke dalam botol.
4. Kontrol IPC:
a. Organoleptik
Alat

: Panca indera (mata, lidah, dan hidung)

Prinsip kerja

: Melihat, merasa dan membaui

d. Identifikasi zat aktif

27

Menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry, yaitu


kromatografi yang didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa
molekul sampel yang dapat diuapkan. Sampel yang berupa cairan atau gas
dapat langsung diinjeksikan ke dalam injektor, jika sampel dalam bentuk
padatan maka harus dilarutkan pada pelarut yang dapat diuapkan. Aliran
gas yang mengalir akan membawa sampel yang teruapkan untuk masuk ke
dalam kolom. Komponenkomponen yang ada pada sampel akan
dipisahkan berdasarkan partisi diantara fase gerak (gas pembawa) dan fase
diam (kolom). Hasilnya adalah berupa molekul gas yang kemudian akan
diionisasikan pada spektrometer massa sehingga melokul gas itu akan
mengalami fragmentasi yang berupa ionion positif. Ion akan memiliki
rasio yang spesifik antara massa dan muatannya (m/z).

e. pH
Alat

: pH meter

Prinsip kerja : Mencelupkan pH meter ke dalam larutan


f. Bobot per-mL
Alat

: Piknometer dan timbangan

Prinsip kerja : Membagi bobot di udara (g) dari sejumlah cairan yang
diisikan dalam piknometer dengan kapasitas (ml) piknometer pada
temperatur yang sama (British Pharmacopeia, 2011, p: A226-A228).
g. Viskositas
Alat

: Viskometer

Prinsip kerja : Mengukur gaya puntir sebuah rotor (spindle) yang


dicelupkan ke dalam sampel untuk menentukan kekentalan relatif suatu zat
cair (Farmakope Indonesia ed. IV, 1995, p: 1037-1038).
h. Homogenitas
Alat

: Kaca objek

Prinsip kerja : Melihat bahwa seluruh bahan tercampur merata.


(Farmakope Indonesia ed. III, 1993).

28

i. Kejernihan larutan
Alat

: Tabung pembanding dengan dasar datar, dibuat dari gelas

tidak berwarna, transparan dan netral


Prinsip kerja : Melihat ada/tidaknya partikulat dalam sediaan jadi
(British Pharmacopeia, 2011, p: A216-A217)
j. Volume terpindahkan
Alat

: Gelas ukur, piknometer dan stopwatch

Prinsip kerja : Menjamin bila larutan oral, bila dipindahkan dari wadah
aslinya, akan menyatakan volume sediaan yang sesuai dengan yang
dinyatakan dalam

label (USP ed 32nd, 09, p: 257).

k. Jumlah mikroba
Alat

: Autoklaf, cawan petri, media pengembangan, tabung

reaksi, jarum ose


Prinsip kerja : Mengukur jumlah mikroba yang terkandung dalam
sediaan tanpa boleh melewati batas yang disyaratkan (USP 32nd, 09, p:
767-769)
l. Tes kebocoran
Alat

: Kemasan primer

Prinsip kerja : Melihat tidak ada cairan yang keluar dari botol
(Petunjuk Operasional Penerapan CPOB, 2001, p: 331-332)
4.3

Pemilihan mesin produksi


Mesin filling botol full automatic
Merk: Bausch Strauble
Jenis: AFM-100

29

Spesifikasi:
Filling range

= 15 ml 1000 ml 1 2 %

Can fill

= Bottles 15 mm to 200 mm Diameter

Output

= 20 to 120 Bottles/min

Motor

= 2 HP Three Phase, 415 Volts.

Dimension/ approx. Weight

= 2200mm x 200mm x 1600mm / 450 kgs.

Mesin filling sirup ini memiliki conveyor yang bekerja secara


berkesinambungan tanpa perlu pengisian botol secara manual. Kecepatan
tergantung pada jumlah jarum suntik dan nozel. Semua bagian terbuat dari
Stainless Steel (304/316). Stroke jarum suntik disesuaikan untuk menyesuaikan
jumlah larutan yang akan dimasukkan (AIMS, 2015). Pemilihan mesin filling
sirup di suatu industri obat tradisional berdasarkan pada tingkat akurasi dan
konsistensi filling yang bagus, spare part tidak sulit dicari, sistem kerja mesin
tidak terlalu rumit sehingga apabila ada masalah terkait mesin, teknisi di industri
tersebut dapat memperbaikinya, terdapat cabang sales di Indonesia untuk
mempermudah apabila terdapat masalah terkait mesin.
4.4

Validasi proses produksi

Validasi proses diperlakukan untuk produk baru, alat/mesin baru, pembagian


bagian alat yang kritis yang dapat mempengaruhi proses,perubahan proses
produksi sertaperubahan pemasok bahan baku terutama bahan aktif. Validasi
proses, terdapat 3 macam cara untuk melakukannya.

30

1)
2)

Validasi prospektif, yakni validasi proses sebelum produk dipasarkan.


Validasi konkuren, yakni validasi proses dilakukan selama proses produksi

3)

rutin
Validasi retrospektif, yakni validasi yang dilakukan pada proses yang sudah
berjalan.

Produk sirup sirih melalui validasi proses dengan cara validasi prospektif. Bets
hasil Validasi Prospektif (minimum 3 bets berturut-turut) hanya dapat diluluskan
untuk dijual berdasarkan hasil serangkaian uji Pengawasan Mutu yang intensif,
pengkajian kondisi buatan, hasil uji stabilitas, dan persetujuan dari Pemastian
Mutu.

4.5

Pengemasan
Sediaan dimasukan ke dalam botol coklat karena mengandung zat

tambahan yang akan tergradasi/terdekomposisi bila terkena cahaya matahari.


Botol dilengkapi dengan tutup yang berupa measuring cap agar takaran pada saat
digunakan sesuai dengan yang diharapkan, sedang kemasan sekunder berupa dus.

31

4.6

Penyimpanan
Untuk penyimpanan, melihat komposisi bahan yang digunakan, maka

penyimpanan dianjurkan pada tempat kering, bersuhu sejuk dan tidak terpapar
sinar matahari langsung.

32

BAB 5
REGULASI DAN PERUNDANGAN
5.1

Registrasi
Berdasarkan Permenkes 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat

Tradisional, registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat tradisional

33

untuk mendapatkan izin edar. Obat tradisional yang diedarkan di wilayah


Indonesia wajib memiliki izin edar. Izin Edar diberikan oleh Kepala Badan POM.
Obat tradisional yang dapat diberikan izin edar harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu;
b. dibuat dengan menerapkan CPOTB;
c. memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau persyaratan lain
yang diakui;
d. berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/atau secara
ilmiah; dan penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap, dan tidak
menyesatkan.
Kategori obat berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang kriteria dan tata laksana
pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, pendaftaran
obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dikategorikan menjadi
pendaftaran baru dan pendaftaran variasi.
Berdasarkan penjelasan dalam Keputusan Kepala Badan POM Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang kriteria dan tata laksana
pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka tersebut, maka
obat batuk sirih ini termasuk registrasi obat baru.
Pendaftaran baru sebagaimana dimaksud, termasuk ke dalam kategori 2
yang merupakan pendaftaran obat tradisional yang hanya mengandung simplisia
berasal dari Indonesia (indigenous) dalam bentuk sediaan modern (pil, tablet,
kapsul, krim, gel, salep, supositoria anal, cairan obat dalam).
Nama obat yang diregistrasikan menggunakan nama dagang Peeper,
obat yang diregistrasikan berupa obat produksi dalam negeri berupa produksi
sendiri atau biasa disebut lokal, yang akan diedarkan di dalam negeri.
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Republik Indonesia Nomor
HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang kriteria dan tata laksana pendaftaran obat
tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, dilakukan dalam 2 (dua) tahap,
yaitu :

34

a. Pra penilaian
Merupakan tahap pemeriksaan kelengkapan, keabsahan dokumen dan
dilakukan penentuan kategori.
b. Penilaian
Merupakan proses evaluasi terhadap dokumen dan data pendukung.
Pengajuan pendaftaran dilakukan dengan menyerahkan berkas pendaftaran
yang terdiri dari formulir atau disket pendaftaran yang telah diisi, dilengkapi
dengan dokumen administrasi dan dokumen pendukung. Dokumen pendukung
obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dimaksud terdiri
dari:
a. dokumen mutu dan teknologi;
b. dokumen yang mendukung klaim indikasi sesuai jenis dan tingkat pembuktian.
Berkas pendaftaran harus dilengkapi dengan :
a. rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip, blister, catch
cover, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkus dan penandaan
yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka yang akan diedarkan dan harus dilengkapi dengan
rancangan warna;
b. brosur yang mencantumkan informasi mengenai obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka.
Untuk pendaftaran baru, berkas yang diserahkan sesuai Lampiran 5 terdiri dari:
a. formulir TA berisi keterangan mengenai dokumen administrasi;
b. formulir TB berisi dokumen yang mencakup formula dan cara pembuatan;
c. formulir TC berisi dokumen yang mencakup cara pemeriksaan mutu bahan
baku dan produk jadi;
d. formulir TD berisi dokumen yang mencakup klaim indikasi, dosis, cara
pemakaian dan bets.
Alur Registrasi e-registration terdapat 2 tahapan, yaitu:
Prosedur Pendaftaran Perusahaan
Pemohon

Mengisi formulir registrasi


pendaftaran via online

35

Verifikasi

Menerima pemberitahuan
untuk melampirkan
dokumen: Izin Industri,
Berita Acara Audit Sarana,
NPWP, CPOTB

Menyerahkan dokumen melalui


loket/POS

Verifikasi data oleh


BPOM**
User ID dan Password via
email**
Catatan:
*Badan POM akan melakukan verifikasi kebenaran dokumen
**User ID dan Password boleh digunakan untuk prosedur pendaftaran produk
Pendaftaran Produk
Notifikasi menyerahkan
dokumen:
CoA Produk Jadi Asli dan
Desain Kemasan
melalui loket atau POS

Pendaftar
(login)

Mengisi
formulir
pendaftaran

Verifikasi

Self Assesment:
Kategori
Produk
Komposisi
Mutu Produk

Tidak

SPB Pra
Registrasi
(pemberitahu
an via email)

Evaluasi
Ya
SPB
Registrasi
(pemberitahu
an via email)

Data Tidak
Sesuai

Pengambilan
SK dan Desain

Informasi
Revisi Desain

36

Unggah
bukti
bayar*

Unggah
bukti
bayar*

Verifikasi
(7HK)
*Biaya sesuai PNBP
PP No. 48 tahun
2010

Gambar: Prosedur Pendaftaran Produk Obat Tradisional


(Sumber: http://asrot.pom.go.id/index.php/home/depan/prosedur)
Catatan:
Seluruh industri di bidang obat tradisional melakukan registrasi akun perusahaan.
Untuk melakukan registrasi akun, pendaftar dapat melakukan registrasi secara on
line melalui website asrot.pom.go.id. Pendaftar yang telah berhasil melakukan
pendaftaran melalui on line akan mendapatkan informasi melalui email pendaftar
untuk menyerahkan sejumlah dokumen ke Badan POM cq. Direktorat Penilaian
Obat Tradisional, Suplemen Makanan, dan Kosmetik untuk dilakukan verifikasi
dokumen. Hasil verifikasi registrasi akun perusahaan akan diinformasikan melalui
email pendaftar.
Pengelompokkan dan penandaan obat bahan alam Indonesia
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM No. HK. 00.05.4.2411 tahun
2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia, dengan pertimbangan bahwa masyarakat perlu mengenal bentuk
perkembangan obat bahan alam, sehingga penggunaan obat bahan alam menjadi
lebih efektif. Maka untuk itu perlu diadakan penandaan yang mudah dikenal
berupa logo untuk kelompok obat bahan alam sebagai berikut :
(1). Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku;
(2). Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan
tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium;
(3). Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata kata : Secara
tradisional digunakan untuk , atau sesuai dengan yang disetujui pada
pendaftaran.
Kelompok Jamu untuk pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan
tulisan JAMU. Logo berupa RANTING DAUN TERLETAK DALAM

37

LINGKARAN, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah /
pembungkus/brosur. Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna
hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan
warna logo. Tulisan JAMU harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna
hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan
tulisan JAMU.
Logo Jamu

Nomor Registrasi
Nomor registrasi sediaan farmasi sirih (obat batuk) adalah TR 152617252
Keterangan:
TR

: Obat tradisional lokal

15

: Tahun mulai produk tersebut terdaftar di BPOM

: Obat ini diproduksi oleh pabrik farmasi

: Menunjukkan bentuk sediaan cairan

1725

: Menunjukkan nomor urut jenis produk yang terdaftar

: Menunjukkan jenis kemasan terakhir

Nomor batch
Menurut surat Dirjen POM No 13650/D/SE/73, penomoran batch diserahkan pada
perusahaan masing-masing. Nomor batch produk obat batuk sirih adalah
06151118
Keterangan :
06

