Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ajeng Elvira Rosana

NIM : 180210103098
Kelas : B

Diphyllobothrium latum
A. Epidemiologi
Diphyllobothrium latum merupakan parasit yang termasuk dalam kelas cestoda yang dapat
menyebabkan penyakit Diphyllobothriasis. Infeksi cacing pita ini tersebar luas di seluruh dunia
dan berhubungan dengan kebiasaan makan ikan air tawar yang kurang sempurna memasaknya.
Nama lain cacing ini adalah cacing pita ikan.
B. Morfologi
Ciri-ciri cacing dewasa Diphyllobothrium latum :
1. Cacing dewasa berukuran 3 – 13 meter terdiri dari ± 3.000 proglotid
2. Scolex memanjang ± 2 mm, mempunyai celah isap atau lekuk (bothria)
3. Proglotid berbentuk empat persegi panjang
4. Porus genitalis terlentak ventro medial, sehingga terlihat seperti kancing baju
5. Ovarium terdiri dari 2 lobus
6. Pada proglotid gravid uterus berkelok-kelok seperti bentuk roset
Ciri-ciri telur Diphyllobothrium latum :
1. Berbentuk lonjong
2. Ukuran panjang 55 – 76 μm dan lebar 41 – 56 μm
3. Dinding tipis, terdapat tonjolan pada salah satu kutubnya
4. Berwarna kuning kecoklatan
5. Berisi sel ovum

Cacing dewasa Diphyllobothrium latum Telur Diphyllobothrium latum


C. Siklus Hidup
Telur yang belum berembrio keluar bersama tinja → jika telur berada di air akan mengalami
embrionisasi dalam waktu sekitar 18 – 20 hari → menghasilkan onkosfer yang berkembang
menjadi coracidia (onkosfer yang bersilia) → dimakan hospes intermedier 1 → coracidia
kehilangan silia, menembus dinding usus dan berkembang menjadi larva procercoid → dimakan
hospes intermedier 2 (ikan kecil) → larva procercoid bermigrasi ke dalam daging ikan dan
berkembang menjadi larva plerocercoid (sparganum) → larva plerocercoid merupakan bentuk
infektif bagi manusia, karena manusia umumnya tidak makan ikan kecil ini tidak mewakili
sumber infeksi → ikan kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar → sparganum dapat bermigrasi
ke otot-otot ikan besar → manusia dapat terinfeksi jika memakan ikan mentah atau setengah
matang → larva plerocercoid berkembang menjadi dewasa dan tinggal di usus halus → cacing
dewasa menempel pada mukosa usus dengan menggunakan dua jalur bilateral (bothria) pada
scolex.

D. Patologi dan Gejala Klinis


Patologi utama terjadi karena adanya cacing dewasa di dalam usus sehingga terjadi kompetisi
penyerapan makanan antara hospes dan parasit. Gejala yang timbul dapat ringan, bergantung dari
jumlah cacing yang ada. Gejala awal dapat berupa perasaan tidak nyaman di perut, penurunan
berat badan, hilangnya nafsu makan, dan malnutrisi. Pada infeksi berat bisa terjadi anemia dan
masalah neurologis yang berhubungan dengan defisiensi vitamin B12 (anemia megaloblastik).
E. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan proglotid gravid atau telur pada pemeriksaan tinja.
Riwayat konsumsi ikan mentah dan bertempat tinggal di daerah endemis juga sangat membantu
diagnosis.
F. Pencegahan dan Pengobatan Diphyllobothriasis
Pencegahan Diphyllobothriasis :
 Menjaga sanitasi dengan tidak buang air besar sembarangan
 Tidak memakan ikan mentah atau setengah matang
Pengobatan Diphyllobothriasis :
Praziquantel merupakan obat pilihan, termasuk untuk pengobatan pada anjing dan kucing,
dengan dosis 25 mg/kg berat badan, diberikan per oral. Alternatif bisa menggunakan obat
niclosamide dengan dosis dewasa 2 gram sekali oral, anak-anak 50 mg/kg (maksimal 2 gram)
secara oral.

Sumber:
Sardjono, T. W. 2016. Helmintologi Kedokterean dan Veteriner. Malang: UB Press.

Atmojo, A. T. Diphyllobothrium latum. Dikutip 29 September 2019 dari Indonesian Medical


Laboratory: https://medlab.id/diphyllobothrium-latum/.

Anda mungkin juga menyukai