Anda di halaman 1dari 17

Parasitologi dan mikrobiologi

Cestoda
Nama-nama kelompok:

1. Susi
2. Tanti
3. Titin
4. Veronica
5. Widya Taime
6. Yane
7. Yonice
8. Yonius
9. Yunita
10.Yusella potabuga
11.Erika
Gambaran umum Cestoda
Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum platyhelminthes. Cacing dewasanya
menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata. Bentuk
hidup badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita, tidak mempunyai alat cerna atau saluran
vascular dan biasanya terbagi dalam sekmen –sekmen yang di sebut proglotid yang bila dewasa berisi
alat reproduksi jantan dan betina . Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, di
sebut skoleks.

Cestoda dalam siklus hidupnya ada yang memerlukan air untuk menetaskan telurnya ada yang tidak
(cukup dengan tanah).Yang memerlukan air contohnya Diphyllobothorium latum sedangkan yang lain
tdk memerlukan air.

Dalam penularannya kepada manusia ada yang memerlukan intermdeate host ada yg tidak(bisa
langsung menulari manusia yang lainnya.)

Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah ;

Taenia saginata dan T.solium , diphyllobothrium latum ,hymenolepis nana , echinococcus granulosus
,E.multilocularis .

Manusia merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk ;

1. Cacing dewasa, untuk spesies D.latum ,T.saginata ,T.solium ,H.nana .


2. Larva ,untuk spesies Diphyllobothrium sp,T.solium ,H.nana ,E.granulosus,multiceps .

Sifat-sifat umum
Cestoda adalah cacing hermafrodit.

Badan cacing dewasa terdiri atas;


1. Skoleks yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat di lengkapi dengan batil isap atau
dengan lekuk isap.
2. Leher ,yaitu tempat pertumbuhan badan
3. Stobila ,yaitu badan yang terdiri atas segmen-segmen yang di sebut ploglotid. Tiap ploglotid
desawa mempunyai susunan alat kelamin jantan da betina yang lengkap ;keadaan ini disebut
hermafrodit .
Infeksi terjadi dalam menelan larva bentuk infektif atau menelan telur . Pada cestoda di kenal
dua ordo;
1. Pseudophyllidea dan
2. Cyclophyllidea

Cestoda beda dengan nematode daan trematoda, yaitu tidak mempunyai usus. Makanan
masuk kedalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan sel cacing. Spesies yang
termasuk dalam cestoda usus antara lain Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana,
Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum, Taenia saginata dan Taenia solium.

Klasifikasi cestoda

Pseudophyllidea
Mempunyai skoleks dengan 2 lekuk isap .luang genital dan lubang uterus terletak di tengah –tengah
proglotid. Telur mempunyai operculum,berisi sel telur dan di keluarkan bersama tinja. Dalam air ,sel
telur tumbuh menjadi onkosfer. Telur menetas dan keluarlah korasidium, yaitu embrio yang mempunyai
banyak silia. Korasidium dimakan oleh hospes perantara I yang tergolong Copepoda (Cyclops,
Diaptomus) dan tumbuh menjadi proserkoid.

Cyclops yang mengandung parasit dimakan oleh hospes perantara II (ikan,kodok). Dalam hospes
perantara II, larva tumbuh menjadi pleroserkoid (sparganum) yang merupakan bentuk infektif. Cacing
yang termasuk Pseudophyllidea adalah cacing Diphyllobothrium latum dan D. mansoni
(Diphyllabotherium binatang).

1. Diphyllobothrium latum
a. Klasifikasi
˗ Kingdom : Animalia
˗ Phylum : Platyheminthes
˗ Class : Cestoda
˗ Ordo : Pseudophylidea
˗ Family : Diphyllobothriidea
˗ Genus : Diphyllobothrium
- Species :Diphyllobothrium latum
Hospes dan nama penyakit.

Manusia adalah hospes difinitif, hospes resevornya adalah anjing, kucing dan lebih jarang 22 mamalia
lainnya antara lain walrus, singa laut, beruang, babi, dan serigala. Parasit ini menyebabkan penyakit yg
disebut difilobotriasis.

Distribusi geografik

Parasit ini ditemukan di amerika, kanada, eropa ,daerah danau di Swiss, Rumania, Turkestan, Israel,
Manchuria, Jepang, Afrika,Malagasi dan Siberia.

Morfologi dan daur hidup

Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading ,panjangnya dapat sampai 10 m da
terdiri atas 3000-4000 buah proglotid .tiap proglotid mempunyai alat kelamin jantan dan betina yang
lengkap. Telur mempunyai operculum berukuran 70x45 mikron ,di keluarkan melalui lubang uterus,
proglotid grafid dan di temukan dalam tinja,telur menetas dalam air.larva di sebut koradisium dan di
makan oleh hospes perantara pertama ,yaitu binatang yang termasuk copepoda seperti Cyclops dan
Diaptomus .dalam hospes ini larva tumbuh menjadi proserkoid, kemudian Cyclops dimakan hospes
perantara ke II yaitu ikan salem dan proserkoid berubah menjadi larva pleserkoid atau disebut
sparganum. Bila ikan tersebut dimakan oleh hospes difinitif,misalnya manusia,sedangkan ikan itu tidak
di masak dengan baik,maka sparganum di rongga usus halus tumbuh menjadi cacing dewasa.

GAMBAR DAUR HIDUP

Patologi
Parasit ini menyebabkan penyakit yang disebut Difilobotriasis. Penyakit ini biasanya tidak
menimbulkan gejala berat, mungkin hanya gejala saluran cerna seperti Diare, tidak nafsu makan
, dan tidak enak perut. Bila cacing hidup di permukaan usus halus, mungkin timbul anemia
hiperkrommakrositer, karena cacing itu banyak menyerap vitamin B12.bila jumlah cacing
banyak, mungkun terjadi sumbatan usus secara mekanik atau terjadi obstruksi usus, karena
cacing-cacing menjadi seperti benang kusut.

Diagnosis

Cara menegakkan diagnosis penyakit ini adalah dengan menemukan telur atau proglotid yang
di keluarkan dalam tinja .

Pengobatan

Penderita di berikan obat atabrin dalam keadaan perut kosong ,disertai pemberian Na-
Bikarbonas,dosis 0,5 g dua jam setelah makan obat di berikan sebagai pencahar magnesium sulfat 15 g.

prognosis

Prognosis difilobotriasis baik, walaupun dengan anemia berat, karena setelah cacing di keluarkan
anemianya akan sembuh. Untuk mencegah terjadinya infeksi , ikan air tawar yang tersangka
mengandung bibit penyakit harus terlebih dahulu di masak dengan sempurna sebelum di hidangkan .
anjing sebagai hospes reservoir sebaiknya di beri obat cacing.

2. Diphyllobothirium binatang
Misalnya D.mansoni memerlukan anjing kuncing dan binatang lainnya sebagi hospes definitif .
manusia dapat bertindak sebagai hospes perantara ke II bila mengandung
sparganum(pleroserkoid).

Daur hidup
Dalam tubuh manusia sparganum dapat mengembara di otot dan fasia ,akan tetapi larva ini
tidak dapat menjadi dewasa.
Daur hidupnya sama seperti D.latum. dalam hospes perantara pertama yaitu; Cyclops ,di
bentuk prosorkoid dan dalam hospes perantara ke II yaitu hewan pengerat kecil, ular dan
kodok,di temukan, pleroserkoid atau sparganum.

Patologi dan gejala klinis


Pada manusia ,larva di temukan diseluruh bagian badan, terutama di mata,dan di kulit ,
jaringan toraks , perut, paha, daerah inguinal dan dada bagian dalam.
Sparganum dapat menyebar ke seluruh jaringan . perentangan dan pengerutan larva
menyebabkan peradangan dan edema jaringan sekitarnya yang nyeri.
Larva yang rusak menyebabkan peradangan local yang dapat menjadi nekrosis penderita
dapat menunjukan sakit local, urtikiri urtikaria raksasa yang timbul secara periodic, edema dan
kemerahan yang di sertai dengan menggigil,demam dan hipereosinofilia.
Infeksi pada pola mata yang relatif yang sering terjadi di asia tenggara, menyebabkan
konjungtivitis disertai bengkak dengan lakrimasi dan ptosis.

Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan larva di tempat kelainan.
Untuk identifikasi diperlukan binatang percobaan .

Pengobatan

Untuk pengobatan dilakukan pembedahan dan pengangkatan larva.

Prognosis
Prognosis tergantung pada lokasi parasit dan pembedahan yang berhasil.
Manusia menderita sparganosis karena :
1.Minum air yang mengandung Cyclops yang infektif
2.Makan kodok, Ular atau binatang pengerat yang mengandung pleroserkoid
3.menggunakan daging kodok yang infektif untuk obat
Di daerah endemic, air minum perlu di masak atau di saring dan daging hospes perantara di
masak dengan sempurna.cara yang di pakai untuk pengobatan dengan menggunakan daging
kodok di daerah murkosa –kutan yang meradang sebaiknya dicegah.

3. Hymenolepis nana
a. Klsifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Hymenolipipidae
Genus : Hymenolepis
Species : Hymenolepis nana
Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering di jumpai pada manusia,
terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di Amerika Serikat. Cacing berukuran
40 mm dan lebar 1 mm.

b. Morfologi
Merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan panjang ± 25 mm- 10
cm dan lebar 1 mm. Skoleksnya bulat memilikirostellum yang refraktif dengan mahkota kait-kait
20-30 buah. Strobila terdiri dari kira-kira 200 progloid. Telurnya bulat mempunyai 2 membran
yang meliputi embrio dengan 6 buah kait, dikenal sebagai cacing pita kerdil kosmopolitan.
Terdapat di tikus dan mencit, pada manusia khususnya anak-anak.

c. Siklus hidup
Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian mengeluarkan telur
infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat menular ke orang maupun tikus.
Telur yang termakan akan menetas didalam duodenum dan akan mengeluarkan onchosfer yang
berpenestrasi masuk ke dalam mukosa dan tinggal di saluran Limfe didaerah vili. Dilokasi
tersebut cacing berkembang menjadi cuysticercoid masuk kedalam lumen usus halus dan
melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa.

d. Epidemiologi dan DistribusiGeografis


Cacing pita ini tidak memerlukan hospes perantara. Survey yang dilakukan di negara-negara
menunjukan frekuensi dari 0,2-3,7% walaupun di daerah tertentu 10% dari anak-anak
menderita infeksi ini. Infeksi ini biasa terbatas pada anak-anak dibawah umur 15 tahun. Infeksi
biasa terjadi secara langsung dari tangan ke mulut. Frekuensinya agak lebih tinggi pada anak
laki-laki daripada anak perempuan.

Penularan tergantung pada kontak langsung, karena telurnya yang resistennya lemah, yang
tidak tahan terhadap panasdan pengeringan, tidak dapat hidup lama diluar hospes. Infeksi
ditularkan langsung dari tangan ke mulut dan lebih jarang karena kontaminasi makanan atau
air. Kebiasaan yang kurang bersih pada anak-anak menguntungkan adanya parasit ini pada
golongan umur rendah.
Hal ini sering terjadi pada anak-anak umur 15 tahun ke bawah. Kontaminasi terhadap tinja
tikus perlu mendapat perhatian. Infeksi pada manusia selalu disebabkan oleh telur yang
tertelan dari benda-benda yang terkena tanah, dari tempat buang air atau langsung dari anus
ke mulut. Kebersihan perorangan terutama pada keluarga besar dan di perumahan panti
asuhan harus diutamakan.

e. Patologi
Parasit ini biasanya tidak menyebabkan gejala. Jumlah yang besar dri cacing yang menempel
pada dinding usus halus menimbulkan iritasi mukosa usus. Kelainan yang sering timbul adalah
toksomia umum karena penyerapan dari sisa metabolit dari parasit masuk kedalam sistem
peredaraan darah penderita. Pada anak kecil dengan infeksi berat, cacing ini kadang
meyebabkan neurologi gawat, menalami sakit perut dengan atau tanpa diare, kejang-kejang,
suka tidur, dan pusing. Eosinifilia sebesar 8-16%.

f. Pencegahan dan Pengendalian


Pencegahannya sukar, karena penularan terjadi langsung dan hanya satu hospes yang
terlibat dalam lingkaran hidupnya. Pemberantasan utamanya tergantung pada perbaikan
kebiasaan kebersihan anak. Pengobatan orang yng mengandung cacing ini, sanitasi lingkungan,
menghindarkan makanan dari kontaminasi danpemberantasan binatang mengerat juga dapat
dilakukan. Obat yang efektif adalah atabrine, bitional, prazikuantel dan niklosamid.

4. Hymenolepsis diminuta
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Hymenolidididea
Genus : Hymenolepis
Species : Hymenolepis diminuta
b. Morfologi
Cacing dewasa berukuran 20-60 cm mempunyai 800-1000 buah progloid. Skoleks kecil
bulat, mempunyai 4 batil isap, dan rosteum tanpa kait-kait. Progloid matang berukuran 0,8 x
2,5 mm. Progloid gravid mengandung uterus yang berbentuk kantong dan berisi kelompok-
kelompok telur. Apabila proglotid gravid lepas dari strobila, menjadi hancur dan telurnya keluar
bersama tinja. Telurnya agak bulat mempunyai lapisan luar yang sangat jernih dan lapisan
dalam yang yang mengelilingi onkosfer dengan penebalan pada 2 kutub.

Cacing dewasa hidupdi rongga usus halus. Hospes perantaranya adalah serangga berupa
pinjal dan kumbang tepung. Dalam pinjal, telur berubahmenjadi larva sistiserkoid. Bila serangga
dengan sisterkoid tertelan oleh hospes definitif maka larva menjadi cacing dewasa di rongga
usus halus.

c. Siklus hidup
Telur ditenukan pada tinja hospes definitif.cacing ini merupakan hospes perantara I yaitu
larva pinjal tikus dan kumbang tepung dewasa. Didalam larv ini, embrio yang keluar dari
telurnya berkembang menjadi sistiserkoid akan berkembang menjadi cacing dewasa didalam
usus halus dalam waktu kira-kira 18-20 hari.

d. Epidemiologi
Penyebaran cacing ini adalah kosmopolit juga ditemukan di Indonesia. Hospes definitif
mendapat infeksi bila hospes perantara yang mengandung parasit tertelan secara kebetulan.

e. Patologi
Parasit ini tidak menimbulkan gejala, infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja. Manusia
secara kebetulan mendapat infeksi makanan atau tangan yang terkonaminasi dengan serangga
yang mengandung parasit. Infeksi pada manusia adalah ringan dan jangka waktu hidup cestoda
pada manusia pendek.

f. Pencegahan dan Pengendalian


Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari kontak dengan hospes
perantara yang memungkinkan terjadinya kontaminasi. Selalu mencuci tangan sebelum makan
juga dapat mengurangi infeksi karena kontaminasi yang menempel akan mati ketika mencuci
tangan. Obat yang efektif adalah antabrine.

5. Dipylidium caninum
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Hymenolepididae
Genus : Dipylidium
Species : Dipylidium canium
b. Morfologi
Panjang cacingini kira-kira 25 cm dan mempunyai 60-75 buah progloid. Skoleks kecil
berbentuk jajaran genjang, mempunyai 4 batil isap lonjong yang menonjol dan rostelum seperti
kerucut yang refraktif dan dilengkapi dengan 30-150 kait-kait yang berbentuk duri mawar dan
tersusunmenurut garis transversal. Leher cacing pendek dan langsing. Bentuk proglotid seperti
tempayan. Tiap proglotid mempunyai dua peangkapalat kelamin.

c. Siklus hidup
Proglotid gravid melepaskan diri dari strobila satu/satu dalam kelompok terdiri dari 2
atau 3 segmen dan proglotid ini dapat bergerak dengan kecepatan beberapa inciperjam.
Proglotid ini dapat bergerak luar secara aktif dari anus atau dikeluarkan bersama tinja. Telurnya
dikeluarkan oleh kontraksi proglotid karena disintegrasi progloid di luar usus.

Hospes perantara adalahlarva pinjal anjing, kucing, dan manusia. Bila dimakan oleh
hospes perantara onkosfer keluar dari bungkusannya, menembus dinding usus dan tumbuh
menjadi larva sistiserkoid yang infektif dan berbentuk seperti buah jambu di dalm pinjal
dewasa. Hospes definitifnya adalah anjing, kucing, dan manusia.

d. Epidemiologi
Cacing ini ditemukan kosmopolit. Sebagian besar infeksi terjadi pada anak yang berumur
kurang dari 8 tahun dan kira-kira sepertiga dari bayi yang berumur 6 bulan. Infeksi ini biasa
terjadi karena bergaul dengan anjing sebagai binatang peliharaan. Penularan terjadi karena
secara kebetulan menelan pinjal. Tuma anjing atau kucing yang mengandung parasit baik
melalui makanan yang terkonaminasi atau dari tangan ke mulut.

e. Patologi
Pada hewan Anjing dan kucing tidak menjadi sakit kecuali dengan infeksi berat dengan
gejala menjadi lemah, kurus, menderitaan ganggungn saraf dan pencernaan. Manusia yang
jarang mengandung lebih dari satu parasit jarang menunjukan gejala. Pada anak-anak mungkin
menjelma sebagai gangguan instentinal ringan, sakit pada epgastrium, diare dan kadang
mengalami reaksi alergi.

f. Pencegahan dan Pengendalian


Anak kecil sebaiknya jangan diperbolehkan mencium anjing dan kucing yang di hinggapi
pinjal atau tuma. Kebiasaan mencium kucing dan anjing sebaiknya tidak dianjurkan.

6. Taenia saginata
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taeniidea
Genus : Taenia
Species : Taenia Saginata
b. Morfologi
Cacing ini merupakan cacing yang berukuran besar dan panjang, terdiri dari kepala yang
disebut skoleks, leher, dan strobila yang merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid, sebanyak
1000-2000 buah. Panjang cacing 4-12 meter.

Skoleks hanya berukuran tertentu 1-2 mm. Mempunyai empat batil isap dengan otot-
otot yang kuat, tanpa kait-kait. Strobila terdiri dari rangkaian proglotid yang belum dewasa dan
mengandung telur. Pada proglotid yang dewasa terlihata struktur kelamin yang jelas dan
seperti testis 300-400 buah, tersebar di dindingdorsal. Vasa eferentnya bergabung untuk masuk
ke rongga kelamin, yang berakhir di lubang kelamin. Lubang kelamin ini letaknya selang seling
pada sisi kanan atau kiri strobila.

Ovarium terdiri dari dua lobus, berbentuk kipas besarnya hampir sama. Letak ovarium
sepertiga bagian posterior dari proglotid. Telur di bungkus embriofor, yang bergaris-garis radial
berukuran 30-40 x 20-30 mikron. Telur yang baru keluar dari uterus masih di selimuti oleh
selaput tipis yang disebut lapisan luar telur.

c. Siklus hidup
Proglotid yang berisi penuh, telur melepaskn diri dari tubuh cacing dan keluar melalui
feses. Cacing dapat keluar sendiri melalui feses atau anus. Setiap segmen dapat terlihat
tersendiri dan dapat merayap secar aktif.

Bilamana segmen mulai menring maka bagisan dinding ventral robek dan telur telur
keluar dari robekan dinding tersebut. Paad saat itu telur berembrio dan infektif dapat
menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan minggu-minggu. Hospes
intermedier paling utama adalah sapi, kambing dan domba.

Bila telur termakan oleh sapi dan menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi oleh
asam lambung dan sekresi instestinum. Hexacant yang keluar dari telur langsung berpenestrasi
ke dalam mukosa dan masuk ke dalam venula instestinum, terbawa oleh aliran darah ke seleruh
tubuh. Cacing muda tersebut biasanya meninggalkan kapiler masuk diantara sel muskulus dan
masuk dalam serabut otoy. Dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian menjadi cysticercus
dalam waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna putih seperti mutiara dengan ukuran 10 mm
yang berisi satu skolen invaginatif.

Penyakit ini disebabkan oleh cacing pada sapi disebut Cysticercisis bovis. Orang
memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular bilamana daging sapi tersebut
dimasak kurang matang/ masih mentah.

d. Epidemiologi
Cacing tersebut adalah kosmopolit, di dapat di Eropa dan juga di Indonesia. Cacing
tersebut banyak ditemukan di daerah yang penduduknya banyak memakan daging sapi/kerbau.
Memelihara ternak juga termasuk dalam peranan penyakit.

e. Patologi
Nama penyakitnya disebut Taeniasis Saginata. Cacing dewasa taenia saginata biasanya
menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut meras tidak enak, mual
muntah, diare, dan pusing. Umumnya gejala tersebut berkaitan dengan ditemukannya cacing
yang bergerak-gerak didalam tinja. Atau cacing yang keluar dari lubang dubur, yang keluar
sebenarnya adalah proglotid. Gejala yang lebih berat dapat terjadi yaitu proglotid mendesak
masuk ke appendiks atau terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobilacacing.

f. Pencegahan
Tindakan pencegahan terdiri atas :

1. Menghilangkan infeksi dengan mengobati orang yang terken infeksi parasit ini dan
mencegah kontaminasi tanah dengan tinja manusia.
2. Pemeriksaan daging sapi akan adanya sisteserkus.
3. Pendinginan daging sapi pada suhu -10°Cselama 5 hari
4. Memasak daging sapi sampai matang diatas suhu 57°C
5. Melarutkan didalam larutan garam 25% selama 5 hari dapat membunuh sistiserkus.
6. Taenia Solium
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taeniidea
Genus : Taenia
Species : Taenia solium
b. Morfologi
Cacing pita ini berukuran panjang kira-kira 2-4 meter, cacing ini hampir sama dengan Taenia
saginata, terdiri dari skoleks, leher dan strobila, yang terdiri atas 800-1000 ruas progloid.
Skoleks yang bulat berukuran 1 miimeter mempunyai 4 buah batil isap denagn rostelum yang
mempunyai 2 baris kait-kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah. Seperti taenia saginata,
strobila terdiri dari serangkaian proglotid dewasa dan mengandung telur.

Perbedaan antara taenia saginata dan taenia solium yaitu jumlah folikel testisnya lebih
sedikit yaitu 150-200 buah. Bentuk proglotid gravid mempunyai panjang hampir sama dengan
lebarnya. Proglotid gravid berisi kira-kira 30.000- 50.000 buah telur.

c. Siklus hidup
Seperti pada taenia saginata, telurnya keluar melalui robekan pada proglotid. Telut tersebut
bila termakan oleh hopses perantara yang sesuai, maka dindingnya dicerna oleh embrio
heksakan keluar dari telur, menembus dinding usus dan masuk masuk ke dalam saluran getah
benih atau darah.

Embrio heksakan kemudian ikut aliran darah dan menyangkut di jaringan otot babi, dapat di
bedakan dari cacing gelembung sapi, dengan adanya kaitkait di skoleks yang tunggal.cacing
gelembung yang disebut sisterserkus selulose biasanya biasanya ditemukan pada otot lidah,
punggung dan pundk babi. Hospes perantara lain adalah babi adalah monyet, unta, dan anjing.
Larva tersebut berukuran 0,6-1,8 cm. Bila daging babi yang mengandung larva sisterserkus
dimakan manusia, dinding kista dicerna, skoleks mengalami evaginasi untuk kemudian
melekatpada dinding usus. Dalam waktu 3 bulan, cacing tersebut menjadi dewasadan
melepaskan proglotid denagn telur. Hopses definitif cacing ini adalah manusia , sedangkan
hopes perantaranya adalah manusia dan babi.

d. Epidemiologi
Merupakan kosmopolit, akan tetapi tidak dapat ditemukan di negara Islam. Cacing tersebut
ditemukan di negara yang banyak peternak babidan di tempatnya banyakdi santapdaging babi,
seperti di Amerika Serikat, dan Indonesia juga termasuk. Frekuensi telah menurun dinegara
maju karena pemeriksaan daging yang ketat, kebersihan kebersihan yang lebih baik dan fasilitas
sanitasi.

Walaupun cacing ini kosmopolit, kebiasaan hidup penduduk yang dipengaruhi tradisi
kebudayaan dan agama. Cara menyatap daging tersebut adalah matang, setengah matang
maka dengan mudah terinfeksi cacing taenia solium.

e. Patologi
Nama penyakit yangdisebabkan oleh cacing dewasa adalah taeniasis solium dan yang
dipengaruhi stadium larva adalah sisterserkosis. Bila ada, dapat berupa nyeri padalambung,
mencret, mual, muntah, dan sakitkepala.

Pada manusia sistisserkus atau larva taenia solium sering menhinggapi jaringan subkutis,
mata, jaringan otak, oto, otot jantung, hati, paru dan rongga perut. Pada jarinagan otak/
medula spinalis, sistiserkus jarang menglami klasifikasi. Keadaan ini sering menimbulkan reaksi
jaringan dan dapat mengakibatkan serangan ayan (epilepsi). Hidrosefalus internus dapat terjadi
bila timbul sumbatan aliran cairan serebrospinal, dapat mengakibatkan kematian.

f. Pencegahan dan pengobatan


Pemberantasan infeksi taenia solium terdiri dari:

- Pengobatan yang mengandung parsit.


Pengobatan penyakit taenia solium digunakan prazikuantel. Untuksisterserkus
digunakan obat prazikuantel, albendasol.
- Sanitasi
Di daerah endemi tinja manusia tidakboleh di buang ke tempat-tempat yang dimasuki
babi.
- Pemeriksaan daging babi
Pemeriksaan daging babi oleh pemerintah mengurangi infeksi pada manusia.
- Memasak dan mengolah daging babi dengan sebaik-baiknya.
Pemanasan pada 45-50°C, tetapi dging babi di masak paling sedikit setengah
jam.sistiserkus akan mati pada suhudi bawah -2°C.

Anda mungkin juga menyukai