: Produk diproduksi pada bulan Juni

15

: Produk diproduksi pada tahun 2015

11

: Bentuk sediaan cairan

18

: Nomor urut pembuatan

38

5.2

Penandaan sesuai undang-undang


Penandaan

adalah

tulisan-tulisan dan

pernyataan-pernyataan

pada

pembungkus etiket dan brosur yang diikutsertakan pada penyerahan atau


penjualan sesuatu obat, baik yang diberikan bersama obat itu maupun yang
diberikan sesudah atau sebelum penyerahan obat yang bersangkutan. Jenis klaim
penggunaan

sesuai

dengan

jenis

pembuktian

tradisional

dan

tingkat

pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. (BPOM No. HK


00.05.4.2411)
Pada penandaan atau etiket sekurang-kurangnya memuat :

Nama obat tradisional


Ukuran kemasan (berat bersih/ isi bersih)
Nomor pendaftaran, nama, dan alamat industri
Komposisi (nama latin bahan baku)
Khasiat/ kegunaan
Cara pemakaian
Peringatan dan kontra indikasi
Nama kode produksi
Kadaluarsa

BAB 6
INFORMASI OBAT
6.1

Pelayanan Informasi Obat


Obat batuk daun sirih ini berefek mukolitik, yaitu berfungsi untuk
mengencerkan dahak. Obat ini dapat dikonsumsi oleh orang dewasa
maupun anak-anak, dengan aturan pakai 3x sehari 1 sendok makan (15
mL) untuk orang dewasa dan 3x sehari sendok makan (7,5 mL).
Efek samping dari saponin ialah jika dikonsumsi secara berlebihan
dan terus-menerus dapat menimbulkan nyeri ulu hati, namun keadaan ini
akan berbeda-beda pada setiap orang, karena daya tahan tubuh setiap
orang berbeda-beda pula.

39

6.2

Brosur Obat

40

DAFTAR PUSTAKA

41

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam.Penerbit ITB: Bandung


Anonim.

Full

Automatic

Bottle

Filling

http://www.codeandpack.com/filling-machines.html.

Machine.

URL:

Diakses:

26

November 2015. Pukul: 08.21 wib.


Asean. 2005. Asean Guideline on Stability of Drug Product, 9 th. Philliphines:
ACCSQ-PPWG Meeting.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka. BPOM: Jakarta.
BPOM. 2004. Keputusan Kepala BPOM RI No HK.00.05.4.2411 Tentang
Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia. BPOM: Jakarta.
BPOM. 2005. Peraturan Kepala BPOM RI No HK.00.05.41.1384 Tentang
Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal
Terstandar, dan Fitofarmaka. BPOM: Jakarta.
Burkill, I.H. 1935. A Dictionary Of The Economic Product of The Malay
Penisula. Government of The Straits Settlements and Federated Malay
States. P. 1733-1742
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980, Materia Medika Indonesia,
edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Keseharan RI. 2008. Farmakope Herbal. Depkes RI: Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 1994. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor:661/Menkes/Sk/Vii/1994 Tentang Persyaratan Obat
Tradisional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Farnsworth. (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plants, Journal of
Pharmacutical Sciences, Volume 5. No. 3, Reheis Chemical Compay,
Chicago.
Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terbitan ke-2.Terjemahan Kosasih
Padmawinata. Penerbit ITB: Bandung.

42

Harborne, J.B. 2004. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Penerbit ITB: Bandung.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.
Departemen F-MIPA Universitas Indonesia.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Terjemahan Badan
Litbang Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarama Eana Jaya. Jakarta
Moeljanto RD, Mulyono. 2003. Khasiat & manfaat daun sirih (obat mujarab dari
masa ke masa). Jakarta: Agromedia Pustaka.
Nuryanto, Akhmad. 2002. Tanaman Sirih (piper betle Linn.) Ditinjau dari botani,
kimia, dan farmakologi.
Prasetya. 2009. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Darah Pada Tikus Putih Jantan Yang
Diinduksi Kafeina. Jakarta.
Rostiana, Otih. SM, Rosita, dan Sitepu, D. 1991. Keanekaragaman Genotipa
Sirih (Piper betle Linn.) Asal dan Penyebarannya. Dalam anonim, Warta
Tumbuhan Obat Indonesia, volume 1, nomor 1, Januari. Yogyakarta.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.

43

Anda mungkin juga menyukai