Anda di halaman 1dari 29

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PEMILIHAN BAHAN AKTIF


 Gentamicin sulfat
 Efek utama :
Antibiotik amino glikosida dan mempunyai aksi bakterisidal melawan bakteri gram
negatif dan beberapa strain Staphylococci bakteri gram negatif seperti spesies Brucella,
Calymmatobacterium, Campylobacter, Escherichia ,Enterobacter, Pseudomonas
vibrio. (Martindale 38thed., p 305)

 Efek samping:
Kehilangan pendengaran, vertigo, reaksi hipersensitif mual muntah, stomatitis.
(Martindale 38thed., p 306)

 Indikasi :
Infeksi saluran empedu, infeksi kulit seperti terbakar atau ulcer, infeksi saluran kemih
dan meningitis. (Martindale 38th ed., p 305)

 Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap gentamisin sulfat, pasien myasteria gravis, parkinson.
(Martindale 38th ed., p 306)

 Spesifikasi lain :
o Kurang baik diabsorbsi pada saluran gastrointestinal tetapi cepat diabsorbsi jika
melalui injeksi intramuskular, terjadi absorbsi sistemik setelah penggunaan pada
kulit, luka bakar.
o t ½ 2-3 jam pada neonatus dan gangguan ginjal t ½ di perpanjang
o Tidak dimetabolime dan di ekskresikan dalam bentuk tidak berubah pada urin.
(Martindale 38th ed., p 307)

 Neomicin
 Efekutama:
mempunyai spektrum aktifitas sama seperti gentamisin sulfat, tetapi aktifitasnya
kurang melawan Pseudomonas aeruginosa, aktif melawan Mycobacterium
tuberculosis. Dilaporkan pada penggunaan topikal terjadi resisten yang meluas,
terutama pada Staphylococci, Salmonella, Shigella, Eschericia coli. Resisten silang
dengan Kanamisin, Framycetin, Paramomycin (Martindale 36th ed., p 305)

 Efek samping:
Kehilangan pendengaran, vertigo, pusing, reaksi hipersensitif, mual, muntah.
(Martindale 36th ed., p 305)

 Kontraindikasi:
Hipersensitif neomisin, intestinal desinfection, anak dibawah 1 tahun, gangguan

1
liver/ginjal, gangguan neuromuscular, kerusakan kulit yang luas, pendengaran lemah.
(Martindale 36th ed., p 305)

 Indikasi:
Infeksi kulit, telinga dan mata karena Staphylococi / organisme lain, infeksi
gastrointestinal. (Martindale 36th ed., p 305)

 Spesifikasi lain:
o Kurang baik diabsorbsi pada saluran gastrointestinal 97% dosis oral diekskresi di
feses. Absorbsi mungkin meningkatkan/ merangsang mukosa.
o Sekali neomisin di absorbsi maka akan diekskresikan oleh ginjal dalam bentuk
aktifnya.
o Absorbsi terjadi pada peritonium, saluran nafas, kandung kemih,luka dan kulit yang
inflamasi.
o t½ =2-3 jam
(Martindale 36th ed., p 305)

 Bacitracin Zinc
 Efek utama:
Dapat digunakan secara topikal (dalam bentuk krim, salep ,dan serbuk), dapat
digunakan untuk salep mata, pengobatan untuk infeksi kulit lokal akibat organisme.
( Martindale 36th ed., p 211)

 Efek samping:
mual dan muntah, ruam kemerahan.( Martindale 36th ed., p 212)

 Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap gentamisin, dan obat yang bersifat
th
neomisin ,colistin,kanamisin polymixin B dan streptomicin. (Martindale 36 ed., p
211)

 Indikasi:
Mengobati infeksi kulit dan mata karena karena bakteri. (Martindale 36 th ed p 211).
Efektif bila dipakai bersama dengan kortikosteroid.

 Spesifikasi lain:
o Absorbsi jelek di GI tract, dapat mengobati kulit utuh atau kuit yang gundul.
o Baik bila diberikan dengan injeksi intramuskular.
o Dapat bersifat nefrotoksisitas jika diberikan dengan obat nefrotoksik lainnya
seperti, neomisin, colistin, kanamisin, polymixin B, dan streptomicin.
(Martindale 36th ed., p 211)

Bahan aktif terpilih Gentamisin sulfat karena:


 Gentamicin sulfat efektif terhadap organisme gram positif dan negatif. ( Katzung 12th
ed., p.933)

2
 Gentamisin sulfat paling efektif terhadap Staphylococcus aureus. Dimana bakteri ini
banyak menyebabkan penyakit. Oleh karena itu dipilih sebagai bahan aktif.
 Berdasarkan literatur (Codex 12thed. p.879), Gentamisin yang digunakan sebagai bahan
aktif dalam krim adalah gentamisin sulfat.
 Gentamisin base tidak stabil sehingga dipilih bentuk sulfatnya.
 Neomisin tidak dipilih karena telah dilaporkan telah terjadi resistensi yang meluas pada
penggunaan topikal saah satunya E.coli sehingga tidak dipiih sebagai bahan aktif.
(Martidale 36th ed., p 305)
 Gentamicin sulfat menunjukkan stabilitas yang baik sebagai bahan baku dan produk
yang diformulasikan (Codex ed 12, p.880)

1.2 PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN

Karakteristik Gentamisin sulfat


Fisika Kimia
 Organoleptik: putih/hampir putih, serbuk  4 % w/v larutan gentamisin sulfat punya
tak berbau. (FI V) pH 3,5-5,5 (CODEX 12th, p.880)
 Kelarutan: mudah larut dalam air, tidak  pH stabil = 2-14 (di dalam cairan yang
larut dalam etanol, larut dalam etilen asam basa kuat stabil secara kimiawi dan
glikol, dan tidak larut dalam kloroform, sedikit terdekomposisi. (CODEX 12th,
eter aceton dan benzene. (CODEX 12th, p. p.880)
880)  Ada 16 % hilangnya potensi rata rata
 Berat molekul 561,8 g/mol (CODEX 12th, gentamisin sulfat dari larutan yang
p.880) mengandung 10 – 40 mg/ ml .Bila
 Titik leleh gentamisin sulfat 218°-237oC disimpan disimpan pada suhu 4 oC /25 oC
CODEX 12th, p.880) dalam sekali pakai selama 30 hari dan
 Kadar sediaan: 90%-135,0% endapan coklat yang terbentuk dalam
berbagai kasus.penyimpanan dalam jarum
suntik glass sekali pakai selama 30 hari
menghasilkan 7 % kehilangan rata-rata
yang dianggap dapat diterima namun
penyimpanan lebih dalam pembentukan
endapan dalam beberapa kasus tidak
dianjurkan.

Bentuk sediaan terpilih: krim, alasannya:


 Tujuan dari terapi adalah local pada lapisan kulit dermis sehingga bentuk yang cocok adalah
krim tipe w/o
 Gentamisin sulfat adalah bahan aktif yang larut air sehingga cocok dibuat krim w/o.
 Gentamisin kurang baik diabsorbsi pada saluran gastrointestinal oleh karena itu dibuat dalam
bentuk krim (Martindale 38th ed., p.307) karena gentamisin sebagai polikation bersifat sangat
polar sehingga sangat sukar diabsorbsi melalui saluran cerna. (Farmakologi dan Terapi ed. 3,
p.605).

