Anda di halaman 1dari 3

Diphyllobothrium Latum

Cacing pita ikan (fish tapeworm) memiliki scolex bantalan bothria (alur).

Hospes dan nama penyakitnya

Manusia adalah hospes definitif, hospes reservoarnya adalah anjing, kucing dan kebih jarang
mamalia lainnya. Parasit ini menyebabkan penyakit yang disebut difilobotriasis.

Distribusi geografik

Parasit ini ditemukan di Amerika,Kanada, Eropa, daerah danau di Swiss, Rumania,


Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika, Malagasi dan Siberia. Penyakit ini di Indonesia
tidak ditemuakn tetapi banyak dijumpai di negara yang banyak makan ikan salem mentah
atau kurang matang.

Taksonomi

 Kingdom : Animalia
 Filum : Platyhelminthes
 Kelas : Pseudophyllidae
 Famili : Diphyllobothriidae
 Genus : Diphyllobothrium
 Spesies : Diphyllobothrium latum

Morfologi cacing dewasa

cacing dewasa berukuran 3-13 meter terdiri dari ± 3.000


proglotid, scolex memanjang ± 2 mm, mempunyai celah isap
atau lekuk (bothria), proglotid berbentuk empat persegi
panjang, porus genitalis terletak ventro medial, sehingga
terlihat seperti kancing baju, ovarium terdiri dari 2 lobus,
pada proglotid gravid uterus berkelok-kelok seperti berbentuk roset.

Ciri telur
Berbentuk lonjing, ukuran panjang 55-76 µm dan lebar 41-56 µm, dinding tipis, terdapat
tonjolan pada salah satu kutubnya, berwarna kuning kecoklatan, bersisi sel ovum.

Patologi dan gejala kinis

Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala berat, mungkin hanya gejala berat, mungkin
hanya gejala saluran cerna seperti diare, tidak nafsu makan dan tidak enak diperut. Bila
cacing hidup dipermukaan usus halus, dapat timbul anemia hiperkrommakrositer, karena
cacing itu banyak menyerap vitamin B12, sehingga timbul gejala defisiensi vitamin tersebut.
Bila jumalah cacing banyak, mungkin terjadi sumbatan usus secara mekanik atau terjadi
obstruksi usus, karena cacing itu seperti benang kusust.

Diagnosis

Cara menegakkan diagnosis penyakit ini adalah dengan menemukan telur atau proglotid yang
dikeluarkan dalam tinja.

Daur hidup

① Manusi mengeluarkan feses pada yang bukan tempatnya


(air/sungai), telur berembrio dalam tinja. ② telur berembrio dalam air,
telur matang sekitar 18-20 hari. ③ coracidia menetas dari telur dan
dicerna oleh inang perantara pertama, krustasea. ④ setelah tertelan
oleh krustasea, coracidia berkembang menjadi larva procercold dan
berkembang di rongga tubuh krustasea. ⑤ krustasea yang terinfeksi tertelan oleh inag
perantara kedua (biasanya ikan kecil) larva procercoid yang dilepaskan dari krustasea
berkembang menjadi larva plerocercoid yang merupakan tahap infeksius untuk hospes
definitif. ⑥ inang perantara kedua yang kecil ini dapat dimakan oleh spesies predator yang
lebih besar yang kemudian berfungsi sebagai inang paratenik. ⑦ plerocercoid bermigrasi ke
otot ikan predator yang besar. Manusia terinfeksi parasit melalui konsumsi ikan inang
paratenik yang kurang matang. ⑧ plerocercoid berkembang menjadi cacing pita dewasa di
usus halus.

Anda mungkin juga menyukai