(Schistosoma sp)
Schistosoma japonicum
Schistosoma mansoni
Schistosoma haematobium
TREMATODA DARAH
(Schistosoma sp)
Hospes definitif
Manusia
Hospes perantara
Keong air
Nama penyakit
Skistosomiasis
Habitat
Hidup di pembuluh darah terutama dalam kapiler
darah dan vena kecil dekat permukaan selaput lendir
usus atau kandung kemih.
Morfologi Schistosoma sp
"Yang bisa dilakukan adalah treatment as prevention, mengubah perilaku masyarakat yang tadinya
tidak bersepatu menjadi bersepatu," katanya saat temu media di Kementerian Kesehatan, Jakarta,
ditulis Jumat (8/1/2016).
Di Indonesia, menurut Subuh, penyakit tropis yang masih ada dan mengancam adalah filiariasis
(kaki gajah), schistosomiasis, leptopirosis, frambusia, cacingan, rabies, polio (Indonesia telah bebas
polio di tingkat nasional dan masih menargetkan di semua daerah).
Schistosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing pipih trematoda dari spesies
Schistosoma japonicum. Melalui perantara keong dari genus Oncomelania, penyakit schistosomiasis
atau dikenal sebagai bilharziasis, merujuk pada nama dokter dari Jerman, Theodore Bilharz, yang
menemukan penyakit ini tahun 1851, berkembang ke manusia.*
Skistomiasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di
berbagai negara.
Di Indonesia hanya skistomiasis japonica yang ditemukan
endemik di sulawesi tengah.
Penyakit ini berhubungan erat dengan pertanian yang
mendapat air dari irigasi.
Fokus keong sebagai hospes perantara yang biasanya di
temukan di daerah pertanian.
Infeksi biasanya berlangsung pada waktu orang bekerja
disawah.
Pencegahan: memakai pelindung kulit saat berada dalam air
terutama sawah.
Schistosoma japonicum
Oncomelania sp
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS DIAGNOSIS
Biomphalaria sp
Schistosoma haematobium
Hospes : Manusia. Babon dan kera lain sbg
hospes reservoir.
Penyakit : skistosmiasis vesika urinaria
Tidak ditemukan di Indonesia
Hidup di vena panggul kecil, terutama di vena
kandung kemih.
Patologi dan Gejala Klinis:
Hematuria dan disuria bila terjadi sistitis
Sindroma disentri bila terjadi kelainan di rektum.
Diagnosis : Menemukan telur di dalam urin.
Morfologi S. haematobium
Telur S. haematobium
Bulinus sp
S. haematobium S. mansoni S. japonicum
Cacing jantan
Ukuran 10-15 x 1 mm 10 x 1 mm 12-20 x 0.5 mm
Kutikula Tuberkula halus Tuberkula kasar Tidak bertuberkel
Testis 4-5, berkelompok 8-9, deret zig-zag 6-7, berderet
Cacing betina
Ukuran 20 X 0.25 mm 14 x 0.25 mm 26 x 0.3 mm.
Ovarium Posterior pertengahan badan Anterior pertengahan badan Pertengahan badan
Telur dalam uterus 20-30 butir 1-3 butir 50 butir atau lebih
Sekum yang menyatu Panjang (menyatu di Terpanjang(menyatu di Pendek(menyatu di posterior
pertengahan badan) anterior perte-ngahan badan) perte-ngahan badan)
Habitat Pleksus vena vesikalis dan Plexus mesenterikus daerah Plexus mesenterikus daerah
prostatika sigmoidorektal ileocaecalis (v. mesenterika
(v. mesenterika inferior dan superior dan cabang-
cabang-cabangnya cabangnya)
TERIMAKASIH