3
 Gentamisin sulfat dapat diabsorbsi pada pasien dengan kulit gundul / luka bakar, sehingga
krim gentamicin tidak boleh digunakan pada pasien luka bakar.
 Gentamisin sufat dalam plasma harus dimonitor secara individual pada rentang 2 μg/ ml – 10
μg/ ml karena bersifat ototoksisitas dan nephrotoksisitas, selain itu gentamisin terakumulasi
dalam jaringan tubuh terutama ginjal sehingga dipilih bentuk krim untuk mengurangi absorbsi
gentamisin (krim bekerja secara lokal).

1.3 PERSYARATAN MUTU SEDIAAN

Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan dari
USP XXVII dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

1. Aman
Aman (Safety), diartikan sebagai bermanfaat secara fisiologis dan psikologis, tanpa
efek samping yang merugikan atau dengan efek samping yang telah dikendalikan
sehingga tidak lebih toksik dari toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi. Bahan
farmasi merupakan bahan kimia yang mempunyai karakteistik fisika-kimia yang terkait
langsung dengan efek/khasiat. Setiap perubahan karakteristik fisika-kimia akan mampu
menyebabkan perubahan efek farmakologis dan atau psikologis. Kadar aman masing
masing zat berkhasiat masih berada dalam batas yang tidak membahayakan atau tidak
menimbulakn efek samping yang membahayakan bila digunakan dalam dosis yang tepat
dan lama pemakaian yang ditentukan untuk penyakit tertentu.
Dikatakan aman apabila bahan aktif kadarnya tidak melebihi yang tertera pada
masing-masing monografi di USP XXXVII, yaitu
Kadar sediaan (krim) Gentamisin sulfat: 90%-135,0% (USP 37, p.3139).

2. Efektif
Efektif (effectivity), diartikan sebagai jumlah partikel aktif yang mampu mencapai
tempat kerja (site of action/reseptor) dan mampu melakukan “aksi” sebesar dan selama
waktu yang diperhitungkan (onset of action-duration of action). Jumlah bahan aktif
dikehendaki relatif kecil tetapi dengan hasil kerja optimal. Jumlah tersebut harus
diartikan sebagai dosis pemakaian sekali pakai, sehari pakai dan selama jangka waktu
pengobatan (1 kuur).
o Dosis Gentamisin sulfat topikal (kulit): 0,1% (Martindale 38th ed., p.305).
o Dosis Gentamisin sulfat topikal (mata dan telinga): 0,3% (Martindale 38th ed., p.305).

3. Aceptable
Diartikan sebagai prediksi pemenuhan persepsi psikologis konsumen pemakai, sediaan
stabil dan dapat diterima penampilannya.

4. Penampilan (Appereance)
Organoleptis dan kemudahan pakai merupakan faktor sosio budaya dan aspek
psikologik yang terkait dengan faktor ekonomis.

5. Stabil (Stability)

4
Stabil (Stability), diartikan bahwa sediaan tetap mempunyai efek farmakologik –
fisiologik sebagaimana awal pembuatan / yang dicantumkan dalam label atau brosur
diperhitungkan dari stabilitas: fisika, kimia, farmakologi, mikrobiologi, dan toksikologi.
 Stabilitas Fisika
Diartikan sebagai konsistensi fisik tidak berubah selama penyimpanan dan pemakaian
yang meliputi : penampilan, keseragaman, viskositas dan organoleptis (USP 27 p.2605)
 Berat jenis : 0.8-1 g/cm3
 Viskositas : 20000-30000 cps
 Sifat alir : Pseudoplastik
 Ukuran partikel: 0,5-10 µm
 Tipe emulsi: w/o
 Penampilan: semisolida (krim w/o), berwarna putih
 Spreadibilitas: dapat menyebar
 Homogenitas: Homogen

 Stabilitas Kimia
Diartikan sebagai sediaan stabil secara kimia apabila integritas/kekokohan kimiawi dan
potensi kimia tetap, serta tidak mengalami perubahan pH (USP 27 p.2605).
 pH Gentamisin sulfat: 2-14 (Codex 12th, p.880).
 pH kulit: 4.5-6.5 (Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Latifah Perdana)
 pH sediaan: 5.0 ± 0.05

 Stabilitas Mikrobiologi
Diartikan sebagai Sediaan tidak ditumbuhi mikroba sesuai dengan persyaratan
tertentu dan jika sediaan tersebut mengandung zat anti mikroba, maka harus tetap efektif
selama waktu yang telah ditentukan (USP 27 p.2605). Pada sediaan tidak boleh ada
bakteri Salmonella sp, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Serratia
marcescens, Staphylococcus aureus, Candida sp, Bacterium antranum, P.multhophilia.
(Lachmann ed.3 hal 964).

 Stabilitas Toksikologi
Diartikan sebagai sediaan tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat
meracuni jaringan lokal dan tidak menunjukkan peningkatan toksisitas selama batas
waktu tertentu, baik dalam proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga
pemakaian (USP 27 p.2605).

 Stabilitas Farmakologi
Diartikan sebagai efek terapi harus tetap dan tidak mengalami perubahan efek
farmakologi baik dalam proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga sampai
pada konsumen sampai batas waktu yang ditentukan (USP 27 p.2605).

5
6
7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 PERHITUNGAN TAKARAN/ DOSIS BAHAN AKTIF


a. Dosis gentamisin sulfat: 0,3% ( Topikal mata dan telinga); 0,1% (Topikal kulit).
(Martindale 38th ed., p.305)
b. Perhitungan dan alasan volume kemasan:
Aturan pakai: tiga sampai empat kali sehari dioleskan tipis merata pada bagian yang sakit.
Volume kemasan:
Perkiraan satu kali oles = 1 FTU (Fingertip unit)
1 FTU = 0,3-0,5 g = 500 mg.
Sehari tiga sampai empat kali = 3 x 1 FTU = 3 x 0,5 g = 1,5 g ; 4 x 1 FTU = 4 x 0,5 g = 2
g.
Lama terapi: 6 hari.
Kebutuhn untuk 6 hari: 9-12 g = 15 g.

3.2 PENYUSUNAN FORMULA TERPILIH


1. Bahan aktif: Gentamisin sulfat
2. Memilih bahan pembantu formula
- Organoleptis: krim w/o warna putih (tidak menggunakan pewarna), Bau: Tidak berbau.
● Lanolin anhidrat:
- Emulsifying agent & emollient & vehicle hidrofobik.
- Pada w/o ketika dicampur dengan soft paraffin, terbentuk krim pelembab yang
berpenetrasi ke kulit sehingga dapat terabsorpsi dengan baik (HPE 7, p.430).
- Pembawa anhidrat yang menyerap air berfungsi untuk membentuk emulsi air dalam
minyak.
● Vaselin album:
- Pelembab basis salep/ointment (HPE ed.7, p.547).
● Parafin liquid/mineral oil:
- Sebagai emollient dalam krim w/o.
● Cera alba:
- Meningkatkan konsistensi krim dan menstabilkan emulsi w/o (HPE ed.7, p.891).

- Kelarutan: Gentamisin sulfat larut dalam air sehingga dibuat krim tipe w/o. Untuk
membuat krim dibutuhkan surfaktan agar tegangan antarmuka fase minyak dan fase air
menurun sehingga keduanya dapat saling campur. Surfaktan yang digunakan:
● Polisorbat 80 (Tween 80):

8
- Surfaktan, bersifat nonionic sehingga tidak bereaksi dengan bahan aktif (HPE ed.7,
p.621).
● Sorbitan seskuioleat (Span 80):
- Emulsifying agent, non ionic surfaktan, agent solubilizer, wetting agent,
dispersing/suspending agent, sering digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan
formulasi farmasi sebagai lipofilik surfaktan nonionic, sering digunakan dalam formulasi
farmasi sebagai emulsifying dalam krim.

- Stabilitas:
Rusak karena enzim mikroba: diberi pengawet kombinasi nipagin-nipasol. Alasan: Dengan
menggunakan kombinasi, kerja sebagai pengawet, antimikroba optimum, kadar kecil,
efektif sebagai pengawet besar, bersifat inert, stabil pada rentang pH luas (2-9), memiliki
aktivitas antibakteri dan antijamur, warnanya putih, tidak berbau, tidak toksik. Untuk
meningkatkan aktivitas nipagin-nipasol maka kombinasi nipagin-nipasol tersebut
dilarutkan dalam propilenglikol.
● Nipagin & nipasol:
- Pengawet, preservative, rentang pH luas, broad spectrum dalam aktivitas antimikroba,
efektivitas mencegah bakteri dan jamur, tidak bereaksi dengan bahan aktif.
● Propilenglikol
- Pelembab (Humectant) dalam krim (Lachmann Teori dan Praktek Farmasi, p.1110),
sebagai pelembab karena mempunyai berat molekul yang lebih rendah.
- Mencegah krim menjadi kering dan mencegah pembentukan kerak bila krim dikemas
dalam botol.
- Memperbaiki konsistensi dan mutu terhapusnya suatu krim jika digunakan pada kulit
sehingga memungkinkan krim dapat menyebar tanpa digosok dan menyebabkan sediaan
menjadi lebih pekat.

- Teroksidasi: Parafin liquidum sebagai emollient dalam krim w/o mudah teroksidasi
sehingga ditambahkan antioksidan BHT (Butyl Hidroxy Toluene).
● BHT:
- Sebagai antioksidan, bersifat larut dalam minyak, cocok untuk sediaan w/o (HPE ed.7,
p.80).

- Dapar:
Dibutuhkan untuk menahan perubahan pH sehingga laju degradasinya kecil dan mendekati
pH sediaan. pH sediaan dibuat 5,0 karena disesuaikan dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 (Buku
Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Latifah Perdana) sehingga dipilih komponen dapar
NaH2Sitrat dan Na2HSitrat.
pKa 1 = H3Sitrat + NaOH  NaH2Sitrat +H2O
pKa 2 = NaH2Sitrat + NaOH Na2HSitrat+H2O
pKa 3 = Na2HSitrat + NaOH  Na3Sitrat +H2O

9
Perhitungan Dapar (pH 4,0) pKa2 4,76
 pH = - log [H+]
5,0 = - log [H+]
[H+] = 1 x 10-5
 pKa = - log Ka
4,76 = - log Ka
Ka = 1,737800829.10-5
 Perhitungan Konsentrasi Total :
ß = 2,303 .C .Ka . (H3O+) / [Ka + (H3O+]2
0,1 = 2,303 . C . (1,737800829.10-5x 10-5) / (1,737800829.10-5 x 10-5)
C = 0,018728791
 Perhitungan Mol Garam dan Asam
pH = pKa2 + log [G] / [A]
5,0 = 4,76 + log [G] / [A]
log [G] / [A] = 0,24
[G] / [A] = 1,737800829
[G] = 1,737800829 [A]
C = [G]+[A]
0,018728791 = 1,737800829 [A] + [A]
0,018728791 = 2,737800829 [A]
[A] = 6,840816054.10-3 M
[G] = 0,011887975 M

Perhitungan dapar sitrat – sitrat pH 5,0 untuk membuat krim skala lab (30 g) :
NaH2Sitrat anhidrat = 6,840816054.10-3 M x 214,11 x 30/1000
= 0,043940613 g/30g x 100% = 0,15%
Na2HSitrat. 1,5 H2O = 0,011887975 M x 263,11 x 30 / 1000
= 0,093834761 g/30 g x 100% = 0,31 %

- Perhitungan HLB (Tabel 3 Husa’s. p.183)


HLB butuh
Lanolin anhidrat 3,1% x 8 = 0,47
Total HLB butuh
Vaselin album 25% x 5 = 2,35 4,7 (krim w/o)
Cera alba 10% x 4 = 0,75
Parafin liquidum 15% x 4 = 1,13
Sorbitan seskuioleat 1% x 3,7 Emulgator
Polisorbat 80 0,1% x 15

Sorbitan seskuioleat
3,7 10,3
(Span 80)
4,7
Polisorbat 80
15 1
(Tween 80)
+
11,3

10
Sorbitan seskuioleat : 10,3 / 11, 3 x 1 % = 0,9%
Polisorbat 80 : 1 / 11,3 x 1 % = 0,09%

3. Penyusunan formula awal


Base cream w/o (Lachmann, Teori-Teori
Praktek Formulasi Industri, p.1114) Formula yang digunakan
(Formulasi 8#)
Fase minyak Gentamisin sulfat 0.1%
Lanolin 3.1 % Lanolin anhidrat 3.1%
Vaselin putih 25.0% Vaselin album 25%
Minyak mineral 25.0% Parafin liquidum 25%
Cera alba 10.0% Cera alba 10%
Sorbitan seskuioleat 1.0% Sorbitan seskuioleat 0.9%
Propil paraben 0.05% Polisorbat 80 0.09%
Ameschol CAB - BHT 0.1%
Fase air Na2HSitrat 0.31 %
Natrium borat 0.7% NaH2Sitrat 0.15%
Polietilenglikol 1500 - Metilparaben (nipagin) 0.15%
Metilparaben 0.15% Propilparaben (nipasol) 0.05%
Air murni 35.0% Propilenglikol 10%
Aquadem 25.05%
m.f.l.a cream 20 g

3.3 TABEL PENIMBANGAN


Jumlah tiap Jumlah tiap Jumlah untuk Jumlah untuk
Nama Bahan Kadar takaran kemasan skala lab (30 skala pabrik
terkecil (0,5 g) (15g) g) (10000 g)
Gentamisin sulfat 0,1% 0,0005 g 0,015 g 0,03 g 10 g
Lanolin anhidrat
3,1% 0,0155 g 0,465 g 0,93 g 310 g
(Adeps lanae)
Vaselin album 25% 0,125 g 3,75 g 7,5 g 2500 g
Parafin liquidum 25% 0,125 mL 3,75 mL 7,5 mL 2500 mL
Cera alba 10% 0,05 g 1,5 g 3g 1000 g
Sorbitan seskuioleat
0,9% 0,0045g 0,135 g 0,27 g 90 g
(Span 80)
Polisorbat 80
0,09% 0,00045 mL 0,0135 mL 0,03 mL 9 mL
(Tween 80)
BHT 0,1% 0,0005 g 0,015 g 0,03 g 10 g
Na2HSitrat 0,31% 0,00155 g 0,0465 g 0,093 g 31 g

11
NaH2Sitrat 0,15% 0,00075 g 0,0225 g 0,05 g 15 g
Nipagin 0,15% 0,00075 g 0,0225 g 0,045 g 15 g
Nipasol 0,05% 0,00025 g 0,0075 g 0,02 g 5g
Propilenglikol 10% 0,05 mL 1,5 mL 3 mL 1000mL
Aqua 25,05% 0,12525 mL 3,7575 mL 7,52 mL 2505 mL

3.4 ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
Lanolin
Timbangan analitik Sendok tanduk Gentamisin sulfat
anhidrat
Cawan porselin Kertas perkamen Vaselin album Parafin liquid
Pengaduk Waterbath Cera alba BHT
Kaca arloji Sudip Na2HSitrat NaH2Sitrat
Mortir dan stamper Tube Nipagin Nipasol
Beaker glass Gelas ukur Propilenglikol Aqua
Sorbitan seskuioleat Polisorbat 80
Viscometer cone and plate Alat uji spreadibilitas
(Span 80) (Tween 80)
pH meter khusus krim Mikroskop objektif

3.5 PENYUSUNAN KERANGKA OPERASIONAL

Ditimbang paraffin liquidum sebanyak Ditimbang BHT sebanyak 0,03 g


7,5 mL menggunakan timbangan menggunakan timbangan analitik.
analitik. 1 2

FASE MINYAK Diaduk hingga larut.


3

Ditimbang nipasol 0,02 g.


4

Diaduk hingga larut


5

Berlanjut ke kotak nomor


6 6

12
FASE AIR

Ditimbang nipagin sebanyak Dilarutkan dalam 3 mL Ditimbang Na2HSitrat


0,045 g menggunakan propilenglikol kemudian sebanyak 0,093 g
timbangan analitik diaduk hingga larut. menggunakan timbangan
8 9 analitik. 10

Ditambahkan air panas Ditimbang NaH2Sitrat


Ditambahkan air panas
sebanyak 1 mL, diaduk sebanyak 0,05 g
sebanyak 1 mL, diaduk
hingga larut. menggunakan timbangan
13 hingga larut.
analitik. 12 11

Dicampur larutan Na2HSitrat Ditambahkan Tween 80 Ditimbang Gentamisin sulfat


dan NaH2Sitrat kemudian sebanyak 0,03 mL ke dalam sebanyak 0,03 g, dilarutkan
diaduk hingga homogen. (14) dalam 1 mL air panas.
15 16
14

Dipindahkan ke dalam mortir Bahan aktif + Fase air di Gentamisin sulfat yang telah
panas dalam cawan porselin (tidak larut air panas dicampurkan
dipanaskan). ke dalam no. (15)
19 18 17

Campuran fase air dan


fase minyak diaduk
secara konstan pada Ditimbang Lanolin anhidrat: 0,93 g FASE MINYAK
mortir panas hingga Ditimbang Vaselin album: 7,5 g
terbentuk massa krim. Ditimbang Cera alba: 3 g
20 Ditimbang Span 80: 0,27 g
Menggunakan timbangan analitik
Ditimbang 15 g,
dimasukkan ke dalam 6
tube, diberi label dan
dimasukkan ke dalam Dicampur dengan campuran nomor
wadah sekunder. (5) ke dalam cawan porselin,
21 kemudian dipanaskan di atas
waterbath hingga leleh
7
Sisa digunakan untuk
evaluasi.
22

13
3.6 METODE KERJA

Cara pembuatan sediaan skala laboratorium


No. Tahapan Perlakuan Alat/Equipment Catatan/hasil
1. Ditimbang paraffin liquidum Timbangan analitik, Parafin liquid (mineral
sebanyak 7,5 g menggunakan cawan porselin oil) sebanyak 7,5 g.
timbangan analitik.
2. Ditimbang BHT sebanyak 0,03 g Timbangan analitik, BHT(antioksidan)
menggunakan timbangan analitik. kertas perkamen sebanyak 0,03 g.

3. (1+2)dicampur kemudian diaduk Cawan porselin, BHT ditambahkan ke


hingga larut. batang pengaduk dalam paraffin liquidum
agar tidak teroksidasi.
4. Ditimbang nipasol sebanyak 0,02 g Timbangan analitik, Nipasol sebanyak 0,02 g.
menggunakan timbangan analitik. kertas perkamen,
sendok tanduk
5. Nipasol sebanyak 0,02 g (4) Cawan porselin, Nipasol berfungsi
dimasukkan ke dalam (3), diaduk batang pengaduk sebagai pengawet yang
hingga larut. larut dalam fase minyak.
6. Ditimbang Lanolin anhidrat: 0,93 g Timbangan analitik, Komponen tersebut
Ditimbang Vaselin album: 7,5 g kaca arloji, sendok adalah komponen fase
tanduk. minyak yang akan
Ditimbang Cera alba: 3 g
dipanaskan
Ditimbang Span 80: 0,27 g menggunakan waterbath.
Menggunakan timbangan analitik
7. Dicampur dengan campuran nomor Cawan porselin, Fase minyak dipanaskan
(5) ke dalam cawan porselin, pengaduk, agar semuanya mencair.
kemudian dipanaskan di atas waterbath.
waterbath hingga leleh.
8. Ditimbang nipagin sebanyak 0,045 Timbangan analitik, Nipagin sebanyak 0.045
g menggunakan timbangan analitik. sendok tanduk, g.
kertas perkamen.
9. Nipagin (8) dilarutkan dalam 3 mL Batang pengaduk, Propilenglikol digunakan
propilenglikol kemudian diaduk Beaker glass, gelas untuk meningkatkan
hingga larut. ukur. aktivitas nipagin.
10. Ditimbang Na2HSitrat sebanyak Timbangan analitik, Na2HSitrat sebanyak
0,093 g menggunakan timbangan sendok tanduk, 0,093 g
analitik. kertas perkamen.
11. Ditambahkan air panas sebanyak 1 Beaker glass, Batang Air panas digunakan
mL, diaduk hingga larut. pengaduk. untuk mempercepat
proses melarutnya
Na2HSitrat

14
12. Ditimbang NaH2Sitrat sebanyak Timbangan analitik, NaH2Sitrat sebanyak
0,05 g menggunakan timbangan sendok tanduk, 0,05 g
analitik. kertas perkamen
13. Ditambahkan air panas sebanyak 1 Beaker glass, Batang Air panas digunakan
mL, diaduk hingga larut. pengaduk untuk mempercepat
proses melarutnya
NaH2Sitrat
14. Dicampur larutan Na2HSitrat dan Beaker glass, Larutan dapar sitrat.
NaH2Sitrat kemudian diaduk pengaduk.
hingga homogen.
15. Ditambahkan Tween 80 sebanyak Beaker glass, Batang Larutan dapar + Tween
0,03 mL ke dalam (14) pengaduk, pipet tetes 80
16. Ditimbang Gentamisin sulfat Timbangan analitik, Larutan Gentamisin
sebanyak 0,03 g, dilarutkan dalam beaker glassm sulfat.
1 mL air panas. batang pengaduk.
17. Gentamisin sulfat yang telah larut Beaker glass, batang Larutan gentamisin sulfat
air panas dicampurkan ke dalam no. pengaduk + dapar sitrat + Tween 80
(15)
18. Dicampur bahan aktif (16) + Fase Mortir dan stamper Tahap nomor (8) sampai
air (15) kemudian dituang ke dalam panas. (17) adalah tahap
mortir panas. pembuatan fase air.
19. Fase minyak (7) dituang bersamaan Mortir dan stamper Pencampuran dilakukan
dengan fase air (18) ke dalam panas dalam keadaan suhu
mortir panas. yang sama antara fase
minyak dan fase air.
20. Campuran fase air dan fase minyak Mortir dan stamper Pengadukan dilakukan
diaduk secara konstan pada mortir secara konstan pada
panas hingga terbentuk massa krim. mortir panas hingga
terbentuk massa krim.
21. Ditimbang 15 g, dimasukkan ke Sudip, tube, Sediaan dikemas dalam
dalam tube, diberi label dan timbangan analitik, tube sebanyak 15 g.
dimasukkan ke dalam wadah kertas perkamen,
sekunder. batang pengaduk.
22. Sisa digunakan untuk evaluasi. Timbangan analitik Sisa sediaan dicatat dan
dilakukan evaluasi
sediaan.

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 SPESIFIKASI SEDIAAN


Metode kerja untuk masing-masing tes
 Uji pH sediaan
Bahan: Sampel uji, aquadem.
Alat: pH meter khusus krim (pH meter cyberscan 510)
a. Dibilas elektroda menggunakan aquadem.
b. Dinyalakan pH meter.
c. Dikalibrasi pH meter dengan buffer pH 4,0 dan 7,0.
d. Elektroda dibilas dengan aquadem lalu dikeringkan.
e. Elektroda dimasukkan ke dalam sediaan krim.
f. Dicatat angka pH yang muncul

pH spesifikasi: 5.0 ± 0.5% pH sediaan: 6.24

 Uji bobot akhir sediaan


Alat: Timbangan analitik
Cara: menimbang bobot akhir sediaan lalu dibandingkan dengan spesifikasi
Bobot spesifikasi: 30 g
Bobot akhir: 22,73 g

 Uji berat jenis


Alat: Beaker glass, gelas ukur, timbangan analitik, sendok tanduk.
Bahan: Sediaan uji, aquadem
a. Dikalibrasi beaker glass menggunakan aquadem 15 mL, lalu diberi tanda.
b. Ditimbang cream ± 1 g.
c. Ditimbang beaker glass kosong yang telah dikalibrasi.
d. Dimasukkan krim yang telah ditimbang ke dalam beaker glass.
e. Ditimbang beaker glass + krim.
f. Dihitung bobot krim ((bobot beaker+krim) - (bobot beaker kosong)).
g. Ditambahkan aquadem hingga tanda kalibrasi menggunakan gelas ukur.
h. Dilihat sisa aquadem dalam gelas ukur (untuk mengetahui berapa mL aquadem
yang ditambahkan).

Beaker + sampel: 38,09 g ρ = m/v


Beaker kosong: 35,21 g ρ = 2,88 / 3,1
Bobot sampel: 38,09 – 35,21 = 2,88 g ρ = 0,9290 g/cm3
Volume sisa: 3,1 mL

 Uji Viskositas dan sifat alir


Alat: Viscometer Brookfield cone and plate. HADV-I + CP Serial 2T71362

16
Spindle: CPE-41
Rentang viskositas yang dapat diamati: 24,6 – 49152 cps. Torsi: 10-100%
Hasil: tidak bisa diamati karena sediaan tidak masuk rentang alat.

 Uji jenis emulsi


Alat: mikroskop
a. Dioleskan sediaan krim pada kaca arloji, kemudian ditetesi sudan III dan ditutup cover
glass lalu diamati warnanya menggunakan mikroskop.
b. Dioleskan sediaan krim pada kaca arloji, kemudian ditetesi metilen blue dan ditutup
cover glass lalu diamati warnanya menggunakan mikroskop.
c. Dioleskan sediaan krim pada kaca arloji, kemudian ditetesi air dan campur, dilihat
apakah sediaan dapat campur dengan air atau tidak.
Sediaan + sudan III : tidak terdapat warna merah
Sediaan + metilen blue: terdapat warna biru di bagian dalam emulsi berupa droplet-
droplet.
Sediaan + air: tidak campur
Tipe emulsi: w/o
Uji jenis krim tipe w/o

Sampel + sudan III Sampel + metilen blue

Warna merah tidak muncul. Seharusnya warna a: Fase internal (air) berwarna biru berentuk
merah muncul di bagian eksternal (minyak) dan droplet-droplet.
di bagian dalam/droplet (air) tidak berwarna. b: Fase eksternal (minyak) berwarna putih.

 Uji ukuran partikel (mikromiretik)


Alat: mikroskop okuler terhadap obyektif
a. Dikalibrasi micrometer terhadap obyektif.
b. Dioleskan sedikit krim pada objek glass dan ditutup dengan cover glass.
c. Diamati ukuran partikel dan dicatat.

Dikalibrasi skala okuler menggunakan skala objektif


Standar: 1 skala objektif: 10µm

17
10 skala okuler: 10 skala objektif
20 skala okuler: 20 skala objektif
30 skala okuler: 30 skala objektif
1 skala okuler: 1 skala objektif: 10µm
Hasil pengamatan ukuran partikel dengan skala okuler (100 data)
10 3 3 10 8 3 3 3 10 10
8 10 3 5 8 3 3 5 3 10
10 3 3 3 5 10 10 3 5 3
3 8 10 8 3 3 8 5 5 8
5 5 8 5 10 10 8 5 5 5
5 8 5 5 8 8 5 5 5 8
5 5 5 8 10 8 5 5 3 5
5 5 5 8 8 8 3 3 5 5
8 8 3 10 10 10 3 5 8 3
8 3 10 5 5 5 8 10 10 3

Jumlah
Nilai partikel
Rentang
tengah pada
diameter Nd nd2 nd3 nd4
rentang setiap
(µm)
(µm) rentang
(n)
3-4.75 3.875 25 96.875 375.390625 1454.638672 5636.724854
4.76-6.51 5.635 33 185.955 1047.856425 5904.670955 33272.82083
6.52-8.27 7.395 23 170.085 1257.778575 9301.272562 68782.9106
8.28-10.03 9.155 19 173.945 1592.466475 14579.03058 133471.0249

𝛴𝑛𝑑 𝛴𝑛𝑑4
Dln = 𝛴𝑛 = 6.2686µm Dwn =𝛴𝑛𝑑3 = 7.719797394 µm

𝛴𝑛𝑑2 𝛴𝑛𝑑2
Dsl = = 42.734921µm Dsn =√ = 6.537195194 µm2
𝛴𝑛 𝛴𝑛
𝛴𝑛𝑑3 𝛴𝑛𝑑3
Dvs =𝛴𝑛𝑑2 = 7.310090211µm Dvn =√ = 17.67473133 µm3
𝛴𝑛

Hasil yang didapat rentang ukuran partikel: 3-10.3 µm

18
DATA MIKROMIRETIK
ukuran partikel (μm) vs jumlah partikel
35
30
jumlah partikel

25
20
15
10
5
0
3 - 4,75 4,76 - 6,51 6,52 - 8,27 8,28 - 10,03
min 3
ukuran partikel (μm) max 10.03
interval 1.75

 Uji spreadibilitas
Alat: 2 buah kaca dan satu set beban.
a. Diambil krim sebanyak 1 FTU.
b. Diletakkan krim di atas kaca pertama dan ditumpuk kaca kedua.
c. Diberi beban diatasnya.
d. Diukur diameter krim setiap penambahan beban yang bertingkat.
1,5 kg  5 cm 1,5075 kg  5,75 cm
1,5025 kg  5,1 cm 1,51 kg  5,75 cm
1,505 kg  5,3 cm

Kurva W (kg) vs Diameter (cm)


6
5.8
Diameter (cm)

5.6
5.4 y = 86x - 124.05
5.2 R² = 0.919
5
4.8
1.498 1.5 1.502 1.504 1.506 1.508 1.51 1.512
Beban (kg)

 Uji homogenitas
Alat: Kaca aroji
Dioleskan krim pada kaca arloji kemudian dilihat homogen atau tidak. Hasil: homogen.

19
4.2 HASIL EVALUASI

Spesifikasi Hasil sediaan Hasil (+/-)


Organoleptis:
◦ Bau: Tidak berbau ◦ Bau: Tidak berbau +
◦ Warna: Putih ◦ Warna: Putih +
◦ Bentuk: Krim ◦ Bentuk: Krim +
 pH sediaan: 5.0 ± 0.05 pH: 6.24 -
(Codex 12th, p.880).
Bobot: 30 g 22,73 g -
Berat jenis: 0.8-1 g/cm3 0.9290 g/cm3 +
Viskositas: 20000-30000 cPs Viskositas: - -
Sifat alir: Pseudoplastis Sifat alir: - -
Uji jenis emulsi Uji jenis emulsi
◦ Sampel + sudan III: merah (bagian luar) ◦- -
◦ Sampel + metilen blue: biru (bagian ◦ Biru (bagian dalam) +
dalam) ◦ Tidak campur +
◦ Sampel + air: tidak campur ◦ w/o +
◦ Tipe emulsi: w/o
Ukuran partikel: 0.5-10µm Ukuran partikel: 3-10,03 µm +
(Sinko, 2014, p.671)
Uji spreadibilitas: Dapat menyebar 1.5 kg  5 cm +
1.5025 kg  5,1 cm
1.505 kg  5,3 cm
1.5075 kg  5,75 cm
1.51 kg  5,75 cm
(Dapat menyebar)
Uji homogenitas: Homogen Homogen +

20
BAB V
PEMBAHASAN

Bahan aktif yang dipilih kelompok kami untuk membuat sediaan krim untuk infeksi kulit
adalah Gentamisin sulfat. Gentamisin sulfat dipilih karena berdasarkan literatur (Codex 12thed.
P.879), Gentamisin yang digunakan sebagai bahan aktif dalam krim adalah gentamisin sulfat selain
itu gentamisin sulfat efektif terhadap organisme gram positif dan negatif sehingga cocok dipilih
sebagai bahan aktif krim untuk infeksi kulit.
Bentuk sediaan yang dipilih adalah emulsi (krim) dengan tipe w/o (water in oil) karena
gentamisin sulfat larut dalam air dan tujuan terapi adalah lokal digunakan untuk penggunaan
eksternal (kulit). Berdasarkan literatur (Pharmaceutical Practice 5thed., p.338) site of action
(tempat kerja obat) untuk antibiotik adalah jaringan dermis pada kulit sehingga krim yang dibuat
harus mampu menembus sampai jaringan dermis pada kulit. Krim dengan tipe w/o mampu
menembus jaringan kulit sampai ke jaringan dermis karena pembawa yang digunakan adalah oil
(minyak) dan bahan aktif terlarut dalam droplet-droplet air di dalam pembawa (minyak).
Mekanisme masuknya krim tipe w/o ke dalam jaringan dermis adalah sebagai berikut, bahan aktif
dalam emulsi (krim) yang larut dalam pembawa, berdifusi ke dalam lapisan stratum corneum
kemudian terjadi partisi pada stratum corneum. Pada stratum corneum, sebagian obat bisa
berikatan dengan depot site. Bahan aktif yang tidak terikat akan memasuki lapisan kedua yaitu
lapisan epidermis hidup dengan berdifusi. Pada lapisan ini juga terjadi mekanisme yang sama yaitu
setelah bahan aktif berdifusi maka akan terjadi partisi pada bahan aktif. Sebagian bahan aktif dapat
berinteraksi dengan enzim epidermis yang dapat memetabolisme obat atau bahan aktif dapat
berikatan dengan depot site pada epidermis. Kemudian setelah terjadi partisi pada bahan aktif
maka bahan aktif yang tidak dimetabolisme enzim epidermis atau berikatan dengan depot site akan
berdifusi menuju lapisan dermis yaitu tempat krim ini akan bekerja. Selain itu krim tipe w/o tepat
digunakan untuk pengobatan agar tidak mudah hilang dari kulit. Krim tipe w/o memiliki daya
sebar dan absorpsi yang baik.

Pharmaceutical Practice 5thed.,


p.338.

Dosis gentamisin sulfat pada produk kami sebanyak 0,1% dalam kemasan tube 15 g. Dosis
0,1% digunakan untuk penggunaan topical diperoleh berdasarkan literatur (Martindale 38the.,
p.305). Aturan pakai yang kami tetapkan adalah tiga sampai empat kali sehari dioleskan tipis
merata pada bagian kulit yang sakit. Perkiraan satu kali oles sebanyak 1 FTU (1 ruas jari tangan)
21
yang dapat digunakan untuk bagian yang sakit seluas sepasang telapak tangan. Dalam 1 FTU krim
yang digunakan sebanyak 0,5 g sehingga jika digunakan tiga sampai empat kali sehari sebanyak 1
FTU maka penggunaan per hari sebanyak 1,5 - 2 gram. Lama terapi adalah 6 hari sehingga
kebutuhan untuk 6 hari adalah 9-12 gram oleh karena itu krim yang kami buat sebanyak 15 gram
untuk produk dan pembuatan untuk skala lab direncanakan sebanyak 30 g karena akan dilakukan
evaluasi sediaan. Kemasan yang dipilih adalah tube karena krim yang akan dibuat sebanyak 15
gram.
Sediaan krim terdiri dari dua fase yaitu fase air dan fase minyak. Pada pembuatan sediaan
krim yang harus dilakukan adalah mencampur fase air dan fase minyak dalam keadaan panas
kemudian diaduk secara konstan pada mortir panas. Sehingga diperlukan pengelompokan bahan
ke dalam fase air atau fase minyak agar bahan dapat terlarut pada fase yang sesuai. Bahan yang
kami gunakan dan larut dalam fase air adalah gentamisin sulfat, nipagin, propilenglikol,
Na2HSitrat, NaH2Sitrat dan tween 80. Sedangkan bahan yang larut dalam fase minyak adalah
paraffin liquidum, BHT, nipasol, lanolin, vaselin, cera alba, sorbitan seskuioleat. Pada krim
kelompok kami dipilih vaselin album sebagai basis dan digunakan cera alba untuk meningkatkan
konsistensi krim dan menstabilkan emulsi w/o.
Tahap pertama pembuatan krim kelompok kami adalah membuat larutan dapar sitrat-sitrat
pH 5,0. Dapar dibutukan untuk menahan perubahan pH sehingga laju degradasi kecil dan pKa
mendekati pH sediaan. pH sediaan dibuat 5,0 dipilih karena disesuaikan dengan pH stabil
gentamisin sulfat (2-14) dan pH kulit (4,5-6,5). Komponen dapar yang ditimbang adalah
Na2HSitrat sebanyak 0,093 g dan NaH2Sitrat sebanyak 0,05 g masing-masing dilarutkan dalam air
panas kemudian dicampurkan dan diaduk hingga larut. Larutan dapar sitrat termasuk ke dalam fase
air.
Pengawet yang digunakan adalah kombinasi nipagin-nipasol karena berfungsi sebagai
antimikroba dan pengawet. Selain itu dengan kadar yang kecil, efektivitas sebagai pengawet besar;
bersifat inert (tidak reaktif/tidak bereaksi); stabil pada rentang pH yang luas; dan sebagai aktivitas
antimikroba dan antijamur. Nipagin larut dalam fase air dan nipasol larut dalam fase minyak.
Nipagin yang digunakan sebanyak 0,045 g (0,15%) dan nipasol yang digunakan sebanyak 0,02 g
(0,05%). Nipagin dilarutkan terlebih dahulu ke dalam propilenglikol sebanyak 3 mL.
Penggunaan propilenglikol bertujuan sebagai pelarut bagi nipagin sekaligus meningkatkan
aktivitas antimikroba dari nipagin dan nipasol. Propilenglikol juga berfungsi sebagai pelembab
(humektan) dalam krim (Lachmann Teori dan Praktek Farmasi, p.1110) karena mempunyai berat
molekul yang lebih rendah; Mencegah krim menjadi kering dan mencegah pembentukan kerak
bila krim dikemas dalam botol; memperbaiki konsistensi dan mutu terhapusnya suatu krim jika
digunakan pada kulit sehingga memungkinkan krim dapat menyebar tanpa digosok dan
menyebabkan sediaan menjadi lebih pekat.
Tween 80 (Polisorbat 80) dan Span 80 (Sorbitan seskuioleat) berfungsi sebagai surfaktan
nonionik yang tidak beraksi dengan bahan aktif yaitu gentamisin sulfat karena gentamisin sulfat
bersifat kationik kuat. Surfaktan digunakan untuk menurunkan tegangan antar muka dari fase air
dan fase minyak sehingga fase air dan fase minyak bisa saling campur. Tween 80 yang ditimbang
sebanyak 0,03 g adalah fase air dan span 80 yang ditimbang sebanyak 0,27 g adalah fase minyak
sehingga keduanya harus dilarutkan pada fase yang sesuai.
Ditimbang paraffin liquidum sebanyak 7,5 g dan dicampur dengan BHT (Butylated
hydroxytoluene) sebanyak 30 mg (0,03 g) dan diaduk hingga larut. Parafin liquid digunakan
sebagai emollient untuk krim w/o. BHT adalah antioksidan yang ditambahkan pada paraffin

22
liquidum karena paraffin liquidum mudah teroksidasi. BHT adalah antioksidan umum digunakan
pada sediaan farmasi dan kosmetik. BHT memiliki bau yang merangsang dan harus digunakan
dalam konsentrasi rendah. Oksidasi pada paraffin liquidum ditandai dengan perubahan warna dari
putih menjadi kuning dan muncul bau tidak enak. Bahan aktif gentamisin sulfat tidak mudah
teroksidasi sehingga tidak perlu ditambahkan antioksidan bersamaan dengan gentamisin sulfat.
Lanolin anhidrat sebanyak 0,93 g digunakan sebagai emulsifying agent dan emollient
hidrofobik. Emulsifying agent membantu agar emulsi stabil dengan mengurangi tegangan antar
muka dan mempertahankan pemisahan droplet dengan membentuk penghalang pada antar muka
(Pharmaceutical Practice 5thed., p.330). Lanolin anhidrat pada emulsi w/o ketika dicampur dengan
soft paraffin akan terbentuk krim pelembab yang berpenetrasi pada kulit sehingga dapat
terabsorpsi dengan baik. Lanolin anhidrat merupakan pembawa anhidrat yang menyerap air dan
berfungsi membentuk emulsi air dalam minyak.
Gentamisin sulfat adalah bahan aktif yang larut air sehingga termasuk dalam fase minyak.
Gentamisin sulfat yang ditimbang sebanyak 0,03 g (0,1% dari 30 g) kemudian dilarutkan dalam
air panas sebanyak 1 mL kemudian diaduk hingga larut. Pelarutan dalam air panas bertujuan untuk
mempercepat proses melarutnya gentamisin sulfat. Kemudian larutan gentamisin sulfat
ditambahkan dengan fase air yang telah dicampur (nipagin, propilenglikol, larutan dapar sitrat,
tween 80) dan dipanaskan pada cawan porselin menggunakan waterbath karena gentamisin stabil
terhadap pemanasan sehingga gentamisin dapat dipanaskan bersama fase air.
Pencampuran dilakukan dalam keadaan panas (70°C) karena pada saat panas semua bahan
akan mengalami perubahan struktur. Fase minyak yang terdiri dari banyak ikatan karbon akan
menjadi renggang bila dipanaskan karena panas merupakan bentuk energi. Bila ikata karbon
menjadi longgar maka akan dapat berikatan dengan ikatan hidrogen pada fase air sehingga dapat
terjadi pencampuran yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan semua komponen menjadi bentuk cair
sehingga bahan-bahan akan lebih mudah tercampur. Jika pencampuran dilakukan dalam keadaan
dingin, tidak akan terjadi pencampuran karena fase minyak dan air tidak bisa menyatu. Beberapa
bahan juga akan mengeras menjadi bentuk padatan sehingga campuran yang dihasilkan tidak
homogen. Fase air dan fase minyak dipanaskan pada waterbath menggunakan cawan yang
berbeda. Jika sudah mencair seluruhnya dilakukan pencampuran pada mortir panas dan
pengadukan dilakukan secara terus menerus dengan konstan hingga terbentuk massa krim.
Pencampuran fase air dan fase minyak dan pengadukan yang tidak sempurna dapat menyebabkan
krim yang terbentuk tidak homogen dan krim menjadi pecah.
Krim yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam tube sebanyak 15 g dan sisanya digunakan
untuk evaluasi. Pada hasil berat krim kelompok kami tidak sesuai dengan rancangan awal (30 g
untuk skala lab). Sediaan krim kelompok kami hanya seberat 22,73 g hal ini disebabkan oleh
pencampuran fase air dan fase minyak yang tidak sempurna yaitu masih terdapat sisa di cawan
porselin. Hal ini dibuktikan saat cawan porselin dingin terdapat lapisan padat berwarna putih yang
menunjukkan masih ada sisa bahan yang tertinggal di cawan. Uji organoleptis krim kelompok
kami sudah sesuai dengan spesifikasi yang dirancang yaitu tidak berbau, berwarna putih dan
berbentuk krim.
Uji jenis emulsi dilakukan dengan mengamati sediaan menggunakan mikroskop. Sediaan
kelompok kami sesuai dengan spesifikasi yaitu krim tipe w/o hal ini dibuktikan dengan mengambil
sedikit krim kemudian ditempatkan pada objek glass dan ditambahkan metilen blue dan ditutup
cover glass akan tampak warna biru di bagian dalam. Metilen blue merupakan pewarna yang larut
air sehingga droplet-droplet air dalam minyak akan tampak berwarna biru. Selain diuji dengan

23
metilen blue, sediaan juga akan diuji dengan menambahkan air dan sudan III untuk memastikan
jenis emulsi. Sedian krim w/o jika ditambahkan air maka tidak akan campur. Hal ini disebabkan
pembawa dari krim w/o adalah minyak yang tidak campur dengan air. Krim kelompok kami saat
ditambahkan air tidak tercampur, menunjukkan tipe emulsi krim yang kami buat adalah w/o. Uji
penambahan sudan III dilakukan dengan menempatkan sedikit sediaan pada objek glass kemudian
diteteskan sudan III dan ditutup dengan cover glass lalu diamati menggunakan mikroskop. Emulsi
w/o akan tampak berwarna merah pada bagian luar dengan droplet-droplet tidak berwarna merah
namun pada hasil uji kelompok kami hasil yang tampak adalah tidak ada bagian yang berwarna
merah. Hasil tersebut bisa dikarenakan pengolesan pada objek glass terlalu tebal sehingga saat
diamati dengan ditambah sudan III warna merah tidak mucul. Meskipun pada uji sudan III
didapatkan hasil negatif, namun pada uji dengan metilen blue dan penambahan air diperoleh hasil
positif sehingga dapat disimpulkan tipe emulsi yang dibuat sudah sesuai dengan spesifikasi yaitu
tipe w/o.
Pada uji pH krim didapatkan hasil pH 6,24. pH 6,24 tidak sesuai dengan spesifikasi yang
dirancang (5,0). Ketidaksesuaian pH bisa disebabkan penimbangan komponen dapar yang kurang
teliti sehingga penambahan Na2HSitrat lebih banyak dari yang direncanakan. Pada sediaan krim
tidak bisa dilakukan ad-just pH sehingga jika untuk diproduksi, hasil ini dapat dijadikan pedoman
untuk menghitung kembali jumlah dapar yang diperlukan agar didapatkan pH yang sesuai.
Uji viskositas krim menggunakan alat viscometer cone and plate. Uji viskositas tidak bisa
menggunakan alat viscometer cup and bob atau VT 04 karena jumlah sediaan yang diamati terlalu
sedikit dan viskositas krim berbeda dengan larutan atau suspensi (viskositas krim lebih besar).
Namun, krim yang kami buat tidak bisa diamati viskositasnya menggunakan viscometer cone and
plate karena viskositas krim kami tidak masuk pada rentang viskositas yang dapat diukur
viscometer cone and plate yaitu 24,6 – 49152 cps dan torsi yang dapat diamati oleh alat ini yaitu
10-100%.
Uji ukuran partikel sediaan kami diuji dengan micrometer okuler dan micrometer objectif
dengan mengambil 100 data dan kemudian dihitung. Ukuran partikel spesifikasi kami adalah 0,5-
10µm dimana rentang tersebut adalah ukuran partikel standart menurut pustaka, ukuran partikel
terkecil yang diperoleh 3 µm dan yang terbesar adalah 10,03 µm, maka dapat disimpulkan ukuran
partikel belum sesuai spesifikasi. Lalu dari data tersebut dapat dibuat diagram batang dan hasil
yang kami peroleh adalah diagram berbentuk lonceng atau hampir mendekati lonceng. Hal ini
membuktikan bahwa sediaan kami memiliki distribusi partikel yang merata.
Uji berat jenis krim dilakukan dengan menimbang krim, mencatat dan menghitung berapa
banyak volume krim kemudian dihitung massa jenisnya. Sediaan krim kami memiliki massa jenis
sebesar 0,9290 g/cm3 yang berarti sediaan krim kami sudah sesuai dengan spesifikasi
(spesifikasi:0,8-1 g/cm3).
Uji spreadibilitas dilakukan untuk mengetahui apakah krim yang dibuat dapat menyebar
atau tidak. Kemampuan menyebar sangan penting untuk krim. Krim yang tidak dapat menyebar
menyebabkan ketidaksesuaian dosis yang dikehendaki selain itu menyusahkan penggunanya yang
akan berakibat menurunnya penerimaan pengguna. Hasil uji spreadibilitas krim kami adalah dapat
menyebar (sudah sesuai dengan spesifikasi). Hal ini ditunjukkan dengan nilai slop dari kurva yang
tidak minus. Semakin besar nilai slop, semakin besar kemampuan krim menyebar.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN

24
Dari praktikum yang telah kami lakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
 Bentuk sediaan yang kami rancang adalah emulsi (krim) tipe w/o (air dalam minyak)
berwarna putih, dan tidak berbau dikarenakan tidak dilakukan penambahan pewarna
maupun fragrans.
 Sediaan krim kami memiliki nilai pH 6,24 dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang
dirancang yaitu pH 5,0. Rancangan nilai pH tersebut ditetapkan berdasarkan nilai pH stabil
gentamisin sulfat yaitu 2-14 sehingga jika disesuaikan dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 maka
kami memilih pH 5,0.
 Uji viskositas krim kami tidak memberikan hasil dengan viscometer cone and plate sediaan
karena viskositas sediaan krim yang kami buat berada diluar rentang viskositas yang dapat
dibaca oleh viscometer (rentang viskositas yang dapat dibaca oleh viscometer yaitu 24,6-
49152 cps).
 Berat jenis sediaan krim kami sebesar 0,9290 g/cm3 sesuai dengan berat jenis rancangan
spesifikasi. Nilai rancangan spesifikasi berat jenis adalah 0,8-1 g/cm3
 Ukuran partikel sedian krim kami 3-10,03µm sudah sesuai dengan spesifikasi yang
dirancang yaitu 0,5-10µm.
 Bobot akhir sediaan krim kami 22,73g yang berarti tidak sesuai dengan rancangan
(seharusnya 30 g).
 Sediaan krim yang dihasilkan homogen dan dapat menyebar.
 Tipe emulsi yang kami buat adalah w/o.
 Sedian krim yang kami buat belum memenuhi standar untuk diproduksi dalam skala
industri.

6.2 SARAN
 Proses pedaparan dilakukan dengan lebih teliti karena tidak bisa dilakukan ad just pH untuk
krim.
 Proses pemanasan fase minyak dan fase air dilakukan hingga suhu keduanya mencapai
70°C agar pencampuran dapat terjadi secara sempurna.
 Proses pemindahan fase minyak dari cawan porselin menuju mortir dilakukan dengan lebih
teliti agar fase minyak yang tertinggal di dalam cawan porselin bisa dalam jumlah yang
sesedikit mungkin.
 Dilakukan pengadukan yang konstan agar krim yang dihasilkan baik.
 Dilakukan pengamatan viskositas menggunakan viscometer cone and plate dengan
menggunakan tidak hanya satu macam spindle agar didapatkan hasil viskositas krim.

DAFTAR PUSTAKA

Aulton M.E., Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design. Churchill Livingstone.

25
Drug information hanbook 19th ed .2010-2011.America:Lexi-comp.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia IV.

Lieberman,Herbert A, Leos Lachman.Teori dan Praktek Farmasi Industri.

Katzung, Bertram G., et al. Basic and Clinical Pharmacology, 11th edition, The McGrawHill
Companies

Rees Judith., et al. Pharmaceutical Practice , 5th edition, Churchill Livingstone Elsevier.

Sweetman.C.Sean,Martindale,36th edition,USA:Pharmaceutical press.

Sweetman.C.Sean,Martindale,38th edition,USA:Pharmaceutical press.

The Pharmacopoeia of The United State of America ed 28.

The Pharmacopoeia of The United State of America ed 37 NF 32. 2014.

The Pharmaceutical Codex, Principles and Practice of Pharmaceutics,12th


edition.USA:Pharmaceutical press.

LAMPIRAN

Label, kemasan, leaflet

26
27
28
LETAMICIN® 0.1 %
KRIM
KOMPOSISI
Tiap gram krim mengandung:
Gentamicin Sulfat 1 mg

FARMAKOLOGI
Gentamicin Sulfat mengganggu sintesis protein bakteri dengan
mengikat subunit ribosom 30S dan 50S mengakibatkan kerusakan
membran sel bakteri.

INDIKASI
Pengobatan topikal infeksi bakteri pada kulit seperti:
Escherichia coli, Enterobacter.

KONTRAINDIKASI
Hipersensitif terhadap Gentamicin Sulfat, penderita Myasteria
Gravis, Parkinson.

EFEK SAMPING
Kehilangan pendengaran, vertigo, reaksi hipersensitif, mual,
muntah, stomatitis.

ATURAN PAKAI
Dioleskan 2-3 kali sehari pada kulit area yang dituju.

PERINGATAN
Tidak diperuntukkan untuk terapi jangka panjang karena dapat
terjadi toksisitas.

KEMASAN DAN NOMOR REGISTRASI


Kotak, tube @ 15 g, DKL 1987627382A1

SIMPAN PADA SUHU DI BAWAH 30°C, TERLINDUNG DARI


CAHAYA.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Diproduksi oleh: No. batch : 196781


PT. Keluwih Mfg.Date: November 2018
Surabaya-Indonesia Exp. Date: November 2021

29

Anda mungkin juga menyukai