Anda di halaman 1dari 31

Trematoda Hati dan

Paru
Kelompok 6
Devy Arianti Lestari
M. Tabah Jaelani
Nurawantitiani

Trematoda

Trematoda adalah cacing yang secara


morfologi berbentuk pipih seperti daun.
Pada
umumnya
cacing
ini
bersifat
hermaprodit, kecuali genus Schistosoma.
Pada dasarnya daur hidup trematoda ini
melampaui
beberapa
fase
kehidupan
dimana dalam fase tersebut memerlukan
hospes
intremediet
untuk
perkembangannya.

Menurut lokasi parasit cacing, trematoda dikelompokkan


menjadi :
1. Trematoda pembuluh darah : Schistosoma
haematobium, Schistosoma mansoni, Scistosoma
japonicum
2. Trematoda paru : Paragonimus westermani
3. Trematoda usus : Fasciolopsis buski, Echinostoma
revolutum, Echinostoma ilocanum
4. Trematoda hati : Clonorchis sinensis, Fasciola heatica,
Fasciola gigantica

Trematoda Hati
Terdapat tiga jenis parasit yang ada didalam hati, yaitu :
1. Clonorchis sinensis
2. Fasciola hepatica
3. Fasciola gigantica

1. Clonorchis sinensis
Taxonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Kelas
Ordo

: Trematoda
: Digenea

Family : Opisthorchidae
Genus : Clonorchis
Species: Opisthorchis sinensis (Clonorchis sinensis)

Penyakit
Klonorkiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing
Clonorchis sinensis yang juga dikenal dengan nama cacing
hati oriental atau Cina merupakan Agens etiologi
Cacing/Helminthes (trematoda/cacing pipih).

Hospes
Dalam daur hidupnyaClonorcis sinensismempunyai dua
hospes parantara dan hospes definit. Hospes perantara
pertamanya bekicot terutamaParafossarulus manchouricus,
spesies dari genusBulinu , Bythinia, Semisulchospira,
Alocinna, Tiara.

Morfologi

Telur

Telur berbentuk oval seperti kendi operkulum besar ,bagian


posteriornya menebal dan biasanya ada tonjolan kecil.Telur
berisi mirasiduim,ukuran telur 25-35 X 12-19 mikron, dan warna
telur kuning.

Lanjutan . . . .
Larva
Dalam siklus hidupnya setelah keluar dari telur
cacingClonorchis sinensis berkembang berturutturut
menjadi
beberapa
bentuk
larva
mirasidium(berenang di air); sporokista, redia,
serkaria (dalam tubuh tubuh bekicot); Metaserkaria
(dalam tubuh ikan dan hospes definitif)
Mirasidium

Serkaria

Berwarna coklat,berekor,memiliki dorsal dan ventral sirip untuk


bergerak, bintik mata yang berfungsi sebagai alat sensori,dan kutikula
dengan duri-duri kecil.

Metaserkaria

Berbentuk oval dan memiliki silia(rambut getar).

Metaserkaria merupakan stadium larva berbentuk kista berkembang.


Kista memiliki dinding yang sangat tebal organ larva seperti bintik
mata,ekor dan stiletnya telah hilang.

Sprokokista

Berbentuk
kantong
dan
mengandung
sel-sel
germinal .Sel-sel germinal membentuk membentuk
sporokista generasi kedua atau redia.
Redia
Berbentuk kantong,memiliki faring yang nyata dan
usus rudimenter. Mengandung sel germinal yang
akan berkembang menjadi redia generasi kedua atau
serkaria.

Cacing dewasa

Cacing pipih berbentuk daun.Bagian posteriornya membulat dan pada


integumenya tidak ditemukan duri.Ukuran cacing dewasa 10-25 X 35mm.

Siklus Hidup

Siput merupakan pejamu perantara yang pertama. Sekitar 40 spesies ikan sungai berperan sebagai
pejamu sekunder. Manusia, anjing, kucing dan banyak spesies mamalia pemakan ikan yang lain
merupakan pejamu akhir. Cara penularan dan manusia terinfeksi karena memakan ikan air tawar.
Contohnya daging ikan yang mentah atau dimasak tidak matang yang di dalamnya terdapat larva
berbentuk kista (metaserkaria). Pada saat dicerna larva cacing akan terbebas dari dalam kista dan
bermigrasi melalui Duktus Koledokus ke dalam pecabangan empedu.
Telur dalam empedu diekskresikan melalui tinja. Pada tempat yang sesuai, telur yang fertil (telah
dibuahi) akan menetas menjadi larva bersilia yang disebutmirasidium. Jika telur ini termakan oleh
siput (lymnea) sebagai pejamu pertama yang rentan, maka akan menetas dalam usus siput. Larva
atau mirasidium ini dalam 2 minggu akan berubah bentuk menjadi sporosista.
Sporosista yang tidak bersilia, kemudian tumbuh dan akhirnya pecah menghasilkan larva kedua
disebutredia. Redia masuk kejaringan siput. Didalam tubuh siput redia akan tumbuh dan
berkembang menghasilkan larva ketiga disebutserkaria. Jadi jika diringkas
perkembanganlarvadalam keong air adalah sebagai berikut:
Mirasidium sporokista redia serkaria
Serkaria ini kemudian bermigrasi atau meningglkan tubuh siput dan masuk ke dalam air. Jika
mengenai pejamu kedua (ikan), serkaria akan menembus tubuh ikan dan biasanya masuk ke dalam
daging ikan atau biasa juga di bawah sisik (kulit). Saat itu membentuk metaserkaria (kista).
Kemudian melepaskan ekornya. Ikan yang mengandung metaserkaria akan termakan oleh manusia,
jika ikan tersebut tidak dimasak dengan matang. Metaserkaria dalam bentuk kista akan masuk ke
dalam sistem pencernaan, kemudian berpindah kehati melalui saluran empedu dan tumbuh menjadi
cacing dewasa, dan mengulang kembali siklus hidupnya.

Epidemiologi

Daerah endemis adalah Asia termasuk Korea, China, Taiwan, dan


Vietnam. Clonorchiasis juga dilaporkan terjadi di Negara
nonendemis (Amerika Serikat). Kasus infeksi terjadi pada
imigran atau memakan ikan segar mentah yang mengandung
metaserkaria. Diorient, tetapi tidak terdapat di Western
Hemisphere. Reservoir atau sumber Siput merupakan pejamu
perantara yang pertama. Sekitar 40 spesies ikan sungai berperan
sebagai pejamu perantara sekunder

Patologi dan Gejala Klinis

Perubahan patologi terutama terjadi pada sel epitel saluran


empedu. Pengaruhnya terutama bergantung pada jumlah cacing
dan lamanya menginfeksi, untungnya jumlah cacing yang
menginfeksi biasanya sedikit. Pada daerah endemik jumlah
cacing yang pernah ditemukan sekitar 20-200 ekor cacing. Infeksi
kronis pada saluran empedu menyebabkan terjadinya penebalan
epithel empedu sehingga dapat menyumbat saluran empedu.
Pembentukan kantong-kantong pada saluran empedu dalam hati
dan jaringan parenchym hati dapat merusak sel sekitarnya

Pencegahan

Mengurangi sumber infeksi dengan melakukan pengobatan pada


penderita. Menghindarkan penularan melalui ikan dengan
memasak sempurna, pengasinan, pendinginan atau pemberian
cuka bagi ikan yang akan dimakan, selain itu diperlukan
pendidikan yang berhubungan dengan sanitasi

Pengobatan

Dapat diberikan klorokuin difosfat dosis 250 mg 3 kali sehari


selama 6 minggu. Pengobatan ini sering gagal disertai optic
neuropati, sehingga perlu dicari obat lain yang lebih baik.
Praziquantel lebih efektif dan lebih aman.

2. Fasciola hepatica
Taxonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class

: Trematoda

Subclass : Digenea
Ordo : Echinostomida
Family : Fasciolidae
Genus : Fasciola
Species

: Fasciola hepatica

Penyakit
Fasciolosis adalah penyakit cacing penting yang disebabkan oleh dua
trematoda Fasciola hepatica dan gigantica Fasciola. Penyakit ini
disebabkan oleh trematoda yang bersifat zoonosis.
Cacing dewasa dari kedua jenis dilokalisasi dalam saluran empedu dari
hati atau kandung empedu

Hospes
Hospes Definitif : Manusia, kambing dansapi
Hospes Perantara : Keong air (Lymnea) dan tanaman air

Morfologi
Telur

Cacing Dewasa

Bentuk seperti daun

Bentuk oval

Ukuran :

Ukuran : 60 90 x 130 - 150

P : 2-3 cm

Dinding telur tebal

L : 0.8 1.3 cm

Mempunyai overculum

Mempunyai chepalic Cone

Ada penebalan pd salah satu kutub

Mempunyai B.I Kepala,B.I perut

Memempunyai Kel. Vitelaria

Testis bercabang-cabang

Siklus Hidup

Pada spesiesFasciola hepatica,cacing dewasa bertelur di dalam saluran


empedu dan kantong empedu hewan ruminansia dan manusia. Kemudian telur
keluar ke alam bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur
ini akan menetas menjadilarva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium
akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularisrubigranosa). Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista
(menetap dalam tubuh siput selama + 2minggu). Sporokista akan menjadi larva
berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara partenogenesis.
Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva
berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya
serkaria dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa lama.
Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria
membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada
rumput atau tumbuhan air sekitarnya. Perhatikan tahap perkembangan
larvaFasciola hepatica.Apabila rumput tersebut termakan oleh hewan
ruminansia dan manusia, maka kista dapat menembus dinding ususnya,
kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa disana untuk
beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.

Epidemiologi

Penyakit ini ditemukan tersebar di dunia. Di Indonesia


ditemukan hampir di seluruh daerah, terutama di daerah
yang basah. Morbiditas dan Mortalitas Tingkat morbiditas
dilaporkan 50-75 %, rata-rata 30 %.

Patologi dan Gejala Klinis


Masa inkubasi Fascioliasis menginfeksi pada manusia sangat bervariasi, karena
dapat berlangsung dalam beberapa hari dalam 6 minggu atau antara 2-3 bulan.
Bahkan dapat lebih lama dari waktu tersebut;
Gejala klinik yang paling menonjol adalah anemia, selain itu dapat pula terjadi
demam dengan suhu 40-42 derajat, nyeri di bagian perut dan gangguan pencernaan;
Bila penyakit berlanjut, dapat terjadi hematomegaliasites di rongga perut, sesak
nafas dan gejala kekuningan;
Selain itu, dalam kasus fasciolosis kronis, dapat mengakibatkan terbentuknya
batu empedu, sirosis hati dan kanker hati. Bahaya lain akibat infeksiFasciola
hepaticaini adalah dapat mengakibatkan komplikasi pada:
telinga, mata
paru-paru, dinding usus
limpa, pankreas,
hati

Pencegahan

Pengobatan

Bithionol (Lorothidol, Bitin)

Triclabendazole (Fasinex)

Praziquantel (Biltricide)

Memasak makanan sampai benar-benar matang, konsumen


harus menghindari konsumsi selada air yang mentah.
Kalaupun tetap harus mengkonsumsi sayuran mentah,
sebaiknya sayuran tersebut dicuci dahulu dengan larutan
cuka atau larutan potassium permanganat sebelum
dikonsumsi.

3. Fasciola gigantica
Taxonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class

: Trematoda

Subclass : Digenea
Ordo : Echinostomida
Family : Fsciolidae
Genus : Fasciola
Species

: Fasciola hepatica

Morfologi
Telur

Sukar dibedakan dengan telur Fasciola hepatica

Ukuran 160-190 X 70-90

Cacing Dewasa

Bentuk mirip Fasciola hepatica, tetapi Fasciola gigantica lebih


besar dan panjang, ukuran 3,5- 5 cm X 0,7-1 cm
(perbandingan panjang:lebar 5 : 1)

Cephalic cone pendek, caeca lebih bercabang-cabang sampai


ujung posterior

Testis : bentuk dendrit, susunan tandem

Tambahan
Pada dasarnya parasit Fasciola hepatica dan Fasciola
gigantica pada bagian siklus hidup, penyakit, hospes,
patologi dan gejala klinis, pencegahan serta pengobatan
adalah sama, yang berbeda hanya pada morfologinya,
karena morfologi parasite Fasciola gigantica lebih besar
dari pada parasite Fasciola hepatica.

Trematoda Paru
Taxonomi
Kingdom : Animali
Phylum : Platyhelminthes
Class

: Trematoda

Ordo : Plagiorchiida
Familly : Troglotrematide
Genus : Paragonium
Species: Paragonimus westermani

Penyakit
Paragonimiasis adalah penyakit dimana bagian tubuh yang diserang adalah
paru-paru. Penyakit yang disebabkan oleh cacing Paragonimus westermani
ini biasa disebut paragonimiasis, paragonimiasis adalah infeksi parasit
makanan terdapat pada paru-paru yang bisa menyebabkan sub-akut untuk
penyakit radang paru-paru kronis dapat juga melalui udara.

Hospes
Hospes definitif : Manusia, kucing, anjing
Hospes perantara I : Keong air / siput (Melania/Semisulcospira spp)
Hospes perantara II : Ketam / kepiting

Morfologi

Telur

Ukuran 80 120 x 50 60 mikron

Bentuk oval cenderung asimetris

Terdapat operkulum pada kutub yang mengecil

Ukuran operkulum relatif besar, sehingga kadang tampak


telurnya seperti terpotong berisi embrio.

Cacing Dewasa

Bersifat hermaprodit

Sistem reproduksinya ovivar

Bentuknya seperti daun berukuran 7 12 x 4 6 mm dengan


ketebalan tubuhnya antara 3 5 mm

Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut

Uterus pendek berkelok-kelok

Testis bercabang, berjumlah 2 buah

Ovarium berlobus terletak di atas testis

Kelenjar vitelaria terletak di 1/3 tengah badan.

Siklus Hidup

Telur keluar bersama tinja atau sputum, dan berisi sel


telur. Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 16 hari
lalu menetas. Mirasidium lalu mencari keong air dan
dalam keong air terjadi perkembangan. Serkaria keluar
dari keong air, berenang mencari hospes perantara II, lalu
membnetuk metaserkaria di dalam tubuhnya. Infeksi
terjadi dengan memakan hospes perantara ke II yang
tidak dimasak sampai matang. Dalam hospes definitive,
metaserkaria menjadi dewasa muda di duodenum. Cacing
dewasa muda bermigrasi menembus dinding usus, masuk
ke rongga perut, menembus diafragma dan menuju ke
paru. Jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan
sehingga cacing dewasa terbungkus dalam kista, biasanya
ditemukan 2 ekor didalamnya.

Epidemiologi

Patologi dan Gejala Klinis

Paragonimus
westermaniadalah
kosmopolit
terhadap
mamalia, kosmopolit terhadap manusia banya ditemukan di
daerah Timur Jauh. Daerah endemic utama adalah Jepang,
Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok dan Filiphina. Manusia
mendapat infeksi bila memakan ketam air tawar atau udang
batu mentah yang terkena infeksi. Kebiasaan di daerah Timur
adalah memakan udang batu yang diasinkan atau disajikan
menjadi ketam mabuk

Gejala pertama di mulai dengan adanya batuk kering yang


lama kelamaan menjadi batuk darah cacing dewasa dapat
pula bermigrasi ke alatalat lain dan menimbulkan abses
pada alat tersebut misalnya pada hati dan empedu. Saat
larva masuk dalam saluran empedu dan menjadi dewasa,
parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu,
penebalan dinding saluran, peradangan sel hati dan dalam
stadium lanjut akan menyebabkan sirosis hati yang disertai
oedema

Pencegahan

Pengobatan

Tidak memakan ikan / kepiting mentah. Apabila menkonsumsi


harus sudah dimasak secara sempurna sehingga bisa dihindari
terinfeksi oleh metaserkaria dalam ikan/kepiting tersebut.

Praziquentel dan bitionol merupakan obat pilihan.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai