Anda di halaman 1dari 5

Tanggal Kuliah : Senin, 22 Februari 2020

Paralel/Kelompok : 1/9
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Dra. Ietje
Wientarsih, Apt, M.Sc

MAKALAH SEDIAAN FARMASI DAN TERAPI UMUM

SEDIAAN SEMI SOLID - SALEP

oleh :

1. Lufi Nur Amalia (B04170007)


2. Mayang Rosana (B04170020)
3. Veni RVS (B04170032)
4. Zia Amira Dasairy (B04170042)
5. Ibnu Kurniawan (B04170053)
6. Arief Eka Prawida (B04170061)
7. Ardhini Rizka Handayani (B04170072)
8. Muh Kholid Ridwan (B04170081)
9. Muhammad Gilang Pratama (B04170091)
10. Brilla Widya Witri (B04170103)

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
DEFINISI SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir (Depkes RI 1995). Menurut pemikiran modern, salep
adalah sediaan semi padat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa
penggosokan. Fungsi salep sebagai bahan pembawa substansi obat untuk
pengobatan kulit, bahan pelumas pada kulit dan pelindung kulit yaitu mencegah
kontak permukaan kulit dengan larutan berair (Anief 1993).

KEGUNAAN SALEP
Salep pada prinsipnya digunakan untuk terapi lokal. Berbagai macam salep
dipakai untuk melindungi kulit atau untuk mengobati penyakit kulit yang akut
maupun kronis. Secara spesifik kegunaan salep tergantung zat aktif yang dibawa.
Pada sediaan semacam itu, diharapkan adanya penetrasi ke dalam lapisan kulit
teratas agar dapat memberikan efek penyembuhan (Wardiyah 2015).

SYARAT DASAR SALEP


Menurut Martin et al. (1993), untuk memperoleh salep yang baik, salep harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Stabil
Salep harus stabil selama masih digunakan untuk mengobati.
Oleh karena itu, bebas inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan
kelembaban yang ada dalam kamar.

2. Lunak
Salep banyak digunakan untuk kulit teriritasi, inflamasi dan
dibuat sedemikian sehingga semua zat keadaan yang halus dan seluruh
produk harus lunak dan homogen.

3. Mudah dipakai
Kebanyakan keadaan salep adalah mudah digunakan, kecuali
sediaan salep yang dalam keadaan sangat kaku (keras) atau sangat encer.
Salep tipe emulsi umumnya paling mudah dihilangkan dari kulit.

4. Dasar salep yang cocok


Dasar salep harus dapat campur secara fisika dan kimia dengan
obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau
menghambat aksi terapi dari obatnya pada daerah yang diobati. Selain itu
dasar salep perlu dipilih untuk maksud dapat membentuk lapisan film
penutup atau yang dapat mudah dicuci sesuai yang diperlukan.
Salep yang baik harus memiliki ciri organoleptis yaitu berbentuk semi padat,
tidak berbau tengik, tidak berubah warna dan bau dalam penyimpanan (Ansel
1989). Salep yang baik harus homogen, tercampur merata dan tidak mengiritasi
kulit. Sediaan salep harus dapat melekat pada kulit. Syarat daya lekat salep yang
baik tidak kurang dari 4 detik (Prasetya et al. 2013). Semakin lama waktu daya
lekat pada kulit maka semakin baik pula efek terapi yang diingnkan.
Menurut Voigt (1984), syarat dasar salep yang ideal menurut banyak pakar
adalah berdasarkan sifat kimia-fisika, yaitu:
1. Stabilitas yang memuaskan.
2. Tidak tersatukan dengan bahan pembantu yang lain.
3. Tidak tersatukan dengan bahan obat yang digunakan.
4. Memiliki daya sebar yang baik.
5. Menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan.
6. Memiliki daya menyerap air yang baik.

MEKANISME UMUM KERJA SALEP


Pelepasan bahan obat dari basis salep sangat dipengaruhi oleh faktor fisika-
kimia baik dari basis maupun dari bahan obatnya, kelarutan, viskositas, ukuran
partikel, homogenitas, dan formulasi (Hernani et al. 2012). Pemilihan basis salep
mempengaruhi efek terapeutik dari suatu salep. Salep yang digunakan pada
epidermis, mukosa, salep penetrasi atau bentuk cream memerlukan basis salep
yang berbeda-beda. Sifat luka pada kulit, Kelarutan, dan stabilitas obat di dalam
basis dapat menentukan pilihan dari pembawa sediaan semi solid (Zulfa et al.
2015).
Menurut Dirjen POM (1995) basis salep yang digunakan dibagi empat
kelompok yaitu basis salep senyawa hidrokarbon, basis salep serap, basis salep
yang dapat dicuci dengan air (krim), dan basis salep larut dalam air (gel). Setiap
salep menggunakan salah satu basis salep tersebut. Basis salep hidrokarbon
dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak
sebagai penutup. Basis salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien.
Basis salep ini sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam
waktu lama. Basis salep serap terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan
air membentuk emulsi air dalam minyak (Parrafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat).
Selain itu basis salep serap juga terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat
bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). Basis salep serap juga
bermanfaat sebagai emolien (Ditjen POM 1995).

JENIS-JENIS SALEP

A) Salep Epidermis
Nama lain salep epidermis yaitu Epidermic ointhment; salep
penutup. Salep epidermis digunakan untuk melindungi kulit dan
menghasilkan efek lokal, tidak diabsorpsi, kadang-kadang ditambahkan
antiseptik anstrigensia untuk meredakan rangsangan atau anasteti lokal.
Dasar salep yang baik adalah dasar salep senyawa hidrokarbon. Salep
epidermis mempunyai efek permukaan, memiliki aktivitas membentuk
lapisan film yang bertujuan untuk mencegah hilangnya kelembaban
(sebagai protektif), efek membersihkan ataupun sebagai antibakteri.
Pembawa (basis) harus dapat memudahkan kontak dengan permukaan dan
melepaskan zat aktif ke sasaran. Contoh salep epidermis di antaranya
adalah salep benzokain dan hidrokortison.
1) Aethylis Aminobenzoas / Benzokain
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau, agak pahit disertai rasa tebal.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol(95%), dalam kloroform P dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Anestetikum lokal.

2) Hydrocortison / Hidrokortison
Pemerian : Serbuk halus, putih atau hampir putih,tidak berbau.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dan dalam eter P, agak
sukar larut dalam etanol (95%)P, dan dalam aseton, sukar
larutdalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Khasiat : Anti inflamasi

B) Salep Endodermik
Salep Endodermik memiliki mekanisme bekerja sampai lapisan
dalam kulit tapi tidak menembus lapisan kulit dan dapat terabsorbsi
sebagian. Salep ini digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir.
Bahan dasar salep ini yang paling baik adalah minyak lemak seperti
adepslanae, lanolin, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Contoh: salep
analgesik (Wientarsih dan Febram, 2006).

C) Salep Diadermik
Salep diadermik merupakan salep yang kandungan obatnya
menembus melalui kulit menuju ke dalam tubuh dan mencapai efek yang
diinginkan. Contohnya yaitu salep yang mengandung merkuri iodide dan
belladonna (Aprilianto 2016). Mekanisme obat salep diadermik sama
seperti salep pada umumnya. Obat perlu dilepaskan dari basisnya terlebih
dahulu, setelah itu dioleskan ke kulit. Kontak dengan stratum korneum
kemudian menembus epidermis dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik
secara difusi pasif. Bagian kulit yang paling berpengaruh untuk absorpsi
obat adalah epidermis, kelenjar rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar
minyak. Tebal epidermis mempengaruhi daya penyerapan obat (Wulan
2012).

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi : Edisi Keempat.


Terjemahan Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press.

Aprilianto J. 2016. Formulasi sediaan krim dan salep dari ekstrak etanol daun tapak
dara (Catharanthus roseus L. G. don) sebagai anti luka [disertasi]. Bandung
(ID): Universitas Islam Bandung.
Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 103-113.

Hernani MY, Mufrod M and Sugiyono S. 2012 Formulasi Salep Ekstrak Air
Tokek (Gekko gecko L.) untuk penyembuhan luka. Majalah Farmaseutik.
8(1):120- 124.

Martin A, Swarbick J, Cammarata A. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III. Jakarta (ID):
UI Press.

Prasetya A, Rahmawati F, Handayani S. 2013. Pengaruh variasi kadar


propilenglikol terhadap uji kualitas sediaan salep getah pepaya (Carica
papaya L) menggunakan basis hidrokarbon. Cerata Journal Of Pharmachy
Science. 4(1): 31-42.

Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noeroto
S. Yogyakarta (ID): UGM Press.

Wientarsih I, Febram B. 2006. Diktat Farmasi dan Ilmu Reseptir. Bogor (ID):
Bagian Farmasi Pendidikan Profersi Dokter Hewan Institut Pertanian Bogor.

Wulan A. 2012. Pengaruh penggunaan basis serap dan basis larut air pada sediaan
salep ekstrak etanol batang pisang ambon (Musa paradisiaca L var.
sapientum) dalam berbagai konsentrasi ekstrak dengan mengkaji sifat fisik
dan stabilitasnya [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Zulfa E, Prasetyo TB and Murukmihadi M. 2015 Formulasi Salep Ekstrak Etanolik


Daun Binahong (Anrederacordifolia (Ten.) Steenis) Dengan Variasi Basis
Salep. e- Publikasi Fakultas Farmasi. 12(2):41- 48.

Anda mungkin juga menyukai