Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI

SEDIAAN STERIL
“FORMULA SEDIAAN INJEKSI AMFOTERISIN B”

1. Indarwati (2017210105)
2. Dwi Aprizalia (2019210134) 8. Safina Huda (2019210143)
3. Jessica Fredly (2019210135) 9. Marina Ester (2019210144)
4. Nafka Yola Novelia (2019210136) 10. Jeanita Harvianti (2019210145)
5. Fenny Aprilia Mahmud (2019210137) 11. Arini Amalia Putri (2019210147)
6. Intan Apriliani Hasan (2019210138) 12. Anggi Devina K. (2019210148)
7. Alfianita (2019210141) 13. Sergi Adies F. (2019210149)
TEORI SINGKAT
Injeksi adalah sediaan yang ditujukan untuk pemberian
parenteral, dapat dikonstitusi atau diencerkan dahulu menjadi
sediaan sebelum digunakan.
Persyaratan utama dari larutan yang diberikan secara parenteral
ialah kejernihan. Sediaan itu harus jernih berkilauan dan bebas
dari semua zat zat khusus yaitu semua yang bergerak, senyawa
yang tidak larut, dan yang tanpa disengaja.
Amfoterisin B secara umum adalah sebagai antifungi yang bekerja dengan mengikat ergosterol
jamur. Mekanisme kerja amphotericin B adalah dengan mengikat ergosterol, membentuk dan
mengubah permeabilitas sel, serta menyebabkan pembentukan saluran ion. Hal ini menyebabkan
hilangnya proton dan kation monovalen, yang menghasilkan depolarisasi dan kematian sel sesuai
tingkat konsentrasi. Selain itu, amphotericin B memiliki efek stimulasi pada sel fagosit yang juga
membantu mekanisme kerja amphotericin B. Namun, amphotericin B juga memiliki paparan yang
relatif tinggi terhadap sel ginjal dan dapat menyebabkan nefrotoksisitas. (Hamill RJ, 2013)
Kelebihan amfoterin B yang diberikan secara Intravena ataupun
intramuscular adalah untuk mencapai efek terapeutik ke tempat target
secara cepat dan juga tepat ditambah absorsi total memungkinkan
dosis obat amfoterin B lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan,
penggunaan secara intravena dan intramuscular juga mengurangi efek
samping terhadap kerusakan ginjal. (Martindale, 526)
PREFORMULASI
ZAT AKTIF 
1. Amfoterisin B 
a. Sifat kimia:
       -Rumus molekul: C47H73NO17

           - Pemerian: Serbuk, kuning sampai jingga; tidak berbau atau praktis tidak berbau.
       -Kelarutan: Tidak larut dalam air, dalam etanol mutlak, dalam eter, dalam benzen,
dan dalam toluen; larut dalam dimetilformamida, dalam dimetilsulfoksida dan
dalam propilen glikol; sukar larut dalam methanol 
        -pH: Antara 7,2 dan 8,0 (Farmakope Indonesia VI hal 103-105)
         -Incompatibility: Amfoterisin B, umumnya disarankan untuk tidak dicampurkan
dengan obat lain. Sebagian besar incompatibility adalah
disebabkan oleh pengendapan amfoterisin B karena perubahan
dalam pH atau dengan gangguan suspensi koloid (martindale 38th, p.569)
b. Khasiat : Sebagai antijamur berspektrum lebar yang bersifat fungisidal dapat
digunakan sebagai obat pilihan untuk hampir semua infeksi jamur yang mengancam
kehidupan
(Farmakologi dan terapi. Hal 581)

c. Dosiis : Injeksi: 50 mg, Serbuk injeksi: 50 mg/vial (Formularium Spesialistik Ilmu


Kesehatan Anak, hal: 9)

d. Cara sterilisasi :Dengan autoklaf (PIONAS)

e. Cara penggunaan : 
1. Dianjurkan untuk memberikan dosis percobaan sebelum infus amfoterisin dan
pasien diamati selama kira-kira 30 menit. Antipiretik dan kortikosteroid sebagai
profilaksis hanya diberikan pada pasien dengan riwayat reaksi obat sebelumnya,
sedangkan amfoterisin harus diberikan.
2. Biasanya diperlukan terapi jangka panjang. Jika terputus lebih dari 7 hari, ulangi lagi
dengan dosis 250 mcg/kg bb/hari dan dinaikkan pelan-pelan. Mikosis sistemik berat
dan atau deep mycosis: terapi dapat dimulai dengan dosis harian 1,0 mg/kg bb berat badan.
Dosis dapat ditingkatkan jika dibutuhkan menjadi dosis yang direkomendasikan yaitu 3,0
- 4,0 mg/kg bb. Dosis sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing pasien (PIONAS).
EKSIPIEN
1.Air steril untuk injeksi
a. Sifat kimia:
        -Pemerian: Cairan, jernih, tidak berwarna; tidak berbau 
        -Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastik, tidak lebih
besar dari 1 liter. Wadah kaca sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II. (Farmakope Indonesia IV,
hal 112-113)
         -Stabilitas: Air secara kimiawi stabil di semua
keadaan fisik (Handbook of Pharmaceutical Excipent, p.766)

b. fungsi zat : Pelarut  (Handbook  of Pharmaceutical Excipent, p.766)

c. Alasan pemilihan bahan : Sebagai zat pembawa injeksi (FI IV Hal 112-113), sebagai pelarut dan
penambah juga untuk sediaan parental.
2. Propilen Glikol
a. Sifat Fisika dan Kimia :
        -Pemerian: Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap
air pada udara lembab 
        -Kelarutan : Dapat bercampur dengan air (FI V hal 1070).
         -Stabilitas : Pada ruang sejuk, propilenglikol stabil pada wadah yang tertutup
rapat. propilenglikol stabil secara kimia ketika dicampur dengan alkohol (95%, glicerin dan
air) (Handbook of Pharmacetical excipients, p.592)
         -Berat Jenis : 1,036 (Handbook of Pharmacetical excipients, p.592)
         -OTT: Pottasium permanganat (Handbook of Pharmaceutical  excipients, p.592)

b. Fungsi zat :  Pelarut  (Handbook of Pharmaceutical Excipent, p.766)

c. Alasan pemilihan bahan : Sebagai zat pembawa injeksi (FI IV Hal 112-113)


3. Glukosa

a. Sifat fisika kimia


- Pemerian: tidak berwarna, tidak berbau dan cairan manis kental
- Kelarutan : mudah tercampur dengan air
- Stabilitas : suhu tinggi dapat menyebabkan perubahan warna
- Konsentrasi : 20-60 % (Handbook of Pharmacetical excipients, p.282)
- OTT : dengan oksidator kuat
- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk dan kering
b. Fungsi zat : Zat pembawa berair
c. Alasan pemilihan bahan : Sebagai zat penambah atau pengencer sampai konsentrasi
akhir yang di inginkan tercapai (martindale 36th, p.523)
FORMULA

FORMULA JADI FORMULA RUJUKAN


FORMULA RUJUKAN
1. Formula 1 (HOPMF vol.6)
Amphotericin B 10 mg
Sodium desoxycholate 8,2 mg
Monobasic sodium phosphate 4,04 mg
Sodium hydroxide qs
Water for injection qs

2. Formula 2 (FORNAS, 131)


Amfoterisin B 5 mg
Propilen glikol 10%
Aqua Pro Injectione ad 1 ml

3. Formula 3 (Martindale, 523)


Amfoterisin B 2%
Air steril injeksi qs
Glukosa 5%
FORMULA JADI

Formula 3 (Martindale, 523)


