Anda di halaman 1dari 34

TREMATODA DARAH

(Schistosoma sp)

Mona Triputri Suardi


NIM : 1511C1017
TREMATODA DARAH
(Schistosoma sp )

Cacing yang terdapat dalam filum


Platyhelminthes dan hidup sebagai parasit yang
mana tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh
hospes terdapat pada darah sehingga termasuk
kedalam golongan Treponema darah (bloodflukes).
TREMATODA DARAH
(Schistosoma sp)
Pada manusia ditemukan 3 spesies penting :
TREMATODA DARAH

Schistosoma japonicum

Schistosoma mansoni

Schistosoma haematobium
TREMATODA DARAH
(Schistosoma sp)
 Hospes definitif
Manusia
 Hospes perantara
Keong air
 Nama penyakit
Skistosomiasis
 Habitat
Hidup di pembuluh darah terutama dalam kapiler
darah dan vena kecil dekat permukaan selaput lendir
usus atau kandung kemih.
Morfologi Schistosoma sp

CACING DEWASA JANTAN CACING DEWASA BETINA


 Berwarna kelabu atau putih  Badan lebih halus dan panjang.
 Berukuran 16 – 26 mm x 0,3 mm.
kehitam-hitaman.
  Uterus berisi 50 – 300 butir telur.
Berukuran 9,5 – 19,5 mm x
 Cacing ini hidup di pembuluh
0,9 mm.
 darah terutama dalam kapiler
Badan gemuk bundar dan
darah dan vena kecil dekat
pada kutikulum terdapat permukaan selaput lendir usus
tonjolan halus sampai kasar. atau kandung kemih.
 Di bagian ventral badan  Cacing betina meletakkan telur
terdapat canalis di pembuluh darah.
gynaecophorus, tempat  Telur mempunyai duri.
cacing betina.
TELUR CACING Schistosoma sp
CACING DEWASA Schistosoma sp
HOSPES PERANTARA Schistosoma sp
Serkaria Schistosoma
Schistosoma waktu kopulasi
SIKLUS HIDUP Schistosoma sp
Patologi dan gejala klinis
PERUBAHAN–PERUBAHAN YANG TERJADI DI SEBABKAN OLEH 3 STADIUM
CACING YAITU: TELUR, SERKARIA, DAN CACING DEWASA.

1. Masa tunas biologik 2. Stadium Akut


Merupakan waktu antara serkaria Di mulai sejak cacing betina bertelur.
 Gejala yang di timbulkan tergantung
menembus kulit sampai dewasa.
jumlah telur yang di keluarkan.
 Kulit terasa gatal dan panas.
 Gejala: demam, berat badan menurun,
 Sering batuk kadang-kadang disertai
diare, sindrom disentri.
dahak bercampur sedikit darah.
 Dapat menimbulkan asma. 2. Stadium Menahun
 Berat gejala tergantung dari ▪ Terjadi penyembuhan jaringan dengan
banyaknya serkaria yang masuk. pembentukan jaringan ikat.
 Gejala lain: lemah, tidak nafsu ▪ Sirosis yaitu pengecilan hepar yang
makan, mual, muntah, sakit kepala, semula membesar.
diare, hati dan limfa membesar. ▪ Gejala yang timbul: splenomegali,
edema pada tungkai bawah dan alat
kelamin.
KASUS Schistosoma sp
Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan menyebutkan keong pembawa
penyakit schistosomiasis masih berkembang biak di dua daerah, yaitu Kecamatan Lindu dan
Poso, Sulawesi Tengah. Meski jumlah kasusnya berkurang, upaya pencegahan terus dilakukan.

Seperti disampaikan Dirjen Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan,


Mohamad Subuh, setidaknya ada 54 hektare lahan yang menjadi tempat berkembang biak keong
pembawa penyakit Schistosomiasis. Setengah lahannya bahkan merupakan kawasan hutan lindung
sehingga sulit menekan penyebarannya.

"Yang bisa dilakukan adalah treatment as prevention, mengubah perilaku masyarakat yang tadinya
tidak bersepatu menjadi bersepatu," katanya saat temu media di Kementerian Kesehatan, Jakarta,
ditulis Jumat (8/1/2016).

Di Indonesia, menurut Subuh, penyakit tropis yang masih ada dan mengancam adalah filiariasis
(kaki gajah), schistosomiasis, leptopirosis, frambusia, cacingan, rabies, polio (Indonesia telah bebas
polio di tingkat nasional dan masih menargetkan di semua daerah).

Schistosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing pipih trematoda dari spesies
Schistosoma japonicum. Melalui perantara keong dari genus Oncomelania, penyakit schistosomiasis
atau dikenal sebagai bilharziasis, merujuk pada nama dokter dari Jerman, Theodore Bilharz, yang
menemukan penyakit ini tahun 1851, berkembang ke manusia.*
 Skistomiasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di
berbagai negara.
 Di Indonesia hanya skistomiasis japonica yang ditemukan
endemik di sulawesi tengah.
 Penyakit ini berhubungan erat dengan pertanian yang
mendapat air dari irigasi.
 Fokus keong sebagai hospes perantara yang biasanya di
temukan di daerah pertanian.
 Infeksi biasanya berlangsung pada waktu orang bekerja
disawah.
 Pencegahan: memakai pelindung kulit saat berada dalam air
terutama sawah.
Schistosoma japonicum

 Hospes: manusia, anjing, kucing, rusa, tikus


sawah, sapi dan lain-lain.
 Parasit ini menyebabkan penyakit demam
keong.
 Distribusi: RRC, Jeoang, Filipina, Taiwan,
Malaysia, dan Indonesia (Sulawesi Tengah:
daerah danau Lindu dan lembah Napu).
Morfologi S. japonicum
Bentuk telur hasil pengamatan

 Telur ditemukan di dinding


usus halus dan alat-alat dalam
seperti hati, paru dan otot.
Daur S. japonicum
INANG ANTARA Schistosoma japonicum

Oncomelania sp
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS DIAGNOSIS

  Menemukan telur dalam


Pada stadium I: gatal-
tinja atau jaringan biopsi
gatal, demam,  Reaksi serologi :
hepatomegali, dan  COPT (circumoral precipitin
eosinofilia tinggi. test)
 IHT (Indirect
 Pada stadium II:
haemagglutinination test)
sindrom disentri.  CFT (complement fixation test)
 Pada stadium III: sirosis  FAT (Fluorescense antibody
test)
hati, penderita menjadi  ELISA(Enzyme linked
lemah (emasiasi). immunosorbent assay)
Schistosoma mansoni

 Hospes : Manusia dan kera babon di Afrika


sbg hospes reservoir.
 Penyakit : skistomiasis usus
 Distribusi: Afrika, berbagai negara Arab,
Amerika Selatan, dan Tengah.
 Patologi dan Gejala Klinis
Kelainan dan gejala yang di timbulkan kira-
kira sama seperti Schistosoma japonicum, akan
tetapi lebih ringan.
Morfologi S. mansoni
Bentuk telur hasil pengamatan
 Cacing dewasa hidup di vena, colon dan rektum.
 Telur tersebar ke alat-alat lain seperti hati, paru,
dan otak.
Daur S. mansoni
INANG ANTARA Schistosoma mansoni

Biomphalaria sp
Schistosoma haematobium
 Hospes : Manusia. Babon dan kera lain sbg
hospes reservoir.
 Penyakit : skistosmiasis vesika urinaria
 Tidak ditemukan di Indonesia
 Hidup di vena panggul kecil, terutama di vena
kandung kemih.
 Patologi dan Gejala Klinis:
 Hematuria dan disuria bila terjadi sistitis
 Sindroma disentri bila terjadi kelainan di rektum.
Diagnosis : Menemukan telur di dalam urin.
Morfologi S. haematobium
Telur S. haematobium

 Telur di temukan di urin dan alat-alat


dalam lainnya, juga di alat kelamin dan
rektum.
Daur S. haematobium
INANG ANTARA Schistosoma haematobium

Bulinus sp
  S. haematobium S. mansoni S. japonicum

     
Cacing jantan
Ukuran 10-15 x 1 mm 10 x 1 mm 12-20 x 0.5 mm
Kutikula Tuberkula halus Tuberkula kasar Tidak bertuberkel
Testis 4-5, berkelompok 8-9, deret zig-zag 6-7, berderet
     
Cacing betina
Ukuran 20 X 0.25 mm 14 x 0.25 mm 26 x 0.3 mm.
Ovarium Posterior pertengahan badan Anterior pertengahan badan Pertengahan badan

Telur dalam uterus 20-30 butir 1-3 butir 50 butir atau lebih
Sekum yang menyatu Panjang (menyatu di Terpanjang(menyatu di Pendek(menyatu di posterior
pertengahan badan) anterior perte-ngahan badan) perte-ngahan badan)

Hospes perantara Bulinus (Physopsis dan Biomphalaria dan Oncomelania hupensis


Planorbarius) Australorbis
Hospes Definitif Manusia Manusia Manusia & hewan domestik
Babon Babon
Penyebaran Geografis Afrika, Timur Tengah & Timur Afrika dan Amerika Selatan Timur Jauh (Oriental)
Dekat

Habitat Pleksus vena vesikalis dan Plexus mesenterikus daerah Plexus mesenterikus daerah
prostatika sigmoidorektal ileocaecalis (v. mesenterika
(v. mesenterika inferior dan superior dan cabang-
cabang-cabangnya cabangnya)
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai