a)
b)
Distribusi geografik
B. malayi hanya terdapat di Asia, dari India sampai Jepang, termasuk Indonesia. B.timori
hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di
Nusa Tenggara Timur.
Daur Hidup dan Morfologi
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti
benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 55 mm x 0,16 mm (B.malayi), 21 39
mm x 0,1 mm (B.timori) dan yang jantan 22-23 mm x 0,09 mm (B.malayi), 13,23 mm x 0,08
,mm (B.timori)
Cacing betina mengeluarkan mikro-filaria yang bersarung. Ukuran mikrofilaria B.malayi
adalah 200-260 mikron x 8 mikron dan 280-310 mikron x 7 mikron.
Periodisitas mikrofilaria B. malayi adalah periodic nokturna, subperiodik nokturna atau
non periodic, sedangkan mikrofilaria B.timor mempunyai sifat periodic nokturna. B.malayi yang
hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris dan yang hidup pada
manusia dan hewan ditularkan oleh nyamuk An. barbirostris. Daur hidup kedua parasite ini
cukup panjang tapi lebih pendek daripada W.bancrofti. masa pertumbuhannya didalam nyamuk
kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh nyamuk kedua
parasite ini juga mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang dari larva stadium I menjadi
larva stadium II dan III menyerupai perkembangan parasite W.bancrofti. didalam tubuh manusia
perkembangan kedua parasite tersebut juga sama dengan perkembangan W.Bancrofti.
kecuali di daerah filariasis brugia yang bersamaan degan filariasis bankrofti. Kiluria bukan
merupakan gejala klinis filariasis brugia
Gejala alergi menunjukkan asma bronthhiale, hipereosinofil, serta adenopati.
selama 10 hari. Efek samping DEC pada pengobatan filariasis brugia jauh lebih berat bila
dibandingkan dengan yang terdapat pada pengobatan filariasis bankofti. Efek samping
pengobatan akan berkurang pada ulangan pengobatan.
Pengobatan dengan ivermektin sama dengan pada filariasis bankrofti. Untuk
mendapatkan hasi; penyembuhan yang sempurna, pengobatan ini diulangi beberapa kali.
Stadium mikrofilaremia, perangan, limfedema dan elephantiasis lanjut dapat pula diobati dengan
DEC. untuk program pemberantasna filariasis pengobatan yang dianjurkan adalah kombiasi DEC
6 mg/kg BB dengan albendazol 400 mg yang diberikan sekali setahun secara masal pada
penduduk didaerah endemis minimal 5 tahun.
Pencegahan
Tempat perindukan di kolam kolam banyak tumbuhan air pistia straitoides, dengan
membasmi tumbuhan ini terlihat sekali penurunan infeksi baru. Diperkotaan, vector utamanya
Anopheles diberantas dengan larvisidal dan penyemprotan dengan DDT, dieldrin atau insektisida
organo-phosphat.
Epidemiologi
B. malayi dan B.timori hanya terdapat di pedesaan, karena vektornya tidak dapat
berkembang biak diperkotaan. B. malayi yang hidup pada manusia dan B.timori biasanya
terdapat didaerah persawahan, sesuai dengan tempat indukan vektornya, An.barbirostris.
B.malayi yang terdapat pada manusia dan hewan biasanya terdapat dipinggir pantai atau aliran
sungai, dengan rawa rawa. Penyebaran B. malayi bersifat fokal, dari Sumatra sampai ke
kepulauan Maluku. B.timori hanya terdapat di Indonesia bagian timur yaitu NTT dan TimorTimur. Penderita yang terkena penyakit ini terutama adalah petani dan nelayan. Kelompok umur
dewasa muda paling sering terkena penyakit ini sehingga produktivitas penduduk dapat
berkurang akibat serangan adenolimfangitisyang berulang kali. Cara pencegahan sama dengan
filariasis bankrofti.