PARASITOLOGI HELMINTES
“ Nematoda Jaringan ”
Oleh :
Kelompok V
1. Arifin Ahmad (1900053)
2. Dwi Khofifah (1900060)
3. Gustika Azhar (1900064)
4. Lala Novela (1900068)
5. Rhyzha asparyzha (1900087)
6. Wahdatul Asmaul Fauziah (1900097)
DOSEN PENGAMPU:
Melzi Oktaviani,M.Farm.Apt
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
member petunjuk, bimbingan dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka memennuhi tugas
mikrobiologi & parasitologi
Makalah ini tersusun dari berbagai sumber reverensi baik dari media cetak
maupun internet.. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam
proses pembelajaran. Penulis menyadari bahwa makalah yang sudah penulis
kerjakan masih sangat jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu kritik, saran serta
pendapat dari ibu Melzi Oktaviani,M.Farm.Apt yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan dengan tujuan supaya tugas - tugas yang selanjutnya dapat
penulis kerjakan dengan lebih baik lagi.
kelompok v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Pengetian Nematehelmintes..........................................................................3
B. Ciri-ciri Nematehelmintes.............................................................................4
C. Klasifikasi dari Nematehelmintes.............................................................5
D. Penyebaran,Hospe, Habitat, Taksonomi, Morfologi Dan Daur Hidup,
Gejala, Pencegahan , Pengobatan Dari Jenis-Jenis Nematoda Jaringan ?...........6
1) Wuchereria bancrofti (Cacing Rambut)....................................................6
2) Brugia Malayi..........................................................................................10
3) Brugia Timori..........................................................................................13
4) Loa-Loa (Cacing Loa, Cacing Mata)......................................................17
5) Onchocerca valvulus...............................................................................20
BAB III PENUTUP ..............................................................................................23
A. kesimpulan..................................................................................................23
B. saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena ini di makalah ini kami akan membahas tentang filum
nematoda jaringan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Nematehelmintes ?
2. Ciri-ciri dari Nematehemintes ?
3. Apa Klasifikasi Dari Nematoda Jaringan ?
4. Bagaimana Penyebaran,hospe, habitat, taksonomi, morfologi dan daur
hidup, gejala, pencegahan , pengobatan dari jenis-jenis Nematoda
jaringan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Nematehelmintes
2. Untuk mengetahui kalsifikasi dari Nematehelmintes
3. Untuk mengetahui kasifikasi dari nematode jaringan
4. Untuk mengetahui penyebaran ,hospes, habitat, morfologi, dan daur
hidup dari jenis-jenis nematode jaringan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Nematehelmintes
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema= benang,
helminthes= cacing) disebut sebagai cacing gilig karena tubuhnya
berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah
memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.
Cacing dewasa memiliki pseudocoelom (tabung dalam tabung), sebuah
ruang tertutup yang berisi cairan berfungsi sebagai rangka hidrostatik,
membantu dalam peredaran dan penyebaran sari makanan. Oleh karena
memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan
Pseudoselomata.
Filum Nemathelminthes terdiri dari bebrapa ratus ribu spesies,
kebanyakan hidup bebas meskipun beberapa ada yang parasit. Nematoda
kurang dalam sistem peredaran darah namun memiliki sistem pencernaan
yang berkembang dengan baik.
B. Ciri-ciri Nematehelmintes
Ciri-Ciri dari filum Nemathelminthes sendiri antara lain adalah sebagai
berikut :
Memiliki tubuh yang berbentuk bulat panjang seperti benang
dengan ujung-ujung yang meruncing, berbentuk gilig/silindris
memanjang , tidak beruas-ruas, tidak bersilia, dan simetris bilateral
Merupakan anggota dari kelompok hewan pseudoselomata
( Hewan yang memiliki rongga tubuh (selom) yang bersifat semu )
Tergolong triploblastik karena tubuhnya terdiri dari 3 lapisan
yaitu ektoderm , mesoderm dan endoderm denga rongga tubuh /
selom yang masih bersifat semu
Nemathelminthes sudah memiliki sistem pencernaan tubuh yang
lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan anus
Alat ekskresi berupa protonefridia (Tubulus/pembuluh bercabang-
cabang yang memanjang pada bagian samping kiri dan kanan
disepanjang tubuh Sel )
Belum memiliki sistem peredaran darah, jantung, dan sistem
pernafasan
Pertukaran gas pada filum Nemathelminthes ini berlangsung di
seluruh permukaan tubuh
Dalam tubuhnya terdapat cairan tubuh yang mirip dengan darah
Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan
tawar atau laut
Hidupnya ada yang bebas dan ada pula yang bersifat parasit pada
manusia, hewan, dan tumbuhan lain. Nemathelminthes yang hidup
secara bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan
yang hidup secara parasit memperoleh makanan berupa sari
makanan dan darah dari tubuh inangnya.
Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, mulai dari yang bersifat
mikroskopis hingga yang panjangnya 1 meter. Umumnya, Individu
betina berukuran lebih besar daripada individu jantan
Permukaan tubuh pada Nemathelminthes dilapisi oleh lapisan
kutikula yang berfungsi untuk melindungi diri dari enzim
pencernaan inang
Sistem Pencernaan MakananSistem pencernaanya sudah lengkap
dan memiliki cairan pseudoselom yang membantu sirkulasi
makanan ke seluruh tubuh. Saluran pencernaan berupa pipa lurus
yang dimulai dari kerongkongan (esofagus) dilanjutkan ke usus
(intestinum) dan berakhir di anus.
Sistem ekskresi hewan ini terdiri atas 2 saluran lateral yang
bermuara di sebuah lubang di bagian ventral.
Sistem Pernapasan dengan pertukaran gas secara difusi melalui
permukaan tubuh.
Sistem Reproduksibereproduksi secara seksual. Umumnya cacing
betina lebih besar daripada cacing jantan. Perbedaan lain terdapat
pada bagian ekor. Pada hewan jantan, di dekat lubang anal terdapat
tonjolan yang disebut penial setae yang digunakan untuk kopulasi,
sedangkan pada betina tidak ada. Fertilisasi berlangsung secara
interna
A. Penyebaran
Ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, india,cina
selatan,jepang , kepulauan Pasifik,Australia,Afrika Barat dan tengah
,Amerika Selatan dan Indonesia ditemukan di daerah-daerah endemik.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Classis : Secernentea
Ordo : Spirurida
Upordo : Spirurina
Family : Onchocercidae
Genus : Wuchereria
Pencegahan filariasis
Pengobatan filariasis
Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis
dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat
membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.
Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif
murah. Untuk filariasis akibatWuchereria bankrofti, dosis yang dianjurkan 6
mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis akibatBrugia
malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari selama
10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, sakit kepala, mual
hingga muntah.
2) Brugia Malayi
B. Distribusi geografi
Burgia malayi hanya terdapat di Asia, dari india sampai ke jepang,
termasuk Indonesia (parasitologi kedokteran edisi 3). Pada daerah tersebut
hanya manusia yang merupakan satu-satunya definitive host. Sedangkan
strain diurnal subperiodik ditemukan di daerah Asia Tenggara. Di daerah
ini selain manusia, ternyata kera, kucing, dan beberapa hewan carnivore
dapat menjadi reservoir host (Helmintologi kedokteran).
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Spirurida
Famili : Onchocercidae
Genus : Brugia
Pengobatan :
Diethylcarbamazine (DEC) adalah obat pilihan untuk mengatasi filariasis.
Obat ini dapat membunuh mikrofilaria dan beberapa cacing dewasa. Efek
samping dari obat ini adalah pusing, mual, demam, sakit kepala, dan nyeri
pada otot atau sendi.
3) Brugia Timori
A. Hospes dan nama penyakit
Brugia timori hanya terdapat pada manusia. Penyakit yang disebabkan
oleh brugia timori disebut filariasis timori. Kedua penyakit tersebut
kadang-kadang disebut sebagai filariasis brugia
B. Distribusi geografi
Burgia timori hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores,
Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur.
Kingdom: Animalia
Phylum: Nematoda
Class: Secernentea
Order: Spirurida
Family: Onchocercidae
Genus: Brugia
Species B. timori
D. morfologi
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh limfe.
Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Yang betina
berukuran 21-39 mm x 0,1 mm dan yang jantan 13-23 mm x 0,08 mm.
cacing betina mengeluarkan microfilaria yang bersarung, ukuran
microfilaria brugia timori 280-310 mikron x 7 mikron
Mikrofilia brugia timori mempunyai sifat periodic noturna. Brugia timori
ditularkan oleh nyamuk An. Barbirostris.
E. siklus hidup
Daur hidup dari brugia timori cukup panjang, tetapi lebih pendek daripada
W.bancrofti. Masa pertumbuhannya didalam nyamuk kurang lebih 10 hari
dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Didalam tubuh nyamuk brugia
timori juga mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang dari larva
stadium I menjadi larva stadium II dan III, menyerupai perkembangan
parasit W.bancrofti. didalam tubuh manusia perkembangan brugia timori
juga sama dengan perkembangan W.bancfroti (Parasitologi kedokteran
edisi ketiga).
Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang dipakai di
beberapa Negara Asia berbeda-beda. Di Indonesia dosis yang dianjurkan adalah 5
mg/kg berat badan/hari selama 10 hari.
Efek samping DEC pada pengobatan filariasis brugia jauh lebih berat, bila
dibandingkan denganyang terdapat pada pengobatan filariasis bankrofti. Untuk
pengobatan masal pemberian dosis standard dan dosis tunggal tidak dianjurkan.
Yang dianjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka panjang (100 mg/minggu
selama 40 minggu) atau garam DEC 0,2 – 0,4 % selama 9-12 bulan. Untuk
mendapatkan hasil penyembuhan yang sempurna, perlu pengobatan ini diulang
beberapa kali. Stadium mikrofilaremia, gejala peradangan dan limfedema dapat
disembuhkan dengan pengobatan DEC. Kadang-kadang elefantiasis dini dan
beberapa kasus elefantiasis lanjut, dapat pula diobati dengan DEC (Parasitologi
kedokteran).
Pencegahan Brugiasis
B. Distribusi Geografik
Parasit ini tersebar di daerah khatulistiwa di hutan yang berhujan (rain
forest) dan sekitarnya. Terutama terdapat di Afrika Barat, Afrika Tengah,
dan Sudan. Ditemukan di Afrika tropik bagian barat dari Sierra Leone
sampai Angola, lembah Sungai Kongo, Republik Kongo, Kamerun, dan
Nigeria bagian Selatan.
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Chromadorea
Ordo : Spirurida
Famili : Onchocercidae
Genus : Loa
Pencegahan
1. Menghindari daerah di mana lalat penyebar loiasis ditemukan,
seperti berlumpur, daerah teduh di sepanjang sungai atau sekitar
api kayu.
2. Menggunakan obat anti serangga yang mengandung DEET (N, N-
Diethyl-meta-toluamide).
3. Memakai baju lengan panjang dan celana panjang selama siang
hari. Jika sedang berada di daerah dengan loiasis untuk jangka
waktu yang panjang, konsumsi obat diethylcarbamazine (DEC)
300mg seminggu sekali, bisa untuk mengurangi risiko infeksi.
Pengobatan :
Ada dua obat yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi dan meredakan
gejala. Obatnya yaitu obat diethylcarbamazine (DEC) yang dapat membunuh
mikrofilaria dan dewasa cacing serta obat Albendazole yang digunakan sebagai
altenatif diethylcarbamazine (DEC).
5) Onchocerca valvulus
B. Penyebaran
Cacing ini tersebar di beberapa daerah di Afrika dan Amerika Tengah
C. Taksonomi Onchocerca volvulus
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Spirurida
Famili : Onchocercidae
Genus : Onchocerca
Spesies : Onchocerca volvulu
D. siklus hidup
Pada waktu lalat Simulium mengisap darah penderita, ikut masuk juga
cairan limfa yang mengandung mikrofilaria. Di dalam tubuh lalat,
mikrofilaria mengalami pertumbuhan dan 2 kali ecdysis di dalam otot
thorax lalat dan menjadi larva stadium 3 yang infektif dalam waktu ± 6
hari. Jika larva infektif ini masuk ke dalam tubuh manusia maka akan
menjadi cacing dewasa dalam waktu kurang dari 1 tahun pada jaringan di
bawah kulit.
E. morfologi
ciri-ciri mikrofilaria Onchocerca volvulus :
ukuran : panjang ± 290 μm dan lebar ± 7 μm
tidak mempunyai sheath / tidak bersarung ujung anterior tumpul,
tidak terdapat stylet (alat pengebor) ujung posterior runcing,
membengkok,
tidak terdapat nukleus terminalis
Onchorcerciasis adalah suatu infeksi menahun pada jaringan subkutan, kulit dan
mata. Kelainan ini disebabkan oleh filaria dan mikrofilaria. Terdapat benjolan
berukuran 5 – 25 mm yang dapat timbul pada seluruh bagian tubuh, terutama di
dekat persendian tulang panjang yang di dalamnya terdapat cacing dewasa. Lokasi
benjolan pada penderita di Afrika kebanyakan terdapat di daerah paha, lengan,
dan tubuh bagian bawah, sedangkan pada penderita di Amerika sering terdapat di
kepala atau pundak. Kelainan pada mata dapat mengakibatkan kebuataan, karena
adanya aktivitas mekanis / metabolisme mikrofilaria, adanya toksin yang
dikeluarkan oleh mikrofilaria / filaria, dan adanya kerentanan penderita.
Diagnosis
Cara Diagnosis Infeksi Onchocerca volvulus
1. Menemukan mikrofilaria pada jaringan kulit, kerokan kulit, dan biopsi.
2. Menemukan mikrofilaia dan filaria di dalam benjolan kulit.
Pencegahan Onchocerciasis :
1. Menggunakan obat anti serangga yang mengandung DEET (N, N-
Diethyl-meta-toluamide).
2. Memakai baju lengan panjang dan celana panjang selama siang hari.
Pengobatan Onchocerciasis :
PENUTUP
A. kesimpulan
B. saran
Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah ini, karena kami manusia
yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’
wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi
untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto Inge, Ismid Suhariah Is, Sjarifuddin Pudji K, Sungkar Saleha (editor).
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008. Hal : 32-48.
https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/
http://makeyousmarter.blogspot.com/2012/06/nemathelminthes-make-you
smarter-blog.html
http://id.scribd.com/doc/60007936/7-filum-nemathelminthes