Disusun Oleh :
Nama : FIRDA HARIANI
NIM : P07134117062
Semester/kls : IV/B
Assalamualaikum Wr. Wb
Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada
saya, sehingga dapat menyelesaikan susunan penulisan makalah tentang
“Fluorosensi, Flow Cytometry , ELISA dan Radio Immuno Assay ”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................... i
1. Fluoresensi ........................................................................................... 4
a. pengertian Fluoresensi ......................................................................... 4
b. prinsip Fluoresensi ............................................................................... 5
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fluoresensi ................................... 6
d. Hubungan struktur molekul pada Fluoresensi ............................ 7
e. Manfaat fluoresensi ............................................................................. 7
f. Kelebihan dan kekuragan Fluoresensi ................................................. 8
2. Flow Cytometry .................................................................................... 9
a. definisi dan prinsip Flow Cytometry .................................................... 9
b. komponen penyusun Flow Cytometry ................................................. 10
c. aplikasi dari Flow Cytometry ................................................................ 12
3. Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) ...................................... 16
a. Pengertian dan prinsip ELISA .............................................................. 16
b. jenis ELISA ............................................................................................ 17
c. kelebihan dan kekurangan ELISA ......................................................... 23
4. RIA (Radio Immuno Asay) ..................................................................... 24
a. Pengertian RIA ...................................................................................... 24
b. prinsip kerja RIA .................................................................................... 24
c. contoh penggunaan dari RIA ............................................................... 25
d. kelebihan dan kekurangan ................................................................... 26
A. Kesimpulan ........................................................................................... 28
B. Saran ..................................................................................................... 28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi
tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Penggunaan ELISA melibatkan
setidaknya satu antibodi dengan spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan metode
imun lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan membahas tentang
ELISA.
1
Sedangkan pada Teknik RIA adalah suatu teknik penentuan zat-zat yang berada
dalam tubuh berdasarkan reaksi imunologi yang menggunakan tracer radioaktif.
Tracer radioaktif adalah isotop radioaktif yang akan meluruh pada melalui proses
radioaktivitas. Radioaktivitas adalah proses peluruhan isotop tidak stabil (radioaktif)
menjadi isotop yang lebih stabil dengan memancarkan energy melalui materi berupa
partikel-partikel (alpha atau beta) ataupun gelombang elektromagnetik (sinar
gamma).
B. Rumusan Masalah
1. Fluoresensi
a. Apa Pengertian Fluoresensi ?
b. Bagaimana prinsip Fluoresensi ?
c. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi Fluoresensi ?
d. Apa hubungan struktur molekul dan senyawa kimiapada Fluoresensi ?
e. Apa saja manfaat metode Fluoresensi ?
f. Apa kelebihan dan kekurangan Fluoresensi ?
2. Flow Cytometry
a. Apa definisi dan prinsip Flow Cytometry ?
b. Apa komponen penyusun Flow Cytometry ?
c. Bagaimana aplikasi Flow Cytometry ?
3. Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
a. Apa pengertian ELISA ?
b. Berapa jenis ELISA ?
c. Bagaimana prinsip kerja dan metode ELISA ?
d. Apa kelebihan dan kekurangan ELISA ?
4. Radio Immuno Asay (RIA)
a. Apa itu RIA ?
b. Bagaimana prinsip kerja RIA ?
c. Apa saja contoh penggunaan dari RIA ?
d. Apa kelebihan dan kekurangan dari RIA ?
2
C. Tujuan
1. Fluoresensi
a. Untuk mengetahui pengertian Fluoresensi
b. Untuk mengetahui apa prinsip Fluoresensi
c. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Fluoresensi
d. Untuk mengetahui hubungan struktur molekul dan senyawa kimia
pada Fluoresensi
e. Untuk mengetahui manfaat metode Fluoresensi
f. Untuk mengetahui kelebihan dan kekuragan Fluoresensi
2. Flow Cytometry
a. Untuk mengetahui definisi dan prinsip Flow Cytometry
b. Untuk mengetahui komponen penyusun Flow Cytometry
c. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi dari Flow Cytometry
3. Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
a. Untuk mengetahui pengertian ELISA
b. Untuk mengetahui jenis ELISA
c. Untuk mengetahui prinsip kerja dan metode ELISA
d. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan ELISA
4. RIA (Radio Immuno Asay)
a. Untuk mengetahui apa itu RIA
b. Untuk mengetahui bagaimana prinsip kerja RIA
c. Untuk mengetahui apa saja contoh penggunaan dari RIA
d. Untuk mengetahui Apa saja kelebihan dan kekurangan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. FLUOROSENSI
a. Pengertian Fluoresensi
Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang F dan nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere, berarti
"mengalir". Dia merupakan gas halogen univalen beracun berwarna kuning-hijau
yang paling reaktif secara kimia dan elektronegatif dari seluruh unsur. Dalam
bentuk murninya, dia sangat berbahaya, dapat menyebabkan pembakaran kimia
parah begitu berhubungan dengan kulit.
Fluoresensi adalah emisi cahaya oleh suatu zat yang telah menyerap
cahaya atau radiasi elektromagnetik dengan perbedaan panjang gelombang.
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah
tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi cahaya terjadi karena
proses absorbsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom
tereksitasi. Keadaan atom yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan
melepaskan energi yang berupa cahaya (de-eksitasi).
Fluoresensi merupakan proses perpindahan tingkat energi dari keadaan
atom tereksitasi (S1 atau S2) menuju ke keadaan stabil (ground states). Proses
fluoresensi berlangsung kurang lebih 1 nano detik sedangkan proses fosforesensi
berlangung lebih lama, sekitar 1 sampai dengan 1000 mili detik.
Fluoresensi dapat juga dikatakan sebagai emisi cahaya oleh suatu zat
yang telah menyerap cahaya atau radiasi elektromagnetik lain dari panjang
gelombang yang berbeda. Dalam beberapa kasus, emisi cahaya memiliki panjang
gelombang yang lebih panjang, oleh karena itu energinya lebih rendah,
dibandingkan dengan radiasi yang diserap. Namun, ketika radiasi
elektromagnetik yang diserap sangat ketat, sangat mungkin bagi satu electron
untuk menyerap dua foton, penyerapan dua foton ini dapat mengakibatkan
4
emisi radiasi memiliki panjang gelombangyang lebih pendek daripada serapan
radiasi. Contoh yang paling mengesankan dari fluoresensi muncul ketika radiasi
diserap di wilayah spektrum ultraviolet, dan ini tidak tampak, dan emisi cahaya
ada di wilayah tampak (visibel). Fluoresensi memiliki aplikasi praktis, termasuk
dalam mineralogi, gemologi, sensor kimia(Fluoresensi spektroskopi), pelabelan
neon, pewarna, detektor biologis, dan yang paling umum lampu neon.
b. Prinsip Fluoresensi
Langkah pertama (i) adalah eksitasi, di mana cahaya diserap oleh molekul,
yang ditransfer ke keadaan tereksitasi secara elektronik yang berarti bahwa
sebuah elektron bergerak dari keadaan dasar singlet, S0, ke keadaan singlet
tereksitasi S’1. Ini diikuti dengan relaksasi getaran atau konversi internal (ii),
dimana molekul ini mengalami transisi dari elektronik atas ke yang lebih rendah
S ‘1, tanpa radiasi apapun. Akhirnya, emisi terjadi (iii), biasanya 10 - 8 detik
setelah eksitasi, ketika kembali elektron kekeadaan dasar lebih stabil, S0,
memancarkan cahaya pada panjang gelombang yang sesuaidengan perbedaan
energi antara kedua negara elektronik.
5
Dalam molekul, masing-masing kondisi elektronik memiliki beberapa
kondisi bagian getaran terkait. Dalam keadaan dasar, hampir semua molekul
menempati tingkat vibrasi terendah. Dengan eksitasi dengan sinar UV atau
terlihat, adalah mungkin untuk mempromosikan molekul yang tertarik ke salah
satu tingkat getaran beberapa tingkat tereksitasi secara elektronik yang
diberikan. Ini berarti bahwa emisi fluoresensi tidak hanya terjadi pada satu
panjang gelombang tunggal, melainkan melalui distribusi panjang gelombang
yang sesuai untuk transisi vibrasi beberapa sebagai komponen dari transisi
elektronik tunggal. Inilah sebabnya mengapa eksitasi dan spektrum emisi
diperoleh untuk menggambarkan secara rinci karakteristik molekul fluoresensi.
1.Temperatur (Suhu)
2. Pelarut
3. pH
5. kekakuan struktur
6
d. Hubungan struktur molekul
- Struktur molekul yang mempunyai ikatan rangkapmempunyai sifat
fluoresensi karena strukturnya kaku danplanar
- EDG (OH-, -NH2, OCH3) yang terikat pada sistem dapat menaikkan
intensitas fluoresensi
- EWG (NO2, Br, I, CN, COOH) dapat menurunkan bahkan
menghilangkan sifat fluoresensi
- Penambahan ikatan rangkap (aromatik polisiklik) dapat menaikkan
fluoresensi
Fenomena fluorosensi dapat dimanfaatkan sebagai dasar analisis
fluorometer.Keuntungan dari analisis fluoresensi adalah kepekaan yang baik
karena :
➢ Intensitas dapat diperbesar dengan menggunakan sumber eksitasi yang tepat
➢ Detektor yang digunakan seperti tabung pergandaan foto sangat peka
➢ Pengukuran energi emisi lebih tepat daripada energi terabsorbsi
➢ Dapat mengukur sampai kadar 10-4 – 10-9 M
7
f. Kelebihan dan kekuragan Fluoresensi
Kelebihan :
Kekurangan :
8
2. FLOW CYTOMETRY
a. Definisi dan Prinsip Flow Cytometry
Flow cytometry adalah metode pengukuran (metri) jumlah dan sifat-sifat sel
(cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (flow) melalui celah sempit yang
ditembus oleh seberkas sinar laser. Setiap sel yang melewati berkas sinar laser
menimbulkan sinyal elektronik yang dicatat oleh instrumen sebagai karakteristik
sel bersangkutan. Setiap karakteristik molekul pada permukaan sel maupun yang
terdapat di dalam sel dapat diidentifikasi dengan menggunakan satu atau
lebih probe. Oleh karena itu, instrumen dapat mengidentifikasi setiap jenis
aktivitas sel dan menghitung jumlah masih-masing dalam suatu populasi
campuran.
Prinsip dari Flow Cytometry adalah Setiap sel yang melewati berkas sinar
laser akan menyebabkan sinar laser terpencar (scattered) ke dua arah,
yaitu forward scatter (FSC) yang pararel dengan arah sinar danside scatter (SSC)
yang arahnya tegak lurus pada arah sinar laser. Besarnya FSC berbanding lurus
dengan atau menggambarkan volume atau ukuran sel. Sel yang mati (walaupun
penampakan mikroskopis sebaliknya), terlihat lebih kecil dibanding sel hidup. Sel
darah merah juga berbeda dengan sebenarnya, umumnya lebih kecil dari semua
sel darah. Adapun SSC ditentukan oleh morfologi dan emisi sinar fluoresen yang
dipancarkan oleh fluorokrom yang digunakan untuk mewarnai sel. Sinyal-sinyal
itu dikonversikan menjadi angka digital dan diperlihatkan pada suatu histogram
yang dapat dianalisis untuk memperoleh informasi tentang karakteristik sel
bersangkutan.
9
b. komponen penyusun Flow Cytometry
1. Sistem fluida
2. Sistem optik
Sistem optik terdiri atas laser sebagai sumber cahaya dan mengeksitasi
(fluorokrom) sel dalam aliran sampel, serta filter optik untuk mengarahkan sinyal
cahaya yang dihasilkan ke detektor yang sesuai.
10
Laser memancarkan cahaya koheren dan merupakan berkas sangat
pararel. Hal ini memungkinkan dasar pengukuran yang berbasis pada gangguan
berkas (beam disturbance) dapat dilakukan (forward scatter, side scatter).
Penggunaan berkas terfokus yang elliptis dapat menghasilkan hanya cahaya
fluoresensi dari single cell (size dependent) yang dapat diukur setiap saat.
3. Sistem elektronik
11
c. Aplikasi Flow Cytometry
1. Analisis DNA (Pengukuran kinetik sel )
12
2. Analisis DNA (Analisa status ploidi tanaman)
13
4. Monitoring penderita terinfeksi virus HIV (Pengukuran limfosit T)
Dewasa:
Bayi ≥ 12 bulan:
14
Contoh pemeriksaan laboratorium
15
3. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
a. Pengertian dan Prinsip ELISA
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke permukaan
microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibody atau
antigen lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara ini
digunakan pada teknik ELISA sandwich).
Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang telah ditautkan dengan suatu
enzim signal (disesuaikan dengan sampel. bila sampel berupa antigen, maka
digunakan antibodi spesifik, sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan
antigen spesifik) dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi
interaksi antara antibodi dengan antigen yang bersesuaian.
16
Kemudian ke atas permukaan tersebut dicampurkan suatau substrat yang dapat
bereaksi dengan enzim signal. Pada saat substrat tersebut dicampurkan ke
permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi atau antigen spesifik yang
berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan bereaksi dengan substrat dan
menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi.
b. jenis ELISA
Secara umum, teknik ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik ELISA
kompetitif yang menggunakan konjugat antigen-enzim atau konjugat antibodi-
enzim, dan teknik ELISA nonkompetitif yang menggunakan dua antibodi (primer
dan sekunder). Pada teknik ELISA nonkompetitif, antibody kedua (sekunder) akan
dikonjugasikan dengan enzim yang berfungsi sebagai signal. Teknik ELISA
nonkompetitif ini seringkali disebut sebagai teknik ELISA sandwich.
Dewasa ini, teknik ELISA telah berkembang menjadi berbagia macam jenis
teknik. Perkembangan ini didasari pada tujuan dari dilakukannya uji dengan teknik
ELISA tersebut sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Berikut ini adalah
beberapa macam teknik ELISA yang relatif sering digunakan, antara lain : ELISA
Direct, ELISA Indirect, ELISA Sandwich, dll.
Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana. Teknik ini
seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen
pada sampel ELISA direct menggunakan suatu antibody spesifik (monoklonal)
untuk mendetaksi keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji.
17
Pada ELISA direct, pertama microtiter diisi dengan sampel yang
mengandung antigen yang diinginkan, sehingga antigen tersebut dapat
menempel pada bagian dinding-dinding lubang microtiter, kemudian microtiter
dibilas untuk membuang antigen yang tidak menempel pda dinding lubang
microtiter. Lalu antibodi yang telah ditautkan dengan enzim signal dimasukkan
ke dalam lubang-lubang microtiter sehingga dapat berinteraksi dengan antigen
yang diinginkan, yang dilanjutkan dengan membilas microtiter untuk
membuang antibody tertaut enzim signl yang tidak berinteraksi dengan
antigen. Lalu, ke dalam lubang-lubang microtiter tersebut ditambahkan
substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal, sehingga enzim yang tertaut
dengan antibodi yang telah berinteraksi dengan antigen yang diinginkan akan
berinteraksi dengan substrat dan menimbulkan signal dapat dideteksi.
18
2. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) INDIRECT
ELISA Indirect ini pada dasarnya juga merupakan teknik ELISA yang paling
sederhana, hanya saja dalam teknik ELISA indirect yang dideteksi dan diukur
konsentrasinya merupakan antibody. ELISA indirect menggunakan suatu
antigen spesifik (monoklonal) serta antibody sekunder spesifik tertaut enzim
signal untuk mendeteksi keberadaan antibody yang diinginkan pada sampel
yang diuji.
19
d. Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang diuji
dimasukkan dalam lubang. Antibodi ini hanya akan mengikat antigen
terimobilisasi pada permukaan lubang, bukan pada protein serum yang lain
atau protein yang terbloking.
e. Antibodi sekunder, yang akan mengikat sembarang antibodi pendeteksi,
ditambahkan dalam lubang. Antibodi sekunder ini akan berkonjugasi menjadi
enzim dengan substrat spesifik. Tahap ini bisa dilewati jika antibodi pendeteksi
berkonjugasi dengan enzim.
f. Plate dicuci untuk membuang kelebihan konjugat enzim-antibodi yang tidak
terikat.
g. Dimasukkan substrat yang akan diubah oleh enzim untuk mendapatkan sinyal
kromogenik/ fluorogenik/ elektrokimia.
h. Hasil dikuantifikasi dengan spektrofotometer, spektrofluorometer atau alat
optik/ elektrokimia lainnya.
20
Sedangkan kelebihan dari ELISA indirect antara lain :
21
Tahapan dalam Sandwich ELISA adalah sebagai berikut:
22
Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada tingkat
sensitivitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen yang diinginkan harus
dapat berinteraksi dengan dua jenis antibody, yaitu antibody penangkap dan
antibody detector, kemampuannya menguji sampel yang tidak murni, dan
mampu mengikat secara selektif antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan
pertama antibodi penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk
protein serum) dapat diserap secara kompetitif oleh permukaan lempeng,
menurunkan kuantitas antigen yang terimobilisasi.
Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga memiliki kelemahan, yaitu
teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk medeteksi antigen yang bersifat
multivalent serta sulitnya mencari dua jenis antibody yang dapat berinteraksi
antigen yang sama pada sisi antigenic yang berbeda (epitopnya harus
berbeda).
a. Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini hanya jenis
antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu antigen).
b. Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibodi poliklonal, sehingga
pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang relatif mahal.
c. Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga
pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini dapat
diatasi dengan memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).
23
4. RIA (Radio Immuno Asay)
a. Pengertian RIA
Radioimmunoassay adalah metode yang mengukur adanya antigen dengan
sensitivitas yang sangat tinggi. RIA (Radioimmunoassay) adalah salah satu teknik
immunoassay yang lebih baik dan lebih sensitif. Pada dasarnya, semua prinsip-prinsip
desain assay EIA didasarkan pada kesimpulan yang diambil dari penggunaan RIA.
Meskipun RIA masih merupakan teknik yang layak, namun sebagian besar telah
digantikan oleh CL dan EIA di sebagian besar laboratorium klinis.
RIA telah menjadi teknik immunoassay pertama kali dikembangkan untuk
menganalisis nano molar dan konsentrasi molar pico hormon dalam cairan
biologis. Untuk melakukannya, antigen target berlabel radioaktif dan terikat pada
antibodi spesifik (jumlah terbatas dan diketahui dari antibodi spesifik harus
ditambahkan).
24
Pada saat ikatan kadar protein dan steroid radioaktif konstan, penghambatan
ikatan hormon radioaktif dengan ikatan protein merupakan fungsi dari jumlah
hormon nonradioaktif yang berada pada sampel.
25
Contoh lainnya adalah antigen carcino-embrio (CEA). Ini merupakan zat
diuraikan oleh tubuh dalam jumlah menit ketika kanker usus berkembang.
Sensitivitas indah dari RIA memungkinkan deteksi CEA sering sebelum keganasan
dapat dikonfirmasi oleh teknik lain.
Dapat dibayangkan pengukuran CEA sebagai tes skrining untuk kanker
usus akan mengambil tempat sejajar dengan Pap smear terkenal karena kanker
leher rahim. Biomonitor telah mengembangkan radioimmunoassay (RIA) untuk
menentukan tingkat anti-TNF-alpha obat-obatan seperti infliximab, etanercept,
dan adalimumab (yaitu ketiga saat ini disetujui anti-TNF biopharmaceuticals). Ada
beberapa keuntungan dari tes ini dibandingkan dengan immunoassays enzim:
Ini adalah fungsional dalam bahwa hal itu menunjukkan kemampuan
obat untuk mengikat TNF-alpha daripada mengungkapkan suatu protein yang
mungkin ataumungkin tidak fungsional.
Ini adalah tes cairan-fase menyerupai dalam situasi vivo lebih baik
daripada padat-fase tes.
Ini dapat dengan mudah dimodifikasi untuk memonitor konstruksi
antibodi lain yang menargetkan TNF-alpha, termasuk masa depan yang
dikembangkan manusia anti-TNF-alpha antibodi.
26
Kekurangan :
Kelemahan utama adalah risiko kesehatan dan keselamatan yang ditimbulkan
oleh penggunaan radiasi dan waktu dan biaya yang terkait dengan
mempertahankan keselamatan radiasi berlisensi dan program pembuangan.
Untuk alasan ini, RIA telah digantikan dalam praktek laboratorium klinis rutin
dengan immunoassay enzim. Pada dasarnya setiap substansi biologis yang ada
antibodi spesifik dapat diukur, bahkan dalam konsentrasi menit.
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Fluoresensi
a. Fluoresensi adalah emisi cahaya oleh suatu zat yang telah menyerap
cahaya atau radiasi elektromagnetik dengan perbedaan panjang
gelombang.
b. Faktor yang mempengaruhi fluoresensi : Tempratur(suhu), Pelarut,
Ph , Adanya oksigen terlarut, Kekauan struktur
2. Flow cytometry
a. Flow Cytometry adalah metode pengukuran (metri) jumlah dan
sifat-sifat sel (cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (flow) melalui
celah sempit yang ditembus oleh seberkas sinar laser
b. Komponen penyusun Flow Cytoometry : Sistem fluida, sistem optik
dan sistem elektronik
c. Aplikasi Flow Cytometry : Analisis DNA, Uji fungsi neutrofil, dan
pengukuran limfosit T
3. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
a. Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik
biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
b. Jenis ELISA yaitu :
a) ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) DIRECT
b) ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) INDIRECT
c) ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) SANDWICH
4. RIA (Radio Immuno Asay)
Radioimmunoassay adalah metode yang mengukur adanya antigen
dengan sensitivitas yang sangat tinggi. RIA (Radioimmunoassay) adalah
salah satu teknik immunoassay yang lebih baik dan lebih sensitif.
28
B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan terutama
bagi penyusun dan para pembaca.
29
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: http://radiograferatrosumbar.blogspot.com/2011/05/spektroskopi-sinar-x-
karakteristik.html (diakses pada 06 Juni, 2012).
Koeswardani, Boentoro, dan Budiman. 2001. Flow Cytometri dan Aplikasi Alat Hitung Sel Darah
Technicon H-1 dan H-3, diakses dari http://www.tempo.co.id.
http://blogkesehatan.net/radioimmunoassay-ria/
http://www.academia.edu/8448773/LAPORAN_RADIOFARMASI_Radioimmunoassay_?login=&email
_was_taken=true&login=&email_was_taken=true&login=&email_was_taken=true
http://www.antibodies-online.com/resources/17/1215/Radioimmunoassay+RIA/
30