Anda di halaman 1dari 7

Brugia malayi dan Brugia timori

Hospes dan Nama penyakit


Brugia malayi dapat dibagi dalam dua varian : yang dapat hidup pada manusia dan yang
hidup pada manusia dan hewan, misalnya kucing, kera dan lain lain. Brugia timori hanya
terdapat pada manusia. Penyakit yang disebabkan oleh B. malayi disebut filariasis malayi dan
yang disebabkan oleh B.timori disebut filariasis timori. Kedua penyakit tersebut kadang kadang
disebut sebagai filariasis brugia. Habitatnya pada kelenjar limph.
Mikrofilia B.timori dibandingkan dengan B.malayi strain Indonesia, perbedaannya :
1)
2)
3)
4)

Pada pewarnaan Giemsa, sarung tidak terlihat jelas


Perbandingan panjang dan lebar dari ruang sefalik 3 : 1
Ukuran B.timori lebih panjang.
Jumlah inti di ekor B.timori 5-80 buah.

a)

b)

Gambar.1 a) Brugia malayi b) Brugia timori

Distribusi geografik

B. malayi hanya terdapat di Asia, dari India sampai Jepang, termasuk Indonesia. B.timori
hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di
Nusa Tenggara Timur.
Daur Hidup dan Morfologi
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti
benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 55 mm x 0,16 mm (B.malayi), 21 39
mm x 0,1 mm (B.timori) dan yang jantan 22-23 mm x 0,09 mm (B.malayi), 13,23 mm x 0,08
,mm (B.timori)
Cacing betina mengeluarkan mikro-filaria yang bersarung. Ukuran mikrofilaria B.malayi
adalah 200-260 mikron x 8 mikron dan 280-310 mikron x 7 mikron.
Periodisitas mikrofilaria B. malayi adalah periodic nokturna, subperiodik nokturna atau
non periodic, sedangkan mikrofilaria B.timor mempunyai sifat periodic nokturna. B.malayi yang
hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris dan yang hidup pada
manusia dan hewan ditularkan oleh nyamuk An. barbirostris. Daur hidup kedua parasite ini
cukup panjang tapi lebih pendek daripada W.bancrofti. masa pertumbuhannya didalam nyamuk
kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh nyamuk kedua
parasite ini juga mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang dari larva stadium I menjadi
larva stadium II dan III menyerupai perkembangan parasite W.bancrofti. didalam tubuh manusia
perkembangan kedua parasite tersebut juga sama dengan perkembangan W.Bancrofti.

Gambar.2 siklus hidup Brugia malayi dan Brugia timori

Gambar.3. siklus vektor

Patologi dan Gejala Klinis


Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala klinis filariasi timori. Gejala klinis
kedua penyakit tersebut berbeda dengan gejala klinis filariasi bankrofti, stadium akun ditandai
dengan serangan demam dan peradangan saluran dan kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang
kali. Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe inguinal disatu sisi dan dan peradanagan ini
sering timbul setelah penderita bekerja berat di lading atau sawah, limfadenitis biasanya
berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh tanpa pengobatan. Kadang kadang peradangan pada
kelenjar limfe ini menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis
retrogard, yang bersifat khas untuk filariasis. Peradangan pada saluran limfe ini dapat terlihat
sebagai garis merah yang menjalar ke bawah dan peradangan ini dapat pula menjalar ke jaringan
sekitarnya , menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada stadium ini tungkai bawah
biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfedema. Limfadenitis dapat pula
berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal paha ini, bila sembuh
meninggalkan bekas sebagai jaringan parut dan tanda ini merupakan salah satu gejala objektif
filariasis limfatik. Limfadenitis dengan gejala komplikasinya dapat berlangsung beberapa
minggu sampai tiga bulan lamanya.
Pada filariasis brugia, system limfe alat kelamin tidak pernah terkena, berbeda dengan
filariasis brankofti. Limfedema biasanya hilang lagi setelah gejala peradangan menyembuh,
tetapi dengan serangan berulang kali, lambat laun pembengkakan tungkai tidak menghilang
setelah gejala peradangan sembuh, sehingga timbulah elefantiasis. Selain kelenjar limfe inguinal,
kelenjar limfe lain dibagian medial tungkai di ketiak dan bagian medial lengan juga sering
terkena. Pada filariasis brugia, elefantiasis hanya mengenai tungkai bawah, di bawah lutut, atau
kadang kadang lengan bawah di bawah siku. Alat kelamin dan payudara tidak pernah terkena,

kecuali di daerah filariasis brugia yang bersamaan degan filariasis bankrofti. Kiluria bukan
merupakan gejala klinis filariasis brugia
Gejala alergi menunjukkan asma bronthhiale, hipereosinofil, serta adenopati.

Gambar.4 infeksi yang disebabkan oleh B. malayi


Diagnosis
Diagnosis dibuktikan dengan menemukan mikrofilia didalam darah tepi yang diambil
pada malam hari antara jam 22.00 0 02.00. pada tahap awal, belum didapatkan mikrofilia dalam
darah, dilakukan biosi kelenjar limph yang bengkak. Diagnosis parasitology : sama dengan
filariasis bankrofti. Radiodiagnois umumnya tidak dilakukan pada filariasis malayi. Diagnosis
imunologi dengan deteksi IgG4.
Pengobatan dan Prognosis
Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang dipakai di beberapa
Negara Asia berbeda beda. Di indonseia dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/kg berat badan/ hari

selama 10 hari. Efek samping DEC pada pengobatan filariasis brugia jauh lebih berat bila
dibandingkan dengan yang terdapat pada pengobatan filariasis bankofti. Efek samping
pengobatan akan berkurang pada ulangan pengobatan.
Pengobatan dengan ivermektin sama dengan pada filariasis bankrofti. Untuk
mendapatkan hasi; penyembuhan yang sempurna, pengobatan ini diulangi beberapa kali.
Stadium mikrofilaremia, perangan, limfedema dan elephantiasis lanjut dapat pula diobati dengan
DEC. untuk program pemberantasna filariasis pengobatan yang dianjurkan adalah kombiasi DEC
6 mg/kg BB dengan albendazol 400 mg yang diberikan sekali setahun secara masal pada
penduduk didaerah endemis minimal 5 tahun.
Pencegahan
Tempat perindukan di kolam kolam banyak tumbuhan air pistia straitoides, dengan
membasmi tumbuhan ini terlihat sekali penurunan infeksi baru. Diperkotaan, vector utamanya
Anopheles diberantas dengan larvisidal dan penyemprotan dengan DDT, dieldrin atau insektisida
organo-phosphat.
Epidemiologi
B. malayi dan B.timori hanya terdapat di pedesaan, karena vektornya tidak dapat
berkembang biak diperkotaan. B. malayi yang hidup pada manusia dan B.timori biasanya
terdapat didaerah persawahan, sesuai dengan tempat indukan vektornya, An.barbirostris.
B.malayi yang terdapat pada manusia dan hewan biasanya terdapat dipinggir pantai atau aliran
sungai, dengan rawa rawa. Penyebaran B. malayi bersifat fokal, dari Sumatra sampai ke
kepulauan Maluku. B.timori hanya terdapat di Indonesia bagian timur yaitu NTT dan TimorTimur. Penderita yang terkena penyakit ini terutama adalah petani dan nelayan. Kelompok umur

dewasa muda paling sering terkena penyakit ini sehingga produktivitas penduduk dapat
berkurang akibat serangan adenolimfangitisyang berulang kali. Cara pencegahan sama dengan
filariasis bankrofti.

Gambar.5 peta sebaran Infeksi


DAFTAR PUSTAKA
Staff pengajar departemen Parasitologi FKUI. 2008.Parasitologi Kedokteran. Edisis ke 4.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bagian Parasitologi FK Unpad. 1997. Kapita Selekta Parasitologi Medis. Jatinangor.
Penerbit Universitas Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai