Data Preformulasi
A. Zat Aktif
1. Paracetamol (Farmakope Indonesia VI hal. 1359 dan 1361, Martindale
38th, p. 115)
B. Eksipien
1. Laktosa (Farmakope Indonesia IV hal.488-489, Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th, p. 359-360,362, dan 686)
II. Formula
Paracetamol 250 mg
Mucilago amilum 10% qs
Laktosa qs
Amylum 5%
= (100-...) x … g/100
= ... gram
b). Penimbangan
Paracetamol 50
Amilum 5
Laktosa 41,67
IV. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat mucilago amylum dengan cara: amilum dimasukkan sedikit demi sedikit ke
dalam beaker glass yang berisi air panas lalu diaduk ad homogen dan jernih.
3. Ditimbang 50 gram paracetamol, 3,33 gram mucilago amylum, 41,67 gram
laktosa, dan 5 gram amilum.
4. Digerus paracetamol, laktosa, dan amilum didalam lumpang yang berbeda, ad
halus.
5. Dimasukkan paracetamol dan laktosa yang sudah digerus dan juga amilum
kedalam baskom lalu diaduk ad homogen. Ditambahkan mucilago amyli ad
terbentuk massa yang kompak.
6. Diteteskan etanol sedikit demi sedikit ke dalam baskom sampai terbentuk massa
yang kompak, kemudian diayak dengan ayakan mesh no. 12.
7. Lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu 30-40 derajat celcius selama ± 15 menit,
kemudian dilakukan uji evaluasi kadar lembab.
8. Setelah kering kembali dilakukan pengayakan menggunakan ayakan mesh no. 16,
kemudian dilakukan uji evaluasi granul meliputi uji sifat alir, distribusi ukuran
partikel, dan bobot granul.
9. Kemudian granul dimasukkan ke dalam cangkang kapsul no. 0
10. Dilakukan uji evaluasi kapsul, meliputi uji keseragaman bobot dan waktu hancur.
11. Dimasukkan 20 kapsul di dalam setiap botol, diberi etiket dan di serahkan.
V. Uji Evaluasi
A. Evaluasi Granul
1. Sifat Alir
a. Langsung (Lachman hal. 685, Aulton hal. 612)
Alat : Granul Flow Tester
Cara : Ditimbang 25 g granul, ditempatkan pada corong alat uji
waktu alir dalam keadaan tertutup, dibuka penutup dan
dibiarkan granul mengalir dan catat waktu
Syarat : (Aulton hal. 612)
Kecepatan Alir Keterangan
(g/s)
>10 Bebas Mengalir
4-10 Mudah Mengalir
1,6-4 Sukar Mengalir
<1,6 Sangat Sukar Mengalir
Rumus : v = gram/waktu
\
B. Evaluasi Kapsul
1. Keseragaman Bobot (FI Ed.III hal 6)
Alat : timbangan analitik
Cara :
(1) Ditimbang 20 kapsul
(2) Ditimbang kembali kapsul satu persatu.
(3) Dikeluarkan isi semua kapsul, ditimbang bagian seluruh bagian cangkang
kapsul
(4) Dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata isi kapsul
Syarat : perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap
isi kapsul tidak boleh lebih dari yang yang ditetapkan kolomA
dan setiap 2 kapsul tidah lebih dari yang ditetapkan kolom B.
Rumus : % Penyimpangan =
𝑥̅
b. Secara tidak langsung
Bobot (g) h (cm) d (cm) r (cm) Tan α α Sifat alir
2. Kadar lembab
Penimbangan Bobot (gram)
Cawan kosong
Cawan + granul awal
Cawan + granul akhir
Bobot awal granul
Bobot granul setelah kering
3. Bobot Jenis
Bobot granul Volume granul
4. Distribusi Ukuran Partikel
No. Mesh Diameter Mesh rata-rata (cm) Bobot (g) % Bobot % bobot x α
20
20/60
40/60
90/100
100/120
120
𝑥̅
B. Evaluasi Kapsul
1. Keseragaman Bobot
No. Bobot cangkang + isi (g) Bobot isi (g) Bobot cangkang (g) % penyimpangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
2. Waktu Hancur
Kapsul ke- Waktu Hancur (s)
1
2
3
4
5
6
𝑥̅
VII. Pembahasan Formula
1. Pada percobaan ini zat aktif yang digunakan adalah parasetamol karena merupakan
obat analgetik-antipiretik yang banyak diproduksi dan digunakan oleh masyarakat
karena keamannya.
2. Dibuat dalam bentuk sediaan kapsul bertujuan untuk memudahkan pasien dalam
mengkonsumsi obat karena memiliki keunggulan yang baik. Seperti mudah
dikonsumsi, mudah dibawa, obat tidak banyak meninggalkan residu dibanding
sediaan tablet.
3. Metode pembuatan kapsul yang digunakan adalah dengan granulasi basah, hal ini
disebabkan karena parasetamol merupakan bahan dengan karaketristik
kompaktibilitas kurang baik dan sifat alirnya yang buruk. Untuk memperbaiki sifat
alir dan kompaktibilitas maka dalam pembuatan tablet digunakan metode granulasi
basah.
4. Selain zat aktif, kapsul terdiri dari bahan tambahan dengan fungsi yang berbeda
diantaranya bahan pengisi, penghancur, pengikat, pelincir dan pelicin.
5. Laktosa digunakan sebagai pengisi, karena dapat meningkatkan kecepatan disolusi
zat aktif dari sediaan kapsul.
6. Sediaan kapsul ini mengandung mucilago amylum sebagai pengikat. Mucilago
amylum merupakan bahan pengikat yang baik, dapat menghasilkan granul dan
tablet yang mudah hancur dalam tubuh dan bersifat netral serta non reaktif sehingga
dapat digunakan dengan kebanyakan zat aktif.
7. Sediaan kapsul ini mengandung amylum yang digunakan sebagai glidan (pelincir).
Glidan ditambahkan dalam formulasi kapsul untuk membantu granul atau masa
yang akan dimasukan kedalam kapsul tidak terjadi gesekan dan dapat mengalir
dengan baik.
VIII. Brosur, Kemasan dan Etiket
A. Brosur
B. Kemasan
C. Etiket
IX. Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2020. Farmakope Indonesia
Edisi VI. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,
h.1359 dan 1361.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2014. Farmakope Indonesia
Edisi V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,
h.1641.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta:Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,
h.488-489.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia
Edisi III. Jakarta:Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, h.6.
5. Brayfield, A., 2014. Martindale The Complete Drug Reference 38th
Edition. Pharmaceutical Press, London, p.115.
6. Rowe RC, Sheskey PJ, dan Quinn ME. Handbook of Pharmaceutical
Exipients. 6th ed. London: the Pharmaceutical Press, 2009, p.359-360,
362,685-686, 688-689.
X. Lampiran