Anda di halaman 1dari 32

Kelompok 2

1. Mulyadin
2. Calista Nindya Aurelia
3. Callysta Naswa Restiaji
4. Calista Louis Fionita
5. Meilani Salsabila Daulay
6. Rahma Aulia
7. Keizha Kotte
8. Fakhrizal Putra Wima
9. Rafania Azizah Hasnaputri
Giardia lamblia
01 KLASIFIKASI
Kingdom : Protozoa
Phylum : Sarcomastigophora
Subphylum : Mastigophora-flagellated protozoans
Class : Zoomastigophora
Order : Diplomonadida
Family : Hexamitidae
Genus : Giardia Kunstler, 1882
Species : Giardia lamblia Kofoid and Christiansen, 1915
02
MORFOLOGI
Giardia Lamblia
Tropozoit Bentuk tropozoit bilateral simetris seperti buah jambu monyet dengan
bagian anterior membulat dan posterior meruncing. Parasit ini
berukuran 10-20 mikron.

Di bagian anterior terdapat sepasang inti berbentuk oval. Di bagian


ventral anterior terdapat batil isap berbentuk seperti cakram cekung
yang berfungsi untuk perlekatan di permukaan sel epitel. Terdapat
dua batang yang agak melengkung melintang di posterior batil isap,
yang disebut benda parabasal. Tropozoit mempunyai delapan flagel,
sehingga bersifat motil. Giardia lamblia tidak mempunyai mitokondria,
peroxisome, hydrogenisomes,
Cyst

Sedangkan bentuk kista, strukturnya oval, berukuran 8-12 mikron,


serta mempunyai dinding yang tipis dan kuat dengan sitoplasma
berbutir halus. Kista yang baru terbentuk mempunyai dua inti,
sedangkan kista matang mempunyai empat inti yang terletak di satu
kutub.
03
DAUR HIDUP
Siklus hidup terdiri dari dua tahap, trofozoit dan kista. Trofozoit
memiliki panjang 9-12 μm dan lebar 5-15 μm di bagian anterior. Ini
adalah simetris bilateral, berbentuk buah pir dengan dua nukleus
(karyosome sentral besar), empat pasang flagela, dua aksonem,
dan cakram isap yang dengannya melekat pada dinding usus.
Kista oval memiliki panjang 8-12 μm dan lebar 7-10 μm,
berdinding tebal dengan empat inti dan beberapa serat internal.
Stadium kista adalah bagian penting yang bertanggung jawab untuk pergerakan Giardia. Kista yang kuat, dapat bertahan hidup beberapa
bulan di air dingin. Infeksi terjadi dengan menelan kista pada air yang terkontaminasi, makanan, atau melalui feses-mulut (tangan atau
muntahan). Kista melewati perut dan pecah menjadi tropozoit di duodenum dalam waktu 30 menit, setiap kista menghasilkan dua empat inti
(tetranucleate), dan tropozoit. Asam lambung mempermudah proses pecahnya kista. Di duodenum dan jejunum, tropozoit empat inti
berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner sehingga menghasilkan sejumlah besar tropozoit baru. Tropozoit pada
permukaan mukosa usus, untuk menjaga kelembaban mereka terikat oleh pengisap oval. Ketika isi usus meninggalkan jejenum dan mulai
kehilangan kelembaban, tropozoit menarik flagella, menutup diri dengan tebal semua yang ada di encyst. Tropozoit terselubung menjalani
fase lain dari intinya yaitu menghasilkan empat berinti kista matang. Keempat kista matang berinti adalah bentuk infektif dari parasit,
diekskresikan dalam tinja pada siklus berikutnya. (Padoli,2016.).
04
PATOLOGI
Infeksi Giardia Lamblia
GIARDIASIS
Giardiasis adalah penyakit diare yang
disebabkan oleh infeksi pada usus kecil oleh
parasit Giardia lamblia.
Infeksi terjadi ketika kista yang
mengkontaminasi makanan dikonsumsi
kemudian masuk ke lambung. Di lambung,
makanan dipecah dan bertemu dengan HCl
dan enzim-enzim pankreas. Kista akan aktif
dan mengeluarkan tropozoit yang kemudian
membelah diri dan menempel di mukosa.

Tropozoit akan menginfeksi usus halus yang berujung pada penyebab diare. Selain itu,
tropozoit lain akan berjalan menuju kolon dimana pada kolon pH akan naik sehingga akan
berubah menjadi kista dan dikeluarkan bersama feses.
Kelainan lain
Selain Giardiasis, trofozoit juga menyebabkan kelainan lain :

1 Kerusakan mikrovili brush border dan apoptosis enterosit

2 Penurunan aktivitas enzim brush border usus

3 Defisiensi disakarida

4 Defisiensi dan penurunan aktivitas enzim brush border usus

5 Malabsropsi usus kecil

6 Peningkatan jumlah bakteri normal usus

7 Perubahan epitel tight junction oleh parasit yang menyebabkan aktivasi limfosit T
05
GEJALA
Giardia Lamblia
Jangka pendek: Jangka panjang:
● Diare ● Penurunan berat badan
● Tinja yang berbau busuk dan ● Tubuh tidak dapat menyerap
berminyak nutrisi yang dibutuhkannya,
● Kram/nyeri perut seperti lemak, laktosa, vitamin
● Mual dan muntah A, dan vitamin B12
● Dehidrasi (kekurangan cairan)

Beberapa orang dengan penyakit giardiasis


tidak memiliki gejala sama sekali
06
EPIDEMIOLOGI
Giardia Lamblia
SECARA GLOBAL

99,9%
Prevalensi infeksi Giardia lamblia lebih tinggi di
negara berkembang. Lebih dari 200 juta kasus
giardiasis didiagnosis setiap tahun di seluruh
dunia. Tingkat infeksi pada anak tanpa gejala
Pada negara berkembang, telah dilaporkan dari 8% menjadi 30% di negara
hampir 100% anak berkembang dan 1-8% di daerah industri.
mengalami infeksi Giardia
lamblia saat 2 tahun pertama
kehidupan
Amerika Serikat
Giardiasis ditemukan di setiap wilayah
Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Di
Amerika Serikat Giardia lamblia
menginfeksi lebih dari 1 juta orang per
38%
tahun.
Di tahun 2012, Center for Disease Control
and Prevention (CDC) Amerika Serikat
melaporkan 15.223 kasus giardiasis. Iran
Kelompok usia yang paling banyak adalah
anak-anak usia 0-4 tahun. Prevalensi giardiasis di
berbagai wilayah Iran telah
dilaporkan dari 1,2% menjadi
38%
DI INDONESIA

1,2% 2,9% 8,2% 3,62%

RS Cipto
Malang Jakarta Lamongan
Mangunkusumo
Dari anak-anak yang Prevalensi infeksi Penelitian di taman Tahun 1995-2000 dari
menderita diare 1,2% Giardia lamblia antara kanak-kanak
diantaranya disebabkan tahun 1983 - 1990 207 pasien diare kronis
mengidentifikasi
oleh Giardia lamblia infeksi Giardia lamblia ditemukan 3,62%
pada sampel feses 5 disebabkan oleh infeksi
dari 61 siswa Giardia lamblia
Persentase

3,62%
Penelitian simadibrata pada
tahun 2004 menunjukkan
prevalensi Giardiasis di
Indonesia sebesar 3,62%
07
DIAGNOSIS
Giardia Lamblia
Diagnosis definitif terhadap G. lamblia
ditegakkan melalui pemeriksaan
mikroskopik dengan menemukan
bentuk tropozoit dalam tinja encer dan
cairan duodenum atau bentuk kista
dalam tinja padat. Bentuk tropozoit
hanya dapat ditemukan dalam tinja
segar. Dalam sediaan basah dengan
larutan iodin atau dalam sediaan yang
dipulas dengan trikrom morfologi G.
lamblia dapat dibedakan dengan jelas
dari protozoa lain.
08
PENCEGAHAN
Langkah preventif melawan infeksi dari Giardia Lamblia
01 Memperhatikan kebersihan tangan dengan baik
Selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan air, terutama
ketika berkontak langsung dengan benda yang rentan terhadap
kuman atau tengah berada di lingkungan seperti, air, tanah, dan
limbah.
Contoh:
● Setelah bekerja di lapangan, taman atau kebun, sebaiknya
memakai sarung tangan dan selalu mencuci tangan.
● Ketika di kolam berenang, sungai, dan tempat lain untuk
renang, diusahakan untuk tidak menelan air kolam dan
mandi terlebih dulu sebelum berenang.
03 ● Jika memiliki hewan peliharaan, maka dapat meminimalkan
kontak dengan kotoran hewan. Jangan menyentuh bagian
wajah atau mulut dahulu sebelum mencuci tangan.
02 Melakukan pembersihan dan disinfektan pada
tempat-tempat yang rentan terkontaminasi
oleh kista Giardia
Dapat dilakukan dengan membersihkan dan mendisinfeksi
permukaan dan barang-barang dengan sabun dan air, atau
deterjen.
Berikut ini merupakan contoh benda-benda yang rentan
terpapar oleh Giardia:
● Piring
● Pakaian
● Sprei
● Handuk
● Mainan
● Kandang hewan
Menghindari penggunaan air yang mungkin
03
tercemar
Dengan meminum air yang terkontaminasi dari limbah, dapat
menyebabkan infeksi dengan transmisi penularan fekal-oral.
Hal ini dapat dicegah dengan tidak meminum air yang belum
diolah atau menggunakan es yang terbuat dari air danau,
sungai, kolam, sungai, atau sumur dangkal.
Cara memastikan keamanan kandungan air minum:
Meminum air kemasan.
Merebus air minum terlebih dahulu selama 1 menit atau
mengolahnya sebelum diminum.
Menggunakan filter air yang telah disertifikasi untuk
mengurangi penyebaran kista dan ookista.
Menghindari makan makanan yang mungkin
04
terkontaminasi
● Jangan memakan buah dan sayuran yang dicuci dengan air
yang mungkin telah terkontaminasi.
● Menghindari makan makanan mentah saat bepergian di
negara-negara di mana pasokan makanan mungkin tidak
aman.
● Jangan menggunakan atau meminum air yang tidak diolah
dengan baik atau menggunakan es saat bepergian di
negara-negara yang airnya mungkin tidak aman.

03
09
PENGOBATAN
Obat dan Mekanismenya
Metronidazol
Metronidazol memanfaatkan jalur metabolisme anaerobik yang
ada di Giardia. Obat memasuki trofozoit dan begitu berada di
dalam sel, protein transpor elektron feredoksin dari parasit
menyumbangkan elektron ke kelompok nitro obat. Obat menjadi
“diaktifkan” dengan reduksi gugus nitro ini dan gradien yang
mendukung transpor metronidazol intraseluler dibentuk oleh
reaksi reduksi ini. Metronidazol tereduksi berfungsi sebagai
akseptor elektron terminal yang berikatan secara kovalen
dengan makromolekul DNA. Hal ini menyebabkan kerusakan
DNA dalam bentuk hilangnya struktur heliks, gangguan fungsi
template, dan kerusakan untai dengan kematian trofozoit
berikutnya. Selain efek ini, metronidazol menghambat respirasi
trofozoit. Aktivasi reduktif metronidazol juga dapat
menyebabkan radikal toksik, yang bereaksi dengan komponen
seluler penting.
Kuinakrin/Mepakrin

Mekanisme anti-protozoa kuinakrin tidak sepenuhnya


dijelaskan. Obat mudah berinterkalasi dengan DNA Giardia
lamblia dan interaksi inilah yang diduga menyebabkan
penghambatan sintesis asam nukleat. Tingkat penyerapan
kuinakrin relatif berbeda antara sel manusia dan Giardia lamblia
mungkin bertanggung jawab atas toksisitas selektif obat.
Secara in vitro, kuinakrin mengurangi viabilitas kista dan tingkat
eksistasi. Kuinakrin diserap dari saluran usus dan
didistribusikan secara luas di jaringan tubuh.
Furazolidon

Mekanisme aksi furazolidon terhadap Giardia lamblia, seperti


banyak antiparasit, tidak sepenuhnya dijelaskan. Obat
mengalami aktivasi reduktif di trofozoit Giardia lamblia, tetapi
tidak seperti metronidazol, reduksi mungkin terjadi melalui
NADH oksidase. Efek membunuhnya berkorelasi dengan
toksisitas produk tereduksi yang dapat merusak komponen
seluler penting termasuk DNA. Resistensi terhadap furazolidon
mungkin berkorelasi dengan penurunan masuknya obat atau
dengan peningkatan kadar enzim siklus tiol yang dapat bertahan
melawan radikal toksik.
Benzimidazol

Benzimidazol mengerahkan efek toksik pada bagian Giardia


dengan mengikat sitoskeleton beta-tubulin Giardia lamblia.
Pengikatan ini menyebabkan penghambatan polimerisasi
sitoskeleton dan gangguan penyerapan glukosa. Meskipun
lokasi pengikatan yang tepat pada sitoskeleton belum
ditentukan, diduga bahwa lokasi interaksi benzimidazol-kolkisin
mungkin berperan.
Paromomisin

Paromomisin menghambat sintesis protein Giardia lamblia


dengan menghalangi subunit ribosom 50S dan 30S (parasit
rRNA memiliki ukuran dan urutan yang tidak biasa) dan
menyebabkan kesalahan pembacaan kodon mRNA.
Basitrasin

Basitrasin memberikan efeknya pada bakteri dengan


menghalangi langkah defosforilasi dalam sintesis membran sel.
Pada kompleks basitrasin, biasanya ditambahkan seng untuk
meningkatkan stabilitas.
REFERENSI
Centers for Disease Control and Prevention. (2014). Giardia Illness and Symptoms. U.S. Department of
Health and Human Services. https://www.cdc.gov/parasites/giardia/illness.html

Centers for Disease Control and Prevention. (2014). Giardia Prevention and Control. U.S. Department of
Health and Human Services. https://www.cdc.gov/parasites/giardia/prevention-control.html

Centers for Disease Control and Prevention. (2014). Giardia Transmission. U.S. Department of Health
and Human Services. https://www.cdc.gov/parasites/giardia/infection-sources.html

Gardner, T. B., & Hill, D. R. (2001). Treatment of Giardiasis. ASM Journals, 14 (1), 114-128.
https://doi.org/10.1128/CMR.14.1.114-128.2001

Hooshyar, H., Rostamkhani, P., Arbabi, M., & Delavari, M. (2019). Giardia lamblia infection: review of
current diagnostic strategies. Gastroenterology and hepatology from bed to bench, 12(1), 3–12.
REFERENSI
Halliez, M. C., & Buret, A. G. (2013). Extra-intestinal and long term consequences of Giardia duodenalis
infections. World journal of gastroenterology, 19(47), 8974–8985.
https://doi.org/10.3748/wjg.v19.i47.8974

Padoli. (2016). MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI KEPERAWATAN. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai