Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PARASITOLOGI

BRUGIA MALAYI

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :

ALFIYAN

201404001

NURNABILLAH

201414022

TRIWAHYUNINGSI LOKLOMIN

201414025

ROBIATI SARAGIH

201414034

DOSEN PENGAMPU : ANGEL MAINAKE, S. si


YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG
PROGRAM STUDI FARMASI
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang selalu melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga saya
dapat menyusun makalah ini yang berjudul Brugia Malayi dengan baik
dan lancar.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya pembaca pada umumnya. Makalah ini masih jauh dari sempurna
yang tentu masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu saran atau kritik
yang membangun dari berbagai pihak akan kami terima dengan senang hati
demi penyempurnaannya.

Sorong, Juni 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ...............................................................................

1.2
1.3

Rumusan Masalah ...........................................................................


Tujuan Penulisan .............................................................................

2
2

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Pengertian ........................................................................................
2.2 Hospes dan Nama Penyakit .............................................................

2
2

2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10

Klasifikasi ..............................................................................
Distribusi Geografi .................................................................
Daur Hidup dan Morfologi .....................................................
Siklus Hidup ..........................................................................
Patalogi dan Gejala Klinik .....................................................
Diagnosis ...............................................................................
Pengobatan dan Prognonis .....................................................
Epidemiologi ..........................................................................

2
3
3
4
4
4
5
5

2.11 Epidemiologi Filariasis ..................................................................


2.12 Hospes .............................................................................................
2.13 Hospes Reservoir ............................................................................
2.14 Vektor ..............................................................................................
2.15 Faktor Lingkungan ..........................................................................

6
6
7
7
7

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .....................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................

8
8

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Brugia malayi pertama kali diakui oleh Lichentenstein dan brug
sebagai pathogen yang berbeda pada tahun 1927. Mereka melaporkan
terjadinya suatu spesies filariae manusia di Sumatera Utara baik fisiologis
dan morfologis yang berbeda dari W. bancrofti microfilaria umumnya
ditemukan di Jakarta dan bernama pathogen Filaria malayi. Namun
demikian, meskipun studi epidemiologi mengidentifikasi malayi Filaria di
India, Sri Lanka, Cina, Vietnam Utara, dan Malaysia pada tahun 1930 an,
hipotesis Lichentensten dan Brug tidak diterima sampai 1940 an, ketika Rao
dan Mapelston mengidentifikasi cacing dewasa di India.
Berdasarkan kesamaan dengan W. bancrofti, Rao dan Mapelstone
mengusulkan untuk menyebutnya parasit Wuchereria malayi pada tahun
1960, bagaimanapun Buckley mengusulkan untuk membagi genus tua
Wuchereria dan nama Filaria malayi brugia malayi sebagai hasilnya.
Wuchereria W. bancrofti, yang sejauh ini hanya ditemukan menginfeksi
manusia dan hewan, serta spesies zoonosis lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Brugia malayi ?
2. Bagaimana siklus hidup Brugia malayi ?
3. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan filariasis malayi ?
1.3. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah selain sebagai salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen juga untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan kepada para pembaca mengenai Brugia malayi.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1

Pengertian
Brugia malayi adalah Nematoda Jaringan (cacing gelang), salah satu
dari tiga agen penyebab filariasis limfatik pada manusia. Filariasis limfatik,
juga dikenal sebagai kaki gajah,

adalah kondisi yang ditandai oleh

pembengkakan pada tungkai bawah. Dua penyebab filaria lain dari filariasis
limfatik adalah Wuchereria bancrofti dan Brugia timori , yang berbeda dari
B. Malayi morfologis, gejalanya, dan dalam batas geografis.
2.2

Hospes dan Nama Penyakit


Brugia malayi dapat dibagi dalam dua varian: yang hidup pada
manusia dan yang hidup pada manusia dan hewan, misalnya kucing, kera,
dan lain-lain. Penyakit yang disebabkan oleh brugia malayi disebut filariasis
malayi dan kadang-kadang disebut sebagai filariasis brugia.

2.3

Klasifikasi
Kerajaan:

Animalia

Filum:

Nematoda

Ordo:

Spirurida

Kelas :

Secernentea

Famili:

Onchocercidae

Genus:

Brugia

Spesies:

B. malayi

2.4

Distribusi geografik
brugia malayi hanya terdapat di Asia, dari India sampai ke Jepang,
termasuk Indonesia.

2.5

Daur hidup dan morfologi


Cacing dewasa jantan dan betina hidup disaluran dan pembuluh
limfe, bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Yang betina
berukuran 55 mm 0,16 mm ( brugia malayi ), dan yang jantan 22-23 mm
0,09 ( brugia malayi ). Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang
bersarung . ukuran mikrofilia brugia malayi adalah 200-260 mikron 8
mikron.
Periodisitas mikrofilia brugia malayi adalah periodik nokturna,
subperiodik nokturna atau non periodik. Brugia malayi yang hidup pada
manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris dan yang hidup
pada manusia dan hewan ditularkan oleh nyamuk Mansonia. Daur hidup
parasit ini cukup panjang, tetapi lebih pendek dari pada W. bancrofi. Masa
pertumbuhan didalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia
kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh nyamuk parasit ini juga mengalami
dua kali pergantian kulit, berkembang dari larva stadium I menjadi larva
stadium II dan III, menyerupai perkembangan parasit W. bancrofti. Di dalam
manusia perkembangan parasit ini juga sama dengan perkembangan W.
bancrofti.

2.6

Siklus Hidup

2.7

Patologi dan Gejala Klinis


Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala klinis filariasis
timori. Gejala klinis penyakit tersebut berbeda dengan gejala klinis filariasis
bancrofti. Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala
peradangan saluran dan kelenjar limfe, yang timbul berulang kali.

2.8

Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dibuktikan dengan
menemukan mikrofilaria di dalam darah tepi.
1. Diagnosis parasitologi : sama dengan pada filarasis bancrofti, kecuali
sampel berasal dari darah.
2. Radodiagnosis umunya tidak dilakukan pada filariasis malayi.
3. Diagnosis imunologi belum dapat dilakukan pada filariasis malayi.

2.9

Pengobatan dan Prognosis


Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang
dipakai dibeberapa Negara Asia berbeda-beda. Di Indonesi dosis yang
dianjurkan adalah 5 mg/kg berat badan/ hari selama 10 hari. Efek samping
DEC pada pengobatan filariasis brugia jauh lebih berat, bila dibandingkan
dengan yang terdapat pada pengobatan filariasis bancrofti. Untuk
pengobatan masal pemberian dosis standard an dosis tunggal tidak
dianjurkan. Yang dianjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka panjang
( 100 mg/minggu selama 40 minggu ) atau garam DEC 0,2 0,4 % Selma 9
12 bulan. Pengobatan dengan Infermektin sama dengan pada filariasis
bancrofti. Untuk mendapatkan hasil pemyembuhan yang sempurna, perlu
pengobatan ini diulang beberpa kali. Stadium mikrofilaremia, gejala
peradangan dan limfedema dapat disembuhkan dengan pengobatan DEC.
kadang-kadang elefantiasis dini dan beberapa kasus elefantiasis lanjut, dapat
pula diobati dengan DEC.

2.10 Epidemiologi
Brugia malayi hanya terdapat di pedesaan, karena vektornya tidak
dapat berkembangbiak di perkotaan. Brugia malayi hanya hidup pada
manusia yang biasanya terdapat di daerah persawahan, sesuai dengan
tempat perindukan vektornya, An. barbirostris. Brugia malayi yang terdapat
pada manusia dan hewan biasanya terdapat dipinggir pantai atau aliran
sungai, dengan rawa-rawa. Penyebaran brugia malayi bersifat fokal, dari
Sumatera sampai ke pulau Maluku. Yang terkena penyakit ini terutama
adalah petani dan nelayan. Kelompok umur dewasa muda paling sering
terkena penyakit ini, sehingga produktvitas penduduk dapat berkurang
akibat serangan adenolimfangitis yang berulang kali. Cara pencegahan sama
dengan filariasis bancrrofti.

2.11 Epidemiologi Filariasis


Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah khatulistiwa dan
merupakan masalah didaerah dataran rendah. Tetapi kadang-kadang dapat
juga ditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu tinggi. Di Indonesia
penyakit ini lebih banyak ditemukan di daerah pedesaan. Yang terdapat di
kota hanya W. bancrofti yang telah ditemukan di kota Jakarta, Tangerang,
Pekalongan dan Semarang dan mungkn di beberapa kota lainyya.
Di Indonesia filariasis tersebar luas ; daerah endemi

terdapat

dibanyak pulau di seluruh Nusantara, seperti Sumatera dan sekitarnya, Jawa,


Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku dan Irian Jaya ( Papua ) dan masih
banyak daerah lain yang belum diselediki.
Prevalensi infeksi sangat variable; ada daerah yang non endemik
dan ada pula daerah-daerah dengan derajat endemi yang tinggi seperti di
Irian Jaya ( Papua ) dan pulau Baru dengan derajat infeksi ang dapat
mencapai 70%. Prevalensi infeksi dapat berubah-ubah dari masa ke masa
dan pada umumnya ada tendensi menurun dengan adanya kemajuan dalam
pembangunan yang menyebabkan perubahan lingkungan. Untuk dapat
memahami epidemiologi filariasis, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti
hospes, hospes reservoir, vector dan keadaan lingkungan yang sesuai untuk
menunjang kelangsunagn hidup masing-masing.
2.12 Hospes
Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber
infeksi bagi orang lain yang rentan ( suseptibel ). Biasanya pendatang baru
ke daerah endemic ( transmigran ) lebih rentan terhadap infeksi filariasis
dan lebih menderita daripada penduduk asli. Pada umumnya laki-laki
banyak yang terkena infeksi, karena lebih banyak kesempatan untuk
mendapat infeksi ( exposure ). Juga gejala penyakit lebih nyata pada lakilaki, karena pekerjaan fisik yang lebih berat.

2.13 Hospes Reservoir


Tipe brugia malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber
infeksi untuk manusia. Yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah
kucing dan kera terutama jenis presbytis, meskipun hewan lain juga terkena
infeksi.
2.14 Vektor
Banyak spesies nyamuk telah ditemukan sebagai vektor filariasis,
tergantung pada jenis cacing filarianya. Brugia malayi yang hidup padea
manusia dan hewan biasanya di tularkan oleh berbagai spesies Mansonia
seperti Mn. Bonneae, Mn. Dives dan lain-lain, yang berkembangbiak di
daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, Maluku dan lain-lain.
Brugia malayi yang periodik di tularkan oleh An. Barbirostri yang
memakai sawah sebagai tempat perindukannya, seperti di daerah Sulawesi.
2.15 Faktor Linkungan
Faktor lingkungan yang menunjang kelangsungan hidup hospes,
hospes reservoir dan vector, merupakan hal yang sangat penting untuk
epidemiologi filariasis. Dengan demikian, filariasis yang ada di suatu daera
endemi dapat di duga jenisnya dengan melihat keadaan lingkungan.
Untuk pencegahan filriasis, hingga sekarang hany dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk. Untuk dapat infeksi diperlukan gigitan
nyamuk yang banyak sekali.
Untuk pemberantasan, pengobatan masl dengan DEC selalu
menurunkan angka filariasis dengan jelas. Pencegahan dengan obat-obatan
masih dalam taraf penelitian.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan ini yaitu
cacing Brugia Malayi merupakan jenis parasit yang ditularkan oleh nyamuk
Anopheles dan nyamuk Mansonia yang dapat menyebabkan penyakit filaris.

3.2

Saran
Pada penyusunan makalah diatas kami menyarankan kepada
pembaca agar dapat memberi kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Brugia_malayi?
_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C1396618745
http://atom-green.blogspot.co.id/2013/07/makalah-brugia-malay.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai