SEDIAAN HERBAL
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015
25-27 NOVEMBER 2015
SOAL UJIAN SEDIAAN FARMASI DAUN SIRIH (OBAT BATUK)
Disusun oleh:
NAMA
Indah Pertiwi
NPM
260112140539
NOMOR UNDIAN
106
DAFTAR ISI
BAB 1
TINJAUAN FARMAKOLOGI
1.1
1.2
Indikasi
a. Khasiat Empirik
Daun sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah banyak
dibudidayakan. Penggunaan secara turun temurun biasanya banyak
dilakukan di lingkungan
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja saponin sebagai mukolitik yaitu mengencerkan dahak
(Sulistiowati, 2003).
1.4
1.5
Farmakokinetik
Dosis dan cara pemberian
Kekuatan sediaan 0,4 mL dalam 5 mL. Pemberian obat dengan cara
diminum.
1.6
Kontra indikasi
-
1.7
1.8
Interaksi obat
Secara in vitro, saponin berinteraksi dengan kolesterol di dalam membran
yang dapat mengakibatkan lisisnya eritrosit.
BAB 2
ASPEK KIMIA DAN PREFORMULASI
2.1
Genus: Piper
Spesies: Piper betle Linn. (Sudewo, 2006)
Sinonim: Chavica auriculata MIQ, Chavica betle MIQ (Heyne, 1987).
b. Pemerian
Berupa helaian daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, ujung
runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bulat, sedikit berlekuk, tepi
daun rata agak menggulung, panjang 5-18 cm, lebar 3-12 cm; warna daun
hijau kecoklatan hingga coklat. Permukaan bawah kasar, kusam, wana
lebih muda dari permukaan atas. Tulang daun permukaan atas agak
tenggelam, permukaan bawah menonjol, tangkai daun bulat, panjang 1,5-3
cm; bau khas; rasa pedas (FHI, 2010).
c. Morfologi Tanaman
Sirih merupakan tanaman dikotil yang termasuk ke dalam famili
Piperaceae yang bersifat herba perennial. Tanaman ini umumnya berumah
dua, tumbuh merambat. Sirih berdaun tunggal dengan letak daun alternet.
Bentuk bervariasi dari bulat telur sampai oval. Pangkal daun berbentuk
jantung atau agak bundar asimetris. Sirih berasal dari Malaysia timur dan
tengah. Menurut keterangan De Condolle dalam origin of cultivated
plants daerah asal tanaman sirih berasal dari Kepulauan Malaya.
d. Kandungan Tanaman
Kandungan kimia daun sirih yaitu minyak atsiri yaitu alilkatekol 2,74,6%, kadinen 6,7-9,1%, karvakrol 2,2-4,8%, kariovilen 6,2-11,9%,
kavibetol 0,0-1,2%, kavikol 5,1-8,2%, sineol 3,6-6,2%, estragol 7-14,6%,
eugenol 26,8-42,5%, eugenol metileter 8,2-15,8%, juga mengandung
pirokatekin dan tanin. Daun sirih juga mengandung alkaloid araken yang
khasiatnya sama dengan kokain (Windholz, 1983).
f.
e. Aktivitas Farmakologi
1. Aktivitas antibakteri
2. Aktivitas antifungi
3. Aktivitas antimikotik
Penyebaran
3
a. Makroskopik
Tumbuh memanjang, tinggi 5m sampai 15m, helaian daun berbentuk
bundar telur atau bundar telur lonjong, pada bagian pangkal berbentuk
jantung agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berambut
sangat pendek, tebal, berwarna putih, panjang 5cm sampai 18cm, lebar
2,5cm sampai 10cm (Materia medika Indonesia ed IV).
b. Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis bawah denan sel minyak, epidermis
atas dan berkas pengangkut dengan penebalan berbentuk tangga (FHI,
2010: 105).
Prosedur
Hasil
Alkaloid
Simplisia dimasukkan
ke dalam mortar bersih
lalu ditambahkan 5 ml
amoniak
25%
20
ml
dibasahi
dengan
larutan
ammonia
10%
v/v
kemudian ditambahkan
kloroform dan dikocok
kuat-kuat.
Lapisan
kloroform
dipipet
sambil
disaring,
kemudian ditambahkan
asam klorida 2N lalu
dikocok
sampai
lapisan
asam
dan
dibagi
tabung
ditambahkan pereaksi
Dragendrorff,
apabila
bata
menandakan
maka
positif
positif
(Farnsworth,
1966:243-265).
Simplisia ditempatkan +
pada tabung reaksi lalu
ditambahkan air suling
10ml,
kemudian
ditambahkan
magnesium dan asam
klorida
2N.
Larutan
dicampurkan
dan
dipanaskan
diatas
kemudian
campuran
disaring.
amil
terbentuk
alkohol
menandakan
maka
adanya
golongan
senyawa
flavonoid (Farnsworth,
Saponin
1966:243-265)
Sejumlah
simplisia
kecil
dimasukan
di
atas
lalu
disaring,
lalu
dikocok
10
menit.
maka
menunjukkan
golongan
saponin
adanya
senyawa
dan
busa
tersebut
masih
bertahan
setelah
ditambahkan beberapa
tetes
Kuinon
asam
klorida
(Farnsworth,
1966:
243-265)
Sejumlah
kecil
simplisisa dimasukkan
kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan air
suling 5ml, kemudian
dipanaska
penangas
diatas
air
lalu
disaring.
Filtrat
ditambahkan beberapa
tetes larutan natrium
hidroksida 1N. Apabila
terbentuk
warna
menunjukkan
adanya
golongan
senyawa
kuinon
(Farnsworth,
Tanin
1966:
243-265).
Sejumlah
kecil
simplisa
dimasukkan
diatas
penagas
air
lalu
disaring.
Filtrate
ditambahkan
larutan
maka
menandakan
tanni
Senyawa polifenol
positif
(Farnsworth,
1966: 243-265)
Sejumlah
simplisia
kecil
dimasukkan
ditambahan
suling
10
air
secukupnya,
kemudian
dipanaskan
Filtrat
ditambahkan
pereaksi
larutan
besi
klorida.
(III)
Apabila
menimbulkan
warna
ungu,
biru-
hitam
hingga
hitam
maka
menandakan
adanya
polifenolat
(Farnsworth,
Steroid
Triterpenoid
243-265)
dan Simplisia
1966:
ditambahan
halus
dan
disaring.
Filtrat
ditempatkan
dalam
cawan
penguap
dibiarkan
hingga
dan
menguap
kering.
Lalu
ditambahkan pereaksi
Libermann
Buchard.
Apabila menimbulkan
warna
merah-ungu
maka
menandakan
positif
triterpenoid
sedangkan
apabila
menimblkan
warna
hijau-biru
maka
11
menunjukkan
positif
1989: 143-147).
dan Simplisia ditambahkan
Seskuiterpen
halus
dan
disaring.
Filtrat
ditempatkan
dalam
cawan
penguap
dibiarkan
hingga
ditambahkan
asam
dan
menguap
kering,
vanillin
lalu
larutan
10%
dalam
klorida
pekat.
Apabila menimbulkan
warna
maka
menandakan
positif
senyawa
monoterpen
dan
seskuiterpen
(Farnsworth,
1966:
243-265).
biasanya 5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu
12
pengembangan 30 menit sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua
fase yaitu fase diam atau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut
pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai
permukaan penyerap atau penyangga untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat
berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut. (Sudjadi, 1986).
Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa
organik alam dan senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit
dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa
mikrogram atau sebanyak 5 g dapat ditangani. Kelebihan KLT yang lain ialah
pemakaian jumlah pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) merupakan salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu
dengan menggunakan plat kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan
pelarut tertentu (Gritter,1991). Penyerap dan pengembang yang digunakan
umumnya sama dengan penyerap dan pengembang pada kromatografi kolom dan
kromatografi kertas. (Markham, 1988).
2.
kepolaran dan massa molekul sampel yang dapat diuapkan. Sampel yang berupa
cairan atau gas dapat langsung diinjeksikan ke dalam injektor, jika sampel dalam
bentuk padatan maka harus dilarutkan pada pelarut yang dapat diuapkan. Aliran
gas yang mengalir akan membawa sampel yang teruapkan untuk masuk ke dalam
kolom. Komponen-komponen yang ada pada sampel akan dipisahkan berdasarkan
partisi diantara fase gerak (gas pembawa) dan fase diam (kolom). Hasilnya adalah
berupa molekul gas yang kemudian akan diionisasikan pada spektrometer massa
sehingga melokul gas itu akan mengalami fragmentasi yang berupa ionion positif.
Ion akan memiliki rasio yang spesifik antara massa dan muatannya (m/z).
2.3
a. Kecermatan (accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan
hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam
keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan
yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik
tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan
pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan
suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur.
b. Keseksamaan (precision)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata
jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil
dari campuran yang homogen.
c. Linearitas dan Rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik matik yang
baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode
adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan
dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat
diterima.
d. Batas Deteksi dan Kuantifikasi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama (Harmita, 2014).
2.4
14
Metode analisis sediaan yang digunakan yaitu Kromatografi GasSpektroskopi Massa, didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa molekul
sampel yang dapat diuapkan. Sampel yang berupa cairan atau gas dapat langsung
diinjeksikan ke dalam injektor, jika sampel dalam bentuk padatan maka harus
dilarutkan pada pelarut yang dapat diuapkan. Aliran gas yang mengalir akan
membawa sampel yang teruapkan untuk masuk ke dalam kolom. Komponenkomponen yang ada pada sampel akan dipisahkan berdasarkan partisi diantara
fase gerak (gas pembawa) dan fase diam (kolom). Hasilnya adalah berupa
molekul gas yang kemudian akan diionisasikan pada spektrometer massa sehingga
melokul gas itu akan mengalami fragmentasi yang berupa ion-ion positif. Ion akan
memiliki rasio yang spesifik antara massa dan muatannya (m/z).
BAB 3
PENGEMBANGAN FORMULA
3.1
Nama
Dagang
OBTIMI
Pabrik
Sari Sehat
Bentuk
Sediaan
Sirup
15
16
c. Pemilihan eksipien
1) Sucralose
(1,6-Dichloro-1,6-dideoxy-b-D-fructofuranosyl-4chloro-4-deoxya-D-galactopyranoside [56038-13-2])
Pemerian : Serbuk hablur putih atau hampir putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam metanol dan dalam
etanol. Sukar larut dalam etil asetat.
Stabilitas : Bahan stabil. Stabil dalam sediaan cair, stabil
dalam suasana asam, dan stabil pada suhu tinggi.
Fungsi
: Pemanis (HOPE ed 6th, 2009, p: 701-702)
2) Propylparaben (Propyl 4-hydroxybenzoate [94-13-3])
Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
alkohol dan eter, sukar larut dalam air mendidih
Stabilitas : Stabil pada pH 3-6.
Fungsi
: Pengawet (USP ed 32nd, 2009, p: 1329-1330)
3) Methylparaben (Methyl-4-hydroxybenzoate [99-76-3])
Pemerian : Serbuk kristalin putih atau kristal tidak berwarna
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol dan metanol; sukar larut
dalam air
Stabilitas : Stabil pada pH 3-6.
Fungsi
: Pengawet (USP ed 36th, 13, p: 1272)
4) Menthol(1RS,2RS,5RS)-()-5-Methyl-2-(1 methylethyl)
cyclohexaol[15356-70-4])
Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak
berwarna, biasanya berbentuk jarum atau massa yang mudah
melebur, memiliki bau yang enak seperti peppermint.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam heksana, mudah
larut dalam asam asetat glasial
Stabilitas : Mudah menguap, simpan di tempat tertutup baik,
dan sejuk
Fungsi
vanilla
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, eter, gliserin,
propilenglikol, dan larut dalam air
17
Stabilitas
terlindung dari
cahaya
Fungsi
: Perasa dan Esens (HOPE 6th, 09, p: 760-761)
6) Ethanol (Ethanol [64-17-5]
Pemerian
0,40 mL
15 mg
0,9 mg
5,3 mg
0,41 mg
0,975 mg
0,023 mL
5 mL
18
x 4,60mL 0,0092mL
100
~ 0,0092 mL x 1,63 g/cm3 = 0,0149 g 14,99 mg
2. Propylparaben
0,015
x 4,60 0,00069mL
100
~ 0,00069 mL x 1,288 g/cm3 = 0,000888 g 0,88 mg
3. Methylparaben
0,085
x 4,60mL 0,00391mL
100
~ 0,00391 mL x 1,352 g/cm3 = 0,00529 g 5,29 mg
4. Menthol
0,01
x 4,60mL 0,00046mL
100
~ 0,00046 mL x 0,89 g/cm3 = 0,000409 g 0,41 mg
5. Vanillin
0,02
x 4,60 0,00092mL
100
~ 0,00092 mL x 1,06 g/cm3 = 0,000975 g 0,975 mg
6. Ethanol
0,5
x 4,60mL 0,023mL
100
Proses Ekstraksi
Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi (Ekstraksi dingin) dengan
pelarut etanol 70% selama 3 x 24 jam. Ekstraksi dingin dilakukan dilakukan
terhadap bahan tumbuhan yang mengandung senyawa yang bersifat termolabil.
Penggunaan metode masersai dilakukan karena metode ini Seperti dijelaskan
diatas maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan panas ataupun tidak
tahan panas. Selain itu tidak diperlukan alat yang spesifik, dapat digunakan apa
saja untuk proses perendaman walaupun membutuhkan waktu yg lama dan pelarut
yang tidak sedikit. Pelarut 70% digunakan karena simplisia yang digunakan
19
mendapatkan
maserat,
dilakukan
proses
pemekatan
atau
Tiap 5 mL
0,40 mL
15 mg
0,90 mg
5,30 mg
0,41 mg
0,975 mg
0,023 mL
ad 5 mL
Proses Pembuatan
Ekstraksi simplisia
- Maserasi dgn etanol
- suhu 15-25C
- 72 jam
Saring filtrat
Penimbangan seluruh
bahan yang digunakan
20
Kontrol:
1. Penentuan serat kasar
2. Kadar komponen terekstraksi
3. Cemaran mikroba
4. Residu pestisida
5. Kadar bahan aktif
Pencampuran seluruh
bahan
Didinginkan hingga
<40C
Penyaringan
Pengisian
Pengemasan
Kontrol:
- Penampilan (Warna, Rasa,
Bau)
- Identifikasi
- pH
- Bobot per-mL
- Viskositas
- Homogenitas
- Kejernihan larutan
- Pengujian kadar
Kontrol:
- Penampilan (Warna, Rasa,
Bau)
- Identifikasi
- pH
- Bobot per-mL
- Viskositas
- Homogenitas
- Kejernihan larutan
- Volume terpindahkan
- Jumlah mikroba
- Tes kebocoran
- Pengujian kadar
3.4
bottle filling
Pengujian stabilitas
Metoda pengujian
: Stabilitas prospektif
Dipilih metoda ini karena sediaan baru dibuat.
Kondisi uji
21
Kontrol
: 1. Pemerian
2. Volume
3. pH
4. Bobot per-mL
5. Viskositas
6. Kadar
7. Bilangan mikroba
Up scaling
Produksi di suatu industri tentunya diawali dengan pembuatan formulasi
dengan skala laboratorium, dimana untuk sediaan larutan yaitu 5-10 L. Setelah
ditemukan formulasi yang menjanjikan, kemudian dibuat menjadi skala pilot
(maksimum kelipatan 10 dari skala laboratorium, diperlukan penyesuaian
formulasi), dan terakhir menjadi skala industri (produksi maksimum kelipatan 10
dari skala pilot, diperlukan penyesuaian formulasi).
Nama Zat
Skala lab
Skala pilot
0,40 mL
15 mg
0,90 mg
5,30 mg
0,41 mg
0,975 mg
0,023 mL
ad 5 mL
4L
60 g
9,0 g
53 g
41 g
97,5 g
0,23 L
ad 50 L
Skala produksi
40 L
600 g
90 gram
530 g
410 g
975 gg
23 g
Ad 500 L
BAB 4
MANUFAKTUR DAN QC
4.1
22
tradisional untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan
Good Manufacturing Practices dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan
produksi sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOTB bertujuan untuk
menjamin obat tradisional dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOTB mencakup seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu.
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur tervalidasi
yang telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOTB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi) sesuai dengan
spesifikasinya.
Selama proses produksi hendaklah dibuat klasifikasi area terkendali
dengan mempertimbangkan kemungkinan kontaminasi mikroba yang tinggi dari
bahan alam. Klasifikasi bangunan yang berlaku untuk area produksi bahan obat
kemungkinan tidak bisa digunakan untuk pengolahan bahan alam. Persyaratan
yang detil dan spesifik hendaklah dibuat untuk menghindari kontaminasi mikroba
atas peralatan, udara, permukaan dan personil, dan juga toilet, utilitas, sarana dan
sistem penunjang (misal air dan udara bertekanan). Selain itu, produksi baiknya
dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Perencanaan dan Pengadaan Bahan Awal
Pengadaan bahan awal harus dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah
bahan tersisa harus selalu dicatat. Catatan berisi keterangan mengenai pasokan,
nomor bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal kadaluarsa.
Perencanaan dan pengadaan bahan awal disesuaikan dengan banyaknya produk
yang akan diproduksi sesuai dengan formula.
Penerimaan
Bahan awal meliputi bahan baku ataupun bahan kemas diterima dari
vendor yang kemudian bahan awal tersebut dikarantina terlebih dahulu. Sebelum
diluluskan terhadap bahan awal tersebut dilakukan serangkaian pengujian kadar,
23
identifikasi kebenaran bahan, intinya dicek bahan awal tersebut sudah memenuhi
spesifikasi atau belum (Spesifikasi ini merupakan suatu nilai atau persyaratan
yang ditetapkan oleh suatu industri yang didasarkan pada persyaratan nasional
maupun internasional).
Untuk bahan pengemas biasanya dicek terlebih dahulu bahan pengemas
tersebut apakah bersifat inert atau tidak, tahan terhadap proses pengemasan atau
tidak.
Penimbangan
Proses penimbangan dilakukan oleh dua orang, dimana satu orang
bertugas untuk menimbang dan mencatat hasil penimbangan, dan satu orang yang
lainnya memeriksa kesesuaian dari apa yang ditimbang dan mencatat pula hasil
penimbangan tersebut, karena dalam proses penimbangan diperlukan ketelitian.
Produk Manufaktur
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan diperiksa terlebih dahulu
sebelum dipakai. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan diperiksa
sebelum digunakan, jika sudah ada label bersih maka peralatan sudah dapat
digunakan.
Kegiatan Pengemasan Primer
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk
jadi. Pengemasan dilakukan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga
identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan
pengemasan dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan
menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan.
24
Sebelum didistribusikan seluruh produk dicek terlebih dahulu oleh QA. Kemudian
jika sudah sesuai QA akan meloloskan produk tersebut.
Sampel Pertinggal
Sampel pertinggal merupakan tahap akhir pengendalian. Produk jadi ini
disimpan sampai setahun setelah produk tersebut kadaluarsa. Jumlah produk yang
disimpan minimal untuk 2 kali pengujian.
Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak
yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi obat jadi.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analitik yang dilakukan di
laboratorium termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan pengujian bahan awal,
produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji
stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam
rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui
spesifikasi bahan, produk serta metode pengujiannya.
Bagian pengawasan mutu dalam suatu pabrik obat bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa:
a. Bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan
keamanannya.
b. Tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang
ditetapkan dan telah divalidasi sebelumnya.
c. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium
terhadap suatu bets obat telah dilaksanakan dan bets tersebut
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan.
25
Desain IPC
1. Persyaratan serbuk simplisia (Permenkes No. 661 thn 1994):
a. Kadar air tidak lebih dari 10%
b. Angka lempeng total tidak lebih dari 10
c. Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10
d. Mikroba pathogennya negatif
e. Aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj)
f. Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, disimpan pada
suhu kamar, di tempat kering dan terlindung dari sinar matahari.
2. Karakteristik ekstrak kental (Farmakope Herbal, 2008):
1. Rendemen ekstrak: tidak kurang dari 26,7%,
2. Pemerian ekstrak: Ekstrak kental, hitam, tidak berbau, rasa pahit
3. Penetapan bobot jenis ekstrak
4. Kadar air tidak lebih dari 17%
5. Kadar abu tidak lebih dari 3,5%
6. Kadar abu tidak larut asam: tidak lebih dari 1,5%,
7. Kadar sari larut air: tidak kurang dari 16,0%
8. Kadar sari larut etanol: tidak kurang dari 8%
3. In Process Control proses pembuatan sirup
a. pH
Pengujian pH dilakukan setelah proses pencampuran akhir. Hasil
pengujian pH dibandingkan dengan standar formula yang berlaku,
berguna untuk
b. Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan setelah proses pencampuran akhir.
Pengujian ini berguna untuk melaporkan jika terjadi deviasi proses
produksi.
c. Uji homogenitas
Dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel pada tiga lokasi
tangki, atas, tengah, dan dasar tangki. Penentuan kadar dilakukan
dengan menganalisis kadar flavonoid total dari ketiga sampel tersebut.
d. Organoleptik
26
e.
vakum.
Hubungkan pompa vakum dengan aliran listrik, buka kran pada
eksikator tekan tombol ON dan biarkan pompa vakum menyala
sampai skala pada pompa vakum menunjukan tekanan dalam
Prinsip kerja
27
e. pH
Alat
: pH meter
Prinsip kerja : Membagi bobot di udara (g) dari sejumlah cairan yang
diisikan dalam piknometer dengan kapasitas (ml) piknometer pada
temperatur yang sama (British Pharmacopeia, 2011, p: A226-A228).
g. Viskositas
Alat
: Viskometer
: Kaca objek
28
i. Kejernihan larutan
Alat
Prinsip kerja : Menjamin bila larutan oral, bila dipindahkan dari wadah
aslinya, akan menyatakan volume sediaan yang sesuai dengan yang
dinyatakan dalam
k. Jumlah mikroba
Alat
: Kemasan primer
Prinsip kerja : Melihat tidak ada cairan yang keluar dari botol
(Petunjuk Operasional Penerapan CPOB, 2001, p: 331-332)
4.3
29
Spesifikasi:
Filling range
= 15 ml 1000 ml 1 2 %
Can fill
Output
= 20 to 120 Bottles/min
Motor
30
1)
2)
3)
rutin
Validasi retrospektif, yakni validasi yang dilakukan pada proses yang sudah
berjalan.
Produk sirup sirih melalui validasi proses dengan cara validasi prospektif. Bets
hasil Validasi Prospektif (minimum 3 bets berturut-turut) hanya dapat diluluskan
untuk dijual berdasarkan hasil serangkaian uji Pengawasan Mutu yang intensif,
pengkajian kondisi buatan, hasil uji stabilitas, dan persetujuan dari Pemastian
Mutu.
4.5
Pengemasan
Sediaan dimasukan ke dalam botol coklat karena mengandung zat
31
4.6
Penyimpanan
Untuk penyimpanan, melihat komposisi bahan yang digunakan, maka
penyimpanan dianjurkan pada tempat kering, bersuhu sejuk dan tidak terpapar
sinar matahari langsung.
32
BAB 5
REGULASI DAN PERUNDANGAN
5.1
Registrasi
Berdasarkan Permenkes 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat
33
34
a. Pra penilaian
Merupakan tahap pemeriksaan kelengkapan, keabsahan dokumen dan
dilakukan penentuan kategori.
b. Penilaian
Merupakan proses evaluasi terhadap dokumen dan data pendukung.
Pengajuan pendaftaran dilakukan dengan menyerahkan berkas pendaftaran
yang terdiri dari formulir atau disket pendaftaran yang telah diisi, dilengkapi
dengan dokumen administrasi dan dokumen pendukung. Dokumen pendukung
obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dimaksud terdiri
dari:
a. dokumen mutu dan teknologi;
b. dokumen yang mendukung klaim indikasi sesuai jenis dan tingkat pembuktian.
Berkas pendaftaran harus dilengkapi dengan :
a. rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip, blister, catch
cover, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkus dan penandaan
yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka yang akan diedarkan dan harus dilengkapi dengan
rancangan warna;
b. brosur yang mencantumkan informasi mengenai obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka.
Untuk pendaftaran baru, berkas yang diserahkan sesuai Lampiran 5 terdiri dari:
a. formulir TA berisi keterangan mengenai dokumen administrasi;
b. formulir TB berisi dokumen yang mencakup formula dan cara pembuatan;
c. formulir TC berisi dokumen yang mencakup cara pemeriksaan mutu bahan
baku dan produk jadi;
d. formulir TD berisi dokumen yang mencakup klaim indikasi, dosis, cara
pemakaian dan bets.
Alur Registrasi e-registration terdapat 2 tahapan, yaitu:
Prosedur Pendaftaran Perusahaan
Pemohon
35
Verifikasi
Menerima pemberitahuan
untuk melampirkan
dokumen: Izin Industri,
Berita Acara Audit Sarana,
NPWP, CPOTB
Pendaftar
(login)
Mengisi
formulir
pendaftaran
Verifikasi
Self Assesment:
Kategori
Produk
Komposisi
Mutu Produk
Tidak
SPB Pra
Registrasi
(pemberitahu
an via email)
Evaluasi
Ya
SPB
Registrasi
(pemberitahu
an via email)
Data Tidak
Sesuai
Pengambilan
SK dan Desain
Informasi
Revisi Desain
36
Unggah
bukti
bayar*
Unggah
bukti
bayar*
Verifikasi
(7HK)
*Biaya sesuai PNBP
PP No. 48 tahun
2010
37
LINGKARAN, dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah /
pembungkus/brosur. Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna
hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan
warna logo. Tulisan JAMU harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna
hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan
tulisan JAMU.
Logo Jamu
Nomor Registrasi
Nomor registrasi sediaan farmasi sirih (obat batuk) adalah TR 152617252
Keterangan:
TR
15
1725
Nomor batch
Menurut surat Dirjen POM No 13650/D/SE/73, penomoran batch diserahkan pada
perusahaan masing-masing. Nomor batch produk obat batuk sirih adalah
06151118
Keterangan :
06
15
11
18
38
5.2
adalah
tulisan-tulisan dan
pernyataan-pernyataan
pada
sesuai
dengan
jenis
pembuktian
tradisional
dan
tingkat
BAB 6
INFORMASI OBAT
6.1
39
6.2
Brosur Obat
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Full
Automatic
Bottle
Filling
http://www.codeandpack.com/filling-machines.html.
Machine.
URL:
Diakses:
26
42
43