SKRIPSI
Oleh :
ANJELA ARISTA GITAMO
066117246
SKRIPSI
Oleh :
ANJELA ARISTA GITAMO
066117246
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul ”Aktivitas Antibakteri Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare
(Momordica charantia L.) Terhadap Propionibacterium acne “ yang diajukan
sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Farmasi.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung atas kelarnya skripsi ini :
1. Kepada kedua orang tua saya Ayah (Rudi Hartono), Ibu (Sulita Rahmi)
yang selalu mendoakan, mendukung, menjaga, mendidik, dan memberikan
support baik secara moril dan finansial kepada anakmu ini. Karena kalian
berdua, hidup terasa begitu mudah dan penuh kebahagiaan.Terima kasih
karena selalu menjaga saya dalam doa-doa ayah dan ibu, saya percaya
untuk bisa sampai di titik ini tentunya tidak lepas dari do’a kalian berdua.
2. Adik - adik saya tercinta yang telah memberikan do’a, motivasi dan
semangat untuk saya dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga bisa menjadi
motivasi bagi kalian kedepannya saat akan melewati fase ini.
3. Kepada kedua dosen pembimbing saya yaitu Bapak apt. Drs. Almasyhuri,
M.Si dan Ibu Fitria Dewi Sulistiyono, S.Si., M.Si yang telah memberikan
nasehat, arahan, bimbingan serta pengetahuan dan pengalaman yang
sangat berarti bagi saya. Untuk menyelesaikan skripsi ini jelas bukanlah
momen mudah yang harus saya jalani sebagai mahasiswa. Terima kasih
bapak dan ibu karena telah rela meluangkan waktu untuk membimbing
saya mewujudkan semuanya.
4. Sahabat – sahabat saya Iqbal, Dewi, Eci, Ayu, Laras, Nilam, Edwin, Tio,
Novri, Shinta, Deny, Monica, Lidya, Mela, Hani, Dini, Desria, Zakiyah
yang selalu memberikan semangat, bantuan, motivasi, hiburan dan
traktiran selama saya berjuang menyelesaikan skripsi ini. Tanpa hadirnya
kalian perjalanan saya dalam menyelesaikan ini semua pasti akan terasa
sepi dan hampa.
vii
5. Kepada Snowy yang telah setia menemani dan menjadi saksi perjalanan
skripsi saya dari awal sampai akhir, yang selalu menjadi tempat berkeluh
kesah, tempat menangis, dan tempat curhat. Terimakasih karena selalu
ada, dan membuat saya semangat kembali disaat ingin menyerah.
6. Dan tentunya terimakasih untuk diri saya sendiri. Terimakasih sudah
bertahan sampai sejauh ini, terimakasih untuk tetap berjuang walau kadang
ingin menyerah, terimakasih karena sudah percaya dengan apa yang tuhan
kehendaki. Kedepannya tetap lah kuat, masih akan banyak hari esok yang
akan kamu hadapi. Just dont give up, everything its gonna be fine!
Penulis
ix
x
RINGKASAN
SUMMARY
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN SKRIPSI...........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KEASLIAN KARYA TULIS...............................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................v
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................................................vvii
RINGKASAN....................................................................................................vviii
SUMARRY............................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.3 Hipotesis.........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Tumbuhan Pare...............................................................................................4
2.2 Ekstraksi.........................................................................................................5
2.3 Bakteri Propionibacterium acne....................................................................7
2.4 Antibakteri......................................................................................................8
2.5 Uji Aktivitas Antibakteri................................................................................8
2.6 Serum Wajah..................................................................................................9
2.7 Uraian Bahan................................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................14
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................14
xiii
Gambar Halaman
Tabel Halaman
Lampiran Halaman
1. Alur Penelitian.......................................................................................................
41
2. Determinasi Tanaman............................................................................................
43
3. Perhitungan Rendemen Simplisia dan Ekstrak Buah Pare.....................................
44
4. Perhitungan Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Buah Pare......................................
44
5. Perhitungan Kadar Abu Simplisia dan Ekstrak Buah Pare....................................
46
6. Hasil Uji Homogenitas Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare...................................
48
7. Perhitungan Lebar Daya Hambat...........................................................................
49
8. Peralatan Yang Digunakan.....................................................................................
51
9. Hasil Analisis ANOVA .........................................................................................
53
10. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Buah Pare........................................................
55
BAB I
PENDAHULUAN
Buah pare merupakan salah satu tanaman yang secara empiris digunakan
masyarakat indonesia untuk meningkatkan nafsu makan, sakit kuning, pencahar,
serta cacingan dan berdasarkan data ilmiah memiliki khasiat sebagai anti jerawat.
Tanaman ini dapat tumbuh liar atau dibudidayakan sehingga masyarakat dapat
mengkonsumsi buah pare. Senyawa yang terdapat dalam daging buah pare
meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol dan steroid, namun senyawa yang
berperan sebagai antibakteri adalah flavonoid, alkaloid dan saponin (Laianto,
2014) . Selain sebagai antibakteri buah pare juga dilaporkan mempunyai beberapa
aktivitas lain seperti antihelmintik, antibakteri, antidiabetik, antioksidan, antiviral,
dan antitumor (Taylor, 2002).
Salah satu upaya untuk mengembangkan bahan alam agar menjadi sediaan
yang lebih modern dan pastinya lebih praktis untuk digunakan adalah dengan
membuatnya dalam bentuk sediaan serum. Serum merupakan sediaan dengan
konsentrasi zat aktif yang tinggi dan viskositas rendah, yang dapat menghantarkan
film tipis dari bahan aktif pada permukaan kulit (Mardhini et al. 2018). Selain itu
serum sendiri juga mempunyai beberapa keuntungan diantaranya memiliki
konsentrasi bahan aktif yang tinggi sehingga kulit lebih cepat menyerap efeknya,
dan lebih mudah menyebar di permukaan kulit karena viskositasnya yang tidak
terlalu tinggi (Pratiwi & Abdurrab, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Rachmawati et al. (2018),
menyatakan bahwa ekstrak etanol buah pare mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap P. acne secara optimal pada konsentrasi 10% dengan diameter hambatan
rata-rata sebesar 13,6 mm yang termasuk kategori kuat. Penelitian selanjutnya
oleh Thomas et al. (2019) menyatakan bahwa ekstrak buah pare dapat
diformulasikan sebagai gel antijerawat, dimana pada konsentrasi 10% mempunyai
daya hambat sebesar 10 mm terhadap bakteri S. epidermis dan mempunyai daya
hambat sebesar 7,1 mm terhadap bakteri P. acne. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan Laianto (2014), dimana didapatkan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) dari ekstrak etanol buah pare pada konsentrasi 7,5%, dan setelah di
formulasi dalam sediaan gel terbukti memberikan efektivitas antibakteri terhadap
bakteri P.acnes dan S.epidermis dengan nilai zona hambat masing-masing sebesar
3
6,44 mm dan 6mm. Dalam penelitian ini ekstrak buah pare akan diformulasikan
sebagai serum untuk melihat diameter daya hambat terhadap P. acne.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
formulasi sediaan serum yang mengandung esktrak etanol buah pare, serta
mengetahui aktivitas serum ekstrak etanol buah pare terhadap bakteri P.acne.
1.3 Hipotesis
1. Terdapat sediaan serum ekstrak buah pare (Momordica charantia L) yang
baik berdasarkan evaluasi mutu fisik
2. Terdapat formula terbaik sediaan serum ekstrak buah pare (momordica
charantia L) yang dapat menghambat bakteri Propionibacterium acne
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buah pare memiliki nama lain sesuai dengan sebutan dalam masing-masing
bahasa yang digunakan di Indonesia. Contohnya paria (Makassar), popare
(Manado), kepare (Ternate), papare (Halmahera), kambeh (Minangkabau) dan
Paria (Batak Toba). Di beberapa negara buah ini juga memiliki nama sesuai
dengan bahasa yang digunakan. Contohnya kǔguā (Mandarin), pavayka atau
kappayka (Melayu), goya atau nigguri (Jepang) (Subahar, 2004). Di masyarakat
buah pare lebih dikenal dibandingkan dengan tanamannya sendiri. Buah ini
memiliki keunikan, yaitu bentuknya yang berbintil dan rasanya yang pahit.
Namun, dibalik rasa pahitnya itu ternyata buah pare sangat kaya akan khasiat dan
manfaat dalam dunia pengobatan (Widayanti, 2013).
Buah pare mempunyai aktivitas sebagai antibakteri (jagessar et al. 2008). Hal
ini disebabkan karena adanya kandungan flavonoid, alkaloid, dan saponin yang
beperan sebagai antibakteri pada pare (Thomas et al. 2019). Ada tiga jenis
flavonoid pada pare, antara lain kampherol, luteolin, dan quercetin (Agarwal &
Kamal, 2007). Pare juga dilaporkan mempunyai beberapa aktivitas seperti
antihelmintik, antibakteri, antidiabetik, antioksidan, antiviral, antitumor (Taylor,
2002).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan subtansi dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Farmakope Indonesia Edisi III menetapkan
bahwa sebagai penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Senyawa aktif yang
terdapat dalam simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan
cara ekstraksi yang tepat (Kristanti et al. 2008).
Pelarut yang biasa digunakan adalah etanol. Etanol merupakan suatu cairan
mudah menguap yang biasa digunakan sebagai pelarut bagi kebanyakan senyawa
organik. Etanol merupakan pelarut yang bersifat semi polar, yang artinya dapat
melarutkan senyawa polar maupun nonpolar. Itulah sebabnya etanol juga bisa
bercampur dengan air. Kepolaran dari etanol disebabkan karena adanya gugus –
6
itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acne meningkatkan respon inflamasi
melalui aktivasi komplemen. Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah
testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit
yang mudah berjerawat (Jarrett, 2019).
2.4 Antibakteri
Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang mampu membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri khususnya bakteri yang merugikan manusia.
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang
bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal
yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya,
dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal
(KBM) (Kunaepah, 2008).
Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat menjadi bakterisid bila
kadar antibakterinya ditingkatkan melebihi KHM (Wajdi et al. 2017).
Antimikroba umumnya dinyatakan sebagai penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme, dan apabila dimaksudkan untuk kelompok organisme maka
sering digunakan istilah antibakteri untuk bakteri atau antifungi untuk jamur
(Pratiwi, 2008).
berdifusinya zat antibakteri dari titik awal pemberian ke daerah difusi. Pada
metode ini dapat digunakan kertas cakram atau lubang sumuran yang
mengandung zat antibakteri di atas media yang diinkubasi pada suhu dan waktu
tergantung dari bakteri yang dihambat pertumbuhannya. Setelah penginkubasian
didapatkan diameter hambatan jernih sebagai daya antibakteri (Brooks, et al.,
2008).
Kekuatan zat antibakteri bisa digolongkan sesuai dengan lebar diameter zona
hambat. Menurut Wajdi et al., (2017) menyebutkan bahwa besaran daya hambat
senyawa antibakteri adalah <5 mm lemah, 5-10 mm sedang, 10-20 mm kuat, dan
20-30 mm sangat kuat.
2. Metode Dilusi
Pada prinsipnya zat antibakteri diencerkan hingga diperoleh beberapa
konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi antibakteri ditambah
suspensi kuman dalam media, sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi
antibakteri dicampur dengan media agar lalu ditanami bakteri dan diinkubasi pada
suhu dan waktu disesuaikan dengan bakteri uji. Hasil inkubasi dengan kekeruhan
tertipis adalah konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Potensi
antibakteri ditentukan dengan melihat konsentrasi terendah yang dapat
menghambat bakteri (Pratiwi, 2008).
tubuh manusia seperti wajah, bahu, leher dan kelopak mata. Serum juga
dapat digunakan oleh berbagai umur, orang tua maupun anak muda /
remaja (Mardhini et al. 2018).
Natrosol adalah nonionik yang dapat larut dalam eter selulosa non-
ionik, baik larut dalam air dingin dan panas, dengan penebalan, suspensi,
adhesi, emulsifikasi, film formasi, retensi air, koloid pelindung dan
11
2.7.2 Gliserin
Gliserin atau gliserol merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau, viskos,
cairan yang higroskopis, memiliki rasa yang manis, kurang lebih 0,6 kali
manisnya dari sukrosa. Gliserin praktis tidak larut dengan benzene, kloroform,
dan minyak, larut dengan etanol 95%, methanol dan air. Gliserin sebaiknya
disimpan ditempat yang sejuk dan kering, biasa digunakan pada berbagai
formulasi sediaan farmasetika, pada formulasi farmasetika sediaan topikal dan
kosmetik, gliserin utamanya digunakan sebagai humektan dan pelembut. Rentang
gliserin yang digunakan sebagai humektan sebesar ≤30% (Rowe et al. 2009).
2.7.3 Ethoxydyglikol
12
2.7.5 Aquadest
Aquadest memiliki nama lain Aqua, Aqua purificata, Hydrogen Oxide.
Mempunyai rumus molekul C3H8O3 dan berat molekul 92,09. Merupakan cairan
jernih, tidak berwarna, dan tidak berasa. Inkompabilitas dengan metal alkali, dan
13
oksidanya seperti kalsium oksida, dan magnesium oksida, garam anhidrat, bahan
organik dan kalsium karbid. Memiliki titik lebur pada suhu 0ºC. Aquadest
banyak digunakan sebagai bahan baku dan pelarut dalam pengolahan, formulasi
dan pembuatan produk farmasi, bahan aktif farmasi (API) dan intermediet,
reagen nalitis. Nilai spesifik dari aquadest yang digunakan untuk aplikasi
tertentu dalam konsentrasi hingga 100% (Rowe et al. 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
yang menempel (sortasi basah), dicuci dengan air mengalir sampai bersih lalu
ditiriskan. Buah yang telah bersih kemudian dipisahkan dari bijinya lalu
dirajang tipis dengan ketebalan kurang lebih 0,1 cm, kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 50-60°c hingga buah kering. Kemudian simplisia
kering dibersihkan kembali dari kotoran yang mungkin tidak hilang pada saat
pencucian (sortasi kering). Selanjutnya simplisia kering digrinder sehingga
menjadi simplisia serbuk sesuai dengan derajat kehalusan simplisia buah pare
(mesh 40) dan disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat (Depkes RI,
1995)
3.3.3 Pembuatan ekstrak Buah Pare
Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol
96%. Serbuk simplisia sebanyak 500 g dimaserasi dengan pelarut etanol 96%
sebanyak 5L (1:10). Ekstrak direndam selama 6 jam pertama sambil sesekali
diaduk, lalu didiamkan selama 18 jam. Kemudian disaring dan dipisahkan filtrat
dan residunya. Residu hasil maserasi kemudian diremaserasi kembali
menggunakan pelarut etanol 96% dengan perlakuan yang sama. Proses ekstraksi
maserasi dilakukan selama 5x24jam. Hasil filtrat yang diperoleh digabungkan dan
kemudian diuapkan hingga didapatkan ekstrak kental (Depkes RI, 2013)
3.3.4 Karakterisasi Ekstrak Buah Pare
a. Rendemen ekstrak
Hasil ekstrak yang diperoleh dihitung rendemennya dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
bobot esktrak (g)
% Rendemen Ekstrak = ×100 %
bobot serbuk simplisia(g)
b. Organoleptik
Deskripsi organoleptik serbuk dan ekstrak buah pare adalah pengamatan
bentuk, warna, bau, dan rasa ( Depkes RI,2008)
c. Kadar Air
Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode Gravimetri.
Dimasukan ± 2 gram ekstrak dan ditimbang seksama dalam wadah yang telah
ditara. Keringkan pada suhu 105°C selama 5 jam dan ditimbang. Lanjutkan
16
Konsentrasi (%)
Bahan
F0 F1 F2 F3
Ekstrak Buah Pare - 7,5 10 12,5
Natrosol 0,75 0,75 0,75 0,75
Gliserin 10 10 10 10
DMDM hydantoin 0,05 0,05 0,05 0,05
Ethoxydyglikol 2 2 2 2
Aquadest ad 100 100 100 100
c. Pengukuran Viskositas
Sampel diuji viskositasnya dengan menggunakan Viscometer Brookfield.
Sampel yang diuji ditempatkan dalam wadah penampung bahan, wadah diatur
ketinggiannya sehingga spindle terendam. Spindel diatur dengan kecepatan 50
rpm. Viscometer dinyalakan dan dicatat nilai viskositas yang tertera pada alat
(Hasrawati et al., 2020).
d. Pengujian Homogenitas
Sampel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya
butiran kasar (Tranggono,2007).
e. Uji Daya Sebar
Pengujian ini dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 0,5 gram sediaan
kemudian diletakan dalam kaca yang berskala, kemudian bagian atasnya diberi
kaca yang sama lalu diamkan sekitar 1-2 menit. Diameter penyebaran diukur pada
setiap penambahan beban saat sediaan berhenti menyebar (Pertiwi et al., 2019).
3.3.9 Uji aktivitas Antibakteri Sediaan Serum
Uji ini bertujuan untuk mengetahui Lebar Daya Hambat dari sediaan serum
ekstrak buah pare dari setiap formula dengan menggunakan metode difusi cakram.
Masing-masing formula akan dibandingkan dengan aktivitas kontrol positif dan
negatif. Media NA disiapkan, kemudian dicampurkan dengan bakteri yang sudah
diencerkan berdasarkan kekeruhan McFarland, kemudian ditunggu hingga
21
memadat, lalu diletakan kertas cakram yang telah direndam dalam Formula 0
(kontrol negatif) , Formula 1, Formula 2, Formula 3, dan kontrol positif (Scarlet
Whitening Acne Serum). Kemudian di inkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
Setelah itu diamati zona hambat yang terbentuk dengan menggunakan jangka
sorong.
4.4.1 Hasil Penetapan Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Buah Pare
Penetapan kadar air ini bertujuan untuk mengetahui persentase kandungan air
yang masih tertinggal dalam simplisia. Hal ini penting untuk mengatahui batasan
maksimal kandungan air di dalam simplisia, karena jika jumlah air yang
terkandung terlalu tinggi maka akan menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur
yang dapat merusak kualitas simplisia (Depkes RI, 2000). Kadar air yang
diperoleh dari serbuk simplisia buah pare yaitu sebesar 8,05% dan pada ekstrak
buah pare sebesar 7,86%. Kadar air yang diperoleh ini memenuhi persyaratan
kadar air menurut Farmakope Herbal Indonesia ed II (2017) dimana syarat untuk
25
kadar air yaitu tidak lebih 10%. Hasil kadar air dan perhitungan kadar air
simplisia dan ekstrak buah pare dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 4.
Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak buah pare yang diperoleh ini
menunjukan hasil yang sama dengan penelitian Thomas et al. (2019) yaitu
simplisia dan ekstrak buah pare dengan pelarut etanol 96% menunjukan adanya
senyawa golongan alkaloid, flavonoid, dan saponin.
4.8 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare
Evaluasi mutu fisik sediaan serum meliputi uji organoleptik (tekstur, warna,
dan aroma), uji PH, uji viskositas, uji homogenitas, dan uji daya sebar (Pratiwi et
al. 2021).
4.8.1 Uji Organoleptik
Uji organoleptik ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
tekstur, warna, dan aroma dari sediaan serum. Berdasarkan hasil pengujian
organoleptik pada parameter tekstur didapat hasil yang berbeda dikarenakan
semakin tinggi konsentrasi esktrak maka akan semakin kental pula sediaan yang
didapat. Pada parameter aroma didapatkan hasil yang sama pada formula 1,
formula 2 dan formula 3 yaitu sediaan memiliki aroma khas dari esktrak buah
pare. Dan pada formula 0 tidak mempunyai aroma. Pada parameter warna,
didapatkan perbedaan warna dimana semakin tinggi konsentrasi esktrak , maka
warna sediaan menjadi semakin pekat, sedangkan untuk formula 0 tidak
29
mempunyai warna. Hasil uji organoleptik sediaan serum dapat dilihat pada Tabel
6.
Parameter
Formula
Bentuk Warna Aroma
F0 Semi padat Bening Tidak beraroma
F1 Semi padat Coklat Aroma khas buah pare
F2 Semi padat Coklat Aroma khas buah pare
F3 Semi padat Coklat Aroma khas buah pare
Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran
4.8.2 Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui pH dari sediaan yang sudah
dibuat. Menurut Mappa (2013) pengujian pH ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat keasaman sediaan dan menjamin sediaan tidak menyebabkan iritasi pada
kulit. Hasil yang diperoleh dari uji pH serum ekstrak buah pare pada F0 (kontrol
-) memiliki rata-rata nilai pH sebesar 5,3 ; pada F1 memiliki rata-rata pH 4,9 ;
pada F2 memiliki rata-rata pH 4,7 ; pada F3 memiliki rata-rata pH 4,5 dan pada
K+ (sediaan yang beredar di pasaran) memiliki rata-rata nilai pH 5,5. Dimana
hasil nilai pH yang didapatkan masih masuk dalam nilai pH menurut standar (SNI
No. 06-2588) yaitu 4,5-6,5. Dari hasil uji pH tersebut terdapat perbedaan dimana
semakin tinggi konsentrasi esktrak yang digunakan maka nilai pH yang dihasilkan
semakin kecil atau asam. Hasil uji PH sediaan serum dapat dilihat pada Tabel 7.
30
4,523
Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran
et al. 2011). Nilai viskositas yang didapat berdasarkan hasil pengukuran pada
sediaan serum ekstrak buah pare menunjukan F3 memiliki nilai viskositas paling
tinggi dan pada F0 (basis) memiliki nilai viskositas paling rendah. Dari hasil yang
didapat dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi buah pare yang
digunakan maka nilai viskositas akan semakin meningkat. Masing – masing
formula memiliki nilai viskositas yang sesuai dengan persyaratan dimana menurut
Haliza et al. (2020) standar viskositas untuk sediaan serum yaitu 800-3000 cp.
Hasil uji viskositas sediaan serum ekstrak buah pare dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 9. Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare
4.9 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Serum Wajah Ekstrak Buah Pare
Uji aktivitas antibakteri sediaan serum esktrak buah pare dilakukan untuk
mengukur daya hambat sediaan serum esktrak buah pare terhadap bakteri
Propionibacterium acne. Pengujian antibakteri ini menggunakan metode difusi
cakram, dimana Hasil lebar daya hambat dan perhitungan lebar daya hambat yang
didapatkan dapat dilihat pada Tabel 10 dan Lampiran 7.
LDH
Perlakuan Rata – rata ± SD
1 (mm) 2 (mm) 3 (mm)
Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rachmawaty dkk (2018)
dimana menurut penelitiannya ekstrak buah pare terbukti dapat menghambat
bakteri P. acnes. Hasil pengujian LDH dapat dilihat pada Gambar 12. Pada
gambar dapat dilihat bahwa setiap formula memiliki aktivitas antibakteri dengan
menghambat bakteri P. acne, semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah pare yang
digunakan maka semakin besar lebar zona hambat yang terbentuk. Pada formula 1
didapat nilai lebar daya hambat sebesar 2,78 mm, pada formula 2 sebesar 3,63,
pada formula 3 sebesar 4,66 dan pada kontrol positif (Scarlet Whitening Acne
Serum ) sebesar 7,07. Sedangkan untuk basis tidak memiliki zona hambat.
Dimana dari hasil tersebut Formula 1, 2, dan 3 masuk kedalam kategori sedang
dalam menghambat bakteri P. acne dan untuk K(+) termasuk kategori kuat.
Dimana pada K+ (sediaan yang beredar di pasaran) itu mengandung senyawa tea
tree water, salicylic acid dan liquorice. Terbentuknya zona hambat disekitar kertas
cakram ini diduga karena sediaan serum esktrak buah pare mengandung alkaloid,
flavonoid, dan saponin.
34
Gambar 12. Hasil Lebar Daya Hambat Sediaan Serum Ekstrak Buah Pare
Terhadap Bakteri Propionibacterium acne
Keterangan :
F0 = Formula tanpa ekstrak buah pare
F1 = Formula dengan ekstrak buah pare 7,5%
F2 = Formula dengan esktrak buah pare 10%
F3 = Formula dengan esktrak buah pare 12,5%
K+ = Sediaan yang beredar dipasaran
Formula 2 3,633c
Formula 3 4,660d
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat diperoleh kesimpulan yaitu :
1. Dari keempat formula sediaan serum ekstrak buah pare yang dihasilkan telah
memenuhi persyaratan uji mutu fisik sediaan berdasarkan parameter uji
organoleptis, pH, viskositas, homogenitas, dan daya sebar.
2. Formula 3 dengan konsentrasi ekstrak buah pare 12,5% merupakan formula
yang paling baik berdasarkan uji lebar daya hambat pada bakteri
Propionibacterium acne dengan rata-rata zona hambat sebesar 15,32 mm.
5.2 Saran
Beberapa saran dari penulis untuk penelitian ini :
1. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut seperti uji iritasi, uji antioksidan dan uji
stabilitas pada sediaan serum esktrak buah pare (Momordica charantia L.)
2. Perlu ditambahkan pewangi pada formula serum untuk mendapatkan aroma
sediaan yang lebih menarik.
3. Perlu dilakukan penambahan senyawa aktif lain pada formula untuk didapatkan
sediaan serum yang lebih baik
36
4. Perlu dilakukan metode lain dalam pembuatan ekstrak buah pare (Momordica
charantia L.) agar diperoleh aktivitas antibakteri yang lebih tinggi pada bakteri
Propionibacterium acne.
.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, M., & Kamal, R. (2007). Studies on flavonoid production using in vitro
cultures of Momordica charantia L. Indian Journal of Biotechnology. 6.277-
279.
Brooks, G. F., Butel, J. S., & Morse, S. A. (2008). Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23. Alih bahasa: Huriawati Hartanto et al.
Editor edisi bahasa Indonesia: Retna Neary Elferia et al. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 198-200.
Mappa, T., Edy, H. J., & Kojong, N. (2013). Formulasi gel ekstrak daun
sasaladahan (Peperomia pellucida (L.) HBK) dan uji efektivitasnya terhadap
luka bakar pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Pharmacon, 2(2).
Mardhini, Y.D., Yulianti, H., Azhary, P.D., & Rusdiana, T. (2018) ‘Forulasi Dan
Stabiltas Sediaan Serum Dari Ekstrak Kopi Hijau (Coffe Canephora)’,
Indones Nat Res Pharm J, 2(2), Pp. 19–33.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. (1993). Farmasi Fisik: Dasar-dasar
Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmaseutik ed ke-3 Universitas Indonesia. Jakarta
McKane, L., & Kandel, J. (1996). Microbiology: essentials and applications.
McGraw-Hill Science, Engineering & Mathematics.
Mitsui, T. ed., (1997). New cosmetic science. Elsevier.
Pramasanti, (2008) ,Perawatan Jerawat,kesehatan.07x.net, 19 Agustus 2009
Pratiwi, D. And Abdurrab, U. (2021) ‘Kombinasi Kunyit ( Temulawak Domestik )
Ekstrak Rimpang Dan Kolagen Dalam Formulasi Serum Sebagai
Antioksidan’, 4, Pp. 36–42.
Pertiwi, R. D dan Yanti, A. R. (2019). Penuntun Praktikum Formulasi Sediaan
Cair dan Semi Solid. Universitas Esa Unggul: Jakarta
Rachmawati, D. And Asmawati, A. (2018) ‘Uji Aktivitas Ekstrak Buah Pare
(Momordica Charantia L) Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium Acnes’,
Media Farmasi, 14(2), P. 32. Doi: 10.32382/Mf.V14i2.590.
Radji, M. (2010). Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC
40
Susanto, D., Sudrajat & R. Ruga. (2012). Studi Kandungan Bahan Aktif
Tumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) Sebagai Sumber Senyawa
Antibakteri. Mulawarmnan Scientifie. 11 (2): 181-190.
Taylor, L. (2002). Herbal Secrets of the Rainforest, 2nd edition, by Published and
copyrighted by Sage Press, Inc.
Thomas, N. A. Et Al. (2019) ‘Formulasi Dan Uji Efektivitas Gel Ekstrak Buah
Pare (MomordicaCharantia L ) Terhadap Bakteri
Staphylococcusepidermidis Dan Propionibacterium Acnes Penyebab Jerawat
Bakteri Staphylococcus Epidermidis Mikroorganisme Seperti Staphylococcus
Nur Ain Thomas D’, 2(1), Pp. 46–60.
Tranggono, R.I., (2007). BP: Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka
Utama.
Wajdi, S. A., Kasmiyati, S. And Hastuti, S. P. (2017) ‘Uji Aktivitas Antibakteri
Campuran Ekstrak Biji Kelor (Moringa Oleifera) Dan Daun Kersen
(Muntingia Calabura) Terhadap Pseudomonas Aeruginosa Dan Bacillus
Subtilis’, Journal Of Tropical Biodiversity And Biotechnology, 2(1), P. 10.
Doi: 10.22146/Jtbb.13728.
Widayanti, N. (2013). “Karakteristik Membran Selulosa Asetat dengan Variasi
Komposisi Pelarut Aseton dan Asam Format.”. Jember: Jurusan Kimia
Universitas Jember
LAMPIRAN
Buah Pare
42
Determinasi
Sortasi
basah
Pencucian
Perajangan
Pengeringa
n
Sortasi
kering
Perajangan
Simplisia
Ekstraksi dengan
pelarut etanol 96%
menggunakan metode
maserasi
Ekstrak
Serum
Evaluasi sediaan Uji Lebar Daya
Hambat (LDH)
43
Organoleptis
PH
Viskositas
Homogenitas
Daya Sebar
Bobot Rata –
Bobot krus+isi Bobot krus %
Bobot rata
krus sebelum + isi setelah Kadar
simplisia kadar
kosong pemanasan dipanaskan air
air
38,5044 g 38,3476 g
2,0016 g 36,5028 g 7,86%
38,3469 g
7,86%
38,5776 g 38,4216 g
2,0031 g 36,5745 g 7,87%
38,4199 g
Ulangan 1
%Kadar Air =
( krus sebelum pemanasan )−(krus setelah pemanasan)
x 100 %
( krus sebelum pemanasan )−( krus kosong)
46
38,5044−38,3469
= x 100 %
38,5044−36,5028
= 7,86%
Ulangan 2
% Kadar Air =
( krus sebelum pemanasan )−(krus setelah pemanasan)
x 100 %
( krus sebelum pemanasan )−( krus kosong)
38,5776−38,4199
= x 100 %
38,5776−36,5745
= 7,87%
ulangan 1+ ulangan 2
% Rata-rata Kadar Air =
2
7,86 %+7,87 %
=
2
= 7,86%
Bobot Rata –
Bobot krus+isi Bobot krus %
Bobot rata
krus sebelum + isi setelah Kadar
simplisia kadar
kosong pemanasan dipanaskan air
air
38,5846 g 38,4278 g
2,0007 g 36,5839 g 7,86%
38,4273 g
8,05%
38,7946 g 38,6381 g
2,0008 g 36,7938 g 8,25%
38,6376 g
Ulangan 1
%Kadar Air =
( krus sebelum pemanasan )−(krus setelah pemanasan)
x 100 %
( krus sebelum pemanasan )−( krus kosong)
38,5846−38,4273
= x 100 %
38,5846−36,5839
= 7,86%
47
Ulangan 2
%Kadar Air =
( krus sebelum pemanasan )−( krus setelah pemanasan )
x 100 %
( krus sebelum pemanasan )−( krus kosong )
38,7946−38,6376
= x 100 %
38,7946−36,7938
= 8,25%
ulangan 1+ ulangan 2
%Rata-rata Kadar Air = x 100 %
2
7,86 %+8,25 %
=
2
= 8,05%
Bobot krus +
Bobot Bobot krus % Kadar Rata – rata
isi setelah
serbuk kosong abu kadar abu
dipanaskan
Ulangan 1
( krus +isi setelah pemanasan )−( krus kosong )
%Kadar Abu = x 100 %
bobot sampel
36,6514−36,5431
= x 100 %
2,0014
= 5,41%
Ulangan 2
48
ulangan 1+ ulangan 2
%Rata-rata Kadar Abu =
2
5,41% +5,81 %
=
2
= 5,6%
Bobot krus +
Bobot Bobot krus % Kadar Rata – rata
isi setelah
ekstrak kosong abu kadar abu
dipanaskan
Ulangan 1
( krus+isi setelah pemanasan )−( krus kosong )
%Kadar Abu = x 100 %
bobot sampel
39,8430−39,6750
= x 100 %
2,0024
= 7,99%
Ulangan 2
( krus+isi setelah pemanasan )−( krus kosong )
%Kadar Abu = x 100 %
bobot sampel
38,7156−38,5473
= x 100 %
2,0010
49
= 8,41%
ulangan 1+ ulangan 2
%Rata-rata Kadar Abu =
2
7,99 %+8,41 %
=
2
=8,2%
Formula 0 Formula 1
50
Formula 2 Formula 3
1. Formula 1
51
11,53−6
Ulangan 1 =
2
= 2,76
11,60−6
Ulangan 2 =
2
= 2,8
11,56−6
Ulangan 3 =
2
= 2,78
2,76+2,8+2,78
Rata – rata =
2
= 2,78
2. Formula 2
13,10−6
Ulangan 1 =
2
= 3,55
13,21−6
Ulangan 2 =
2
= 3,6
13,50−6
Ulangan 3 =
2
= 3,75
3,55+3,6+3,75
Rata –rata =
2
= 3,63
3. Formula 3
15,36−6
Ulangan 1 =
2
= 4,68
15,28−6
Ulangan 2 =
2
52
= 4,64
15,32−6
Ulangan 3 =
2
= 4,66
4,68+ 4,64+ 4,66
Rata – rata =
2
= 4,66
4. Kontrol +
20,10−6
Ulangan 1 =
2
= 7,05
20,23−6
Ulangan 2 =
2
= 7,11
20,15−6
Ulangan 3 =
2
= 7,07
7,05+7,11+ 7,07
Rata – rata =
2
= 7,07
Pengulangan
Perlakuan Rata – rata
1 (mm) 2 (mm) 3 (mm)
Tanur Autoklaf
hasil
Duncan a,b
Subset
sampel N 1 2 3 4 5
Larutan induk 10% (10 gram ekstrak buah pare dalam 100ml aquadest)
Konsentrasi ekstrak 2,5%
V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 10. 2,5
10 x 2,5
V1 = =2,5 ml
10
Konsentrasi ekstrak 5%
V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 10. 5
10 x 5
V1 = =5 ml
10
Konsentrasi ekstrak 7,5%
V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 10. 7,5
10 x 7,5
V1 = =7,5 ml
10
Konsentrasi esktrak 10%
V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 10. 10
10 x 10
V1 = =10 ml
10
58