Amfoterisin B 2%
Air steril injeksi qs
Glukosa 5%
ALASAN PEMILIHAN BAHAN

1. Ampoterisin B berfungsi sebagai antijamur berspektrum lebar


yang bersifat fungisidal dapat digunakan sebagai obat pilihan untuk
hamper semua infeksi jamur yang mengancam kehidupan.
2. Digunakan aqua steril pro injeksi dikarenakan aqua steril pro
injeksi merupakan air yang digunakan untuk obat suntuk yang telah
disterilkan sehingga saat sediaan diinjeksikan tidak memicu
kekebalan tubuh dan menyebabkan terjadinya demam.
3. Penambahan propilen glikol ialah berguna sebagai pelarut, karena
amfoterisin b tidak larut dalam air maka akan larut dalam propilen
glikol.
Dibuat 10 ml ampul @5ml
PERHIITUNGAN
1. Total volume yang dibuat
Keterangan:
n = jumlah ampul yang dibuat
5 = jumlah ampul cadangan
V = volume ampul 2 x 3 = volume lebih untuk pembilasan
Volume ampul: 5 mL + 0,30 mL = 5,30 mL (kelebihan volume setiap ampul menurut
FI Edisi V hal. 1570 = 0,30mL)
Total volume injeksi = [(n + 2)v + (5 × 3)]mL
= [(10 + 2)5,30 + (5 × 3)] mL
= 78,6 mL
2. Ampoterisin B = 2% x 78,6 ml = 1,572mg = 0,0015g
3. Propilen glikol = 10% x 78,6 ml = 8,1 mg = 0,0081 g
4. Glukosa = 5% x 78,6 ml = 3,93 mg=0,0039 g
4. Aqua pro injeksi = ad 78,6 mL
PENIMBANGAN

Formula Bobot teori Bobot praktek

Amphotericin B 0,0051 g

Propilen Glikol 0,0081 g

Glukosa 0,0039 g

Aqua pro injeksi Ad 78,6 mL


ALAT DAN CARA STERILISASI
A. Alat 7. Kertas saring
1. Penjepit besi 8. Corong
2. Ampul 9. Autoklaf
3. Kaca arloji 10. Batang pengaduk
4. Erlenmeyer 11. Rotary sealing ampule
5. Spatula 12. Oven
6. Gelas piala 13. Pinset

B. Bahan
1. Amfoterisin B
2. Propilen glikol
3. Aqua Pro Injectione
CARA STERILISASI
no Alat dan Bahan Cara Sterilisasi Daftar Pustaka

1 Water for injection Didestilasi aqua p.i Farmakope


Indonesia Ed. VI
h.71

2 Beaker, corong, Dipanaskan dalam oven Farmakope


erlenmeyer, ampul, pipet suhu 1500C selama 1 jam Indonesia E.VI
tetes h.1831

3 Gelas ukur, kertas saring Diauokaf pada suhu 121oC


selama 15 menit

4 Batang pengaduk, Direndam dengan alkohol


spatula, pinset, kaca selama 30 meni
arloji, pipet penjepi besi,
karet pipet tetes

5 Sterilisasi sediaan Diautoklaf pada suhu 1210C Farmakope


selama 15 menit Indonesia Ed.VI
h.1835
CARA PEMBUATAN

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Dicuci alat dan disterilkan alat
a. Beaker, corong, Erlenmeyer, pipet tetes, ampul (disterilisasi dengan
oven, 1500C selama 1 jam )
b. Gelas ukur dan kertas saring (disterilisasi dengan otoklaf, 1210C selama
15 menit)
c. Batang pengaduk , spatula, kaca arloji , penjepit besi (disterilisasi
dengan cara direndam dalam alkohol 96% selama 30 menit).
3. Dilakukan kalibrasi pada beaker glass 20 mL dan diberi tanda.
4. Dilakukan pembuatan aqua pi sebanyak 1 mL dengan cara aquadest
dididihkan selama 30 menit kemudian saring.
5. Ditimbang bahan-bahan yang akan digunakan.(Amfoterisin B 5 mg)
6. Dibuat pelarut campur yang terdiri dari propilen glikol, aqua pi dan glukosa.
Selanjutnya dilarutkan Amfoterisin B ke dalam sebagian pelarut campur.
7. Sebelum ditambahkan dengan sisa pelarut campur, di cek pH ( 8,5-10,5). Bila
pH sudah mencapai target, ditambahkan seluruh pelarut campur.
8. Disaring larutan dengan menggunakan filter membrane (dispensasi
menggunakan kertas saring basah steril sebanyak dua kali penyaringan)
9. Dimasukkan larutan obat ke 10 dalam ampul masing-masing sebanyak 5 mL.
10. Dilakukan uji evaluasi IPC (Uji kejernihan, uji pH, uji keseragaman
volume)
11. Ampul ditutup menggunalkan rotary sealing ampul
12. Dibungkus dengan alumunium foil, dipanaskan di autoklaf 1210 C 15 menit
13. Dilakukan uji evaluasi QC (Uji kejernihan, uji keseragaman volume, uji
sterilitas, uji kebocoran dan uji penetapan kadar)
14. Diberi etiket dan dimasukkan dalam kemasan
EVALUASI

IPC QC
IPC
1. Uji Kejernihan (Lachman, 1994 : 1356)
Pemeriksaan visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh seseorang yang
memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap
refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
Syarat : USP menyatakan bahwa semua wadah diperiksa secara visual dan bahwa tiap bahwa tiap
partikel yang terlihat harus lihat harus dibuang atau harus dibuang atau harus jernih. Batas 50
partikel 10 µm dan lebih besar, 5 partikel 25 µm dan lebih besar per milliliter.

2. Uji pH (Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 : 1039)


Harga pH diukur dengan alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan
sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,002 unit pH menggunakan
elektroda indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda
pembanding yang sesuai seperti elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida. ( dispensasi
menggunakan indicator universal)
Syarat : pH harus mendekati pH zat aktif dan zat aditifnya (8 - 10)
3. Uji Keseragaman Volume (Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 : 1044)
Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume lebih
dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang.
Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali
volume yang volume yang akan diukur dan dilengkapi dan dilengkapi dengan jarum suntik
nomor 21, panjang panjang tidak kurang dari 2,5 cm. Keluarkan gelembung gelembung
udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa
mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah
dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurangkurangnya 40% volume dari
kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung,
bukan yang volume yang ditampung, bukan yang dituang). dituang). Syarat : Volume yang di
ukur memenuhi sekurang – kurangnya 40% volume dari kapasitas yang tertera ( garis – garis
petunjuk volume gela ukur menunjukan volume yang ditampung, bukan yang dituang ).
QC

1. Uji Kejernihan(Lachman, 1994 : 1356)


Pemeriksaan visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh seseorang yang
memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap
refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
Syarat : USP menyatakan bahwa semua wadah diperiksa secara visual dan bahwa tiap bahwa tiap
partikel yang ter partikel yang terlihat harus dibuang atau harus jernih. Batas 50 partikel 10 µm
dan lebih besar, 5 partikel ≥ 25 µm/ml.

2. Uji Kebocoran (Lachman Edisi III hal.1354 ) Wadah-wadah takaran tunggal diletakkan
terbalik,jika terdapat cairan yang keluar,berarti terjadi kebocoran saat proses
pengerjaan(penyolderan tutup ampul).
Syarat : Botol tertutup sempurna dan tidak menghasilkan tekanan negatif dalam ampul, biasanya
dalam ampul, biasanya dalam ruang vakum dalam ruang vakum yang dibenamkan yang
dibenamkan dalam larutan yang dalam larutan yang diberi zat warna
3. Uji Keseragaman Volume (Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 : 1044)
Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume lebih
dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang.
Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali
volume yang volume yang akan diukur dan dilengkapi dan dilengkapi dengan jarum suntik
nomor 21, panjang panjang tidak kurang dari 2,5 cm. Keluarkan gelembung gelembung
udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa
mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah
dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurangkurangnya 40% volume dari
kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung,
bukan yang volume yang ditampung, bukan yang dituang). dituang). Syarat : Volume yang di
ukur memenuhi sekurang – kurangnya 40% volume dari kapasitas yang tertera ( garis – garis
petunjuk volume gela ukur menunjukan volume yang ditampung, bukan yang dituang ).
4. Uji pH (Farmakope Indonesia edisi IV,1995 : 1039)
Harga pH diukur dengan alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan
sebagaimana mestinya, dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH
kur harga pH sampai 0,002 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap
aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti
elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida.( dispensasi menggunakan indikator
universal).
Syarat : pH harus mendekati pH zat aktif dan zat aditifnya (8 - 10)
5. Uji Penetapan Kadar (Farmakope IndonesiaI Edisi V hal 105)
a. Lautan uji 1 (Dalam wadah dosis tunggal) Larutkan sesuai dengan yang tertera
pada etiket. Keluarkan seluruh isi menggunakan jarum suntik sesuai. Encerkan
secara kuantitatif dan bertahap dengan dimetil sulfoksida P hingga kadar lebih
kurang 20 µg amfoterisin B per ml.

b. Larutan uji 2 (Jika etiket mencantumkan jumlah amfoterisin B dalam volume


larutan terkonstitusi). Larutkan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Ukur
saksama sejumlah volume yang dikeluarkan menggunakan jarum suntik yang
sesuai, encerkan, secara kuantitatif dan bertahap dengan dimetil sulfoksida P hingga
kadar lebih kurang 20 µg amfoterisin B per ml.

c. Prosedur lakukan penetapan seperti tertera pada penetapan seperti Penetapan


Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi menggunakan volume Larutan uji yang diukur
saksama, encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan Dapar nomor 10 untuk
mendapatkan Enceran larutan uji yang mempunyai kadar setara dengan aras dosis
tengah baku.
6. Uji Sterilitas (Farmakope Indonesia Edisi V hal 1359) (Dispensasi)
Menggunakan teknik penyaringan membran :
a. Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol tutup botol dengan
bahan dekontam bahan dekontaminasi yang sesuai, ambil isi secara
aseptik.
b. Pindahkan secara aseptik seluruh isi hkan secara aseptik seluruh isi
tidak kurang dari 1 tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring
dari 2 rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui
penyaring dengan bantuan pompa vakum/tekanan.
c. Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong
menjadi setengah bagian (jika hanya menggunakan satu). Celupkan
membran atau setengah bagian membran ke dalam 100 mL media
inkubasi selama tidak kurang dari 7 hari.
d. Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas. Syarat : Steril (dispensasi tidak
dilakukan)
RANCANGAN KEMASAN

DKL2177581843A
1
ETIKET

Komposisi :
Aturan Pakai :
Mengandung Amfoterisin B 50mg/mL
1 mg selama 20-30 menit dilanjutkan
 
Amfoterisin B dengan 250 mcg/kg bb/hari
Indikasi :
 
Pengobatan infesik jamur atau antifungi AMOTERIN® Penyimpanan :
isi : 10 ampul @5mL Simpan pada suhu 2-8 C dan
No. Reg. : DKL 19100011143 A1   terlindung dari cahaya
No.Batch : K1209024 Tiap ampul mengandung 50mg/mL
MFG Date : Januari 2021 Netto : 5 ml KETERANGAN LEBIH LENGKAP
Exp Date : Januari 2023   LIHAT BROSUR
  Diproduksi oleh :
  PT. FARMACAHAYA HARUS DENGAN RESEP
 
  JAKARTA-INDONESIA DOKTER
 
 
 
 
BROSUR

DKL2177581843A
1
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai