Anda di halaman 1dari 76

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SERUM WAJAH ESKTRAK

BUAH PARE ( Momordica charantia L.) TERHADAP


Propionibacteriumacnes

SKRIPSI

Oleh :
ANJELA ARISTA GITAMO
066117246

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN SERUM WAJAH ESKTRAK
BUAH PARE ( Momordica charantia L.) TERHADAP
Propionibacteriumacnes

SKRIPSI

Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika Dan Illmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan

Oleh :
ANJELA ARISTA GITAMO
066117246

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
v
vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul ”Aktivitas Antibakteri Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare
(Momordica charantia L.) Terhadap Propionibacterium acne “ yang diajukan
sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Farmasi.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung atas kelarnya skripsi ini :
1. Kepada kedua orang tua saya Ayah (Rudi Hartono), Ibu (Sulita Rahmi)
yang selalu mendoakan, mendukung, menjaga, mendidik, dan memberikan
support baik secara moril dan finansial kepada anakmu ini. Karena kalian
berdua, hidup terasa begitu mudah dan penuh kebahagiaan.Terima kasih
karena selalu menjaga saya dalam doa-doa ayah dan ibu, saya percaya
untuk bisa sampai di titik ini tentunya tidak lepas dari do’a kalian berdua.
2. Adik - adik saya tercinta yang telah memberikan do’a, motivasi dan
semangat untuk saya dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga bisa menjadi
motivasi bagi kalian kedepannya saat akan melewati fase ini.
3. Kepada kedua dosen pembimbing saya yaitu Bapak apt. Drs. Almasyhuri,
M.Si dan Ibu Fitria Dewi Sulistiyono, S.Si., M.Si yang telah memberikan
nasehat, arahan, bimbingan serta pengetahuan dan pengalaman yang
sangat berarti bagi saya. Untuk menyelesaikan skripsi ini jelas bukanlah
momen mudah yang harus saya jalani sebagai mahasiswa. Terima kasih
bapak dan ibu karena telah rela meluangkan waktu untuk membimbing
saya mewujudkan semuanya.
4. Sahabat – sahabat saya Iqbal, Dewi, Eci, Ayu, Laras, Nilam, Edwin, Tio,
Novri, Shinta, Deny, Monica, Lidya, Mela, Hani, Dini, Desria, Zakiyah
yang selalu memberikan semangat, bantuan, motivasi, hiburan dan
traktiran selama saya berjuang menyelesaikan skripsi ini. Tanpa hadirnya
kalian perjalanan saya dalam menyelesaikan ini semua pasti akan terasa
sepi dan hampa.
vii

5. Kepada Snowy yang telah setia menemani dan menjadi saksi perjalanan
skripsi saya dari awal sampai akhir, yang selalu menjadi tempat berkeluh
kesah, tempat menangis, dan tempat curhat. Terimakasih karena selalu
ada, dan membuat saya semangat kembali disaat ingin menyerah.
6. Dan tentunya terimakasih untuk diri saya sendiri. Terimakasih sudah
bertahan sampai sejauh ini, terimakasih untuk tetap berjuang walau kadang
ingin menyerah, terimakasih karena sudah percaya dengan apa yang tuhan
kehendaki. Kedepannya tetap lah kuat, masih akan banyak hari esok yang
akan kamu hadapi. Just dont give up, everything its gonna be fine!

“ DENGAN SEGALA KETULUSAN HATI”


Anjela Arista Gitamo

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


viii

Anjela Arista Gitamo lahir pada 13 November 1999 di


Curup. Merupakan putri pertama dari bapak Rudi
Hartono dan ibu Sulita Rahmi, memiliki 2 saudara
perempuan dan 1 saudara laki-laki. Penulis memulai
Pendidikan formal di TK Pertiwi Curup dan lulus pada
tahun 2005, kemudian melanjutkan Pendidikan dasar di
SDN 102 curup dan lulus pada tahun 2011. Penulis
melanjutkan Pendidikan sekolah menengah di SMPN 1
curup tengah sampai dengan tahun 2014 serta
menyelesaikan sekolah menengah kejuruan di SMK-s 16
Farmasi Bhakti Nusa Bengkulu hingga lulus pada tahun
2017. Pada tahun 2017 penulis melanjutkan Pendidikan SI Jurusan Farmasi di
Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas pakuan Bogor. Pada
bulan September-November 2021 penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“Aktivitas Antibakteri Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare (momordica
charantia L) Terhadap Propionibacteriumacne” dan dinyatakan lulus sebagai
Sarjana Farmasi setelah melalui siding komprehensif dan yudisium.
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Aktivitas antibakteri sediaan
serum wajah ekstrak buah pare (momordica charantia l.) terhadap
propionibacterium acne”. Selama melakukan penulisan skripsi ini, penulis
banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Apt. Drs. Almasyhuri, M.Si sebagai pembimbing utama dan Fitria Dewi
Sulistiyono, S.Si.,M.Si sebagai pembimbing pendamping yang telah
memberikan saran, arahan, serta bimbingannya.
2. Asep Denih, S.Kom., M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor.
3. Apt. Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm selaku Ketua Program Studi
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan
Bogor.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan,
Namun penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi dan manfaat
bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2022

Penulis

ix
x

RINGKASAN

Anjela Arista Gitamo. 066117246. 2021. AKTIVITAS ANTIBAKTERI


SEDIAAN SERUM WAJAH EKSTRAK BUAH PARE (Momordica
charantia L.) TERHADAP Propionibacterium acnes. Dibawah bimbingan :
Almasyhuri dan Fitria Dewi Sulistiyono.

Buah pare (Momordica charantia) merupakan salah satu tanaman yang


berdasarkan data ilmiah memiliki khasiat sebagai anti jerawat. Buah pare
mengandung senyawa yang berperan sebagai antibakteri yaitu flavonoid, alkaloid,
dan saponin. Berdasarkan hal tersebut maka buah pare memiliki potensi dalam
pembuatan serum untuk digunakan sebagai anti bakteri Propionibacterium acne
penyebab jerawat.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formula sediaan serum ekstrak
buah pare yang baik berdasarkan evaluasi mutu fisik dan menentukan aktivitas
antibakteri sediaan serum ekstrak buah pare terhadap Propionibacterium acne.
Buah pare dibuat ekstrak dengan metode maserasi, kemudian ditentukan nilai
KHM terhadap bakteri Propionibacterium acne. Ekstrak diformulasikan menjadi
empat formula serum dengan perbedaan konsentrasi ektrak, yaitu F0 (tanpa
penambahan ekstrak), F1 (7,5%), F2 (10%), F3 (12,5%). Serum dilakukan uji
mutu fisik dan uji aktivitas anti bakteri Propionibacterium acne dengan metode
difusi cakram.
Hasil penelitian diperoleh nilai KHM ekstrak buah pare berada pada
konsentrasi 7,5 %. Berdasarkan asil uji evaluasi mutu fisik didapatkan formula 1,2
dan 3 sudah menghasilkan sediaan yang baik dan memenuhi persyaratan uji mutu
fisik sediaan berdasarkan parameter uji organoleptis, pH, viskositas, homogenitas,
dan daya sebar. Pada pengujian terhadap bakteri Propionibacterium acne formula
3 menunjukkan aktivitas antibakteri tertinggi dengan rata-rata LDH sebesar 4,66
mm.

Kata kunci : Antibakteri, Serum Wajah, Buah Pare, Propionibacterium acne


xi

SUMMARY

Anjela Arista Gitamo. 066117246. 2021. ANTIBACTERIAL ACTIVITY


FOR THE PREPARATION OF FACE SERUM EXTRACTS OF PARE
FRUIT ( Momordica charantia L. ) AGAINST Propionibacterium acnes .
Under the guidance of: Almasyh u ri and Fitria Dewi Sulistiyono.

Bitter gourd (Momordica charantia) is one of the plants based on scientific


data that has anti-acne properties. Bitter gourd contains compounds that act as
antibacterial, namely flavonoids, alkaloids, and saponins. Based on this, bitter
melon has the potential in making serum to be used as an anti-inflammatory agent
Propionibacterium acne cause of acne.
This study aims to determine the formula for a good bitter melon extract
serum based on physical quality evaluation and to determine the antibacterial
activity of bitter melon extract serum preparations against Propionibacterium
acne .
Bitter gourd extract was made by maceration method, then the MIC value was
determined against Propionibacterium acne bacteria . The extracts were
formulated into four serum formulas with different extract concentrations , namely
F0 (without the addition of extract), F1 (7.5%), F2 (10%), F3 (12.5%). Serum was
tested for physical quality and tested for antibacterial activity of
Propionibacterium acne by disc diffusion method .
The results showed that the MIC value of bitter melon extract was at a
concentration of 7.5. Based on the results of the physical quality evaluation test, it
was found that formulas 1,2 and 3 had produced good preparations and met the
physical quality requirements. The test on Propionibacterium acne formula 3
showed the highest antibacterial activity with an average LDH of 4.66 mm.

Key words : Antibacterial, Facial Serum, Bitter gourd, Propionibacterium


acne
xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN SKRIPSI...........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KEASLIAN KARYA TULIS...............................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................v
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................................................vvii
RINGKASAN....................................................................................................vviii
SUMARRY............................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.3 Hipotesis.........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Tumbuhan Pare...............................................................................................4
2.2 Ekstraksi.........................................................................................................5
2.3 Bakteri Propionibacterium acne....................................................................7
2.4 Antibakteri......................................................................................................8
2.5 Uji Aktivitas Antibakteri................................................................................8
2.6 Serum Wajah..................................................................................................9
2.7 Uraian Bahan................................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................14
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................14
xiii

3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................14


3.3 Metode Penelitian.........................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................22
4.1 Pengumpulan Bahan Baku dan Determinasi Tanaman................................22
4.2 Hasil Pembuatan Simplisia Buah Pare.........................................................22
4.3 Hasil Pembuatan Ekstrak Buah Pare............................................................23
4.4 Hasil Pengujian Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Buah Pare.................23
4.5 Hasil Pengujian Skrining Fitokimia.............................................................24
4.6 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)........................................25
4.7 Hasil Pembuatan Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare.......................26
4.8 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare.........27
4.9 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare. 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................34
5.1 Kesimpulan...................................................................................................34
5.2 Saran.............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
LAMPIRAN..........................................................................................................39
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Buah Pare ( Momordica charantia L.)...................................................................


4
2. Propionibacterium acnes.......................................................................................
7
3. Struktur Kimia Natrosol.........................................................................................
10
4. Struktur Kimia Gliserin..........................................................................................
11
5. Struktur Kimia Ethoxydiglycol..............................................................................
11
6. Struktur Kimia DMDM hydantoin.........................................................................
12
7. Metode Difusi Cakram...........................................................................................
19
8. Serbuk Simplisia Buah Pare...................................................................................
22
9. Ekstrak Kental Buah Pare......................................................................................
23
10.Hasil Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Buah Pare........................
25
11.Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare........................................................................
27
12.Hasil LDH Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare.....................................................
32
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Evaluasi Sediaan Serum Wajah.............................................................................


10
2.Formulasi Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare.........................................................
18
3. Hasil Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Buah Pare.................................................
23
4. Hasil Kadar Abu Simplisia dan Ekstrak Buah Pare .............................................
24
5. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Buah Pare..................................
24
6. Hasil Uji Organoleptik Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare...................................
28
7. Hasil Uji PH Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare...................................................
29
8. Hasil Uji Viskositas Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare .......................................
30
9. Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare......................................
31
10. Hasil Diameter Zona Hambat...............................................................................
33
11. Hasil Analisis Duncan..........................................................................................
34
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur Penelitian.......................................................................................................
41
2. Determinasi Tanaman............................................................................................
43
3. Perhitungan Rendemen Simplisia dan Ekstrak Buah Pare.....................................
44
4. Perhitungan Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Buah Pare......................................
44
5. Perhitungan Kadar Abu Simplisia dan Ekstrak Buah Pare....................................
46
6. Hasil Uji Homogenitas Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare...................................
48
7. Perhitungan Lebar Daya Hambat...........................................................................
49
8. Peralatan Yang Digunakan.....................................................................................
51
9. Hasil Analisis ANOVA .........................................................................................
53
10. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Buah Pare........................................................
55
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jerawat atau biasa disebut Acne vulgaris merupakan penyakit kulit obstruktif
dan inflamatif kronik pada pilosebasea yang sering terjadi di kalangan remaja
(Jarrett, 2019). Jerawat mempunyai gambaran klinis yang beragam, mulai dari
komedo, papul, pustul, hingga nodus dan jaringan parut, sehingga disebut
dermatosis polimorfik. Selain disebabkan oleh faktor hormon dan penyumbatan
folikel, jerawat juga sering diperparah oleh aktivitas bakteri yang menginfeksi
jaringan pada kulit yang mengalami peradangan. Bakteri yang paling sering
menginfeksi kulit sehingga terbentuk nanah adalah bakteri Propionibacterium
acne, bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Staphylococcus epidermis
(Karim, 2018).
P. acne ialah bakteri gram positif berupa batang serta merupakan flora
normal kulit yang turut berfungsi dalam pembentukan jerawat. P. acne ini
menghasilkan enzim hidrolitik yang menimbulkan kerusakan folikel polisebasea
serta menghasilkan lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, serta neurimidase
yang memegang peranan penting pada proses peradangan. P. acne mengganti
asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak jenuh yang menyebabkan sebum
menjadi padat. Adanya peningkatan sebum berdampak pada keluarnya P. acne
dari kelenjar sebasea, karena P. acne merupakan pemakan lemak (Harahap, 2000).
Umumnya pengobatan jerawat dapat diatasi dengan menggunakan obat-obat
dari golongan antibiotik. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik mempunyai
banyak kerugian seperti terjadinya efek samping dan juga resistensi bakteri
(Selatan & Dyan, 2019). Untuk meminimalisir kerugian tersebut, maka perlu
adanya pengobatan lain, salah satunya dengan memanfaatkan bahan alam yang
dapat berperan sebagai antibakteri yang pastinya lebih aman. Salah satu bahan
alam yang dapat di manfaatkan sebagai antibakteri adalah buah pare (Momordica
charantia L).
2

Buah pare merupakan salah satu tanaman yang secara empiris digunakan
masyarakat indonesia untuk meningkatkan nafsu makan, sakit kuning, pencahar,
serta cacingan dan berdasarkan data ilmiah memiliki khasiat sebagai anti jerawat.
Tanaman ini dapat tumbuh liar atau dibudidayakan sehingga masyarakat dapat
mengkonsumsi buah pare. Senyawa yang terdapat dalam daging buah pare
meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol dan steroid, namun senyawa yang
berperan sebagai antibakteri adalah flavonoid, alkaloid dan saponin (Laianto,
2014) . Selain sebagai antibakteri buah pare juga dilaporkan mempunyai beberapa
aktivitas lain seperti antihelmintik, antibakteri, antidiabetik, antioksidan, antiviral,
dan antitumor (Taylor, 2002).
Salah satu upaya untuk mengembangkan bahan alam agar menjadi sediaan
yang lebih modern dan pastinya lebih praktis untuk digunakan adalah dengan
membuatnya dalam bentuk sediaan serum. Serum merupakan sediaan dengan
konsentrasi zat aktif yang tinggi dan viskositas rendah, yang dapat menghantarkan
film tipis dari bahan aktif pada permukaan kulit (Mardhini et al. 2018). Selain itu
serum sendiri juga mempunyai beberapa keuntungan diantaranya memiliki
konsentrasi bahan aktif yang tinggi sehingga kulit lebih cepat menyerap efeknya,
dan lebih mudah menyebar di permukaan kulit karena viskositasnya yang tidak
terlalu tinggi (Pratiwi & Abdurrab, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Rachmawati et al. (2018),
menyatakan bahwa ekstrak etanol buah pare mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap P. acne secara optimal pada konsentrasi 10% dengan diameter hambatan
rata-rata sebesar 13,6 mm yang termasuk kategori kuat. Penelitian selanjutnya
oleh Thomas et al. (2019) menyatakan bahwa ekstrak buah pare dapat
diformulasikan sebagai gel antijerawat, dimana pada konsentrasi 10% mempunyai
daya hambat sebesar 10 mm terhadap bakteri S. epidermis dan mempunyai daya
hambat sebesar 7,1 mm terhadap bakteri P. acne. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan Laianto (2014), dimana didapatkan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) dari ekstrak etanol buah pare pada konsentrasi 7,5%, dan setelah di
formulasi dalam sediaan gel terbukti memberikan efektivitas antibakteri terhadap
bakteri P.acnes dan S.epidermis dengan nilai zona hambat masing-masing sebesar
3

6,44 mm dan 6mm. Dalam penelitian ini ekstrak buah pare akan diformulasikan
sebagai serum untuk melihat diameter daya hambat terhadap P. acne.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
formulasi sediaan serum yang mengandung esktrak etanol buah pare, serta
mengetahui aktivitas serum ekstrak etanol buah pare terhadap bakteri P.acne.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Menentukan formula sediaan serum ekstrak buah pare (Momordica charantia
L) yang baik berdasarkan evaluasi mutu fisik
2. Menentukan aktivitas antibakteri sediaan serum ekstrak buah pare
(momordica charantia) terhadap Propionibacterium acne

1.3 Hipotesis
1. Terdapat sediaan serum ekstrak buah pare (Momordica charantia L) yang
baik berdasarkan evaluasi mutu fisik
2. Terdapat formula terbaik sediaan serum ekstrak buah pare (momordica
charantia L) yang dapat menghambat bakteri Propionibacterium acne
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Pare

Gambar 1. Buah Pare

Pare mempunyai nama latin Momordica charantia L. termasuk kedalam


famili labu-labuan atau Cucurbitaceae, merupakan tanaman semak semusim yang
tumbuh di dataran rendah dan dapat tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan,
ataupun dapat ditanam di pekarangan dengan dirambatkan (Gambar 1). Pare
tumbuh menjalar atau merambat dengan sulur yang berbentuk spiral, daunnya
berbentuk tunggal, berbulu, berbentuk lekuk, dan bertangkai sepanjang ±10 cm
dan bunganya berwarna kuning muda. Batang pare dapat mencapai panjang ±5 cm
dan berbentuk segi lima. Pare memiliki buah yang menyerupai bulat telur
memanjang dan berwarna hijau, kuning sampai jingga dengan rasa yang pahit
(Hernawati, 2011).
Pare tumbuh baik di daerah tropis sampai pada ketinggian 500 mdpl, dengan
suhu antara 18-24°C, serta kelembaban udara yang cukup tinggi dengan curah
hujan yang relatif rendah. Tanaman ini dapat tumbuh subur sepanjang tahun dan
tidak tergantung pada musim. Tanah yang paling baik bagi pare adalah tanah
lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi,
dan drainase yang baik (Kristiawan, 2011).
5

Buah pare memiliki nama lain sesuai dengan sebutan dalam masing-masing
bahasa yang digunakan di Indonesia. Contohnya paria (Makassar), popare
(Manado), kepare (Ternate), papare (Halmahera), kambeh (Minangkabau) dan
Paria (Batak Toba). Di beberapa negara buah ini juga memiliki nama sesuai
dengan bahasa yang digunakan. Contohnya kǔguā (Mandarin), pavayka atau
kappayka (Melayu), goya atau nigguri (Jepang) (Subahar, 2004). Di masyarakat
buah pare lebih dikenal dibandingkan dengan tanamannya sendiri. Buah ini
memiliki keunikan, yaitu bentuknya yang berbintil dan rasanya yang pahit.
Namun, dibalik rasa pahitnya itu ternyata buah pare sangat kaya akan khasiat dan
manfaat dalam dunia pengobatan (Widayanti, 2013).
Buah pare mempunyai aktivitas sebagai antibakteri (jagessar et al. 2008). Hal
ini disebabkan karena adanya kandungan flavonoid, alkaloid, dan saponin yang
beperan sebagai antibakteri pada pare (Thomas et al. 2019). Ada tiga jenis
flavonoid pada pare, antara lain kampherol, luteolin, dan quercetin (Agarwal &
Kamal, 2007). Pare juga dilaporkan mempunyai beberapa aktivitas seperti
antihelmintik, antibakteri, antidiabetik, antioksidan, antiviral, antitumor (Taylor,
2002).

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan subtansi dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Farmakope Indonesia Edisi III menetapkan
bahwa sebagai penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Senyawa aktif yang
terdapat dalam simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan
cara ekstraksi yang tepat (Kristanti et al. 2008).
Pelarut yang biasa digunakan adalah etanol. Etanol merupakan suatu cairan
mudah menguap yang biasa digunakan sebagai pelarut bagi kebanyakan senyawa
organik. Etanol merupakan pelarut yang bersifat semi polar, yang artinya dapat
melarutkan senyawa polar maupun nonpolar. Itulah sebabnya etanol juga bisa
bercampur dengan air. Kepolaran dari etanol disebabkan karena adanya gugus –
6

OH yang bersifat polar, sementara gugus etil (CH3CH2-) merupakan gugus


nonpolar. Etanol memiliki sifat selektivitas yang tinggi (pelarut selektif) terhadap
reaksi dan sebagainya (Indraswari, 2008). Umumnya etanol adalah pelarut yang
baik untuk alkaloid, flavonoid, kumara antrakinon, kurkumin, steroid, glikosida,
damar-damar dan minyak atsiri. Lemak, tannin dan saponin hanya sedikit larut.
Namun tidak untuk jenis gom, gula dan albumin (Syamsuni, 2007).
Maserasi berasal dari bahasa latin “macerace” yang berarti mengairi dan
melunakkan. Maserasi adalah perendaman bahan alam yang dikeringkan
(simplisia) dalam suatu pelarut. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam
jumlah banyak, serta terhindar dari perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu
karena pemanasan (Pratiwi, 2009).
Maserasi merupakan cara yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah
melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada
saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan yang masih utuh. Setelah
waktu maserasi selesai, artinya keseimbangan bahan yang diekstraksi pada bagian
dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera
berakhir. Selama proses maserasi atau perendaman dilakukan pengocokan
berulang. Upaya ini untuk menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi
yang lebih cepat di dalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi
menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu
maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar
perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, maka akan semakin banyak
hasil yang diperoleh. Kerugian dari metode maserasi adalah pengerjaannya yang
lama dan penyariannya kurang sempurna. (Istiqomah, 2013).
7

2.3 Bakteri Propionibacterium acne

Gambar 2. Propionibacterium acne


(Sumber: Matthias Mörgelin. 2000)

P.acne ialah bakteri gram positif termasuk kedalam famili


Propionibacteriaceae yang berupa batang serta merupakan flora normal kulit
yang turut berfungsi dalam pembentukan jerawat. P. acne menghasilkan enzim
hidrolitik yang menimbulkan kerusakan folikel polisebasea serta menghasilkan
lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, serta neurimidase yang memegang
peranan penting pada proses peradangan. P. acne mengganti asam lemak tidak
jenuh menjadi asam lemak jenuh yang menyebabkan sebum menjadi padat. Bila
sebum meningkat, P. acne yang keluar dari kelenjar sebasea pun meningkat,
sebab P. acne merupakan pemakan lemak ( Harahap, 2000).
Ciri-ciri penting dari bakteri P. acne adalah batang tak teratur yang terlihat
pada pewarnaan gram positif. Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan tidak
menghasilkan endospora. Bakteri ini dapat berbentuk filament bercabang atau
campuran antara batang/filament dengan bentuk kokoid. P. acnes memerlukan
oksigen mulai dari aerob atau anaerob fakultatif sampai ke mikroerofilik atau
anaerob. Beberapa dapat bersifat patogen terhadap hewan dan tanaman
(Pramasanti, 2008).
Peranan P. acne pada pembentukan jerawat ialah dengan memecah
trigliserida, yang merupakan salah satu komponen dari sebum, menjadi asam
lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acne yang memicu inflamasi. Selain
8

itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acne meningkatkan respon inflamasi
melalui aktivasi komplemen. Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah
testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit
yang mudah berjerawat (Jarrett, 2019).

2.4 Antibakteri
Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang mampu membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri khususnya bakteri yang merugikan manusia.
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang
bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal
yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya,
dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal
(KBM) (Kunaepah, 2008).
Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat menjadi bakterisid bila
kadar antibakterinya ditingkatkan melebihi KHM (Wajdi et al. 2017).
Antimikroba umumnya dinyatakan sebagai penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme, dan apabila dimaksudkan untuk kelompok organisme maka
sering digunakan istilah antibakteri untuk bakteri atau antifungi untuk jamur
(Pratiwi, 2008).

2.5 Uji Aktivitas Antibakteri


Aktivitas antibakteri diukur secara invitro agar dapat ditentukan
kemampuan suatu zat antibakteri. Aktivitas antibakteri ditentukan oleh spectrum
kerja (spectrum luas atau spectrum sempit), cara kerja (bakterisid atau
bakteriostatik), dan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Suatu antibakteri
dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi apabila KHM terjadi pada kadar
yang rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar (Brooks,
et al., 2008). Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Metode Difusi
Prinsip metode difusi adalah pengukuran potensi antibakteri berdasarkan
pengamatan diameter daerah hambatan bakteri yang disebakan karena
9

berdifusinya zat antibakteri dari titik awal pemberian ke daerah difusi. Pada
metode ini dapat digunakan kertas cakram atau lubang sumuran yang
mengandung zat antibakteri di atas media yang diinkubasi pada suhu dan waktu
tergantung dari bakteri yang dihambat pertumbuhannya. Setelah penginkubasian
didapatkan diameter hambatan jernih sebagai daya antibakteri (Brooks, et al.,
2008).
Kekuatan zat antibakteri bisa digolongkan sesuai dengan lebar diameter zona
hambat. Menurut Wajdi et al., (2017) menyebutkan bahwa besaran daya hambat
senyawa antibakteri adalah <5 mm lemah, 5-10 mm sedang, 10-20 mm kuat, dan
20-30 mm sangat kuat.
2. Metode Dilusi
Pada prinsipnya zat antibakteri diencerkan hingga diperoleh beberapa
konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi antibakteri ditambah
suspensi kuman dalam media, sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi
antibakteri dicampur dengan media agar lalu ditanami bakteri dan diinkubasi pada
suhu dan waktu disesuaikan dengan bakteri uji. Hasil inkubasi dengan kekeruhan
tertipis adalah konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Potensi
antibakteri ditentukan dengan melihat konsentrasi terendah yang dapat
menghambat bakteri (Pratiwi, 2008).

2.6 Serum Wajah


Serum adalah sediaan dengan viskositas yang rendah yang
menghantarkan zat aktif melalui permukaan kulit dengan membentuk
lapisan film tipis dengan mengandung bahan lebih banyak dan sedikit
kandungan pelarut sehingga memiliki kecendrungan konsentrat (Mardhini
et al. 2018). Serum kosmetik sebenarnya hanyalah istilah komersil di
dunia kosmetik, dimana sediaan ini memiliki viskositas rendah dengan
konsentrat tinggi (Draelos, 2010). Serum sendiri dapat diolah
menggunakan dua basis, yaitu basis air dan minyak. Serum mengandung
lebih banyak zat aktif alami yang baik untuk kulit dibandingkan dengan
produk lainnya seperti krim wajah. Serum bekerja secara lokal pada bagian
10

tubuh manusia seperti wajah, bahu, leher dan kelopak mata. Serum juga
dapat digunakan oleh berbagai umur, orang tua maupun anak muda /
remaja (Mardhini et al. 2018).

Tabel 1. Evaluasi Sediaan Serum Wajah

Evaluasi sediaan Syarat

Pengamatan Diamati bentuk, bau, dan warna


organoleptis
Uji pH Memiliki pH 4,5 – 6,5 (SNI No. 06-2588)
Uji viskositas Memiliki viskositas 800 – 3000 cp ( Haliza
et al, 2020 )
Uji homogenitas Menunjukkan susunan yang homogen
Uji daya sebar Memiliki daya sebar 5 – 7 cm (Pertiwi et al,
2019)

2.7 Uraian Bahan


2.7.1 Hydrhoxyethyl cellulose (HEC) / Natrosol

Gambar 3. Struktur Kimia Natrosol


(Sumber : Rowe et al. 2009)

Natrosol adalah nonionik yang dapat larut dalam eter selulosa non-
ionik, baik larut dalam air dingin dan panas, dengan penebalan, suspensi,
adhesi, emulsifikasi, film formasi, retensi air, koloid pelindung dan
11

properti lainnya, banyak digunakan dalam pelapis , kosmetik, pengeboran


minyak dan industri lainnya (Rowe et al. 2009).
Memiliki titik lebur pada suhu 135-140’C; terurai di sekitar 280’C.
Kadar air nilai komersial yang tersedia dari hidroksietil selulosa
mengandung kurang dari 5% b/b air. Namun, selulosa sebagai hidroksietil
adalah higroskopis, jumlah air diserap tergantung pada kadar air awal dan
kelembaban relatif udara sekitar. ekuilibrium khas nilai-nilai kelembaban
untuk Natrosol 250 sampai 25’C adalah: 6% b / b pada 50% kelembaban
relatif dan 29% b/b pada 84% kelembaban relative (Rowe et al. 2009).

2.7.2 Gliserin

Gambar 4. Struktur Kimia Gliserin


(Sumber : Rowe et al. 2009)

Gliserin atau gliserol merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau, viskos,
cairan yang higroskopis, memiliki rasa yang manis, kurang lebih 0,6 kali
manisnya dari sukrosa. Gliserin praktis tidak larut dengan benzene, kloroform,
dan minyak, larut dengan etanol 95%, methanol dan air. Gliserin sebaiknya
disimpan ditempat yang sejuk dan kering, biasa digunakan pada berbagai
formulasi sediaan farmasetika, pada formulasi farmasetika sediaan topikal dan
kosmetik, gliserin utamanya digunakan sebagai humektan dan pelembut. Rentang
gliserin yang digunakan sebagai humektan sebesar ≤30% (Rowe et al. 2009).

2.7.3 Ethoxydyglikol
12

Gambar 5. Struktur Kimia Ethoxydyglikol


(Sumber : Kibbe, 2000)
Ethoxydiglycol berupa cairan tidak berwarna berbau lemah dan tidak
menyengat yang dapat diklasifikasikan sebagai glikol, biasa digunakan sebagai
pelarut dalam produk perawatan kulit dan rambut. Berfungsi untuk melarutkan
bahan, meningkatkan kemanjuran bahan aktif, humektan, dan mengurangi
viskositas formulasi. Biasa digunakan pada konsentrasi 1-10%. Larut dalam
etanol, propilen glikol, minyak nabati, air dan butilen glikol. (Thedermreview,
2021).

2.7.4 DMDM hydantoin

Gambar 6. Struktur Kimia DMDM hydantoin


(Sumber : Kim et al. 2004 )

DMDM Hydantoin merupakan salah satu jenis pengawet yang banyak


digunakan dalam produk kosmetik dengan konsentrasi penggunaan hingga 1%.
Digunakan sebagai bahan antimikroba dengan spektrum luas, efektif untuk fungi,
kapang serta bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. DMDM mempunyai
berat molekul 188,19 dengan penampakan berbentuk cair berwarna bening dengan
sedikit berbau. Stabil dalam rentang pH yang luas dan kondisi temperatur (Kim et
al. 2004)

2.7.5 Aquadest
Aquadest memiliki nama lain Aqua, Aqua purificata, Hydrogen Oxide.
Mempunyai rumus molekul C3H8O3 dan berat molekul 92,09. Merupakan cairan
jernih, tidak berwarna, dan tidak berasa. Inkompabilitas dengan metal alkali, dan
13

oksidanya seperti kalsium oksida, dan magnesium oksida, garam anhidrat, bahan
organik dan kalsium karbid. Memiliki titik lebur pada suhu 0ºC. Aquadest
banyak digunakan sebagai bahan baku dan pelarut dalam pengolahan, formulasi
dan pembuatan produk farmasi, bahan aktif farmasi (API) dan intermediet,
reagen nalitis. Nilai spesifik dari aquadest yang digunakan untuk aplikasi
tertentu dalam konsentrasi hingga 100% (Rowe et al. 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2021 sampai
November 2021, bertempat di Laboratorium Penelitian Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat-alat gelas (Pyrex®),
autoklaf, alumunium foil, blender (Philips), bunsen, botol coklat, cawan petri,
homogenizer, inkubator, jarum ose, jangka sorong, kertas saring, krus, lumpang,
mikro pipet, objek glass, oven (memmert), penangas air, ph meter (Ohaus®
ST5000), rotary evaporator, tabung reaksi, tanur (Daihan Scientifc Furnace),
timbangan digital (LabPro), vial, viscometer Brookfield DV-1 Prime.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain asam klorida, amoniak,
asam sulfat, aquadest, bakteri propionibacterium acne, barium klorida, buah pare
(momordica charantia L), dmdm hydantoin, etanol 96%, ethoxydyglikol, gliserin,
kloroform, natrosol, nutrient agar, preaksi wagner, preaksi mayer, preaksi
dragendrof , serbuk magnesium, serbuk zink.

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Pengumpulan Bahan Baku dan Determinasi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pare jenis gajih yang
diperoleh dari pasar Anyer Kota Bogor, Jawa Barat dan akan dilakukan
determinasi di Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati (Pusat Riset Biologi) Jl.
Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong Bogor. Determinasi ini bertujuan untuk
memastikan kebenaran bahan baku yang digunakan telah sesuai dan seragam,
serta mendapatkan hasil kebenaran identitas dengan jelas dari tanaman yang
diteliti untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan utama penelitian.
3.3.2 Pembuatan Simplisia Buah Pare
Buah pare segar yang telah dikumpulkan, dibersihkan dari kotoran-kotoran
15

yang menempel (sortasi basah), dicuci dengan air mengalir sampai bersih lalu
ditiriskan. Buah yang telah bersih kemudian dipisahkan dari bijinya lalu
dirajang tipis dengan ketebalan kurang lebih 0,1 cm, kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 50-60°c hingga buah kering. Kemudian simplisia
kering dibersihkan kembali dari kotoran yang mungkin tidak hilang pada saat
pencucian (sortasi kering). Selanjutnya simplisia kering digrinder sehingga
menjadi simplisia serbuk sesuai dengan derajat kehalusan simplisia buah pare
(mesh 40) dan disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat (Depkes RI,
1995)
3.3.3 Pembuatan ekstrak Buah Pare
Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol
96%. Serbuk simplisia sebanyak 500 g dimaserasi dengan pelarut etanol 96%
sebanyak 5L (1:10). Ekstrak direndam selama 6 jam pertama sambil sesekali
diaduk, lalu didiamkan selama 18 jam. Kemudian disaring dan dipisahkan filtrat
dan residunya. Residu hasil maserasi kemudian diremaserasi kembali
menggunakan pelarut etanol 96% dengan perlakuan yang sama. Proses ekstraksi
maserasi dilakukan selama 5x24jam. Hasil filtrat yang diperoleh digabungkan dan
kemudian diuapkan hingga didapatkan ekstrak kental (Depkes RI, 2013)
3.3.4 Karakterisasi Ekstrak Buah Pare
a. Rendemen ekstrak
Hasil ekstrak yang diperoleh dihitung rendemennya dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
bobot esktrak (g)
% Rendemen Ekstrak = ×100 %
bobot serbuk simplisia(g)
b. Organoleptik
Deskripsi organoleptik serbuk dan ekstrak buah pare adalah pengamatan
bentuk, warna, bau, dan rasa ( Depkes RI,2008)
c. Kadar Air
Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode Gravimetri.
Dimasukan ± 2 gram ekstrak dan ditimbang seksama dalam wadah yang telah
ditara. Keringkan pada suhu 105°C selama 5 jam dan ditimbang. Lanjutkan
16

pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2


penimbangan secara berturut – turut tidak lebih dari 0,25% (Depkes RI, 2000).
Persyaratan umum kadar air menurut Farmakope Herbal Indonesia Ed II (2017)
yaitu tidak lebih dari 10% untuk simplisia dan tidak lebih dari 9,2% untuk ekstrak
kental.
w 1−w 2
% Kadar Air = × 100 %
w 1−w 0
Keterangan :
W0 = Berat cawan kosong
W1 = Berat cawan sebelum pemanasan
W2 = Berat cawan setelah pemanasan
d. Kadar Abu
Bahan uji ditimbang dengan seksama 2-3 gram, kemudian dimasukan ke
dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara. Ekstrak uji dipijarkan pada suhu
±600ºc perlahan hingga arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang hingga
bobot konstan ±0,25%. Jika dengan cara ini tidak dapat dihilangkan, ditambahkan
air panas, diaduk, dan disaring. Lalu filtrat dimasukan ke dalam krus kemudian
diuapkan dan dipijarkan hingga bobot konstan. Kadar abu total dihitung terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara. Dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali
(duplo) (Depkes RI, 2008). Persyaratan kadar abu total buah pare menurut
Farmakope Herbal Indonesia Ed II (2017) yaitu tidak lebih dari 7,2% untuk
simplisia dan tidak lebih dari 9,0% untuk ekstrak kental.
( bobor krus+isi )−(bobot krus kosong)
% Kadar Abu = × 100 %
Bobot awal ekstrak
3.3.5 Penapisan Fitokimia
a. Uji Alkaloid
Ekstrak dicampur dengan 5 ml kloroform dan 5 ml amoniak kemudian
dipanaskan, dikocok dan disaring. Asam sulfat 2N sebanyak 5 tetes ditambahkan
pada masing-masing filtrat, kemudian kocok dan didiamkan. Bagian atas dari
masing-masing filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner, dan
17

Dragendorf. Terbentuknya endapan putih, coklat dan jingga menunjukkan adanya


alkaloid (Hanani, 2015).
b. Uji Flavonoid
Identifikasi menggunakan preaksi warna dengan beberapa preaksi flavonoid
yaitu :
1. Uji Shinoda, Larutan uji diuapkan hingga kering, ditambahkan 2-3 tetes
etanol, kemudian ditambah dengan serbuk Mg dan beberapa tetes asam
klorida 5M
2. Larutan uji diuapkan hingga kering, ditambahkan 2-3 tetes etanol, kemudian
ditambah dengan serbuk Zn dan beberapa tetes asam klorida 5M (Hanani,
2015).
c. Uji Saponin
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, air panas sebanyak 10 ml
ditambahkan, dinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Positif
mengandung saponin jika terbentuk buih setinggi 1-10cm selama tidak kurang
dari 10 menit dan pada penambahan 1 tetes HCL 2N, buih tidak hilang (Hanani,
2015).
3.3.6 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
3.3.6.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan. Alat-alat yang
akan digunakan terlebih dahulu dicuci dan dikeringkan dengan posisi terbalik
diudara, setelah kering dilakukan proses sterilisasi dengan cara yaitu pada alat-alat
gelas yang tahan panas disterilkan dalam oven pada suhu 105℃ selama 2 jam,
pada alat-alat yang bukan gelas disterilkan dengan menggunakan alkohol 70%.
Dan pada media pembenihan, air suling dilakukan sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121℃ selama 15 menit (Hadioetomo, 1993).
3.3.6.2 Pembuatan Media Agar
Sebanyak 28 gr nutrient agar ditimbang dengan menggunakan neraca analitik,
lalu ditambahkan aquadest sebanyak 1L kedalam erlenmeyer. Erlenmeyer
dipanaskan meggunakan hot plate hingga semua larutan media homogen dan
18

mendidih, kemudian diseterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ºC selama 15


menit (Kindangen et al. 2018).

3.3.6.3 Peremajaan Bakteri


Koloni bakteri Propionibacterium acne diambil menggunakan jarum ose
steril kemudian ditanamkan pada media agar miring dengan cara menggores lalu
kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam (Sa`adah et al. 2020).
3.3.6.4 Pembuatan Suspensi Bakteri
Bakteri hasil peremajaan diambil dengan kawat ose steril kemudian
disuspensikan kedalam tabung reaksi steril yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9%,
larutan tersebut kemudian dilihat kekeruhannya hingga diperoleh kekeruhan yang
sama dengan standar kekeruhan larutan 1 Mc. Farland (Kindangen et al. 2018).
3.3.6.5 Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan Mc. Farland
Larutan Standar kekeruhan Mc. Farland dibuat dari Larutan Asam sulfat 1%
sebanyak 9,9 ml yang dicampurkan dengan larutan Barium Klorida 1% sebanyak
0,1 ml, dilarutkan dalam tabung reaksi dan dikocok hingga homogen. Kemudian
disimpan ditempat yang terhindar dari cahaya matahari. Standar kekeruhan larutan
1 Mc farland setara dengan 106 CFU/ml (Kindangen et al. 2018).
3.3.6.6 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Pare
Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak buah pare menggunakan metode dilusi
padat untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimumnya (KHM). Penentuan
KHM terdiri dari 4 konsentrasi ekstrak buah pare (2,5, 5, 7,5 dan 10%). Bakteri
yang sudah diencerkan sesuai kekeruhan Mc Farland diambil 1 ml disebar diatas
permukaan agar kemudian 1 ml konsentrasi ekstrak dimasukan kedalam masing-
masing cawan petri lalu cawan digerakkan secara melingkar, yang diharapkan
bakteri dapat tersebar secara merata. Lalu cawan petri diinkubasi dalam sungkup
anaerob selama 24 jam pada suhu 37ºC. Setelah diinkubasi dilihat dan diamati
adanya pertumbuhan koloni bakteri atau tidak. Konsentrasi terendah dimana tidak
terjadi pertumbuhan bakteri pada cawan petri merupakan konsentrasi hambat
minimum (KHM) (Radji, 2010).
3.3.7 Pembuatan Sediaan Serum
19

a. Formula Serum Ekstrak Buah Pare


Formula serum ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Mardhini et al.,
(2018), dengan penggunaan konsentrasi ekstrak buah pare berdasarkan hasil uji
aktivitas antibakteri, dimana didapatkan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
ekstrak buah pare pada konsentrasi 7,5%. Berikut formula dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Formulasi Serum Ektrak Buah Pare

Konsentrasi (%)
Bahan
F0 F1 F2 F3
Ekstrak Buah Pare - 7,5 10 12,5
Natrosol 0,75 0,75 0,75 0,75
Gliserin 10 10 10 10
DMDM hydantoin 0,05 0,05 0,05 0,05
Ethoxydyglikol 2 2 2 2
Aquadest ad 100 100 100 100

b. Pembuatan Serum Ekstrak Buah Pare


Pembuatan sediaan serum dilakukan dengan membuat basis serum terlebih
dahulu dengan cara campurkan natrosol dan aquadest panas, lalu diaduk hingga
terbentuk basis (campuran 1), lalu di campurkan gliserin, dmdm hydantoin, dan
ethoxydyglikol hingga homogen (campuran 2), kemudian campuran 1 dan
campuran 2 dicampurkan dan di aduk hingga homogen, penambahan ekstrak buah
pare dilakukan dengan cara di masukan sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
homogen.
3.3.8 Evaluasi Sediaan Serum
a. Pengamatan Organoleptis
20

Uji sifat fisik dilakukan dengan pengamatan terhadap organoleptis yang


meliputi penampilan, bau, dan warna (Depkes,1979).
b. Pengujian pH
Pengukuran PH dilakukan dengan menggunakan PH meter. Sebelum
digunakan alat PH meter dikalibrasi dengan larutan buffer (PH 4,7 - 9,0) setiap
akan dilakukan pengukuran. Pengujian dilakukan sebanyak 2 kali pada masing-
masing formula. Syarat nilai PH menurut standar (SNI No. 06-2588) yaitu 4,5-6,5.

c. Pengukuran Viskositas
Sampel diuji viskositasnya dengan menggunakan Viscometer Brookfield.
Sampel yang diuji ditempatkan dalam wadah penampung bahan, wadah diatur
ketinggiannya sehingga spindle terendam. Spindel diatur dengan kecepatan 50
rpm. Viscometer dinyalakan dan dicatat nilai viskositas yang tertera pada alat
(Hasrawati et al., 2020).
d. Pengujian Homogenitas
Sampel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya
butiran kasar (Tranggono,2007).
e. Uji Daya Sebar
Pengujian ini dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 0,5 gram sediaan
kemudian diletakan dalam kaca yang berskala, kemudian bagian atasnya diberi
kaca yang sama lalu diamkan sekitar 1-2 menit. Diameter penyebaran diukur pada
setiap penambahan beban saat sediaan berhenti menyebar (Pertiwi et al., 2019).
3.3.9 Uji aktivitas Antibakteri Sediaan Serum
Uji ini bertujuan untuk mengetahui Lebar Daya Hambat dari sediaan serum
ekstrak buah pare dari setiap formula dengan menggunakan metode difusi cakram.
Masing-masing formula akan dibandingkan dengan aktivitas kontrol positif dan
negatif. Media NA disiapkan, kemudian dicampurkan dengan bakteri yang sudah
diencerkan berdasarkan kekeruhan McFarland, kemudian ditunggu hingga
21

memadat, lalu diletakan kertas cakram yang telah direndam dalam Formula 0
(kontrol negatif) , Formula 1, Formula 2, Formula 3, dan kontrol positif (Scarlet
Whitening Acne Serum). Kemudian di inkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
Setelah itu diamati zona hambat yang terbentuk dengan menggunakan jangka
sorong.

diameter daerah hambat−diameter kertas cakram


Lebar Daerah Hambat =
2

Gambar 7. Metode Difusi Cakram


(Sumber : Suryani et al.,2015)

3.3.10 Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan Stastitical Product Services Solution (SPSS).
Dilakukan uji ANOVA (Analysis of Variance) menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Apabila terdapat perbedaan maka dianalisis dengan uji lanjut
Duncan.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Bahan Baku dan Determinasi Tanaman


Buah pare yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari pasar anyar
kota Bogor, Jawa Barat. Determinasi tanaman telah dilakukan di Organisasi Riset
Ilmu Pengetahuan Hayati (Pusat Riset Biologi) yang berada di Cibinong, Jawa
Barat, tepatnya di Jl. Raya Jakarta Bogor km.46, Cibinong, Bogor. Tujuan
dilakukannya determinasi tanaman ini untuk memastikan tanaman yang akan
digunakan adalah benar buah pare (momordica charantia L) serta menghindari
kesalahan dalam pengumpulan bahan baku ( Kartika, 2015). Hasil determinasi
tersebut dapat menunjukan bahwa tanaman tersebut merupakan buah pare jenis
Momordica charantia L dengan suku Cucurbitaceae. Surat Keterangan
Determinasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.2 Hasil Pembuatan Simplisia Buah Pare


Hasil karakteristik serbuk simplisia buah pare yaitu berwarna hijau dengan
memiliki bau khas aromatik buah pare dan rasa pahit. Hasil serbuk simplisia buah
pare yang diperoleh yaitu sebanyak 890 gram dengan nilai rendemen 9,5%. Hasil
rendeemen ini sedikit lebih tinggi dari hasil penelitian yang dilakukan Pratiwi
(2011), dimana pada penelitiannya rendemen serbuk pare yang didapatka sebesar
5,13%. Gambar dan perhitungan rendemen simplisia buah pare dapat dilihat pada
Gambar 8 dan Lampiran 3.

Gambar 8. Serbuk Simplisia Buah Pare


24

4.3 Hasil Pembuatan Ekstrak Buah Pare


Hasil karakteristik ekstrak buah pare sesuai dengan karakteristik yang
terdapat pada Farmakope Herbal Indonesia Ed II (2017) yaitu berwarna coklat tua
dngan bau khas aromatik buah pare dan rasa pahit. Hasil ekstrak kental buah pare
yang diperoleh yaitu sebanyak 96,7 gram dengan nilai rendemen sebesar 19,34%.
Hasil yang diperoleh ini sudah memenuhi persyaratan rendemen esktrak kental
buah pare menurut Farmakope Herbal Indonesia Ed II (2017) yaitu tidak kurang
dari 17%. Gambar dan perhitungan rendemen ekstrak buah pare dapat dilihat pada
Gambar 9 dan Lampiran 3.

Gambar 9. Ekstrak Kental Buah Pare

4.4 Hasil Pengujian Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Buah Pare


Pengujian karakteristik simplisia ini bertujuan untuk menjamin keseragaman
mutu simplisia agar memenuhi persyaratan standar simplisia dan ekstrak (Febriani
et al, 2015). Pengujian karakteristik simplisia dan ekstrak buah pare ini adalah
sebagai berikut :

4.4.1 Hasil Penetapan Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Buah Pare
Penetapan kadar air ini bertujuan untuk mengetahui persentase kandungan air
yang masih tertinggal dalam simplisia. Hal ini penting untuk mengatahui batasan
maksimal kandungan air di dalam simplisia, karena jika jumlah air yang
terkandung terlalu tinggi maka akan menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur
yang dapat merusak kualitas simplisia (Depkes RI, 2000). Kadar air yang
diperoleh dari serbuk simplisia buah pare yaitu sebesar 8,05% dan pada ekstrak
buah pare sebesar 7,86%. Kadar air yang diperoleh ini memenuhi persyaratan
kadar air menurut Farmakope Herbal Indonesia ed II (2017) dimana syarat untuk
25

kadar air yaitu tidak lebih 10%. Hasil kadar air dan perhitungan kadar air
simplisia dan ekstrak buah pare dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 4.

Tabel 3. Hasil Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Buah Pare

Bahan Syarat (%) Kadar Air (%) Keterangan

Serbuk ≤ 10,0 8,05 Memenuhi syarat

Ekstrak ≤ 9,2 7,86 Memenuhi syarat

4.4.2 Hasil Penetapan Kadar Abu Simplisia dn Ekstrak Buah Pare


Penentuan kadar abu simplisia dilakukan untuk memberikan gambaran
kandungan mineral yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak
(Depkes RI, 2000). Hasil yang diperoleh dari penentuan kadar abu serbuk
simplisia buah pare yaitu sebesar 5,6% dan pada esktrak buah pare yaitu sebesar
8,2%. Berdasarkan hasil penelitian Septiningsih et al (2017) menyatakan bahwa
hasil kadar abu pada simplisia dan esktrak buah pare secara berturut-turut sebesar
10,8 dan 10,5%. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapat.
Hasil penentuan kadar abu ini telah memenuhi persyaratan menurut Farmakope
Herbal Indonesia Ed II (2017) dimana syarat kadar abu simplisia buah pare
sebesar ≥ 7,2% dan ≥ 9,2% untuk ekstrak kental buah pare. Hasil kadar abu dan
perhitungan kadar abu simplisia dan ekstrak buah pare dapat dilihat pada Tabel 4
dan Lampiran 5.
Tabel 4. Hasil Kadar Abu Simplisia dan Ekstrak Buah Pare

Bahan Syarat (%) Kadar Abu (%) Keterangan


Serbuk ≤ 7,2 5,6 Memenuhi syarat
Ekstrak ≤ 9,0 8,2 Memenuhi syarat
26

4.5 Hasil Pengujian Skrining Fitokimia


Pengujian skrining fitokimia ini dilakukan untuk mengetahui senyawa apa
saja yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol 96% buah pare. Hasil
yang diperoleh menunjukan bahwa simplisia dan ekstrak etanol 96% buah pare
mengandung senyawa kimia alkaloid, flavonoid, saponin, dan ada beberapa
penelitian yang juga melakukan uji skrining terhadap senyawa terpenoid, namun
pada penelitian ini tidak dilakukan uji senyawa terpenoid karena senyawa
terpenoid diduga merupakan senyawa non polar dan pada penelitian ini digunakan
pelarut etanol yang merupakan pelarut polar, maka kemungkinan senyawa
terpenoid tidak ikut tertarik. Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Buah Pare

Senyawa Hasil uji Hasil uji Parameter


serbuk ekstrak
Terbentuknya endapan
Alkaloid + +
putih, coklat dan jingga
Terbentuknya warna
Flavonoid + +
merah/jingga
Terbentuknya busa yang
Saponin + +
stabil
Keterangan :
+ = Mengandung senyawa yang diuji

Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak buah pare yang diperoleh ini
menunjukan hasil yang sama dengan penelitian Thomas et al. (2019) yaitu
simplisia dan ekstrak buah pare dengan pelarut etanol 96% menunjukan adanya
senyawa golongan alkaloid, flavonoid, dan saponin.

4.6 Hasil Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)


Pengujian konsentrasi hambat minimum (KHM) ini bertujuan untuk
menentukan konsentrasi terendah dari ekstrak buah pare yang dapat menghambat
27

bakteri Propionibacterium acne. Pada penelitian ini pengujian KHM


menggunakan metode dilusi padat. Metode ini serupa dengan dilusi cair hanya
pada dilusi padat media yang digunakan berupa media padat (agar). Penentuan
KHM terdiri dari 4 konsentrasi ekstrak buah pare yaitu 2,5 , 5 , 7,5 , dan 10%.
Perhitungan konsentrasi ekstrak buah pare dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil
yang diperoleh ekstrak buah pare dapat menghambat bakteri uji P. acne ada
konsentrasi 7,5% yang ditandai dengan tidak adanya koloni yang tumbuh pada
media konsentrasi tersebut. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa ekstrak buah
pare memiliki konsentrasi hambat minimum (KHM) pada konsentrasi 7,5% hasil
ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Laianto et al (2014) dimana
hasil konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak buah pare yaitu pada
konsentrasi 7,5%. Gambar konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak buah
pare dapat dilihat pada Gambar 10.

Konsentrasi Uji 2,5% Konsentrasi Uji 5%

Konsentrasi Uji 7,5% Konsentrasi Uji 10%


28

Gambar 10. Hasil Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Buah


Pare Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes pada konsentrasi 7,5%
4.7 Hasil Pembuatan Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare
Pembuatan sediaan serum ekstrak buah pare ini dibuat dalam 4 formula
dengan mengacu pada formula serum penelitian Mardhiani et al. (2018) dengan
penggunaan modifikasi konsentrasi ekstrak buah pare berdasarkan hasil
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) terhadap bakteri Propionibacterium acne.
Formula sediaan serum ekstrak buah pare dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil
sediaan serum dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare

4.8 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare
Evaluasi mutu fisik sediaan serum meliputi uji organoleptik (tekstur, warna,
dan aroma), uji PH, uji viskositas, uji homogenitas, dan uji daya sebar (Pratiwi et
al. 2021).
4.8.1 Uji Organoleptik
Uji organoleptik ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
tekstur, warna, dan aroma dari sediaan serum. Berdasarkan hasil pengujian
organoleptik pada parameter tekstur didapat hasil yang berbeda dikarenakan
semakin tinggi konsentrasi esktrak maka akan semakin kental pula sediaan yang
didapat. Pada parameter aroma didapatkan hasil yang sama pada formula 1,
formula 2 dan formula 3 yaitu sediaan memiliki aroma khas dari esktrak buah
pare. Dan pada formula 0 tidak mempunyai aroma. Pada parameter warna,
didapatkan perbedaan warna dimana semakin tinggi konsentrasi esktrak , maka
warna sediaan menjadi semakin pekat, sedangkan untuk formula 0 tidak
29

mempunyai warna. Hasil uji organoleptik sediaan serum dapat dilihat pada Tabel
6.

Tabel 6. Hasil Uji Organoleptik Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare

Parameter
Formula
Bentuk Warna Aroma
F0 Semi padat Bening Tidak beraroma
F1 Semi padat Coklat Aroma khas buah pare
F2 Semi padat Coklat Aroma khas buah pare
F3 Semi padat Coklat Aroma khas buah pare
Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran

4.8.2 Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui pH dari sediaan yang sudah
dibuat. Menurut Mappa (2013) pengujian pH ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat keasaman sediaan dan menjamin sediaan tidak menyebabkan iritasi pada
kulit. Hasil yang diperoleh dari uji pH serum ekstrak buah pare pada F0 (kontrol
-) memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,3 ; pada F1 memiliki rata-rata pH 4,9 ;
pada F2 memiliki rata-rata pH 4,7 ; pada F3 memiliki rata-rata pH 4,5 dan pada
K+ (sediaan yang beredar di pasaran) memiliki rata-rata nilai pH 5,5. Dimana
hasil nilai pH yang didapatkan masih masuk dalam nilai pH menurut standar (SNI
No. 06-2588) yaitu 4,5-6,5. Dari hasil uji pH tersebut terdapat perbedaan dimana
semakin tinggi konsentrasi esktrak yang digunakan maka nilai pH yang dihasilkan
semakin kecil atau asam. Hasil uji PH sediaan serum dapat dilihat pada Tabel 7.
30

Tabel 7. Hasil Uji pH Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare

Formula pH Rata - rata Keterangan

F0 5,317 5,3 Memenuhi syarat


5,354
F1 4,853 4,9 Memenuhi syarat
4,971
F2 4,774 4,7 Memenuhi syarat
4,626
F3 4,518 4,5 Memenuhi syarat

4,523

K+ 5,635 5,5 Memenuhi syarat


5,542

Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran

4.8.3 Uji Viskositas


Pengujian viskositas bertujuan untuk menentukan nilai kekentalan dari suatu
sediaan, dimana semakin tinggi nilai viskositasnya maka akan semakin tinggi
kekentalan sediaan tersebut. Pengujian viskositas ini dilakukan dengan
menggunakan Viscometer Brookfield spindle 3 pada kecepatan 100 Rpm (Hoebe
31

et al. 2011). Nilai viskositas yang didapat berdasarkan hasil pengukuran pada
sediaan serum ekstrak buah pare menunjukan F3 memiliki nilai viskositas paling
tinggi dan pada F0 (basis) memiliki nilai viskositas paling rendah. Dari hasil yang
didapat dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi buah pare yang
digunakan maka nilai viskositas akan semakin meningkat. Masing – masing
formula memiliki nilai viskositas yang sesuai dengan persyaratan dimana menurut
Haliza et al. (2020) standar viskositas untuk sediaan serum yaitu 800-3000 cp.
Hasil uji viskositas sediaan serum ekstrak buah pare dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Viskositas Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare

Formula Viskositas Rata – rata Keterangan


F0 2163 2117 2140 Memenuhi syarat
F1 2385 2261 2323 Memenuhi syarat
F2 2543 2475 2509 Memenuhi syarat
F3 2661 2685 2673 Memenuhi syarat
K+ 2150 2148 2149 Memenuhi syarat
Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran

4.8.4 Uji Homogenitas


Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui kehomogenan sediaan
yang telah dibuat. Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan cara meletakaan
sediaan diantara 2 objectglass, dan diamati adanya butiran kasar pada kaca (Ditjen
POM, 1985). Hasil pengamatan homogenitas sediaan serum esktrak buah pare
pada keempat formula menjukan homogenitas yang baik. Hasil uji homogenitas
sediaan serum esktrak buah pare dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.8.5 Uji Daya Sebar


32

Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyebaran


sediaan serum ekstrak buah pare pada permukaan kulit. Hasil pengujian daya
sebar dari keempat formula menunjukan hasil yang memenuhi persyaratan,
dimana persyaratan daya sebar yang baik pada kulit yaitu 5 – 7 cm. Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi viskositas sediaan maka daya sebar
yang didapat semakin kecil (Eugresya et al. 2017). Viskositas yang rendah
menyebabkan kemampuan mengalir sediaan lebih tinggi sehingga memungkinkan
sediaan dapat menyebar dengan mudah (Komala et al. 2020). Hasil uji daya sebar
sedian serum ekstrak buah pare dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare

Formula Diameter Daya Sebar (cm) Rata - rata Keterangan


F0 6,6 6,8 6,7 Memenuhi syarat
F1 6,3 6,5 6,4 Memenuhi syarat
F2 5,5 5,7 5,6 Memenuhi syarat
F3 5,1 5,3 5,2 Memenuhi syarat
K+ 6,5 6,6 6,5 Memenuhi syarat
Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran

4.9 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare
Uji aktivitas antibakteri sediaan serum esktrak buah pare dilakukan untuk
mengukur daya hambat sediaan serum esktrak buah pare terhadap bakteri
Propionibacterium acne. Pengujian antibakteri ini menggunakan metode difusi
cakram, dimana Hasil lebar daya hambat dan perhitungan lebar daya hambat yang
didapatkan dapat dilihat pada Tabel 10 dan Lampiran 7.

Tabel 10. Hasil Lebar Daya Hambat


33

LDH
Perlakuan Rata – rata ± SD
1 (mm) 2 (mm) 3 (mm)

Formula 0 (K-) 0,00 0,00 0,00 0,00 ± 0,00

Formula 1 2,76 2,8 2,78 2,78 ± 0,02

Formula 2 3,55 3,6 3,75 3,63 ± 0,10

Formula 3 4,68 4,64 4,66 4,66 ± 0,02

K+ 7,05 7,11 7,07 7,07 ± 0,03

Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rachmawaty dkk (2018)
dimana menurut penelitiannya ekstrak buah pare terbukti dapat menghambat
bakteri P. acnes. Hasil pengujian LDH dapat dilihat pada Gambar 12. Pada
gambar dapat dilihat bahwa setiap formula memiliki aktivitas antibakteri dengan
menghambat bakteri P. acne, semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah pare yang
digunakan maka semakin besar lebar zona hambat yang terbentuk. Pada formula 1
didapat nilai lebar daya hambat sebesar 2,78 mm, pada formula 2 sebesar 3,63,
pada formula 3 sebesar 4,66 dan pada kontrol positif (Scarlet Whitening Acne
Serum ) sebesar 7,07. Sedangkan untuk basis tidak memiliki zona hambat.
Dimana dari hasil tersebut Formula 1, 2, dan 3 masuk kedalam kategori sedang
dalam menghambat bakteri P. acne dan untuk K(+) termasuk kategori kuat.
Dimana pada K+ (sediaan yang beredar di pasaran) itu mengandung senyawa tea
tree water, salicylic acid dan liquorice. Terbentuknya zona hambat disekitar kertas
cakram ini diduga karena sediaan serum esktrak buah pare mengandung alkaloid,
flavonoid, dan saponin.
34

Gambar 12. Hasil Lebar Daya Hambat Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare
Terhadap Bakteri Propionibacterium acne

Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran

Menurut Setyaningrum (2003) alkaloid dapat menganggu komponen


penyusun peptidoglikan sel bakteri sehingga menyebabkan lapisan dinding sel
tidak terbentuk dan menyebabkan kematian sel. Selain itu senyawa flavonoid
memiliki efek antibakteri karena dapat menghambat sintesis asam nukleat dan
menganggu fungsi membrane sitoplasma dan metabolisme energi bakteri
(Cushnie, 2003). Soetan (2006) menyatakan bahwa senyawa saponin mempunyai
molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga menyebabkan
menurunnya tegangan permukaan sel yang dapat mengakibatkan hancurnya
bakteri.
Tabel 11. Hasil Analisis Uji Lanjut Duncan

Perlakuan Rata-rata daerah hambat (mm)


Kontrol - .0000a
Kontrol + 7,077e
Formula 1 2,780b
35

Formula 2 3,633c
Formula 3 4,660d

Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai Sig = 0.00 yang menunjukan


pengaruh yang berbeda nyata antara konsentrasi ekstrak buah pare terhadap LDH,
sehingga perlu dilakukan uji lanjut duncan. Hasil dari uji lanjut duncan
menunjukan bahwa dari kelima perlakukan yaitu kontrol (-) , kontrol (+), formula
1, formula 2, dan formula 3 menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap LDH.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah pare maka nilai daerah hambat semakin
meningkat. Hasil analisis data ANOVA Lebar Daya Hambat (LDH) dapat dilihat
pada Lampiran 9 dan hasil analisis Duncan pada Tabel 11.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat diperoleh kesimpulan yaitu :
1. Dari keempat formula sediaan serum ekstrak buah pare yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan uji mutu fisik sediaan berdasarkan parameter uji
organoleptis, pH, viskositas, homogenitas, dan daya sebar.
2. Formula 3 dengan konsentrasi ekstrak buah pare 12,5% merupakan formula
yang paling baik berdasarkan uji lebar daya hambat pada bakteri
Propionibacterium acne dengan rata-rata zona hambat sebesar 15,32 mm.

5.2 Saran
Beberapa saran dari penulis untuk penelitian ini :
1. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut seperti uji iritasi, uji antioksidan dan uji
stabilitas pada sediaan serum esktrak buah pare (Momordica charantia L.)
2. Perlu ditambahkan pewangi pada formula serum untuk mendapatkan aroma
sediaan yang lebih menarik.
3. Perlu dilakukan penambahan senyawa aktif lain pada formula untuk didapatkan
sediaan serum yang lebih baik
36

4. Perlu dilakukan metode lain dalam pembuatan ekstrak buah pare (Momordica
charantia L.) agar diperoleh aktivitas antibakteri yang lebih tinggi pada bakteri
Propionibacterium acne.

.
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, M., & Kamal, R. (2007). Studies on flavonoid production using in vitro
cultures of Momordica charantia L. Indian Journal of Biotechnology. 6.277-
279.

Anonim, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, 822, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Brooks, G. F., Butel, J. S., & Morse, S. A. (2008). Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23. Alih bahasa: Huriawati Hartanto et al.
Editor edisi bahasa Indonesia: Retna Neary Elferia et al. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 198-200.

Cushnie, T. T., & Lamb, A. J. (2005). Antimicrobial activity of flavonoids.


International journal of antimicrobial agents, 26(5), 343-356
Departemen Kesehatan RI, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535, 612.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, (2000), Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Cetakan Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan
Obat Tradisional.
Departemen Kesehatan RI, (2008). Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 83-86, 195-197
Eugresya, G., Avanti, C., & Uly, S. A. (2017). Pengembangan Formula dan Uji
Stabilitas Fisik-pH Sediaan Gel Facial Wash yang Mengandung Ekstrak
Etanol Kulit Kayu Kesambi. Media Pharmaceutica Indonesiana, 1(4), 181-
188.
Febriyati. (2010). Analisis Komponen Kimia Fraksi Minyak Atsiri Daun Sirih
(Piper bettle Linn) dan Uji Aktivitas Antibakteri terhadap Beberapa Jenis
Bakteri Gram Positif’. [Skripsi], Jakarta : Fakultas Farmasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Hadioetomo, R.S., (1993). Mikrobiologi dasar dalam praktek.
38

Hanani, M. S. E. (2015). Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC
Hasrawati, A. Et Al. (2020) ‘Pengembangan Ekstrak Etanol Limbah Biji Pepaya
(Carica Papaya L.) Sebagai Serum Antijerawat’, Jurnal Fitofarmaka
Indonesia, 7(1), Pp. 1–8. Doi: 10.33096/Jffi.V7i1.458.
Harahap, M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta
Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia. Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Hernawati (2011) ‘Potensi Buah Pare (Momordicha Charantia L.) Sebagai Herbal
Antifertilitas’, Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, P. 18.
Indraswari, A., (2008), Optimasi Pembuatan Ekstrak daun Dewandaru (Eugenia
uniflora L) mengggunakan Metode Maserasi dengan Parameter Kadar Total
Senyawa Fenolik dan Flavonoid, Skripsi, Universitas Muhamadiyah
Surakarta, Surakarta
Istiqomah. (2013). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi
Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus).
Sekripsi Jurusan Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jagessar, R. C., Mars, A., Gomes, G., (2008), Selective Antimicrobial properties
of Phyllanthus acidus leaf extract against Candida albicans, Escherichia coli
and Staphylococcus aureus using Stokes Disc diffusion, Well diffusion,
Streak plate and a dilution method, Nature and Science 6 (2): 24-38.
Jarrett, P. (2019) ‘Acne Vulgaris’, Encyclopedia Of Pharmacy Practice And
Clinical Pharmacy, 40(3), Pp. 699–712. Doi: 10.1016/B978-0-12-812735-
3.00552-5.
Karim, A. (2018) ‘Efektivitas Beberapa Produk Pembersih Wajah Antiacne
Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat Propionibacterium Acnes The
Effectivity Of Some Antiacne Facial Cleansing Products Against The Cause
Of Acne Propionibacterium Acnes’, 5(1).
Kibbe, A. H. (2000) Handbook Of Pharmaceutical Excipients. Amer Pharmacists
Assn.
Kindangen, O. C., Yamlean, P. V. Y. And Wewengkang, D. S. (2018) ‘Formulasi
Gel Antijerawat Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Dan
Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro’,
Pharmacon, 7(3), Pp. 283–293. Doi: 10.35799/Pha.7.2018.20505.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Komala, O., Andini, S., & Zahra, F. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Sabun
39

Wajah Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea Indica L.) Terhadap


Propionibacterium Acnes. Fitofarmaka: Jurnal Ilmiah Farmasi, 10(1), 12-21.
Kristanti, A. N. (2008). Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Universitas Airlangga
Press.
Kristiawan, B. (2011). Budidaya Tanaman Pare Putih (Momordica charantica L.)
di Aspakusa Makmur UPT Usaha Pertanian Teras Boyolali. Skripsi, Jurusan
Agribisnis Holtikultura dan Arsitektur Petanaman, Universitas Sebelas
Maret.
Laianto, S. (2014). Uji Efektivitas Sediaan Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol Buah
Pare (Momordica Charantia) terhadap Staphylococcus Epidermidis dan
Propionibacterium Acnes dengan Metode Difusi. Jurnal Mahasiswa Farmasi
Fakultas Kedokteran UNTAN, 1(1).
Liebert, C. A. (1988). Characterization Of Bacterial Populations In An Industrial
Air Washing System Implicated In A Work-Related Lung Disease.

Mappa, T., Edy, H. J., & Kojong, N. (2013). Formulasi gel ekstrak daun
sasaladahan (Peperomia pellucida (L.) HBK) dan uji efektivitasnya terhadap
luka bakar pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Pharmacon, 2(2).
Mardhini, Y.D., Yulianti, H., Azhary, P.D., & Rusdiana, T. (2018) ‘Forulasi Dan
Stabiltas Sediaan Serum Dari Ekstrak Kopi Hijau (Coffe Canephora)’,
Indones Nat Res Pharm J, 2(2), Pp. 19–33.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. (1993). Farmasi Fisik: Dasar-dasar
Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmaseutik ed ke-3 Universitas Indonesia. Jakarta
McKane, L., & Kandel, J. (1996). Microbiology: essentials and applications.
McGraw-Hill Science, Engineering & Mathematics.
Mitsui, T. ed., (1997). New cosmetic science. Elsevier.
Pramasanti, (2008) ,Perawatan Jerawat,kesehatan.07x.net, 19 Agustus 2009
Pratiwi, D. And Abdurrab, U. (2021) ‘Kombinasi Kunyit ( Temulawak Domestik )
Ekstrak Rimpang Dan Kolagen Dalam Formulasi Serum Sebagai
Antioksidan’, 4, Pp. 36–42.
Pertiwi, R. D dan Yanti, A. R. (2019). Penuntun Praktikum Formulasi Sediaan
Cair dan Semi Solid. Universitas Esa Unggul: Jakarta
Rachmawati, D. And Asmawati, A. (2018) ‘Uji Aktivitas Ekstrak Buah Pare
(Momordica Charantia L) Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium Acnes’,
Media Farmasi, 14(2), P. 32. Doi: 10.32382/Mf.V14i2.590.
Radji, M. (2010). Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC
40

Rowe, R. C., Sheskey, P. And Quinn, M. (2009) Handbook Of Pharmaceutical


Excipients. Libros Digitales-Pharmaceutical Press.
Sa`Adah, H., Supomo, S. And Musaenah, M. (2020) ‘Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Air Kulit Bawang Merah (Allium Cepa L.) Terhadap Bakteri
Propionibacterium Acnes’, Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 2(2), Pp. 80–
88. Doi: 10.33759/Jrki.V2i2.73.
Selatan, A. And Dyan, B. (2019) ‘Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Suruhan
( Peperomia Pellucida L .) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab
Jerawat ( Propionibacterium Acnes ) Dengan Metode Sumur Agar’, 3(2).
Subahar, T. (2004). Khasiat dan ManfaatPare, si Pahit Pembasmi Penyakit.
Jakarta : Agromedia Pustaka,4-16, 45-46.

Susanto, D., Sudrajat & R. Ruga. (2012). Studi Kandungan Bahan Aktif
Tumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) Sebagai Sumber Senyawa
Antibakteri. Mulawarmnan Scientifie. 11 (2): 181-190.

Syamsuni, H. A. (2007). Ilmu Resep, Kedokteran EGC, Jakarta

Taylor, L. (2002). Herbal Secrets of the Rainforest, 2nd edition, by Published and
copyrighted by Sage Press, Inc.
Thomas, N. A. Et Al. (2019) ‘Formulasi Dan Uji Efektivitas Gel Ekstrak Buah
Pare (MomordicaCharantia L ) Terhadap Bakteri
Staphylococcusepidermidis Dan Propionibacterium Acnes Penyebab Jerawat
Bakteri Staphylococcus Epidermidis Mikroorganisme Seperti Staphylococcus
Nur Ain Thomas D’, 2(1), Pp. 46–60.
Tranggono, R.I., (2007). BP: Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka
Utama.
Wajdi, S. A., Kasmiyati, S. And Hastuti, S. P. (2017) ‘Uji Aktivitas Antibakteri
Campuran Ekstrak Biji Kelor (Moringa Oleifera) Dan Daun Kersen
(Muntingia Calabura) Terhadap Pseudomonas Aeruginosa Dan Bacillus
Subtilis’, Journal Of Tropical Biodiversity And Biotechnology, 2(1), P. 10.
Doi: 10.22146/Jtbb.13728.
Widayanti, N. (2013). “Karakteristik Membran Selulosa Asetat dengan Variasi
Komposisi Pelarut Aseton dan Asam Format.”. Jember: Jurusan Kimia
Universitas Jember
LAMPIRAN

Lampiran 1.Rancangan Penelitian

Buah Pare
42

Determinasi

Sortasi
basah
Pencucian

Perajangan

Pengeringa
n
Sortasi
kering
Perajangan

Simplisia

Ekstraksi dengan
pelarut etanol 96%
menggunakan metode
maserasi

Ekstrak

Uji karakteristik Uji fitokimia


Ekstrak
Alkaloid
Organoleptis
Flavonoid
Kadar air
Saponin
Kadar abu

Rendemen Uji Konsentrasi Hambat


Minimum (KHM)

Serum
Evaluasi sediaan Uji Lebar Daya
Hambat (LDH)
43
Organoleptis

PH

Viskositas

Homogenitas

Daya Sebar

Lampiran 2. Hasil Determinasi Tanaman


44
45

Lampiran 3. Perhitungan Rendemen Simplisia dan Ekstrak Buah Pare

1. Rendemen Simplisia Buah Pare


Bobot sortasi basah = 9400 gram
Bobot simplisia serbuk = 890 gram
bobot serbuk
% Rendemen = x 100 %
bobot sortasi basah
890 gram
= x 100 %
9400 gram
= 9,46%

2. Rendemen Ekstrak Buah Pare


Bobot ekstrak = 96,7 gram
Bobot simplisia serbuk = 500 gram
bobot ekstrak
% Rendemen = x 100 %
bobot simplisia serbuk
96,7 gram
= x 100 %
500 gram
= 19,34%

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Buah Pare


1. Perhitungan Kadar Air Ekstrak Buah Pare

Bobot Rata –
Bobot krus+isi Bobot krus %
Bobot rata
krus sebelum + isi setelah Kadar
simplisia kadar
kosong pemanasan dipanaskan air
air
38,5044 g 38,3476 g
2,0016 g 36,5028 g 7,86%
38,3469 g
7,86%
38,5776 g 38,4216 g
2,0031 g 36,5745 g 7,87%
38,4199 g

 Ulangan 1
%Kadar Air =
( krus sebelum pemanasan )−(krus setelah pemanasan)
x 100 %
( krus sebelum pemanasan )−( krus kosong)
46

38,5044−38,3469
= x 100 %
38,5044−36,5028
= 7,86%
 Ulangan 2
% Kadar Air =
( krus sebelum pemanasan )−(krus setelah pemanasan)
x 100 %
( krus sebelum pemanasan )−( krus kosong)
38,5776−38,4199
= x 100 %
38,5776−36,5745
= 7,87%

ulangan 1+ ulangan 2
% Rata-rata Kadar Air =
2

7,86 %+7,87 %
=
2

= 7,86%

2. Perhitungan Kadar Air Simplisia Buah Pare

Bobot Rata –
Bobot krus+isi Bobot krus %
Bobot rata
krus sebelum + isi setelah Kadar
simplisia kadar
kosong pemanasan dipanaskan air
air
38,5846 g 38,4278 g
2,0007 g 36,5839 g 7,86%
38,4273 g
8,05%
38,7946 g 38,6381 g
2,0008 g 36,7938 g 8,25%
38,6376 g

 Ulangan 1
%Kadar Air =
( krus sebelum pemanasan )−(krus setelah pemanasan)
x 100 %
( krus sebelum pemanasan )−( krus kosong)
38,5846−38,4273
= x 100 %
38,5846−36,5839
= 7,86%
47

 Ulangan 2

%Kadar Air =
( krus sebelum pemanasan )−( krus setelah pemanasan )
x 100 %
( krus sebelum pemanasan )−( krus kosong )

38,7946−38,6376
= x 100 %
38,7946−36,7938

= 8,25%

ulangan 1+ ulangan 2
%Rata-rata Kadar Air = x 100 %
2

7,86 %+8,25 %
=
2

= 8,05%

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Abu Simplisia dan Ekstrak Buah Pare

1. Perhitungan Kadar Abu Simplisia Buah Pare

Bobot krus +
Bobot Bobot krus % Kadar Rata – rata
isi setelah
serbuk kosong abu kadar abu
dipanaskan

2,0014 g 36,5431 g 36,6514 g 5,41%


5,6 %
2,0008 g 36,4364 g 36,5527 g 5,81 %

 Ulangan 1
( krus +isi setelah pemanasan )−( krus kosong )
%Kadar Abu = x 100 %
bobot sampel
36,6514−36,5431
= x 100 %
2,0014
= 5,41%
 Ulangan 2
48

( krus+isi setelah pemanasan )−( krus kosong )


%Kadar Abu = x 100 %
bobot sampel
36,5527−36,4364
= x 100 %
2,0008
= 5,81%

ulangan 1+ ulangan 2
%Rata-rata Kadar Abu =
2
5,41% +5,81 %
=
2
= 5,6%

2. Perhitungan Kadar Abu Ekstrak Buah Pare

Bobot krus +
Bobot Bobot krus % Kadar Rata – rata
isi setelah
ekstrak kosong abu kadar abu
dipanaskan

2,0024 g 39,6750 g 39,8430 g 7,99%


8,2%
2,0010 g 38,5473 g 38,7156 g 8,41%

 Ulangan 1
( krus+isi setelah pemanasan )−( krus kosong )
%Kadar Abu = x 100 %
bobot sampel
39,8430−39,6750
= x 100 %
2,0024
= 7,99%
 Ulangan 2
( krus+isi setelah pemanasan )−( krus kosong )
%Kadar Abu = x 100 %
bobot sampel
38,7156−38,5473
= x 100 %
2,0010
49

= 8,41%
ulangan 1+ ulangan 2
%Rata-rata Kadar Abu =
2
7,99 %+8,41 %
=
2
=8,2%

Lampiran 6. Hasil Uji Homogenitas Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare

Formula 0 Formula 1
50

Formula 2 Formula 3

Lampiran 7. Perhitungan Lebar Daya Hambat


Hasil Diameter Daerah Hambat Serum Ekstrak Buah Pare

Diameter Daerah Hambat (mm)


Formula Rata – rata
Ulangan ke-
1 2 3
F0 (K-) 0,00 0,00 0,00 0,00
F1 11,53 11,60 11,56 11,56
F2 13,10 13,21 13,50 13,27
F3 15,36 15,28 15,32 15,32
K+ 20,10 20,23 20,15 20,16

diameter daerah hambat−diameter cakram


Rumus =
2

Diameter cakram = 6mm

1. Formula 1
51

11,53−6
 Ulangan 1 =
2
= 2,76
11,60−6
 Ulangan 2 =
2
= 2,8
11,56−6
 Ulangan 3 =
2
= 2,78
2,76+2,8+2,78
 Rata – rata =
2
= 2,78

2. Formula 2
13,10−6
 Ulangan 1 =
2
= 3,55
13,21−6
 Ulangan 2 =
2
= 3,6

13,50−6
 Ulangan 3 =
2
= 3,75
3,55+3,6+3,75
 Rata –rata =
2
= 3,63

3. Formula 3
15,36−6
 Ulangan 1 =
2
= 4,68
15,28−6
 Ulangan 2 =
2
52

= 4,64
15,32−6
 Ulangan 3 =
2
= 4,66
4,68+ 4,64+ 4,66
 Rata – rata =
2
= 4,66
4. Kontrol +
20,10−6
 Ulangan 1 =
2
= 7,05
20,23−6
 Ulangan 2 =
2
= 7,11
20,15−6
 Ulangan 3 =
2
= 7,07
7,05+7,11+ 7,07
 Rata – rata =
2
= 7,07

Hasil Perhitungan LDH Serum Ekstrak Buah Pare

Pengulangan
Perlakuan Rata – rata
1 (mm) 2 (mm) 3 (mm)

Formula 0 (K-) 0,00 0,00 0,00 0,00

Formula 1 2,76 2,8 2,78 2,78

Formula 2 3,55 3,6 3,75 3,63


53

Formula 3 4,68 4,64 4,66 4,66

K+ 7,05 7,11 7,07 7,07

Lampiran 8. Alat- alat yang digunakan

Oven Timbangan Analitik


54

Tanur Autoklaf

Viscometer brookfield PH Meter


55

Rotary Evaporator Botol Maserasi

Lampiran 9. Hasil Analisis ANOVA

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: hasil

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 80.524a 6 13.421 5290.690 .000


Intercept 197.653 1 197.653 77918.594 .000
sampel 80.519 4 20.130 7935.558 .000
ulangan .005 2 .002 .954 .425
Error .020 8 .003
Total 278.198 15
Corrected Total 80.545 14

a. R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)


56

hasil
Duncan a,b

Subset

sampel N 1 2 3 4 5

kontrol negatif 3 .000


formula 1 3 2.780
formula 2 3 3.633
formula 3 3 4.660
kontrol positif 3 7.077
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .003.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = 0.05.
57

Lampiran 10. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Buah Pare

 Larutan induk 10% (10 gram ekstrak buah pare dalam 100ml aquadest)
 Konsentrasi ekstrak 2,5%
V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 10. 2,5
10 x 2,5
V1 = =2,5 ml
10
 Konsentrasi ekstrak 5%
V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 10. 5
10 x 5
V1 = =5 ml
10
 Konsentrasi ekstrak 7,5%
V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 10. 7,5
10 x 7,5
V1 = =7,5 ml
10
 Konsentrasi esktrak 10%
V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 10. 10
10 x 10
V1 = =10 ml
10
58

Anda mungkin juga menyukai