TINJAUAN PUSTAKA
3
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016
4
4
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016
5
5
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016
6
C. Salep
1. Definisi salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat mengandung bahan obat
dan yang terakhir biasanya dinyatakan sebagai dasar salep yang digunakan
pembawan dalam penyiapan salep yang mengandung bahan obat (Anonim,
1995).
6
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016
7
sedangkan kelompok yang kedua terdiri dari emulsi air dalam minyak
yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Anonim,
1995). Contohnya yaitu : adeps lanae, lanolin anhidrat, dan krim
pendingin.
c. Basis salep emulsi
Basis salep emulsi mudah dibersihkan dengan air karena basis
salep ini merupakan emulsi minyak dalam air sehingga mudah
dibersihkan dengan air. Karena mudah dibersihkan dengan air maka
lebih sering digunakan untuk kosmetik (Anonim, 1995). Contoh basis
ini yaitu : Na Lauril sulfat.
d. Basis salep larut dalam air
Basis ini disebut juga dengan dasar salep tak berlemak dan basis
ini juga mudah dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan bahan
tak larut dalam air seperti paraffin (Anonim, 1995). Contoh basis :
PEG.
4. Pembuatan salep
Pada proses pembuatan salep terdapat 2 metode pembuatan salep, yaitu
metode pencampuran dan metode peleburan. Pemilihan metode tersebut
tergantung kepada sifat pada masing-masing bahan yang digunakan.
Pada metode pencampuran dilakukan dengan cara semua komponen
salep yang akan digunakan dicampur secara bersama-sama didalam mortir
sampai semua komponen tersebut menjadi homogen.
Sedangkan pada metode peleburan dilakukan dengan cara meleburkan
beberapa komponen basis salep secara bersama kemudian setelah melebur
basis tersebut didinginkan dengan pengadukan sampai basis tersebut
mengental, dan komponen yang tidak ikut dilarutkan dicampurkan setelah
komponen yang tadi dilarutkan sudah dingin kemudian semua basis
dicampur sampai homogen (Pratistha, 2013).
7
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016
8
D. Uraian Bahan
1. Propilenglikol (Anonim, 1995)
Pemerian : cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, rasa khas, praktis
tidak berbau, dan menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroforrm; larut dalam eter dan beberapa minyak esensial; tetapi tidak
dapat bercampur dengan minyak lemak.
Khasiat dan penggunaannya yaitu sebagai zat tambahan dan pelarut.
2. Polietilenglikol 4000 (Anonim, 1995)
Pemerian : serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis
tidak berbau, dan tidak berasa.
Kelarutan : mudah larut dalam air, etanol (95%) P, dan dalam kloroform P;
praktis tidak larut dalam eter P.
Khasiat dan penggunaannya sebagai zat tambahan.
3. Polietilenglikol 400 (Anonim, 1995)
Pemerian : cairan kental jernih, tidak berwarna, bau khas lemah, dan agak
higroskopik.
Kelarutan : larut air, etanol 95%, aseton, hidrokarbon, tidak larut eter, dan
hidrokarbon alifatik.
Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan.
4. Natrium lauril sulfat (Anonim, 1995)
Pemerian : hablur, kecil, berwarna putih atau kuning muda, dan agak
berbau khas.
Kelarutan : mudah larut dalam air.
Khasiat dan penggunaan sebagai pembersih, pengemulsi, penetrasi kulit,
tablet, pelumas kapsul, dan pembasah.
5. Vaselin putih (Anonim, 1995)
Pemerian : warnanya putih , bening, lengket, massa lunak, tidak berasa,
tidak berbau, dan tidak bercahaya.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut
dalam kloroform, eter P , dan dalam eter.
8
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016
9
9
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016
10
E. Bakteri
Nama bakteri berasal dari bahasa yunani yaitu bacterion yang mempunyai
arti batang atau tongkat. Bakteri sendiri berkembangbiak dengan cara
membelah diri dan bakteri juga hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop karena ukurannya yang sangat kecil (Yusron, 2014).
Bakteri adalah protista yang bersifat prokariot yang khas, bersel tunggal
dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasma.
Sel-sel secara khas berbentuk bola (coccus), batang (bacillus), dan spiral.
Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk
kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme
kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel,
antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau
menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang
menghambat sintesis protein, dan antibakteri yang menghambat sintesis asam
nukleat sel . Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas
bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen)
serta aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas)
(Fadhilah, 2013).
a. Staphylococcus aureus
Klasifikasi S. aureus adalah sebagai berikut (Jawetz et al, 1986) :
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesiees : Staphylococcus aureus
Bakteri ini mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteriologik,
dalam keadaan aerobik atau mikroaerobik, tumbuh paling cepat pada suhu
kamar 37oC, paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar (20oC) dan
pada media dengan pH 7,2-7,4. Koloni pada pembenihan padat berbentuk
bulat, halus menonjol, dan berkilau-kilau membentuk pigmen.
10
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016
11
b. Propionibacterium acne
Klasifikasi P. acne yaitu (Irianto, 2006) :
Ordo : Actinomycetales
Famili : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Spesies : Propionibacterium acne
11
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016
12
2. Metode dilusi
Pada metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang
menurun secara bertahap, baik dengan menggunakan media padat maupun
menggunakan media cair. Pada akhir pada metode ini antimikroba
dilarutkan dengan kadar yang menghambat.
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution) dan
dilusi padat (solid dilution).
a. Metode dilusi cair (broth diilution test)
Pada metode ini digunakan untuk mengukur kadar hambat
minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Proses pada
metode ini dengan cara membuat seri pengenceran antimikroba pada
medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji yang akan
digunakan. Pada larutan uji antimikroba pada kadar terkecil yang
terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan maka ditetapkan sebagai
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Kemudian larutan KHM
tersebut dikultur ulang dengan menggunakan media cair dan
diinkunbasi selama 18-24 jam. Setelah diinkubasi media cair akan
terlihat jernih maka ditetapkan sebagai Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM) (Pratiwi, 2008).
b. Metode dilusi padat (solid dilution test)
Pada metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun pada
metode ini menggunakan metode padat. Keuntungan pada metode ini
adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan
untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).
12
Formulasi Dan Aktivitas..., Nur Hutami, Fakultas Farmasi UMP, 2016