Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PARASITOLOGI HELMINTES
“ Nematoda Jaringan ”

Oleh :
Kelompok V
1. Arifin Ahmad (1900053)
2. Dwi Khofifah (1900060)
3. Gustika Azhar (1900064)
4. Lala Novela (1900068)
5. Rhyzha asparyzha (1900087)
6. Wahdatul Asmaul Fauziah (1900097)

DOSEN PENGAMPU:

Melzi Oktaviani,M.Farm.Apt

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
member petunjuk, bimbingan dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka memennuhi tugas
mikrobiologi & parasitologi

Makalah ini tersusun dari berbagai sumber reverensi baik dari media cetak
maupun internet.. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam
proses pembelajaran. Penulis menyadari bahwa makalah yang sudah penulis
kerjakan masih sangat jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu kritik, saran serta
pendapat dari ibu Melzi Oktaviani,M.Farm.Apt yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan dengan tujuan supaya tugas - tugas yang selanjutnya dapat
penulis kerjakan dengan lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada ibu Melzi


Oktaviani,M.Farm.Apt yang telah member bimbingan dan arahan hingga
tersusunnya makalah ini. Apabila ada salah kata penulis ucapkan mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi kita
semua .

Pekanbaru, Mei 2020

kelompok v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Pengetian Nematehelmintes..........................................................................3
B. Ciri-ciri Nematehelmintes.............................................................................4
C. Klasifikasi dari Nematehelmintes.............................................................5
D. Penyebaran,Hospe, Habitat, Taksonomi, Morfologi Dan Daur Hidup,
Gejala, Pencegahan , Pengobatan Dari Jenis-Jenis Nematoda Jaringan ?...........6
1) Wuchereria bancrofti (Cacing Rambut)....................................................6
2) Brugia Malayi..........................................................................................10
3) Brugia Timori..........................................................................................13
4) Loa-Loa (Cacing Loa, Cacing Mata)......................................................17
5) Onchocerca valvulus...............................................................................20
BAB III PENUTUP ..............................................................................................23
A. kesimpulan..................................................................................................23
B. saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nemathelminthes umumnya cacing yg hidupnya parasit dan merugikan


manusia. Pada umumnya  merugikan, sebab parasit pada manusia maupun
hewan, dan sampai sekarangpun belum ada satu pakar yang menemukan sisi
positif yang ditimbulkan oleh cacing Nemathelminthes ini. Nemathelminthes
(cacing giling) merupakan jenis cacing yang hidupnya menyerap sari-sari
makanan dari inangnya jadi cacing ii sangatlah berbahaya karena merupakan
parasit.Parasit pada usus halus manusia, hewan yang memiliki tubuh simetris
bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tidak ada sistem
peredaran darah. Contoh cacing gilik.Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan
(triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan
lapisan dalam (endoderm). Pada lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh lapisan
lilin atau kutikula. Rongga yang terdapat pada tubuhnya merupakan rongga
semu atau tidak sejati (pseudoselomata). Cacing ini memiliki simetri tubuh
bilateral. Cacing ini bersifat dioesius, yaitu cacing jantan dan cacing betina.
Nemathelminthes memiliki sistem pencernaan yang sempurna, saluran
pencernaan memanjang dari mulut sampai ke anus dan cacing ini belum
memiliki sistem peredaran darah.

Nematoda merupakan cacing silindris tidak bersegmen memilki rongga


tubuh trpoblastik (pseudoselom) dan hidup bebas maupun parasitik. Nematoda
memilki sistem pencernaan yang sempurna, tidak memiliki sistem sirkulasi
dan bernapas dengan cara difusi. Cacing jantan umumnya lebih kecil daripada
cacing betina. Reproduksi dilakukan secara seksual dan terjadi di dalam tubuh.
Nematoda mempunyai jumlah spesies terbesar diantara cacing-cacing yang
hidup sebagai parasit dan dari beberapa spesies yang ada. Seluruh spesies
cacing ini berbentuk memanjang, silindris, tidak bersegmen dan tubuhnya
bilateral. Lapisan tubuh tampak seperti kutikula sehingga tampak mengkilat
untuk melindungi diri. Dan biasanya kedua ujung tubuhnya meruncing, contoh
spesies filum ini adalah Wuchereria bancrofti,Brugia Maly,Brugia timori ini
merupakan 3 spesies yang di temukan di Indonesia dan loa-loa, Oncocerta
Valvulus, dan Dipetalenema perstans

Oleh karena ini di makalah ini kami akan membahas tentang filum
nematoda jaringan.

Nematoda jaringan sendiri periodesitas dimana merupakan istilah yang di


pakai dalam menegakkan diagnosis dn infeksi nematode jaringan pada
manusia.Periodesitas adalahperiode saat microfilaria berada dalam darah
tepi,periodesitas ini ada beberapa macam yaitu Periodesitas nocturna yaitu
saat microfilaria berada dalam darah tepi di malam hari, Periodesitas Diurna
yaitu saat microfilaria berada dalam darah tepi di siang hari.Sub-periodesitas
nocturna sendiri adalah saat microfilaria berada dalam darah tepi malam hari
lebih banyak dari pada siang hari dan Sub-Periodesitas Diurna merupakan
kebalikan dari Sub-Periodesitas Nocturna.

Nematoda jaringan sendiri adalah nematoda atau cacing yang berada di


dalam jaringan tubuh manusia mereka masuk dibawah oleh vector berupa
serangga.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Nematehelmintes ?
2. Ciri-ciri dari Nematehemintes ?
3. Apa Klasifikasi Dari Nematoda Jaringan ?
4. Bagaimana Penyebaran,hospe, habitat, taksonomi, morfologi dan daur
hidup, gejala, pencegahan , pengobatan dari jenis-jenis Nematoda
jaringan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Nematehelmintes
2. Untuk mengetahui kalsifikasi dari Nematehelmintes
3. Untuk mengetahui kasifikasi dari nematode jaringan
4. Untuk mengetahui penyebaran ,hospes, habitat, morfologi, dan daur
hidup dari jenis-jenis nematode jaringan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Nematehelmintes
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema= benang,
helminthes= cacing) disebut sebagai cacing gilig karena tubuhnya
berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah
memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.
Cacing dewasa memiliki pseudocoelom (tabung dalam tabung), sebuah
ruang tertutup yang berisi cairan berfungsi sebagai rangka hidrostatik,
membantu dalam peredaran dan penyebaran sari makanan. Oleh karena
memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan
Pseudoselomata.
Filum Nemathelminthes terdiri dari bebrapa ratus ribu spesies,
kebanyakan hidup bebas meskipun beberapa ada yang parasit. Nematoda
kurang dalam sistem peredaran darah namun memiliki sistem pencernaan
yang berkembang dengan baik.

Gambaran Nematoda Jantan dan Betina

Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai


sampahorganik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari
makanan dandarah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah
becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit
hidup dalam inangnya.

B. Ciri-ciri Nematehelmintes
Ciri-Ciri dari filum Nemathelminthes sendiri antara lain adalah sebagai
berikut :
 Memiliki tubuh yang berbentuk bulat panjang seperti benang
dengan ujung-ujung yang meruncing, berbentuk gilig/silindris
memanjang , tidak beruas-ruas, tidak bersilia, dan simetris bilateral
 Merupakan anggota dari kelompok hewan pseudoselomata
( Hewan yang memiliki rongga tubuh (selom) yang bersifat semu )
 Tergolong triploblastik karena tubuhnya terdiri dari 3 lapisan
yaitu ektoderm , mesoderm dan endoderm denga rongga tubuh /
selom yang masih bersifat semu
 Nemathelminthes sudah memiliki sistem pencernaan tubuh yang
lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan anus
 Alat ekskresi berupa protonefridia (Tubulus/pembuluh bercabang-
cabang yang memanjang pada bagian samping kiri dan kanan
disepanjang tubuh Sel )
 Belum memiliki sistem peredaran darah, jantung, dan sistem
pernafasan
 Pertukaran gas pada filum Nemathelminthes ini berlangsung di
seluruh permukaan tubuh
 Dalam tubuhnya terdapat cairan tubuh yang mirip dengan darah
 Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan
tawar atau laut
 Hidupnya ada yang bebas dan ada pula yang bersifat parasit pada
manusia, hewan, dan tumbuhan lain. Nemathelminthes yang hidup
secara bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan
yang hidup secara parasit memperoleh makanan berupa sari
makanan dan darah dari tubuh inangnya.
 Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, mulai dari yang bersifat
mikroskopis hingga yang panjangnya 1 meter. Umumnya, Individu
betina berukuran lebih besar daripada individu jantan
 Permukaan tubuh pada Nemathelminthes dilapisi oleh lapisan
kutikula yang berfungsi untuk melindungi diri dari enzim
pencernaan inang
 Sistem Pencernaan MakananSistem pencernaanya sudah lengkap
dan memiliki cairan pseudoselom yang membantu sirkulasi
makanan ke seluruh tubuh. Saluran pencernaan berupa pipa lurus
yang dimulai dari kerongkongan (esofagus) dilanjutkan ke usus
(intestinum) dan berakhir di anus.
 Sistem ekskresi hewan ini terdiri atas 2 saluran lateral yang
bermuara di sebuah lubang di bagian ventral.
 Sistem Pernapasan dengan pertukaran gas secara difusi melalui
permukaan tubuh.
 Sistem Reproduksibereproduksi secara seksual. Umumnya cacing
betina lebih besar daripada cacing jantan. Perbedaan lain terdapat
pada bagian ekor. Pada hewan jantan, di dekat lubang anal terdapat
tonjolan yang disebut penial setae yang digunakan untuk kopulasi,
sedangkan pada betina tidak ada. Fertilisasi berlangsung secara
interna

C. Klasifikasi dari Nematehelmintes


Klasifikasi dari nematehelminthes golongan nematode jaringan
adalah wuchereria bancrofti,brugia malay,brugia timori,loa-loa dan
oncocerta valvulus.Dari beberapa nematode jaringan ini hanya beberapa
jenis nematode yang penyebarannya di asia seperti wuchereria
bancrofti,brugia malay,brugia timori ,nematode jaringan ini menyerang
manusia dengan perantara vector seperti nyamuk dan serangga untuk
nematode jaringan wuchereria bancrofti,brugia malay,brugia timori
vector utamanya adalah nyamuk Anopheles dan aides serta culex yang
biasanya menyebabkan penyumbatan kelenjar limfe di dalam tubuh
.Sedangkan untuk nematode jaringan loa-loa dan oncocerta valvulus
melalui lalat.Biasanya menyerang konjungtiva mata manusia

D. Penyebaran,Hospe, Habitat, Taksonomi, Morfologi Dan Daur Hidup,


Gejala, Pencegahan , Pengobatan Dari Jenis-Jenis Nematoda
Jaringan ?

1) Wuchereria bancrofti (Cacing Rambut)

A. Penyebaran
Ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, india,cina
selatan,jepang , kepulauan Pasifik,Australia,Afrika Barat dan tengah
,Amerika Selatan dan Indonesia ditemukan di daerah-daerah endemik.

B. Hospes dan Habitatnya


Hospes definitive adalah manusia yang dapat menimbulkan
filariasis dan habitatnya adalah kelenjar limfa

C. taksonomi Cacing filaria (Wuchereria bancrofti)

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Animalia
Classis : Secernentea

Ordo : Spirurida

Upordo : Spirurina

Family : Onchocercidae

Genus : Wuchereria

Species : Wuchereria bancrofti

D. Morfologi cacing filaria

Ciri-ciri cacing filaria

 Cacing dewasa (makrofilaria), berbentuk seperti benang berwarna putih


kekuningan.
 Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang
berwarna putih susu.
 Cacing dewasa hidup dalam pembuluh kelenjar limfa.
 Cacing betina ukurannya 65-100 mm x 0.25mm dan ekornya lurus
berujung tumpul, sedangkan cacing jantan berukuran 40mm x 0.1mm dan
ekor melingkar.
 Cacing betina mengeluarkan microfilaria. Microfilaria bersarung
berukuran panjang kurang lebih 250 mikron dan pada umumnya
ditemukan dalam darah tepi pada waktu malam(periodisitas nocturna).

E. Siklus hidup cacing filaria (wuchereria bancrofti)


Vector dari cacing filaria adalah nyamuk Culex (cx. Quinquifafasciatus),
Anopheles, dan Aedes. Nyamuk menghisap darah manusia yang mengandung
microfilaria waktu malam hari. Dalam lambung, nyamuk microfilaria akan
berubah menjadi larva yang berbentuk gemuk dan pendek (stadium 1), lalu pindah
ke thorax nyamuk menjadi larva yang berbentuk gemuk dan panjang(stadium 2),
kemudian masuk ke kelenjar ludah nyamuk membentuk larva yang panjang dan
halus(stadium 3). Bila nyamuk menggigit manusia maka nyamuk (stadium 3)akan
dimasukkan ke pembuluh darah dan pembuluh limfa manusia menjadi nyamuk
(stadium4). Kemudian (stadium4) akan menuju kelenjar limfa dan menjadi
dewasa jantan dan betina yang disebut (stadium5). Setelah cacing dewasa kawin
dikelenjar limfa maka yang betina akan melahirkan microfilaria. Lingkaran hidup
didalam tubuh manusia mulai (stadium3) masuk kedalam tubuh manusia sampai
ditemukan microfilaria didarah perifer, berlangsung dalam waktu 10-14 hari.

F. Gejala Klinis Infeksi Wuchereria bancrofti


1. Akibat terbentuknya nodule yang menimbulkan varises akan
mengakibatkan reaksi granulomatosus, reaksi peradangan,
selanjutnya akan mengakibatkan limfangitis dan limfadenitis.
2. Terjadinya nodule secara terus-menerus mengakibatkan infeksi
kronis yang menimbulkan fibrimatous dan lebih parah lagi karena
timbulnya cicatrix pada pembuluh limfa sehingga timbul obstruksi
yang meyebabkan terjadinya stasis aliran limfe dan aliran darah.
3. Pada keadaan kronis jika penderita tetap tinggal di daerah endemis
dapat terjadi reinfeksi berulang-ulang yang akan berakibat lebih
parah sehingga terjadi Elephantiasis (penyakit kaki gajah), yang
letaknya yang khas yaitu di extremitas inferior / genitalia externa.

G. Diagnosa, Pencegahan dan Pengobatan Filariasis


 Diagnosa Filariasis

Kita bisa mendiagnosa seseorang terserang penyakit kaki gajah berdasarkan


gejala-gejala klinis akut atau kronis melalui pemeriksaan laboratorium. Jika
seseorang telah terserang filariasis akut, maka gejala-gejala klinis yang akan
tampak antara lain :

1. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila si


penderita beristirahat dan muncul lagi jika si penderita bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar getah bening, sehingga terlihat bengkak didaerah
lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas dan sakit.\
3. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada dan buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas.

 Pencegahan filariasis

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberantas nyamuk yang


berperan sebagai vector yang hidup pada air kotor, serta menghindari diri dari
gigitan nyamuk misalnya dengan memasang kelambu saat tidur, menyemprot obat
nyamuk pada ruangan atau mengoleskan obat nyamuk pada tubuh agar
mengurangi frekuensi gigitan nyamuk dan memberikan obat anti-filariasis (DEC
dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah
endemis. Tetapi dari semua cara tersebut juga harus dilakukan 3M untuk lebih
efektifnya.

 Pengobatan filariasis

Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis
dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat
membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.
Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif
murah. Untuk filariasis akibatWuchereria bankrofti, dosis yang dianjurkan 6
mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis akibatBrugia
malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari selama
10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, sakit kepala, mual
hingga muntah.

Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah


antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas
terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek
samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif berupa
pemijatan juga dapat dilakukan di samping pemberian DEC dan antibiotika,
khususnya pada kasus yang kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga
dilakukan pembedahan.

2) Brugia Malayi

A. Hospes dan nama penyakit


Brugia malayi dapat dibagi dalam dua varian yaitu yang hidup
pada manusia dan yang hidup pada manusia dan hewan, misalnya kucing,
kera dan lain-lain. Penyakit yang disebabkan oleh brugia malayi disebut
filariasis malayi.

B. Distribusi geografi
Burgia malayi hanya terdapat di Asia, dari india sampai ke jepang,
termasuk Indonesia (parasitologi kedokteran edisi 3). Pada daerah tersebut
hanya manusia yang merupakan satu-satunya definitive host. Sedangkan
strain diurnal subperiodik ditemukan di daerah Asia Tenggara. Di daerah
ini selain manusia, ternyata kera, kucing, dan beberapa hewan carnivore
dapat menjadi reservoir host (Helmintologi kedokteran).

C. Taksonomi Brugia malayi


Kingdom : Animalia

Filum : Nematoda

Kelas : Secernentea

Ordo : Spirurida

Famili : Onchocercidae

Genus : Brugia

Spesies : Brugia malayi

D. siklus hidup brugia malayai

siklus hidup parasit ini sama


dengan siklus hidup Wuchereria bancrofti. Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh
manusia dengan melalui gigitan nyamuk (dari genus Mansonia, Culex, Aedes, dan
Anopheles). Mikrofilaria masuk ke dalam saluran limfa dan menjadi dewasa →
cacing jantan dan betina melakukan kopulasi → cacing gravid mengeluarkan larva
mikrofilaria → mikrofilaria hidup di pembuluh darah dan pembuluh limfa →
mikrofilaria masuk ke dalam tubuh nyamuk saat nyamuk menghisap darah
manusia → mikrofilaria berkembang menjadi larva stadium 1 → larva stadium 2
→ larva stadium 3 dan siap ditularkan.

E. morfologi brugia malayi


Ciri-ciri mikrofilaria Brugia malayi :
 ukuran : panjang 170 – 260 μm dan lebar ± 6 μm
 mempunyai sarung / sheath
 ujung anterior membulat / tumpul dengan 2 buah stylet (alat pengebor)
 ujung posterior runcing
 cephalic space → panjang : lebar = 2 : 1
 inti tubur kasar, tersusun tidak teratur sampai ujung posterior dengan 2
buah nukleus terminalis
 Ciri-ciri cacing dewasa / filaria Brugia malayi :
 ukuran lebih kecil daripada Wuchereria bancrofti ukuran cacing
betina : ± 160 μm dan lebar ± 55 μm
 ukuran cacing jantan : ± 90 μm dan lebar ± 25 μm
 bentuk seperti benang halus
 berwarna putih kekuningan
 cacing jantan mempunyai sepasang papila yang besar di sebelah
anterior kloaka dan sepasang lagi di belakangnya dengan ukuran yang
lebih kecil, spicula satu pasang dengan ukuran yang tidak sama
panjang.

F. Gejala Klinis Infeksi Brugia malayi


 Gejala klinis sama seperti Wuchereria bancrofti, perbedaannya
infeksi cacing ini jarang melibatkan daerah genital.
 Terjadi eosinofilia yang tinggi.
 Akibat terbentuknya nodule yang menimbulkan varises akan
mengakibatkan reaksi granulomatosus, reaksi peradangan,
selanjutnya akan mengakibatkan limfangitis dan limfadenitis.
 Terjadinya nodule secara terus-menerus mengakibatkan infeksi
kronis yang menimbulkan fibrimatous dan lebih parah lagi karena
timbulnya cicatrix pada pembuluh limfa sehingga timbul obstruksi
yang meyebabkan terjadinya stasis aliran limfe dan aliran darah.
 Pada keadaan kronis jika penderita tetap tinggal di daerah endemis
dapat terjadi reinfeksi berulang-ulang yang akan berakibat lebih
parah sehingga terjadi Elephantiasis (penyakit kaki gajah), yang
letaknya yang khas yaitu di extremitas inferior / genitalia externa.

G. Diagnosa, Pencegahan dan Pengobatan Filariasis

 Cara Diagnosis Infeksi Brugia malayi


Diagnosis ditegakkan dengan menemukan mikrofilaria pada pemeriksaan
darah (sediaan darah tebal) dan cacing dewasa (filaria) dengan biopsi.

 Pencegahan Brugia malayi :


1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan
2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk
3) Menggunakan kelambu saat tidur
4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
5) Menanam tanaman pengusir nyamuk
6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk

 Pengobatan :
Diethylcarbamazine (DEC) adalah obat pilihan untuk mengatasi filariasis.
Obat ini dapat membunuh mikrofilaria dan beberapa cacing dewasa. Efek
samping dari obat ini adalah pusing, mual, demam, sakit kepala, dan nyeri
pada otot atau sendi.

3) Brugia Timori
A. Hospes dan nama penyakit
Brugia timori hanya terdapat pada manusia. Penyakit yang disebabkan
oleh brugia timori disebut filariasis timori. Kedua penyakit tersebut
kadang-kadang disebut sebagai filariasis brugia

B. Distribusi geografi
Burgia timori hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores,
Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur.

C. Taksonomi Brugia timori

Kingdom: Animalia

Phylum: Nematoda

Class: Secernentea

Order: Spirurida

Family: Onchocercidae

Genus: Brugia

Species B. timori

D. morfologi
 Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh limfe.
 Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Yang betina
berukuran 21-39 mm x 0,1 mm dan yang jantan 13-23 mm x 0,08 mm.
 cacing betina mengeluarkan microfilaria yang bersarung, ukuran
microfilaria brugia timori 280-310 mikron x 7 mikron
 Mikrofilia brugia timori mempunyai sifat periodic noturna. Brugia timori
ditularkan oleh nyamuk An. Barbirostris.
E. siklus hidup

Daur hidup dari brugia timori cukup panjang, tetapi lebih pendek daripada
W.bancrofti. Masa pertumbuhannya didalam nyamuk kurang lebih 10 hari
dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Didalam tubuh nyamuk brugia
timori juga mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang dari larva
stadium I menjadi larva stadium II dan III, menyerupai perkembangan
parasit W.bancrofti. didalam tubuh manusia perkembangan brugia timori
juga sama dengan perkembangan W.bancfroti (Parasitologi kedokteran
edisi ketiga).

F. Patologi dan gejala klinis


 Gejala klinis pada filariasis malayi sama dengan gejala klinis pada
filariasis timori. Gejala klinis pada kedua penyakit tersebut tidak sama
dengan filariasi bankrofti.
 Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan
saluran dan kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali.

 Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan


peradangan ini sering timbul setelah penderita bekerja berat di ladang atau
sawah.
 Limfadenitis biasanya berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh dengan
sendirinya, tanpa pengobatan.
 Kadang-kadang peradangan pada kelenjar limfe ini menjalar ke bawah,
mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograde, yang
bersifat khas untuk filariasis.
 Peradangan pada saluran limfe ini dapat dilihat sebagai garis merah yang
menjalar kebawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala
limfedema.
 Limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus.
Ulkus pada pangkal paha, bila sembuh meninggalkan bekas sebagai
jaringan parut dan tanda ini merupakan salah satu gejala obyektif filariasis
limfatik.
 Limfadenitis dengan gejala komplikasinya dapat berlangsung beberapa
minggu sampai tiga bulan lamanya.

H. Diagnosa, Pencegahan dan Pengobatan Filariasis


 Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dibuktikan dengan menemukan


microfilaria di dalam darah tepi (Parasitologi kedok). Diagnosis parasitologi :
sama dengan pada filariasis bankrofti, kecuali sampel berasal dari darah saja.

 Pengobatan dan prognosis

Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang dipakai di
beberapa Negara Asia berbeda-beda. Di Indonesia dosis yang dianjurkan adalah 5
mg/kg berat badan/hari selama 10 hari.

Efek samping DEC pada pengobatan filariasis brugia jauh lebih berat, bila
dibandingkan denganyang terdapat pada pengobatan filariasis bankrofti. Untuk
pengobatan masal pemberian dosis standard dan dosis tunggal tidak dianjurkan.
Yang dianjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka panjang (100 mg/minggu
selama 40 minggu) atau garam DEC 0,2 – 0,4 % selama 9-12 bulan. Untuk
mendapatkan hasil penyembuhan yang sempurna, perlu pengobatan ini diulang
beberapa kali. Stadium mikrofilaremia, gejala peradangan dan limfedema dapat
disembuhkan dengan pengobatan DEC. Kadang-kadang elefantiasis dini dan
beberapa kasus elefantiasis lanjut, dapat pula diobati dengan DEC (Parasitologi
kedokteran).

 Pencegahan Brugiasis

Tindakan pencegahan brugiasis sesuai dengan upaya pencegahan pada


filariasis bancrofti, yaitu pengobatan penderita, pengobatan masal penduduk
didaerah endemik, pencegahan pada pendatang dan pemberantasan vektor penular
filariasis malayi.

4) Loa-Loa (Cacing Loa, Cacing Mata)

A. Hospes Dan Nama Penyakit


Parasit ini hanya ditemukan pada manusia.
Penyakitnya disebut loaiasis atau calabar swelling (fugitive swelling).

B. Distribusi Geografik
Parasit ini tersebar di daerah khatulistiwa di hutan yang berhujan (rain
forest) dan sekitarnya. Terutama terdapat di Afrika Barat, Afrika Tengah,
dan Sudan. Ditemukan di Afrika tropik bagian barat dari Sierra Leone
sampai Angola, lembah Sungai Kongo, Republik Kongo, Kamerun, dan
Nigeria bagian Selatan.

C. Taksonomi Loa loa

Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda

Kelas : Chromadorea

Ordo : Spirurida

Famili : Onchocercidae

Genus : Loa

Spesies : Loa loa

D. siklus hidup Loa loa

Hospes definitif parasit ini adalah manusia sedangkan hospes perantara


Loa loa adalah lalat Chrysops silacea dan Chrysops dimidiata.
Pertumbuhan mikrofilaria di dalam tubuh lalat terjadi di otot dan bagian
yang berlemak yang berlangsung selama 10 – 12 hari. Mikrofilaria
kemudian menjadi larva infektif yang keluar dari labium ke permukaan
kulit dekat luka gigitan dan menembus ke dalam jaringan subkutan dan
otot, serta tumbuh menjadi dewasa di sini dalam waktu ± 1 tahun.
Periodisitas Loa loa adalah diurna yaitu aktif pada waktu siang hari.

E. Morfologi Loa loa


Ciri-ciri mikrofilaria :
 ukuran : panjang 250 – 300 μm dan lebar 6 – 8,5 μm
 mempunyai sheath / bersarung inti tubuh teratur sampai ujung posterior
Ciri-ciri cacing dewasa / filaria :
 berbentuk seperti benang ukuran cacing betina : panjang 5 – 7 mm dan
lebar ± 0,5 mm
 ukuran cacing jantan : panjang 3 – 4 mm dan lebar ± 0,5 mm
 kutikula berbenjol-benjol seperti tetesan embun (dew drops)
 ujung posterior cacing jantan melengkung ke ventral dan mempunyai 8
pasang papila perianal, spicula tidak sama panjang

F. Gejala Klinis Loiasis


Gejala klinis yang mencolok adalah adanya tumor yang bersifat sementara
yang dapat mencapai ukuran sebesar telur ayam. Gejala ini timbul secara
tiba-tiba dalam waktu yang tidak tentu dan menghilang setelah 2 – 3 hari
sampai 1 minggu. Keadaan ini disebut dengan calabar swelling / fugitive
swelling. Hal ini terjadi karena supersensitivitas hospes terhadap parasit
atau metabolitnya.

G. Diagnosa, Pencegahan dan Pengobatan Filariasis


 diagnosis

Cara Diagnosis Infeksi Loa loa iagnosis ditegakkan dengan menemukan


mikrofilaria pada pemeriksaan darah pada waktu siang hari serta dapat ditemukan
cacing dewasa yang mengembara di bawah conjungtiva mata.

 Pencegahan
1. Menghindari daerah di mana lalat penyebar loiasis ditemukan,
seperti berlumpur, daerah teduh di sepanjang sungai atau sekitar
api kayu.
2. Menggunakan obat anti serangga yang mengandung DEET (N, N-
Diethyl-meta-toluamide).
3. Memakai baju lengan panjang dan celana panjang selama siang
hari. Jika sedang berada di daerah dengan loiasis untuk jangka
waktu yang panjang, konsumsi obat diethylcarbamazine (DEC)
300mg seminggu sekali, bisa untuk mengurangi risiko infeksi.
 Pengobatan :

Ada dua obat yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi dan meredakan
gejala. Obatnya yaitu obat diethylcarbamazine (DEC) yang dapat membunuh
mikrofilaria dan dewasa cacing serta obat Albendazole yang digunakan sebagai
altenatif diethylcarbamazine (DEC).

5) Onchocerca valvulus

A. Hospes dan Habibat


Manusia adalah hospes definitifnya dan hospes perantara sedangkan yang
berperan sebagai vector adalah lalat hitam(Simulium).Cacing dewasa
habitatnya di jaringan ikat manusia.Penyakit disebut onkoserkosis.

B. Penyebaran
Cacing ini tersebar di beberapa daerah di Afrika dan Amerika Tengah
C. Taksonomi Onchocerca volvulus
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Spirurida
Famili : Onchocercidae
Genus : Onchocerca
Spesies : Onchocerca volvulu
D. siklus hidup

Pada waktu lalat Simulium mengisap darah penderita, ikut masuk juga
cairan limfa yang mengandung mikrofilaria. Di dalam tubuh lalat,
mikrofilaria mengalami pertumbuhan dan 2 kali ecdysis di dalam otot
thorax lalat dan menjadi larva stadium 3 yang infektif dalam waktu ± 6
hari. Jika larva infektif ini masuk ke dalam tubuh manusia maka akan
menjadi cacing dewasa dalam waktu kurang dari 1 tahun pada jaringan di
bawah kulit.

E. morfologi
ciri-ciri mikrofilaria Onchocerca volvulus :
 ukuran : panjang ± 290 μm dan lebar ± 7 μm
 tidak mempunyai sheath / tidak bersarung ujung anterior tumpul,
 tidak terdapat stylet (alat pengebor) ujung posterior runcing,
membengkok,
 tidak terdapat nukleus terminalis

Ciri-ciri cacing dewasa / filaria Onchocerca volvulus

 ukuran cacing jantan : panjang ± 200 μm dan lebar ± 0,17 μm


 ukuran cacing betina : panjang ± 400 μm dan lebar ± 0,30 μm
 berwarna putih kekuningan
 ujung anterior tumpul dan terdapat papila
 ujung posterior cacing jantan melengkung dan terdapat spicula
 ujung posterior cacing betina lurus

F. Gejala Klinis Onchocerciasis

Onchorcerciasis adalah suatu infeksi menahun pada jaringan subkutan, kulit dan
mata. Kelainan ini disebabkan oleh filaria dan mikrofilaria. Terdapat benjolan
berukuran 5 – 25 mm yang dapat timbul pada seluruh bagian tubuh, terutama di
dekat persendian tulang panjang yang di dalamnya terdapat cacing dewasa. Lokasi
benjolan pada penderita di Afrika kebanyakan terdapat di daerah paha, lengan,
dan tubuh bagian bawah, sedangkan pada penderita di Amerika sering terdapat di
kepala atau pundak. Kelainan pada mata dapat mengakibatkan kebuataan, karena
adanya aktivitas mekanis / metabolisme mikrofilaria, adanya toksin yang
dikeluarkan oleh mikrofilaria / filaria, dan adanya kerentanan penderita.

G. Diagnosa, Pencegahan dan Pengobatan Filariasis

 Diagnosis
Cara Diagnosis Infeksi Onchocerca volvulus
1. Menemukan mikrofilaria pada jaringan kulit, kerokan kulit, dan biopsi.
2. Menemukan mikrofilaia dan filaria di dalam benjolan kulit.

 Pencegahan Onchocerciasis :
1. Menggunakan obat anti serangga yang mengandung DEET (N, N-
Diethyl-meta-toluamide).
2. Memakai baju lengan panjang dan celana panjang selama siang hari.

 Pengobatan Onchocerciasis :

Obat Fungsi Dosis


Ivermectin Doxycycline Membunuh mikrofilaria 150 μg/kg secara oral setiap 6
bulan sekali
Doxycycline Membunuh cacing 200 mg secara oral setiap hari
dewasa selama 6 minggu
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing.


Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua macam yaitu
nemathelminthes (cacing gilik) dan platyhelminthes (cacing pipih).
Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk NEMATHELMINTHES
(kelas NEMATODA) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan
transversal tampak rongga badan dan alat-alat. Cacing ini mempunyai alat
kelamin terpisah. Dalam parasitologi diadakan pembagian nematoda salah
satunya menjadi nematoda jaringan yang hidup di jaringan berbagai alat
tubuh. Nematoda jaringan di bagi menjadi 2 katagori yaitu yang terdapat
di Asia adalah wuchereria bancrofti,brugia malay,brugia timori.
Sedangkan nematode yang tidak terdapat di Indonesia adalah loa-loa dan
oncocerta valvulus.Biasanya penyebaran infeksi ini di bawa oleh vector
yaitu nyamuk culex,Anopheles,dan aedes serta terdapat vector lain seperti
lalat Chrysops dan Simulium,Dengan periodesita yang berbeda-beda
tergantung dari hospes dan parasitnya.

B. saran
Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah ini, karena kami manusia
yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’
wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi
untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung:PT.Citra Aditya


Bakti.

Sutanto Inge, Ismid Suhariah Is, Sjarifuddin Pudji K, Sungkar Saleha (editor).
Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008. Hal : 32-48.

https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/

http://makeyousmarter.blogspot.com/2012/06/nemathelminthes-make-you
smarter-blog.html

http://id.scribd.com/doc/60007936/7-filum-nemathelminthes

Anda mungkin juga menyukai