Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMASETIKA II

SEDIAAN UNGUENTUM

Disusun Oleh:
Nama : Akhmad Fauzan
NIM : 22/498367/FA/13519
Kelas : A-2022
Golongan : A3
Tanggal Praktikum : Senin, 15 Mei 2023

LABORATORIUM MFFM
DEPARTEMEN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
A. Tinjauan Pustaka
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979): Salep merupakan sediaan setengah
padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995): Salep merupakan sediaan setengah
padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir. Menurut
Formularium Nasional Edisi II (1978) salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah
dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk
melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep adalah sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar, bahan obatnya harus larut
atau terdispersi homogen dalam dasar yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik.
Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras
atau narkotik adalah 10 % (Anief, 2005).

Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi menjadi 4 kelompok : dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan
dasar salep larut dalam air. Setiap obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut
(Anonim, 2014). Dasar salep senyawa hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep
berlemak, antara lain: vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen
berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut
penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar
dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama (Anonim, 2014).

Dasar salep serap terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep
yang bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (Parafinhidrofilikdan
Lanolinanhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat
bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanoli). Dasar salep serap juga
bermanfaat sebagai emolien (Anonim, 2014). Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
adalah emulsi minyak dalam air, seperti salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “krim”.
Dasar ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dari
kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Keuntungan
dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan
yang terjadi pada kelainan dermatologik (Anonim, 2014).
Dasar salep larut dalam air disebut juga dasar salep tidak berlemak. Dasar salep ini
memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan
tidak mengandung bahan yang tak larut dalam air seperti parafin, lanilin anhidrat atau
malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel (Anonim, 2014).

Salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembaban kamar, dan semua zat yang dalam salep harus halus. Oleh karena itu, pada
saat pembuatan salep terkadang mangalami banyak masalah saleb yang harus digerus
dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserab
oleh kulit (Anief, 2005).

Adapun persayaratan salep menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979) antara lain:

1. Pemberian: tidak boleh bau tengik


2. Kadar: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) yang
digunaakan vaselin putih (vaselin album), tergantung dari sifat bahan obat dan
tujuan pemakaian salep, dapat dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut
:

a. Dasar salep hidrokarbon: vaselin putih, vaselin kunig, malam putih atau
malam kunig atau campurannya
b. Dasar salep serap: lemak, bulu domba campuran 3 bagian kolestrol dan
3 bagian stearil alcohol, campuran 8 bagian malam putih dan 8 bagian
vaselin putih
c. Dasar salep yang dapat larut dalam air
d. Dasar salep yangdapat dicuci dengan air.

3. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukan susunan yang homogen.
4. Penandaan: etiket harus tertera ”obat luar “

Menurut Konsistensinya, salep digolongkan menjadi 5 golongan, antara lain (Soetopo,


dkk, 2002):
1. Unguentum adalah salep yang memiliki konsistensi seperti mentega. Tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
2. Cremores adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu
tipe yang dapat dicuci dengan air.
3. Pastae adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang
diberi.
4. Cerata adalah suatu salep berlemak yang mengandung presentase tinggi lilin
(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
5. Gelones Spumae atau Jelly adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair
dan mengandung sedikit atau tanpa lilin.

Dalam pembuatan salep, harus memperhatikan peraturan-peraturan pembuatan salep,


yaitu diantaranya :

1. Peraturan Salep Pertama (zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak,
dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan)
2. Peraturan Salep Kedua (bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada
peraturan-peraturan lain, dilarutkan terlebih dahulu kedalam air, asalkan jumlah
air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep : jumlah air yang
dipakai dikurangi dari basis)
3. Peraturan Salep Ketiga (bahan-bahan yang sukar atau hanya dapat larut dalam
lemak dan dalam air harus diserbukkan dahulu, kemudian diayak dengan ayakan
no 40)
4. Peraturan Salep Keempat (salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan,
campurannya harus digerus sampai dingin)

(Anonim, 1979).

Adapun kelebihan menggunakan sediaan salep antara lain (Soetopo, dkk, 2002):

1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit;


2. Sebagai bahan pelumas pada kulit;
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsang kulit;
4. Sebagai obat luar

Di samping kelebihan tersebut, ada kekurangan berdasarkan basis di antaranya


(Soetopo, dkk, 2002):

1. Kekurangan basis hidrokarbon Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda


pada pakaian serta sulit tercuci hingga sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
2. Kekurangan basis absorpsi Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan
bahan antibiotik dan bahan bahan kurang stabil dengan adanya air. Mempunyai
sifat hidrofil atau dapat mengikat air.

Fungsi salep antara lain sebagai berikut (Soetopo, dkk, 2002):

1. Sebagai bahan aktif pembawa sustansi obat untuk pengobatan kulit;


2. Sebagai bahan pelumas pada kulit;
3. Sebagai bahan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit yang
dengan larutan berair dan perangsang kulit.

B. Nama dan Isi Formula


Resep No. V Unguentum Sulfuris Salicylatum (Salep 2-4)
Kekuatan sediaan : Asam Salisilat 300 mg dan Sulfur Praecipitatum 600 mg
Khasiat : Mengobati penyakit kulit, seperti gatal, bisul, koreng, dan borok.
Contoh nama dagang : Kalapanx salep, Salep Cap Kaki Tiga, Salep Kutilos, dll

R/ Ungt 2-4 15
S.u.e

Pro : An. Andi

Keterangan:

R/ *ambillah

Ungt. 2-4 *Obat Salep 2-4 bulan


S.u.e *tandailah obat luar

Pro *identitas pasien

C. Formula Standar
R/ Acid. Salicyl. 200mg
Sulfur 400mg
Vaselin album ad 10mg
(Anonim, 1978)

D. Fungsi Setiap Bahan


1. Acidum Salicylum
Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, 𝐶7𝐻6𝑂3 ,
dihitung terhadap zat kering.
Pemerian : Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus
putih, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis
warna putih dan tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan benzena, mudah larut dalam etanol
dan eter, agak sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antifungi dan Keratolitik

(Anonim, 2020).
2. Sulfur Praecipitatum
Pemerian : Serbuk amorf atau serbuk hablur renik yang sangat halus
berwarna kuning pucat, tidak berbau, dan tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbon
disulfida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiscabias dan antiseptik
(Anonim, 1995).
3. Vaselinum Album
Pemerian : Putih atau pucat kekuningan, massa berminyak, transparan
dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada 0 derajat celcius.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau
panas, mudah larut dalam benzena dan karbon disulfida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu ruang
terkendali
Khasiat : Basis salep
(Anonim, 1995).

E. Perhitungan Penimbangan Bahan-bahan


1. Asam salisilat : $5
x 2 gram = 300 mg
$00

2. Bals. peruvianum : $5
x 4 gram = 600 mg
$00

3. Adeps lanae : 15 – (0,3+0,6) = 14,1 gram

F. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1. Neraca lengan 1. Asam Salisilat
2. Anak timbangan 2. Sulfur Praecipitatum
3. Mortir dan Stamper 3. Vaselinum Album
4. Ayakan B50 4. Alkohol 70%
5. Pot salep
6. Etiket warna biru
7. Serbet dan Tisu
8. Sendok sungu
9. Sudip
10. Pipet tetes
11. Kertas timbang (secukupnya)
G. Cara Kerja
Ditimbang terlebih dahulu semua bahan (sulfur praecipitatum diayak terlebih dahulu
menggunakan ayakan B50), asam salisilat 300 mg, sulfur 600 mg, dan vaselinum album 14,1
gram

Dimasukkan asam salisilat 300 mg ke dalam mortar, lalu ditetesi alkohol 70% dan digerus
hingga halus

Ditambahkan setengah vaselinum album yang telah ditimbang (kurang lebih 7,05 gram), lalu
digerus hingga homogen

Dimasukkan sulfur 600 mg ke dalam mortir lain

Ditambahkan sisa vaselinum album lalu diaduk hingga homogen

Dicampurkan kedua campuran dari kedua mortar hingga homogen

Dimasukkan ke dalam pot salep

Diberi etiket berwarna biru


H. Etiket

Apotek
Farmasetika
Jl. Sekip Utara, Yogyakarta
Telp. (0274) 587333
No :V Tanggal : 15 Mei 2023
Nama Pasien : An. Andi
Obat : Unguentum Sulfur Salicylatum
Aturan Pakai : Dioleskan secukupnya pada bagian yang gatal
Obat Luar
Peringatan Simpan di Kadaluarsa Apoteker

Tempat sejuk dan kering


Obat luar pada wadah yang 12 Juni 2023
tertutup baik
Akhmad Fauzan

I. Wadah Akhir
Pot salep yang tertutup rapat dan kering
J. Referensi
Anief, M., 2005, Ilmu Meracik Obat-Teori dan Praktik, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2020, Farmakope Indonesia, Edisi VI, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Soetopo et al., 2002, Ilmu Resep Teori, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Yogyakarta, 15 Mei 2023


Praktikan

Akhmad Fauzan

(22/498367/FA?13519)

Anda mungkin juga menyukai