Anda di halaman 1dari 19

Nama : Widya Hidayati

Npm : 180301034

Kelas : 4A

1. Zat tambahan pada sediaan setengah padat pada salep

Zat tambahan

Eksipien adalah zat tambahan yang tidak punya efek terapi dalam sediaan farmasi.Sediaan
farmas yang dimaksudkan disini adalah sediaan obat, kosmetik, dan obat tradisional/obat bahan
alami.Secara umum eksipien dapat dibedakan berdasarkan bentuk sediaannya, sediaan padat,
cair, dan setengah padat.Selain dari itu dibedakan pula eksipien utama dan pembantu seperti
penambah rasa, warna, dan bahan stabil.

A. salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh
berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk pemakaian pada
kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari substansi
berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif
tinggi (Anief, 1994).
Macam-macam penggunaan salep.

 Antipruritik
menghilangkan gata-gatal
menthol 0.25%, Fenol 0.5%, Chamfor 2%
 Keratolitik
melunakan lapisan tanduk
Asam salisilat 4-10%, Resorsinol 2-4%, sulfur 4-10%
 Emollient

Melunakan permukaan kulit

Minyak-minyak mineral, cold cream


 Protektif
Melindungi klit dari kelembaban udara dan zat-zat kimia
Zinc oxide ointment, silicone ointment
 Anti parasitik
Salep sulfur, benzyl benzoate 10-30%

Menurut daya penetrasinya

1. Salep Epidermik, daya penetrasinya sedikit sekali, sebagai dasar salep yang digunakan
biasanya basis-basis berminyak, basis-basis hidrokarbon.
2. Salep Diadermik, daya penetrasinya dapat menembus kulit dan memberikan absorbsi
sistemik, dimana daya penetrasinya besar sekali. Basis yang digunakan biasanya basis
larut air atau emulsi bases
3. Salep Endodermik, memiliki daya penetrasi terhadap kulit, basisnya biasanya lanolin,
campuran adeps lanae dengan aqua, minyak tumbuh-tumbuhan

Macam-macam Basis/ dasar Salep

1. Berlemak/ hidrokarbon
Tidak larut dalam air
Contoh Vaselin album dan vaselin flavum
 Vaselin album merupakan campuran hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan ,
diperoleh dari minyak mineral .Pemerian massa lunak , lengket , bening ,
putih.Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95% , larut dalam
klorofom dan eter.Khasiat dan penggunaan untuk zat tambahan
 Vaselin flavum
Merupakan campuran hidrokarbon setengah padatdiperoleh dari minyak mineral
Khasiat dan penggunaan untuk zat tambahan.
 Cera alba
Malam putih dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari sarang lebah.Pemerian
zat padat , lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah.Kelarutan praktis tidak
larut dalam air agak sukar larut dalam etanol.Khasiat untuk zat tambahan
 Cera flava
Malam yang diperoleh dari sarang lebah , mengandung lebih kurang 70% ester, asam bebas,
hidrokarbon , ester kolesterol, dan zat warna. Pemerian zat padat coklat kekuningan bau
enak seperti madu , agak rapuh jika dingin, menjadi elastik jika hangat.
2. Salep Serap

Suka air, tidak larut dalam air, sukar dicuci dengan air

Contoh Adeps lanae / lemak bulu domba merupakan zat serupa lemak yang
dimurnikan.Pemerian zat serupa lemak , liat, lengket, kuning muda.Kelarutan praktis tidak larut
dalam air, agak sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam klorofom. Digunakan untuk zat
tambahan

3. Salep Emulsi (O/W)


Berair,Suka air,Tidak larut air,Mudah dicuci dengan air,Merupakan emulsi.

ContohHydrophilic ointment, Vanishing cream

4. Larut Air

Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air.
Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat
atau malam.Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.

Contoh PEG, Tragacanth

BAHAN TAMBAHAN SALEP

 Preservativ
 Softener
 Thickening agent
 Levigating agent
 Antioksidan
 Enhancer
 Humectant
1. Preservatif

Preservatif/ pengawet ditambahkan pada sediaan semipadat untuk mencegah kontaminasi,


perusakan dan pembusukan oleh bakteri atau fungi karena banyak basis salep yang
merupakan substrat mikroorganisme. Pemilihan bahan pengawet harus memperhatikan
stabilitasnya terhadap komponen bahan yang ada dan terhadap wadah serta pengaruhnya
terhadap kulit dan aplikasi .

Sifat preservatif yang ideal: Efektif pada konsentrasi rendah ,Larut pada konsentrasi yang
diperlukan, Tidak toksik , Tidak mengiritasi pada konsentrasi yang digunakan , Kompatibel
dengan komponen bahan dalam formulasi (tdk membentuk komplek) dan dengan wadah
(absorbsi) , tidak berbau dan berwarna ,stabil pada spektrum yang luas , Koefisien partisi baik
dalam fase air maupun minyakkarena preservasi dibutuhkan pada kedua fase

contoh pengawet yang digunakan: senyawa-senyawa amonium kuarterner ( cetiltrimetil


amonium bromida) , senyawa-senyawa merkuri organik (thimerosal) , formaldehid, asam
sorbit/kalium sorbat, asam benzoat/ natrium benzoat, paraben (metil/propil), dan alkohol-
alkohol.

2. Softener Contoh parafin cair

3. Stiffener/ thickening agent (bahan pengental)

Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang lebih kental ( meningkatkan viskositas )
sehingga diharapkan akan lebih baik daya lekatnya. Bahan-bahan yang umum ditambahkan
sebagai pengental yaitu polimer hidrifilik, baik yang berasal dari alam ( natural polimer ) seperti
agar, selulosa, tragakan, pektin, natrium alginat; polimer semisintetik seperti metil selulosa,
hidroksi etil selulosa, dan CMC Na; serta polimer sintetik seperti karbopol ( karbomer,
karboksipolimetilen)

4. Levigating agent

Levigating agent digunakan untuk membasahi serbuk dan menggabungkan serbuk yang telah
terbasahi dengan basis salep. Contoh minyak mineral

5.Antioksidan
Antioksidan ditambahkan ke dalam salep bila diperkirakan terjadi kerusakan basis karena
terjadinya oksidasi, pemilihannya tergantung pada beberapa faktor seperti toksisitas, potensi,
kompatibel, bau, kelarutan, stabilitas dan iritasi.Sering kali digunakan dua antioksidan untuk
mendapatkan efek sinergis. Contoh antioksidan yang sering ditambahkan: Butylated
Hydroxyanisole ( BHA ), Butylated Hydroxytoluene (BHT), Propyl gallate, dan
Nordihydroguaiaretic acid ( NCGA)

6. Surfaktan

Surfaktan dibutuhkan sebagai emulsifying untuk membentuk sistem o/w atau w/o, sebagai bahan
pengsuspensi, thickening, cleansing, penambah kelarutan, pembasah dan bahan pemflokulasi.
Surfaktan yang biasa digunakan yaitu surfaktan nonionik ( contoh ester polioksietilen), kationik (
benzalkonium klorida) atau anionik (contoh natrium dodesil sulfat).

7. Humectant

Material-material seperti gliserin, propilen glikol, polietileni glikol BM rendah, dan sorbitol
mempunyai tendensi berikatan dengan air, sehingga dapat mencegah hilangnya air dari,
penyusutan wadah ( shrinkage ) air dari produk / sediaan. Senyawa-senyawa ini dapat juga
berfungsi untuk memudahkan aplikasi sediaan pada kulit, melunakkan/melembutkan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1994. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Lieberman, H., A., Coben, L., J., Sediaan Semisolid, dalam Lachman, L., Lieberman, H., A.,
Kanig, J., L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri III, UI-Press

Tim Farmakope.1979. Farmakope Indonesia III.Jakarta :Departemen Kesehatan Republik


Indonesia

Tim Farmakope .1996. Farmakope Indonesia IV. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik


Indonesia
2. ANALISIS JURNAL

Oleh : Widya Hidayati

NPM : 180301034

Indentitas jurnal

1. Judul jurnal : pembuatan sabun dengan lidah buaya (aloe vera) sebagai antiseptik alami.

2. peneliti : Arwinda Gusviputri1), Njoo Meliana P. S.1), Aylianawati2), Nani Indraswati2)

3. Tahun penerbit : 2013

4. volume /nomor /halaman : Vol. 12, No. 1, hal. (11-21)

Abstrak Jurnal

5. jumlah paragraf : 2 paragraf

6. halaman : setengah halaman

7. uraian abstrak : Abstrak di sajikan dalam bahasa Indonesia. Di dalam abstrak mengemukakan
tujuan dilakukan penelitian.

8.Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi proses terbaik
menggunakan minyak kelapa dan minyak jagung; variasi jumlah NaOH; dan variasi jumlah lidah
buaya yang menghasilkan sabun dengan daya antiseptik terbaik untuk kemudian dibuat menjadi
sabun kertas.

10. keyword jurnal : lidah buaya, sabun kertas, saponin, bakteri

. Metode penelitian : Bahan yang digunakan untuk membuat sabun adalah minyak kelapa dan
minyak jagung yang dibeli di salah satu supermarket di Surabaya, NaOH yang didapatkan dari
toko bahan kimia di daerah Surabaya serta aloe vera yang ditanam di daerah Kalijudan,
Surabaya. Untuk penentuan alkali bebas, bahanbahan yang digunakan antara lain sampel sabun
yang telah dibuat, larutan KOH alkoholis 0,1N, indikator fenolftalein, larutan H2SO4 1N. Untuk
penentuan jumlah bakteri, bahan yang digunakan adalah nutrient agar (NA) dan sampel sabun
yang telah dibuat.

11. Prosedur penelitian : Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu 1) pengambilan gel lidah
buaya, 2) pembuatan sabun .

12. Hasil penelitian dan pembahasan

1. Gambar I. Pengaruh Jenis Minyak, Jumlah NaOH dan Volume Lidah Buaya Terhadap Kadar
Alkali Bebas.

Dari hasil penelitian di atas, bila ditinjau dari jumlah lidah buaya, didapatkan bahwa baik untuk
minyak kelapa maupun minyak jagung mengalami penurunan kadar alkali bebas seiring dengan
bertambahnya jumlah lidah buaya dalam sabun. Hal ini disebabkan karena lidah buaya yang
memiliki pH sekitar 3,5 karena ditambahkan asam sitrat pada proses persiapan, sehingga ada
sebagian NaOH yang menetralkan asam sitrat serta senyawa asam dalam lidah buaya, seperti
asam salisilat, sehingga menurunkan kadar alkali bebas. Jadi dapat dilihat bahwa sabun dengan
jumlah lidah buaya 5 mL memiliki kadar alkali bebas paling besar dan sabun dengan jumlah
lidah buaya 20 mL memiliki kadar alkali bebas paling kecil.
2. Gambar II. Pengaruh Jenis Minyak, Jumlah NaOH dan Jumlah Lidah Buaya Terhadap Jumlah
Bakteri.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah bakteri pada tangan menurun setelah diolesi
dengan lidah buaya. Hal ini membuktikan bahwa lidah buaya memiliki kemampuan antiseptik,
sehingga lidah buaya dapat digunakan sebagai pengganti triclosan dalam pembuatan sabun.

uji menunjukkan jumlah bakteri semakin sedikit. Dapat dilihat pada Gambar II, sabun dengan
jumlah lidah buaya 20 mL memiliki jumlah bakteri paling sedikit. Hal ini disebabkan karena gel
lidah buaya memiliki kemampuan antiseptik. Dari seluruh variasi sabun yang telah diuji, sabun
yang sesuai dengan standar dan memiliki kemampuan antiseptik tertinggi adalah sabun dari
minyak kelapa dengan jumlah NaOH 8 gram dan 20 mL lidah buaya. Apabila sabun ini
dibandingkan dengan hasil uji bakteri dengan tangan yang diolesi lidah buaya saja, didapatkan
hasil sebagaimana disajikan pada Tabel 4 berikut:
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan antiseptik lidah buaya lebih baik apabila
diolah menjadi sabun. Hal ini disebabkan karena sabun memiliki rantai karbon yang bersifat
lipofilik dan hidrofilik.

13. KESIMPULAN

1. a. Minyak dengan bilangan penyabunan yang besar menghasilkan pH dan alkali bebas yang
kecil. Jumlah NaOH dan aloe vera yang semakin banyak, pH dan kadar alkali bebas akan
semakin tinggi;

b. Minyak dengan kandungan asam lemak jenuh lebih tinggi akan menghasilkan sabun dengan
kekerasan lebih tinggi dibandingkan sabun dari minyak dengan kandungan asam lemak jenuh
rendah. Semakin banyak jumlah NaOH, akan semakin tinggi kekerasan sabun. Sedangkan untuk
jumlah lidah buaya tidak mempengaruhi kekerasan sabun.

c. Minyak dengan waktu saponifikasi tinggi akan menghasilkan sabun dengan kemampuan
antibakteri rendah. Semakin banyak NaOH kemampuan antibakteri akan semakin menurun.
Selain itu, semakin banyak jumlah lidah buaya kemampuan antibakteri akan semakin tinggi.

2. Sabun dengan kemampuan antiseptik terbaik yang memiliki kadar alkali bebas kurang
daripada 0,22% adalah sabun dari minyak kelapa, jumlah NaOH 8 gram, dan jumlah lidah buaya
20 mL.
DAFTAR PUSTAKA

[1] The Alliance for the Prudent Use of Antibiotics (APUA), Triclosan, Boston, 2011

[2] White, D.I.R., dkk, Triclosan, Hlm. 5, Scientific Committee on Consumer Products, 2006

[3] Dooley, E.E., Too Clean for Comfort, in Environews Forum, Hlm. 18, Environmental Health
Perspectives, 2011.

[4] Dehari, P., dkk, Technology transfer and project management network For aloe vera as semi
finish product like Gel, Powder and finish products like aloe vera drink or fizzy tablet. Ensymm:
Consulting for Biotechnology, 2006

[5] Stiani, T., Sari, F. dan Usri, K., Penerapan Penggunaan Lidah Buaya untuk Pengobatan
Stomatitis Uftosa (Sariawan) di Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung
ANALISI JURNAL

Oleh : Widya hidayati

Npm : 180301034

Identitas Jurnal

1. Judul Jurnal : pembuatan sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (virgin coconut
oil) dengan penambahan minyak gubal gaharu (aquilaria malaccensis).

2. peneliti : Sahadi Didi Ismanto, Neswati, dan Selviorizal Amanda

3. Tahun penerbit : September 2016. ISSN 1410-1920

4. volume /nomor : Vol. 20, No.2

Abstrak Jurnal

5. jumlah paragraf : 1 paragraf

6. halaman : setengah halaman

7. urain abstrak : Abstrak di sajikan dalam bahasa Indonesia. Di dalam abstrak mengemukakan
tujuan dilakukan penelitian.

8. keyword : Minyak Gaharu, Sabun Padat, VCO.

9. Tujuan penelitian : Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak


gubal gaharu terhadap sifat fisiko kimia sabun yang dihasilkan dan untuk mengetahui persentase
penambahan minyak gubal gaharu terbaik.

10. Metode penelitian : metode yang digunakan untuk menganalisa data hasil penelitian adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 kali pengulangan untuk masing-
masing perlakuan kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test
(DNMRT) pada taraf nyata 5%. Persentase penambahan minyak gaharu yang digunakan terdiri
dari enam perlakuan yaitu A, B, C, D, E dan F sehingga keseluruhan penelitian ini ada 18 satuan
percobaan. Perlakuan pada penelitian ini adalah: A = Penambahan minyak gaharu 1,0 % B =
Penambahan minyak gaharu 1,5 % C = Penambahan minyak gaharu 2,0 % D = Penambahan
minyak gaharu 2,5 % E = Penambahan minyak gaharu 3,0 % F = Penambahan minyak gaharu
3,5 % .

11. Hasil penelitian dan Pembahasan

A. Kadar Air

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh penambahan minyak gaharu dalam pembuatan
sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut oil) terhadap kadar air sabun
padat memberikan pengaruh berbeda tidak nyata pada taraf 5%. Dari hasil analisis diketahui
bahwa kadar air rata-rata sabun padat yang dihasilkan antara 14,02-14,28% yang dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini .

B. pH

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak gaharu dalam pembuatan
sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata terhadap kadar pH sabun padat yang dihasilkan pada taraf nyata 5%. Dari
hasil analisis diketahui bahwa pH rata-rata sabun padat yang dihasilkan antara 9,96-9,98%. Data
hasil analisis pengaruh penambahan minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat aromaterapi
dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) terhadap nilai pH dapat dilihat pada Tabel 2.
C. Jumlah Asam Lemak

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak gaharu dalam pembuatan
sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) memberikan pengaruh
berbeda nyata terhadap kadar total asam lemak sabun padat yang dihasilkan pada taraf nyata 5%.
Dari hasil analisis diketahui bahwa jumlah asam lemak rata-rata sabun padat yang dihasilkan
antara 62,4374,92%. Data hasil analisis pengaruh penambahan minyak gaharu dalam pembuatan
sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) terhadap jumlah asam
lemak sabun dapat dilihat pada Tabel 3.

D. Fraksi Tak Tersabunkan Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak
gaharu dalam pembuatan sabun padat aromaterapi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
terhadap kadar fraksi tak tersabunkan sabun padat yang dihasilkan pada taraf nyata 5%.Dari hasil
analisis diketahui bahwa kadar fraksi tak tersabunkan pada sabun padat dari VCO dengan
penambahan minyak gaharu berkisar 5,665,83%. Data hasil analisis sidik ragam pengaruh
penambahan minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat dari VCO terhadap kadar fraksi tak
tersabunkan dapat dilihat pada Tabel 4.
E. Alkali Bebas / Asam Lemak Bebas

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak gaharu dalam pembuatan
sabun padat aromaterapi memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar alkali bebas/asam
lemak bebas sabun padat yang dihasilkan pada taraf nyata 5%. Dari hasil analisis diketahui
bahwa kadar asam lemak bebas/alkali bebas rata-rata yang dihasilkan berkisar antara 0,10%-
0,73%. Data hasil analisis sidik ragam pengaruh penambahan minyak gaharu dalam pembuatan
sabun padat dari VCO terhadap kadar alkali bebas/asam lemak bebas dapat dilihat pada Tabel 5 .
F. Uji Organoleptik

Uji organoleptik ini dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap sabun padat
yang dihasilkan.

G. Kekerasan Sabun

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak gaharu dalam pembuatan
sabun padat aromaterapi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kekerasan sabun
padat yang dihasilkan pada taraf nyata 5%. Dari hasil analisis diketahui bahwa kekerasan sabun
padat VCO dengan penambahan minyak gaharu berkisar antara 2,68-3,34 N/cm2. Data hasil
analisis sidik ragam pengaruh penambahan minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat dari
VCO terhadap kekerasan sabun dapat dilihat pada Tabel 7.

H. Hasil Uji Banyak Busa Sabun Padat dari VCO dengan Penambahan Gaharu

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak gaharu dalam pembuatan
sabun padat aromaterapi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap banyak busa sabun
padat yang dihasilkan pada taraf nyata 5%. Dari hasil analisis diketahui bahwa banyak busa rata-
rata sabun padat yang dihasilkan secara kuantitatif adalah 84,13% - 90,02%. Data hasil analisis
sidik ragam pengaruh penambahan minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat dari VCO
terhadap banyak busa dapat dilihat pada Tabel 8 .

I. Uji Iritasi

Hasil analisa uji iritasi pada sabun padat aromaterapi dari VCO dengan penambahan minyak
gaharu dapat dilihat pada Tabel 9.

J. Uji Antimikroba

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak gaharu dalam pembuatan
sabun padat aromaterapi memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap diameter hambat bakteri
sabun padat yang dihasilkan pada taraf nyata 5%. Dari hasil analisis diketahui bahwa diameter
hambat bakteri rata-rata yang dihasilkan berkisar antara 23,33-32,83mm. Data hasil analisis daya
hambat bakteri Staphylococcus Aureus dari pengaruh penambahan minyak gaharu dalam
pembuatan sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) dapat dilihat
pada Tabel 10.

12. Kesimpulan

1. Perbedaan persentase penambahan minyak gaharu pada sabun VCO berpengaruh nyata
terhadap total jumlah asam lemak, alkali bebas/asam lemak bebas dan antimikroba tetapi berbeda
tidak nyata terhadap kadar air, fraksi tak tersabunkan, pH, kekerasan dan banyak busa. 2.
Berdasarkan uji organoleptik produk yang disukai oleh panelis yang diambil dari nilai suka dan
sangat suka adalah sabun dengan penambahan 3,5% minyak gaharu dengan tingkat kesukaan
terhadap warna 66,67%, aroma 73,3%, kekerasan 66,67% dan banyak busa 73,3%. Sedangkan
hasil analisa kimia menunjukkan persentase kadar air sebesar 14,28%, jumlah asam lemak
74,92%, kadar fraksi taktersabunkan 5,78%, kadar asam lemak bebas 0,73%, nilai pH 9,97,
kekerasan secara kuantitatif 2,68 N/cm2, banyak busa secara kuantitatif 90,02%, nilai uji iritasi 0
(tidak terjadi iritasi), dan daya hambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dengan zona
bening sebesar sebesar 32,83 mm.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Aromaterapi. http.www.kamuskesehatan.com. diakses 2 September 2013


Andriani, Septi. 2011. Kajian Pembuatan Sabun Coconut Oil (VCO) Transparan Dengan
Penambahan Ekstrak Lengkuas (Alpinia Galangal L) Sebagai Anti Mikroba.[Skripsi].
Universitas Andalas. Padang. Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 06- 3532- 1994: Mutu
Dan Cara Uji Sabun Mandi. BSN. Jakarta Ishihara M, Tsuneya T, Shiga M and Uneyama K.
1991. Three Sesquiterpenes from Agarwood. Phytochemistry30 (2): 563-566 Jellinek, S. 1970.
Formulation and Function of Cosmetics. Wiley Interscience, New York Jongko. 2007. Membuat
Sabun Transparan di Rumah. http://sabun bening. Biz 2009/ 01/sabuntransparant-dasar. [10
Desember 2012]. Pradipto, Masri. 2009. Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas, L.)
sebagai Bahan Dasar Sabun Mandi. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Silvia. 2008.
Formulasi sabun transparan dari minyak nilam (patchouli oil) dan VCO serta uji aktifitasnya
terhadap bakteri penyebab jerawat. [Skripsi]. Jurusan farmasi Universitas Andalas. Padang.
Spitz, I. 1996. Soap and Detergent a Theorical and Practical Review. AOCS Press, Champain-
Illionis : 2, 47-73 Sumarna, Y. 2007. Budidaya Gaharu. Seri Agribisnis. Penebar Swadaya
Jakarta. Susilo, KA. 2003. Sudah Gaharu Super Pula. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai