Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pinjal termasuk ordo Siphonaptera yang mulanya dikenal sebagai ordo
Aphniptera. Terdapat sekitar 3000 spesies pinjal yang masuk ke dalam 200 genus.
Sekarang ini baru 200 spesies pinjal yang telah diidentifikasi. Seringkali orang
tidak dapat membedakan antara kutu dan pinjal. Pinjal juga merupakan serangga
ektoparasit yang hidup pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya terutama
hewan peliharaan seperti kucing, dan anjing, juga hewan lainnya seperti tikus,
unggas bahkan kelelawar dan hewan berkantung.
Pinjal merupakan kutu hitam halus yang dapat melompat. Pinjal merupakan
kutu hewan umum. Selain anjing, Pinjal juga suka hinggap di kucing, kelinci,
kambing, tikus, hamster dan lain-lain, bahkan juga suka mengigit manusia.
Karena induk semangnya banyak, pinjal bisa menjadi pembawa penyakit antar
hewan, terutama dari hewan liar. Bila populasi pinjal terlalu banyak di tubuh
anjing, maka anjing bisa terkena anemia atau kurang darah merah.
Secara morfologi perbedaan yang jelas antara kutu dan pinjal yang sama-
sama tidak bersayap adalah bahwa tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral.,
sedangkan kutu tubuhnya pipih dorsoventral. Dengan demikian bentuk pinjal
secara utuh dapat dilihat dari pandangan samping. Bentuk tubuhnya yang unik ini
ternyata amat sesuai dengan habitatnya diantara bulu atau rambut inangnya.
Pengenalan pinjal secara mudah adalah apabila kita mengelus kucing, dan tiba-
tiba secara sekelebat kita menemukan makhluk kecil yang melintas diantara bulu-
bulu kucing dan kemudian menghilang.
Gigitan pinjal ini dapat menimbulkan rasa gatal yang hebat kemudian
berlanjut hingga menjadi radang kulit yang disebut flea bites dermatitis. Selain
akibat gigitannya, kotoran dan saliva pinjal pun dapat berbahaya karena dapat
menyebabkan radang kulit.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana morfologi Ctenocephalides canis?
2. Bagaimana siklus hidup Ctenocephalides canis?

1
3. Apa-apa saja kerugian yang ditimbulkan Ctenocephalides canis?
4. Bagaimana pencegahan dan pengobatan jika terserang Ctenocephalides
canis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui morfologi Ctenocephalides canis?
2. Untuk mengetahui siklus hidup Ctenocephalides canis?
3. Untuk mengetahui kerugian yang ditimbulkan Ctenocephalides canis?
4. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan jika terserang
Ctenocephalides canis?

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pinjal termasuk ke dalam ordo Siphonaptera yang pada mulanya dikenal


sebagai ordo Aphniptera. Secara umum, morfologi pinjal mempunyai tubuh pipih
berukuran 1,5-4 mm, tidak bersayap, mulut tersembunyi (berfungsi untuk
menusuk-mengisap, mempunyai kaki-kaki yang panjang dan kuat untuk meloncat,
pada daerah dekat mata terdapat ocular bristle, mempunyai abdomen dengan 10-
12 segmen : pada segmen ke-8 atau ke-9 terdapat spermatheca (pinjal betina),
sedangkan pada yang jantan, penis terdapat pada segmen abdomen ke-5 atau ke-6.
Juga terdapat comb (rambut seperti sisir) yang penting untuk differensiasi pinjal
yang terdiri dari Genal comb di atas mulut dan thoracal comb yang terdapat di
segmen pertama toraks.. Metamorfosa pada pinjal adalah metamorfosa sempurna.
Adapun jenis pinjal, diantaranya Ctenocephalides canis, Ctenocephalides felis,
Pulex irritans, Xenopsylla cheopis (pinjal tikus).

A. Klasifikasi Pinjal Ctenocephalides canis


Menurut Soulsby (1982), Ctenocephalides canis  berdasarkan taksonominya
termasuk ke dalam:
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Sub Kelas : Pterygota
Ordo : Siphonaptera
Super Famili : Pulicoidae
Famili : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Spesies : Ctenocephalides canis

B. Morfologi
Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar,
Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke
belakang dan rambut keras, Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di
dalam kepala, Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk, Metamorfosis

3
sempurna (telur-larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari
10 ruas, Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan. Perbedaan antara jantan dan
betina dapat dilihat dari struktur tubuhnya, yaitu jika jantan pada ujung posterior
bentuknya seperti tombak yang mengarah ke atas dan antenna lebih panjang,
sedangkan tubuh betina berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek dari jantan.
Pinjal dewasa berwarna hitam kecoklatan, tapi tampak hitam kemerahan setelah
makan darah. Pinjal dewasa panjangnya 3-4mm. Memiliki baik ctenidia genal dan
pronatal, memiliki mata, pada koksa kaki ke-2 (mesopleuron) ditemukan batang
pleural (batang meral).

C. Siklus Hidup
Pinjal mengalami metamorphosis yang sempurna, yang dimulai dari telur,
larva, pupa kemudian menjadi pinjal dewasa. Dibutuhkan sekitar 30 sampai 40
hari untuk pinjal anjing dalam mengerami telur menjadi telur yang sempurna,
meskipun ada beberapa kasus yang menunjukkan siklus ini berlangsung selama
satu tahun.
Pinjal betina mulai bertelur dalam waktu 2 hari makan darah pertamanya.
Telur pinjal berbentuk oval, berwarna putih dan kecil (0.5mm) tetapi dapat dilihat
tanpa menggunakan mikroskop. Telur diletakkan pada rambut, bulu atau dalam
habitat hospesnya, mereka kemudian jatuh ke tempat-tempat seperti tempat tidur,
karpet atau perabot. Beberapa pinjal meletakkan 3-18 telur sekaligus pada tubuh
anjing, hal ini berpotensi memperbanyak telur hingga 500 telur selama beberapa

4
bulan. Telur menetas dalam 1-12 hari setelah disimpan kemudian memproduksi
larva seperti cacing yang tidak memiliki kaki dan tidak ada mata.
Larva berwarna putih dan 1,5-5mm panjang dengan pelindung dari bulu tipis.
Mereka jarang tinggal di tubuh inang mereka, kemudian mereka segera mencari
daerah tertutup seperti tempat tidur hewan peliharaan, serat karpet dan retakan
pada lantai di mana mereka mencari makanan sementara menghindari cahaya.
Larva memakan berbagai bahan organik termasuk kulit-kulit yang terjatuh,
kotoran hewan dan kotoran dewasa (terdiri dari darah). Larva memungkinkan
untuk mengganti kulit mereka untuk tumbuh dan berubah menjadi kepompong
selama 5-15 hari. Sisa larva sebagai pre-pupa selama 3 hari sebelum molting lagi
untuk membentuk pupa.
Pupa berkembang dalam kokon dari lima hari sampai lima minggu. Dalam
kondisi normal, bentuk dewasa siap untuk muncul setelah kira-kira 2 minggu
tetapi pada temperatur yang lebih tinggi perubahan akan lebih cepat. Mereka
kadang-kadang tetap tinggal di kokon sampai getaran atau kebisingan dirasakan
(yang mengindikasikan keberadaan manusia atau binatang) yang berarti karena
tidak ada gerakan bentuk dewasa dapat tinggal di kokon sampai dengan 6 bulan.

Pinjal dewasa, tidak bersayap, ukuran 2-8mm panjang dan lateral dikompresi.
Mereka tercakup dalam bulu dan sisir yang membantu mereka untuk menempel
pada host dan memiliki antena yang dapat mendeteksi dihembuskannya karbon
dioksida dari hewan. Antena mereka juga sensitif terhadap panas, getaran,

5
bayangan dan perubahan arus udara. Semua Pinjal bergantung pada darah untuk
nutrisi mereka tetapi mampu hidup dalam waktu yang lama tanpa makan,
biasanya sekitar 2 bulan. Dalam kondisi yang menguntungkan dan disertai dengan
sumber t makanan (darah) yang memadai, Pinjal dapat hidup sampai satu tahun.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya hidup dari pinjal C.canis
dewasa adalah temperature dan kelembaban lingkungan. Ctenocephalides canis
dewasa dapat hidup optimal pada lingkungan yang bertemperatur 27oC-39oC
dengan kelembaban 75-92%. Pada lingkungan yang kelembaban 60% C.canis
dapat hidup selama 62 hari.

D. Kerugian yang Ditimbulkan


Diperkirakan bahwa 50% dari kasus dermatitis yang dilaporkan oleh dokter
hewan disebabkan oleh gigitan pinjal. Dinyatakan pula bahwa Ctenocephalides
canis merupakan penyebab utama flea allergic dermatitis (FAD) pada anjing dan
kucing. FAD merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap komponen antigenic
yang terkandung dalam saliva pinjal.
Selain bertindak sebagai vektor penyakit, ektoparasit ini juga dapat bertindak
sebagai inang antara bagi parasit lain misalnya cacing pita pada anjing dan kucing
(Diphylidium caninum) dan larva cacing filarial anjing (Dipetalonema
recondinatum).

E. Pencegahan dan Pengobatan


Membasmi pinjal anjing bisa dilakukan lewat berbagai media, seperti
shampoo, kalung, bedak, dll. Yang perlu diketahui adalah kebanyakan produk anti
pinjal hanya bisa membasmi pinjal dewasa tapi tidak memberantas telur dan
kepompong yang tersebar di sekitar rumah. Selain itu, pemberian obat yang
melebihi dosis pemakaian tidak akan membuat pinjal cepat mati tapi justru bisa
memiliki dampak racun bagi anjing. Beberapa cara pembasmian pinjal yang
umum dicoba adalah:
1. Shampoo anti pinjal, dapat berguna sebagai langkah cepat membasmi
pinjal yang banyak terlihat di badan anjing. Namun, efek anti pinjal
shampoo tidak mencapai seminggu. Sisa bahan kimia yang menempel di

6
tubuh anjing anda tidak akan berbahaya bila menuruti dosis yang
dianjurkan.
2. Larutan anti pinjal, memiliki campuran kimia yang jauh lebih kuat dari
shampoo. Tanpa petunjuk Dokter sebaiknya jangan dipakai. Baik
Shampoo maupun larutan untuk merendam anjing anda hanya efektif
membasmi pinjal dewasa, bukan telur dan kepompongnya.
3. Kalung anti pinjal. Efektif membasmi kutu dewasa saja. Cara kerja kalung
anti pinjal, pertama dengan mengeluarkan gas beracun yang mampu
membunuh Pinjal. Cara kedua adalah bahan kimianya meresap ke lapisan
lemak kulit. Gas beracun hanya mampu membunuh kutu yang ada di
daerah leher dan punggung sehingga kurang efektif dibandingkan yang
mampu meresap ke seluruh lapisan lemak kulit.
4. Bedak dan semprotan anti pinjal. Kedua produk ini melindungi anjing dari
pinjal selama 2-3 hari. Di beberapa produk, bahkan mampu melindungi
anjing dari serangan kutu lain seperti Caplak. Efektif membasmi kutu
dewasa saja.
5. Obat Minum atau Pill anti Pinjal, mencegah larva keluar dari telur. Bila
seekor kutu betina menghisap darah anjing yang telah minum obat ini,
maka telur-telur yang dihasilkan tidak akan bisa menetas. Obat ini tidak
memberantas kutu dewasa. Pengobatan ini bagus untuk memutuskan mata
rantai siklus hidup kutu di lingkungan rumah anda.
Untuk mencegah pinjal berkembang-biak, Sanitasi rumah perlu diperhatikan.
Populasi kutu yang hinggap di badan anjing anda hanya sekitar 10% dari total
populasi Kutu di rumah anda. Telur, larva, kepompong dan sebagian kutu dewasa
lainnya bertahan di karpet, seprai, tempat anjing biasa tidur dan pojok-pojok
ruangan yang gelap, hangat dan lembab. Membiarkan 90% populasi tersebut,
tidak akan bisa memberantas Kutu secara menyeluruh dari anjing. Sapu dan pel
lantai tiap hari, ganti seprai dan kain-kain lain secara teratur. Semprot pestisida
(baygon) ke pojok-pojok ruangan.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pinjal merupakan kutu hitam halus yang dapat melompat dan termasuk ke
dalam ordo Siphonaptera Pinjal mengalami metamorphosis yang sempurna, yang
dimulai dari telur, larva, pupa kemudian menjadi pinjal dewasa.
Ctenocephalides canis merupakan penyebab utama flea allergic dermatitis
(FAD) pada anjing dan kucing. Selain itu Ctenocephalides canis sebagai vektor
penyakit, juga dapat bertindak sebagai inang antara bagi parasit lain misalnya
cacing pita pada anjing dan kucing (Diphylidium caninum) dan larva cacing
filarial anjing (Dipetalonema recondinatum).

B. Saran
Segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar kami
dapat memperbaiki segala kekurangan dalam penulisan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Borror, D. J., C. A. Triplehorn & N. F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran


Serangga. Ed. 6. Penerjemah:S. Partosoedjono. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

  Elzinga, R. J. 1978. Fundamentals of Entomology. Prentice Hall of India Private


Ltd. New Delhi.Evans, G. O. 1992. Principles of Acarology.  Cambridge
University Press, UK.

Harvey, M. S & A. L. Yen. 1989. Worms to Wasps, an Illustrated Guide to


Australia’s Terrestrial Invertebrates. Oxford University Press.

Kadarsan, S., A. Saim, E. Purwaningsih, H. B. Munaf, I. Budiarti & S. Hartini.


1983.Binatang Parasit. Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Bogor. Kendall,
D.A.2008. Mites & Ticks in Insect & Other arthropod. www.kendall-
bioresearch.co.uk/mite. htm.

Krantz, G. W. 1978. A Manual of Acarology. 2nd ed. Oregon State University


Book Store, Inc.Corvalis Vredevoe, L. 1997. Background Information on
the Biology of Ticks. http://entomology.ucdavis.edu/ faculty/rbkimsey/
tickbio.html.

Levine, Norman. D. 1977. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press:


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai