Anda di halaman 1dari 13

Paper Tugas Kelompok

Mata kuliah

: Pengendalian Vektor

VEKTOR TICKS

OLEH :

KELOMPOK 3
ABDUL ANAS

K111 12 033

MARHAMAH YUDIN

K111 12 042

NURWAHIDA LATIF

K111 12 117

AMELIA DWI AYU

K111 12 278

RATNASARI

K111 12 301

BUKROANAH AMIR M

K111 12 322

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

VEKTOR TICKS
A. Morfologi
Salah satu ektoparasit yang terdapat pada tikus adalah caplak (ticks) atau sengkenit, yang
berdasrkan morfologi tubuhnya bisa dibagi menjadi dua suku, yaitu caplak keras (Hard ticks)
dan caplak lunak (Soft ticks). Salah satu ciri utama yang membedakan keduanya adalah
adanya scutum (lapisan chitin yang menebal dan keras) pada caplak keras stadium dewasa,
sedangkan caplak lunak tidak memiliki scutum.
Secara taxonomy ticks termasuk dalam kingdom Animalia Phylum, Arthropoda
Subphylum Chelicerata, Class Arachnida , Sub class Acarina, Ordo Parasitiformes, Sub
ordo Ixodida, Super family Ixodoidea, dengan family Ixodidae (caplak keras). Sedangkan
caplak lunak merupakan family Argasidae.
Sama seperti anggota arachnida lainnya (laba-laba, kalajengking dll.), tubuh caplak
terbagi menjadi dua bagian, yaitu: bagian depan disebut cephalothorax (prosoma) dan bagian
belakang tubuh disebut abdomen (ophistosoma). Meskipun demikian, tidak terdapat batas
yang jelas diantara dua bagian tubuh tersebut. Caplak dewasa mempunyai alat-alat tubuh
pada arachnida seperti khelisera dan palpus (alat sensori) dan enathosoma/capitulum, dan
empat pasang kaki (Kendall, 2008).
Panjang tubuh caplak (gambar 1) dapat mencapai 2.000-30.000 m. Selain ukurannya,
caplak dibedakan dari tungau berdasarkan letak stigma yang berada di bawah coxa (pangkal
kaki) ke empat. Caplak juga memiliki karakter-karakter khas tersendiri pada hipostoma
(Gambar 2), memiliki ocelli/mata, tetapi tidak memiliki epistoma, corniculi dan tritosternum.
Caplak dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu caplak berkulit keras/hard tick (Ixodidae) dan
caplak berkulit lunak/soft tick (Argasidae) karena tidak memiliki scutum (Krantz, 1978;
Evans, 1992). Hipostoma pada caplak merupakan suatu struktur yang terdiri dari gigi-gigi
yang tersusun teratur dan menonjol. Struktur inilah yang digunakan untuk menusuk tubuh
induk semang ketika caplak menghisap darah. Hipostoma dilindumgi oleh khelisera
(Vredevoe, 1997).
1. Caplak Keras (Hard Tick)
Caplak Keras termasuk Kelas Arachnida, Famili Ixodidae. Tubuh caplak keras
bentuknya bulat telur dan mempunyai kulit (integumen) yang liat dan mempunyai 4
pasang kaki.. Bagian dorsal caplak ini mempunyai skutum atau perisai yang menutupi
seluruh bidang dorsal tubuh pada caplak jantan, sedangkan pada yang betina skutum

hanya menutupi sepertiga bagian tubuh anterior tubuh. Oleh karena itu tubuh caplak
betina dapat berkembang lebih besar dari pada yang jantan setelah menghisap darah.
Matanya baik pada yang jantan maupun betina terletak pada sisi lateral skutum.
2. Caplak Lunak (Soft tick)
Caplak lunak termasuk ke dalam Ordo Parasitiformes, Famili Argasidae Jenis
yang paling banyak dijumpai adalah Argas persicus dan A. robertsi. Argas robertsi adalah
jenis caplak lunak yang banyak dijumpai pada ayam di Indonesia. Caplak ini yang
dewasa berukuran 4-10 x 2.5-6 mm dan bentuknya oval, bagian depan lebih sempit
daripada posterior. Bagian pinggiran tubuhnya tajam. Caplak kenyang darah mempunyai
warna kebiru-biruan, sedang yang belum makan darah berwarna coklat kekuningan dan
saluran usus yang berwarna hitam tampak dari luar. Seperti halnya Argasidae yang lain,
perbedaan jantan dan betina caplak ini sedikit sekali. Perbedaan kelamin hanya bisa
dilihat pada bentuk lubang genital yang letaknya di bagian anterior permukaan ventral
yaitu yang jantan lebih besar daripada yang betina.

Gambar 1. Caplak (sumber: www.kendall-bioresearch.co.uk)

Gambar 2. Capitulum caplak a). Hipostoma, b). Gigi, c). Palpus

(sumber http://entomology.ucdavis.edu dengan modifikasi)

Gambar 3. Caplah keras / Hard Ticks (Ixodidae)

Gambar 4. Caplak Lunak / Soft Ticks ( Argasidae)

Gambar 5. Caplak Betina

Gambar 6. Caplak Jantan

B. Bionomik
Caplak keras sering ditemukan pada hewan-hewan domestik seperti sapi, kerbau, kuda,
domba, kambing, anjing, kucing, dan unggas di berbagai wilayah di Indonesia. Jenis-jenis
tersebut adalah Amblyomma testudinarium, Boophilus microplus, Haemaphysalis bispinosa,
H. cornigera, H. hystricis, H. papuana, H. wellingtoni, Rhipicephalus haemaphysaloides, R.
sanguineus, dan Dermacentor auratus. Caplak sangat tahan terhadap perubahan fisik
misalnya terendam air, kekeringan atau ketidakadaan makanan dalam waktu berbulan-bulan.
Caplak lunak ini tersebar di Eropa, Asia dan beberapa negara di Afrika. Argas persicus
dan A. robertsi merupakan ektoparasit ayam, kalkun, burung merpati, angsa, burung kenari,
burung unta dan juga dapat menggigit manusia. Caplak lunak ini yang betina bertelur di

celah-celah kandang ayam, liang-liang tanah, retakan-retakan bangunan atau di bawah celahcelah pohon yang terlindung.
C. Berbagai Genus dalam Famili Ixodidae (Caplak Keras)

1. Boophilus
Caplak ini tidak memiliki hiasan pada skutum dan tidak memiliki festoon. Basis
kapituli berbentuk segienam. Caplak ini memiliki hipostoma yang pendek . palpi
menonjol ke dorsal dan lateral. Pada lateral skutum terdapat mata. Pada pasangan kaki
pertama terdapat celah. Caplak jantan memiliki keping adanal dan keping asesori.
Genus ini terdiri dari 5 spesies (Harwood dan James, 1979). Spesies yang
penting adalah Boophilus microplus, B. annulatus dan B. decoloratus. Ketiganya
merupakan vektor penting piroplasmosis pada sapi di Amerika, Afrika, Asia, Eropa,
dan Australia.
2. Ixodes
Caplak ini tidak memiliki hiasan pada skutum, juga tidak memiiki mata dan
festoon. Kapitulum pada kapak betina biasanya lebih panjang dari yang jantan.
Segmen kedua dan ketiga palpi menonjol dari dasar, sehingga membentuk sudut antara
palpus dengan bagian mulut. Lekuk anus melengkung ke anterior menuju anus disebut
prostriate. Pada genus lain lekuk anus terlihat lebih posterior dan disebut metastriate.
Pada jantan terdapat tujuh keping ventral yang tersusun dalam tiga baris di medial,

yaitu pregenital, medial, dan anal ; sepasang adanal dan sepasang epimeral. Tepi
keping epimeral yang terletak sebelah lateral tampak tidak jelas.
Genus Ixodes memiliki 250 spesies dan sekitar 40 spesies terdapat di Amerika
Utara (Nuttall dan Warburton, 1911). Contoh spesies dari genus ini antara lain adalah
I. ricinus, I. persulcatus, I. rubicundus, dan I. holocyclus.
3. Dermacentor
Caplak ini memiliki hiasan skutum. Lekuk anus terletak lebih posterior. Basis
kapituli berbentuk segi empat. Pada lateral skutum terdapat mata. Caplak ini memiliki
festoon yang berjumlah satu buah. Baik jantan maupun betina memiliki celah pada
pasangan koksa pertama. Pada jantan koksa semakin posterior semakin membesar dan
koksa terbesar terdapat pada pasangan kaki keempat. Caplak ini tidak memiliki keping
ventral.
Genus ini terdiri dari 31 spesies (Harwood dan James, 1979). Spesies Dermacentor
nitens merupakan vektor dalam penularan piroplasmosis pada kuda, sedangkan C.
variabilis merupakan vektor tularemia dan Rocky mountain spotted fever pada anjing
di Amerika.
4. Amblyomma
Caplak ini memiliki hiasan pada skutum. Bagian mulut lebih panjang dari basis
kapituli. Segmen kedua palpi dua kali lebih panjang dari segmen ketiganya. Caplak ini
memiliki mata dan festoon. Tidak memiliki keping adanal. Spirakel agak segi tiga atau
berbentuk koma.
Saat ini diketahui genus ini terdiri dari 100 spesies (Harwood dan James, 1979).
Spesies yang penting adalah A. maculatum merupakan parasit penting pada sapi di
Amerika Serikat (Semtner dan Hair, 1973).
5. Haemaphysalis
Caplak ini tidak memiliki hiasan pada skutum dan mata. Pada mata juga tidak
didapatkan keping ventral. Basis kapituli berbentuk segiempat dan dasar dari segmen
kedua menonjol ke lateral melewaati basis kapituli. Segmen kedua dan ketiga
meruncing ke anterior, sehingga bagian kapitulum sebelah anterior dari basis kapituli
berbentuk segitiga. Caplak ini memiliki festoon dan sebuah keping adenal posterior.

Genus Haemaphysis memiliki 150 spesies (Harwood dan James, 1979). Spesies
penting dari genus ini yang dapat menularkan piroplasmosis adalah Haemaphysis
punctata. Spesies penting yang lain adalah H. spigniera merupakan vektor penyakit
Kyasanur dan H. longicornis yang sering menyerang sapi-sapi di Australia (Saito dan
Hoogstraal, 1973).
6. Rhipicephalus
Caplak ini berwarna kemerahan atau coklat kehitaman. Lekuk anus terletaak lebih
posterior. Pada pasangan koksa pertama terdapat celah. Caplak jantan memiliki keping
adanal dan adanal asesori. Basis kapituli berbentuk segi enam. Caplak ini memiliki
festoon dan mata, tetapi tidak memiliki hiasan pada skutum.
Genus ini terdiri dari 63 spesies (Harwood dan James, 1979). Spesies yang termasuk
dalam genus ini antara lain R. appendiculatus, R. bursa, R. sanguineus dan R. evertsi.
7. Hyalomma
Merupakan caplak yang memiliki perangkat mulut yang panjang. Caplak ini mirip
dengan genus Ambylomma, tetapi segmen kedua palpi tidak sama panjang dengan
segmen ketiganya. Menurut Harwood dan James (1979) genus ini terdiri dari 21
spesies.
D. Siklus Hidup
Proses reproduksi pada caplak bervariasi. Siklus hidup yang dijalaninya berupa: telurlarva-nimpha-caplak dewasa. Caplak betina bertelur di tempat tersembunyi seperti (bawah
batu, bawah gumpalan tanah, celah lantai, celah tembok dsb) dengan jumlah 18.000 butir
selama hidupnya. Perkembangan telur sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti
(temperatur, kelembaban), Telur akan menetas 2 minggu sampai dengan beberapa bulan dan
keluar menjadi larva. Larva caplak hanya memiliki 3 pasang kaki. Larva tersebut akan
mencari hospes dan menghisap darah, selanjutnya akan mengalami ekdisis dan berkembang
menjadi Nimfa yang memiliki 4 pasang kaki. Nimfa juga akan menghisap darah selama 4
sampai 8 hari dan mengalami ekdisis untuk terakhir kalinya dan berkembang menjadi
Dewasa.
Setelah makan satu kali sampai kenyang, caplak dewasa betina akan bertelur kemudian ia
mati. Caplak betina setelah kenyang menghisap darah dapat membengkak sampai 20-30 kali

ukuran semula. Caplak memerlukan + 1 tahun untuk menyelesaikan satu siklus hidup di
daerah tropis dan lebih dari satu tahun di daerah lebih dingin. Caplak dapat bertahan hidup
selama berbulan-bulan tanpa makan jika belum mendapatkan induk semangnya. Caplak
dapat hidup pada 1-3 induk semang berbeda selama fase pertumbuhannya sehingga dikenal
dengan sebutan caplak berinduk semang satu, berinduk semang dua dan berinduk semang
tiga (Vredevoe, 1997).
Berdasarkan jumlah hospes diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya, Siklus hidup
Caplak dapat dibedakan menjadi :
1. Berumah satu (one-host ticks)
Caplak berinduk semang satu adalah caplak yang seluruh daur hidupnya mulai dari telur
sampai dewasa berada dalam satu induk semang. Caplak jenis ini tidak melalui tahapan
menjatuhkan diri dari induk semang. Artinya pada bentuk belum dewasa, caplak akan
menghisap darah hospes yang sama, dan mengalami dua kali pergantian kulit (ekdisis)
pada hospes yang sama.Contoh: Boophilus decoloratus, B. anulatus, dan B. Mikroplus.
2. Berumah dua (two-host ticks)
larva mengisap darah dan mengalami ekdisis pada hospes dan terbentuklah Nimfa, akan
menghisap darah hospes yang sama, kemudian akan jatuh ke tanah dan mengalami
ekdisis pada lingkungan luar dan berkembang menjadi dewasa. Caplak dewasa akan
mencari hospes yang baru. Artinya bahwa caplak jenis ini tahapan larva dan nimfe berada
dalam satu induk semang. Setelah induk semang kenyang akan jatuh kemudian
menginfeksi induk semang yang lain untuk langsung tumbuh menjadi dewasa. Contoh:
Rhipichepalus evertsi, R.bursa, Hyaloma truncatum dan H. Dromedariae.
3. Berumah Tiga (three-host ticks)
Pada setiap stadium dalam siklus hidupnya akan menghisap darah hospes yang berbeda.
Setiap kali sehabis menghisap darah akan jatuh dan ekdisis terjadi pada lingkungan luar.
Artinya bahwa caplak jenis ini setiap tahapan akan jatuh dan berganti induk semang yang
berbeda. Contoh: Rhiphichepalus appendicultus, R. provus, R. capensis, dan Amblyoma
hebraeum.
E. Dampak Kesehatan yang Ditimbulkan

Caplak dapat menularkan penyakit melalui dua cara yaitu secara transtadial dan
trasovarial. Secara transtadial artinya setiap stadium caplak baik larva, nimfa maupun dewasa
mampu menjadi penular patogen, sedangkan secara transovarial artinya caplak dewasa betina
yang terinfeksi patogen akan dapat menularkannya pada generasi berikutnya melalui sel-sel
telur.
Caplak berinang satu menularkan agen penyakit secara transovarial (melalui telur)
sedangkan caplak berinang dua dan tiga secara transtadial (dari larva ke nimfa dan dari nimfa
ke caplak dewasa) (Soulsby, 1982). Peran caplak sebagai penular penyakit dari hewan ke
manusia telah banyak diketahui. Beberapa penyakit yang ditularkan caplak pada manusia
adalah demam Q, demam hemoragi Crimean-Congo, penyakit lyme. Penyakit yang dapat
ditularkan oleh caplak pada sapi antara lain anaplasmosis, babesiosis, theileriosis, ensefalitis,
ehrlichiosis, dan lain-lain. Penyakit babesiosis yang ditularkan berbagai caplak dapat
menyebabkan kematian 80-90% sapi dewasa yang tidak diobati dan 10-15% ternak muda
umur satu sampai dua tahun. Kerugian lain yang timbul akibat penyakit ini adalah penurunan
berat badan, penurunan produksi susu.
Caplak keras ini sangat berperan dalam penyebaran penyakit yaitu sebagai vektor
beberapa penyakit disebabkan oleh bakteri, protozoa, virus dan ricketssia, diantaranya:
1. Tularemia
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Yersinia(Pasteurella) tularensis. Infeksi dapat
terjadi melalui gigitan caplak yang mengandung bakteri ini, ataupun hancuran tubuh
caplak yang digerus di atas kulit yangluka. Itulah sebabnya apabila digigit caplak
sebaiknya tidak digaruk tapi diambil menggunakan alat penjepit (pinset). Penyakit ini
terdapat di Amerika Utara, Eropa dan Asia. Caplak yang terinfeksi dapat menularkan
ke anak-anaknya (transovarial). Spesies caplak yang berperan antara lain:
Dermacentor andersoni, Dermacentor variabilis, dan Amblyomma americanum di
Amerika Serikat serta Dermacentor silvarium di Rusia.
2. Human babesiosis
Penyebabnya adalah Babesia sp. Spesies caplak yang berperan yaitu Boophilus
anulatus.
3. Colorado ticks fever

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Terdapat di pegunungan Amerika


Serikat. Infeksi dapat terjadi melalui gigitan caplak. Di dalam tubuh caplak, virus
berkembang biak secara propagative (bertambah jumlahnya). Spesies caplak yang
berperan adalah Dermacentor andersoni
4. Rocky mountain spotted fever (American spottedfever, tick-borne thypus fever).
Penyakit ini disebabkan oleh Rickettsia rickettsii. Infeksi dapat terjadi melalui gigitan
caplak yang infektif ataupun terjadi kontaminasi kulit denganjaringan tubuh caplak
yang infektif. Bisa jugamelalui tinja caplak yang mengkontaminasi kulit yang luka,
walaupun hal ini jarang terjadi. Spesies caplak yang berperan antara lain:
Dermacentor andersoni, Dermacentor variabilis, dan Amblyomma americanum di
Amerika Serikat. Amblyomma cajenhense di Amerika Selatan dan Rhipicephalus
sanguineus di Mexico.
5. Dermatosis
Infestasi caplak dapat mengakibatkan kerusakan kulit atau dermatosis sehingga
menurunkan kualitas kulit. Infestasi caplak juga menghilangkan rambut penutup dan
menimbulkan suatu jaringan nekrotik pada kulit.
6. Iritasi dan Penurunan Produksi
Tusukan kelisera menyebabkan iritasi dan kegelisahan sehingga aktivitas dan waktu
istirahat inang akan berkurang. Tusukan kelisera akan memperbesar faktor stress
yaitu banyak energi yang terbuang, sehingga akan menurunkan efisiensi makanan dan
sekaligus menghambat laju pertumbuhan badan dan daya produksi.
Selain penyakit-penyakit tersebut di atas, caplak juga berperan sebagai vektor
dalam penularan beberapa penyakit yang lain, seperti Far-eastern spring summer
encephalitis, Tick-borne encephalitis, Boutonneusefever, African tick fever, Queensland
tick typhus, Russian tick typhus, dan Q-fever.
F. Strategi Pengendalian
Pengendalian caplak tergantung pada jenis caplak dan induk semangnya disamping
penggunaan bahan kimia, pengendalian caplak juga melibatkan berbagai bahan non kimia
dan tatalaksana lingkungan kandang atau padang pengembalaaan yang baik. Keadaan
lingkungan padang penggembalaan yang dapat tertembus sinar matahari umumnya tidak

disukai oleh caplak. Pemangsa atau predator caplak adalah jenis-jenis burung tertentu, hewan
pengerat, dan semut. Predator-predator ini dapat menurunkan populasi caplak.
Penularan penyakit dengan caplak sebagai vektor umumnya terjadi pada wilayah
peternakan atau lingkungan yang penduduknya banyak memelihara binatang peliharaan. Cara
mencegah terkena penyakit yang ditularkan melalui capak adalah dengan menjaga kesehatan
hewan ternak dan hewan peliharaan,memotong rumput (semak) di lingkungan juga perlu
dilakukan untuk mencegah sebagai tempat bersembunyi caplak.
Selain itu, cara pengendalian yang paling efektif adalah dengan pestisida atau
akarisida, yaitu sejenis bahan kimia yang mampu membunuh caplak. Bahan kimia umumnya
sangat efektif untuk membunuh caplak, tetapi penggunaan yang berlebihan dapat
menyebabkan caplak menjadi resisten atau tahan terhadap pengaruh kimia tersebut. Di
tempat-tempat tertentu berbagai jenis dan galur caplak telah tahan terhadap jenis pestisida
tertentu, sehingga pengendalian dengan bahan kimia tidak efektif lagi. Dalam keadaan
demikian, maka jenis akarisida yang di pakai harus diganti.
1.
Bahan kimia
Akarisida adalah agen kima yang dipergunakan untuk membasmi caplak atau
kutu. Karena caplak cenderung akan tahan terhadap bahan kimia, maka orang
berusaha menciptakan obat yang paling ampuh dengan toksisitas rendah terhadap
ternak dan manusia dan efekresisensinya berkurang. Dengan usaha-usaha tersebut
maka akibatnya adalah terdapat banyak jenis obat yang diproduksi.
Akarisida yang pertama kali digunakan adalah jenis arsenic yang potensinya
besar dan harganya murah. Bahan ini sekarang tidak lagi banyak digunakan untuk
memberantas caplak. Bahan kimia lain yang masih banyak digunakan adalah lindane,
toksafen (choor-hidrocarbon), coumadioksation, diasinon (organo-posfat), karbaril
armitros (karbonat), dan sintesis piretroida. Akarisida yang digunakan harus dicampur
air dan diaduk sampai merata. Agar bahan kimia tersebut larut dalam air semuanya ,
maka dapat di tambah bahan pelarut.
2.

Pengendalian dengan cara celup


Pengendalian caplak yang paling efektif terutama bagi peternakan skala
sedang atau besar adalah dengan cara celup (dipping) menggunakan akarisida yang
cocok. Peternakan skala kecil bila menggunakan cara ini dapat mengupayakan secara
kelompok.

Sebelum cairan atau bubuk akarisida dimasukan ke dalam bak, terlebih dahulu
harus dilakukan pra-pencampuran, yakni mencampurkannya dengan air di dalam
ember sebanyak 20 liter. Dengan cara demikian akan lebih mudah terjadi
pencampuran secara merata ke seluruh bak, obat dalam bentuk pasta, apabila
memungkinkan dan tidak merusak efektivitas obat tersebut, dapat di panaskan
terlebih dahulu sampai mencair dan baru di tuangkan ke dalam bak air.Akarisida di
dalam bak dalam tahap permulaan pada umumnya belum teraduk. Oleh karena itu,
harus diaduk terlebih dahulu dengan menggunakan papan pengaduk atau dengan
caramemasukan sapi secara langsung sekitar 20 ekor seperti proses pencelupan biasa,
kemudian diulangi lagi untuk yang ke dua kalinya. Dengan cara ini diharapkan
akarisida teraduk secara sempurna.
Pembuatan bak celup perlu memperhatikan beberapa persyaratan teknis yang
telah teruji keberhasilannya, agar diperoleh hasil yang optimal. Bak celup dibangun
pada suatu tempat yang mudah dijangkau dari berbagai lokasi peternakan dan mudah
untuk memperoleh air bersih. Pencegahan yang biasa dilakukan dengan pemberian
obat-obatan berupa sulfat dan antibiotik/streptomisin dan perlu diketahui penyakit ini
yang paling sering muncul jika ternak-ternak dipadatkan ke dalam kandang yang
sangat kotor.

Adapun cara pencegahan penyakit-penyakit yang dapat ditularkan oleh Caplak yakni sebagai
berikut:
1. Aspek Lingkungan
Untuk mecegah caplak berkembang biak, maka sanitasi rumah sangat diperlukan. Caplak
dapat hidup dibalik karpet, seprai, atau tempat-tempat dimana binatang peliharaan sering
tidur. Maka penting sekali untuk menjaga kebersihan rumah seperti mengepel lantai
rumah setiap hari, rutin mengganti seprai, menyemprotkan bahan pembunuh serangga di
sudut-sudut rumah dan mengendalikan populasi tikus yang sering menjadi inang bagi
caplak.
2. Aspek Individu

Bila terdapat hewan peliharaan, sebaiknya lakukan perawatan untuk mencegah


berkembangnya caplak misalnya dengan selalu menjaga kebersihan tubuhnya,serta
menggunakan obat anti kutu pada anjing ataupun kucing. Jika ingin mecabut caplak yang
anda ditubuh hewan peliharaan, adapun cara yang benar yaitu:
a. Gunakan pinset untuk menjepit bagian kepalanya
b. Angkat langsung ke atas
c. Bila telah berhasil mengangkat caplak dan melihat bintik hitam di tempat semula,
berarti ada bagian mulut atau kepala yang tertinggal. Mulut caplak ini bila
dibiarkan akan menimbulkan infeksi atau bisul. Bila memungkinkan usahakan
cabut lagi. Bila gagal, jangan mencoba mengoreknya menggunakan jarum karena
bila masuk ke kulit hewan peliharaan dapat menimbulkan masalah yang lebih
parah. Cobalah kompres dengan air hangat dan gunakan antiseptic.
d. Masukkan caplak yang berhasi diambil ke wadah berisi minyak tanah/ insektisida.
Jangan dikeprek, karena pada darahnya banyak terdapat penyakit. Oleh karena itu,
tidak boleh menjepit tubuhnya saat mencabut caplak.

Anda mungkin juga menyukai