Dosen Pengampu:
1. Ni Putu Aryadnyani, S.ST, M.Biomed
Ditulis oleh
Nama : NIA RISTA E.
NIM : P3.73.34.1.19.066
Semester : III
A. Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup di luar atau di dalam
tubuh organisme lain (inang). Parasit merupakan organisme yang
mengganggu kehidupan inang (Bowman, 2009). Keberadaan parasit
dapat mempengaruhi kualitas dan kesehatan inang yang terinfeksi.
Berdasarkan tempat hidupnya parasit dapat dikelompokkan menjadi
endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang hidup
dalam tubuh inang, misalnya anggota Trematoda, Nematoda dan
Protozoa. Ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar tubuh inang
misalnya pada kelas Insekta (pinjal dan kutu) dan Arachnida (caplak
dan tungau) (Natadisastra dan Agus, 2009).
Ektoparasit merupakan permasalahan klasik yang merugikan,
namun belum mendapat perhatian yang baik. Kerugian yang
ditimbulkan ektoparasit antara lain 2 penurunan bobot badan,
penurunan produksi, kerontokan rambut atau bulu, trauma, iritasi,
anemia sampai dengan kematian. Ektoparasit juga berperan sebagai
vektor penyakit seperti Protozoa, bakteri, virus, Cestoda dan
Nematoda yang dapat ditularkan pada hewan peliharaan dan manusia
(“zoonosis”). Arthopoda mempunyai peranan yang cukup besar
terhadap penyakit infeksi pada hewan dan manusia di dunia (Wall
and Shearer, 2001). Penelitian mengenai ektoparasit pada anjing
telah dilakukan oleh Ricardo (2000). Hasil penelitiannya ditemukan
tujuh jenis ektoparasit, dan salah satu diantaranya adalah
Rhipicephalus sanguineus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana taksonomi dari Rhipicephalus sanguineus ?
2. Bagaimana daur hidup dan metamorfosa dari Rhipicephalus
sanguineus ?
3. Bagaiman bentuk morfologi pada tiap stadium ?
4. Dimana habitat dari Rhipicephalus sanguineus ?
5. Apa peranan Rhipicephalus sanguineus terhadap kesehatan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui taksonomi dari Rhipicephalus sanguineus.
2. Mengetahui daur hidup dan metamorfosa dari Rhipicephalus
sanguineus.
3. Mengetahui bentuk morfologi Rhipicephalus sanguineus pada
tiap stadium.
4. Mengetahui habitat dari Rhipicephalus sanguineus.
5. Menegetahui peranan Rhipicephalus sanguineus terhadap
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rhipicephalus sanguineus
Rhipicephalus sanguineus adalah ektoparasit penghisap darah
yang mempunyai peranan penting dalam bidang kesehatan hewan.
Rhipicephalus sanguineus disebut juga “brown dog tick” atau caplak
coklat anjing. Namun ada juga yang menyebutnya “red brown dog
tick” karena warnanya coklat kemerah-merahan dengan skutum
coklat gelap, kecil dan dan warnanya seragam. Rhipicephalus
sanguineus ini tidak seperti caplak lainnya karena ia dapat
melengkapi siklus hidupnya di dalam ruangan. Oleh sebab itu,
populasinya dapat meningkat walaupun musim dingin dan
ditemukan pada berbagai iklim yang berbeda. Banyak caplak spesies
lainnya yang hidup dalam ruangan, tetapi tidak dapat melengkapi
siklus hidupnya diruangan. Rhipicephalus sanguineus ditemukan
diseluruh dunia, biasanya pada ilim yang hangat. Pada suhu hangat
populasi caplak meningkat lebih drastis. Hal inilah yang
memnyebabkan infestasi Rhipicephalus sanguineus dapat meningkat
dengan cepat di dalam rumah dalam kurun waktu yang singkat, serta
toleran terhadap perubahan cuaca (Lord, 2001).
Rhipicephalus sanguineus tersebar di seluruh dunia
(cosmopolitan), hidup di semua negara antara garis lintang 50o LU
dan 34o LS (Levine 1990), 50oC dan 42oLS. Caplak ini akan
menyerang hampir disetiap tempat pada tubuh anjing, namun
biasanya lebih sering di daerah-daerah yang sulit dibersihkan ketika
anjig dimandikan. Mereka biasa ditemukan di kepala, leher, telinga,
sela-sela jari, tengkuk, dan bagian perut anji[ng.
B. Taksonomi Rhipicephalus sanguineus
Rhipicephalus sanguineus merupakan golongan caplak keras
(Ixodidae). Adapun taksonomi atau klasifikasi Rhipicephalus
sanguineus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Subkelas : Acari
Ordo : Prasitiformes
Subordo : Ixodida
Family : Ixodidae
Genus : Rhipicephalus
Spesies : Rhipicephalus sanguineus
2. Stadium larva
Larva Rhipicephalus sanguineus memiliki panjang 0,54 mm
dan lebar 0,39 mm, serta hanya memiliki tiga kaki.
4. Caplak Dewasa
Sama dengan stadium nimfa, caplak dewasa memiliki empat
pasang kaki, tetapi caplak dewasa memiliki ukuran yang
lebih besar dan matang secara seksual. Caplak jantan lebih
pipih dari caplak betina dengan ukuran panjang 2,28 -3,18
mm dan lebar 1,11-1,8 mm, berwarna coklat kemerahan
dengan lubang-lubang kecil yang tersebar di belakang.
Sebelum menghisap darah caplak betina memilikimukuran
yang hampir sama dengan caplak jantan yaitu panjang 2,4-
2,7 mm dan lebar 1,44-1,68 mm. namun setelah menghisap
darah caplak betina dapat bertambah besar dan menjadi
panjang 11,5 mm serta lebar 7,5 mm (Torres, 2007).
Tubuh caplak keras memiliki bentuk bulat telur dan mempunyai kulit
(integument) yang keras. Caplak memiliki skutum di bagian dorsal atau
perisai yang menutupi bagian dorsal caplak jantan, sedangkan pada betina
skutum hanya menutupi spertiga bagian anterior tubuh. Oleh karena itu,
tubuh caplak betina dapat berkembang lebih besar daripada caplak jantan
setelah menghisap darah. Mata caplak baik pada jantan ataupun betina
terletak di bagian layteral pada sisi lateral skutum (Hadi dan Soviana, 2010).
Secara umum tubuh caplak dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu
gnatosoma dan idiosoma (abdomen). Pada bagian gnatosoma dijumpai
kapitulum (kepala) dan alat-alat mulut yang terletak dalam suatu rongga
yang disebut kamerostom. Bagian dasar kapitulum adalah basis kapituli
yang berhubungan dengan bagian idiosoma. Pada bidang dorsal basis
kapituli caplak betina terdapat daerah berpori. Alat mulut caplak terdiri atas
sepasang hipostom, kelisera, dan pedipalpus. Hipostom memiliki barisan
gigi yang mengarah ke belakang. Fungsi organ ini adalah untuk
memperkokoh tautan caplak pada tubuh inang. Kelisera terdiri atas dua ruas,
dan ujungnya dilengkapi dengan dua atau lebih kait yang dapat digerak-
gerakkan, kait-kait ini berfungsi untuk membuat sayatan pada kulit inang
secara horizontal agar hipostom dapat masuk ke dalam kulit. Pedipalpus
terdiri atas 3 sampai 4 ruas yang terletak di sisi hipostom. Organ ini
merupakan alat sensori sederhana untuk membantu proses makan caplak.
Idiosoma adalah bagian posterior tubuh caplak. Pada bagian ini terdapat
tungkai. Nimfa dan caplak dewasa memiliki empat pasang tungkai.
Sedangkan larva caplak memiliki 3 pasang tungkai. Peruasan tungkai pada
caplak yaitu dimulai dari pangkal yaitu koksa, trokanter, femur, genu, tibia,
dan tarsus. Diujung tarsus terdapat apotale (ambulakrum). Pasangan tungkai
pertama memilki alat sensori yang dinamakan organ haller. Organ ini
berfungsi sebagai alat reseptor. Melalui organ haller caplak dapat
mendeteksi iang yang cocok yang dapat menerjemahkan bau feromon yang
dikeluarkan caplak lain (Torres, 2007).
Pada bagian posterior tubuh terdapat marginal festoon. Lubang kelamin
caplak terletak antara koksa I dan kosa II. Sedangkan lubang anus terletak di
ventral dibnagian subterminbal. Rhipicephalus sanguineus merupakan
caplak berumah tiga dimana setiap stadium larva, nimfa, dan dewasa
masing-masing memiliki iang yang berbeda.
A. Kesimpulan
Caplak Rhipicephalus sanguineus merupakan salah satu
ektoparasit yang menyebabkan infeksi kulit dan ditemukan pada
anjing. Caplak ini merupakan vektor penyakit babesiosis yang
menyebabkan anemia hemolitik dan sangat merugikan pada anjing.
Infestasi yang berlebihan dan berlangsung lama dapat menyebabkan
kekurusan dan kematian pada anjing. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian caplak tersebut.
Pengendalian yang paling mudah adalah dengan manajemen
kandang yang baik dan hewan diberikan tick collar yang
mengandung bahan aktif 10% imidacloprid dengan 4,5% flumerthin.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/965/3/13.%20BAB%20II.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/092469e889fd
https://media.neliti.com/media/publications/57002-ID-none.p
http://repository.unimus.ac.id/923/3/BAB%20