Anda di halaman 1dari 28

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR SGOT

(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) PADA PASIEN PE NDERITA

HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOTO KABILA

USULAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Kepada Fakultas Sains, Teknologi dan Ilmu Kesehatan

Universitas Bina Mandiri Gorontalo Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

MemperoleMadya Kesehatan

OLEH:

PUTRI RAHMAWATI YUSUF

2320192023

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya

kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis

Ilmiah (KTI) ini dengan judul Gambaran hasil pemeriksaan kadar sgot (serum

glutamic oxaloacetic transaminase) pada pasien penderita hipertensi di Rumah

Sakit Umum Daerah Toto Kabila. Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk mengerjakan Karya Tulis Ilmiah (KTI) pada program D-III Analisis

Kesehatan, Fakultas Sains, Teknologi dan Ilmu Kesehatan.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini

tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari proposal

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis

mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga

akhirnya proposal Karya Tulis Ilmiah ( KTI) ini dapat memberikan manfaat bagi

bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih

lanjut.

Gorontalo, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................


2.1 Tinjauan Umum Hipertensi..........................................................................
2.1.1 Definisi Hipertensi..............................................................................
2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi.....................................................................
2.1.3 Klasifikasikan Tingkatan Hipertensi.................................................
2.1.4 Ciri-ciri Hipertensi..............................................................................
2.1.5 Dampak Hipertensi.............................................................................
2.1.6 Pertimbangan Patofisiologis...............................................................
2.2 Anatomi Dan Fungsi Hati............................................................................
......................................................................................................................
2.3 Enzim Yang Berperan Dihati.......................................................................
2.4 Tinjauan Umum Tentang Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
(SGOT).........................................................................................................
2.5 Kerusakan Hati Akibat Konsumsi Obat.......................................................
2.6..............................................................................D
arah, Serum dan Plasma...............................................................................
2.6.1 Darah..................................................................................................
2.6.2 Serum..................................................................................................
2.6.3 Plasma................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................


3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................
3.2 Rancangan Penelitiaan.................................................................................
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................
3.4 Populasi dan Sampel....................................................................................
3.5 Definisi Operasional....................................................................................
3.6 Tehnik Pengambilan Sampel.......................................................................
3.7 Pengelolaan Data..........................................................................................
3.8 Analisis Data................................................................................................
3.9 Penyajian Data.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu

kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah

sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang

menetap.Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan

dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh.

Semakin tinggi teknan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO,

2013). Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari

120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering

menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

semakin tingginya tekanan darah. Faktor-faktor resiko yang mendorong

timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut ialah: diet dan asupan garam, stes,

ras, obesitas, merokok, genetik, sistem saraf simpatis (tonus simpatis, variasi

diurnal) (Anis, 2019).

Penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah

mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus

tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan sekitar 80%

kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun

2025, dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan

meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025 (Welly, 2019).

Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular

mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain


kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan hipertensi.

Prevalensi hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi

penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain

merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah

dan sayur.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada tahun 2018,

tercatat jumlah penderita Hipertensi di Kabupaten Pohuwato 1.627 orang,

Kabupaten Boalemo 1.754 orang, Kabupaten Gorontalo Utara 1.134 orang,

Kabupaten Gorontalo 7.276 orang, Kota Gorontalo 3.326 orang dan Kabupaten

Bone Bolango berjumlah 4.053 orang. Dari data yang didapat dari dinas

kesehatan provnsi Gorontalo, kota Gorontalo menempati peringkat ke tiga

dalam kasus hipertensi.

Penyumbatan pada pembuluh darah menyebabkan tekanan darah sistolik

dan diastolik yang tinggi mengakibatkan kerja jantung semakin meningkat dan

lama kelamaan otot jantung menjadi rusak. Dengan adanya hipertensi lama

kelamaan otot jantung harus bekerja lebih keras agar dapat mendorong darah

ke seluruh pembuluh hingga ke semua jaringan tubuh. Pada akhirnya akan

terjadi kerusakan pada pembuluh darah jantung. Sehingga kerja jantung untuk

memompa darah akan terganggu.Jantung merupakan salah satu organ tubuh

yang penting. Jantung memiliki ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa

yang berfungsi memompa dan menyebarkan darah yang mengandung oksigen

ke seluruh tubuh ( Trisna, 2017).

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau disebut

dengan AST ( Aspartate Amino Transaminase) merupakan enzim yang


terdapat di otot jantung. Untuk melihat fungsi otot-otot jantung pada pasien

hipertensi bisa dilakukan pemeriksaan SGOT. Apabila adanya kerusakan pada

otot-otot jantung yang akibat oleh tekanan darah tinggi yang terus menerus

maka akan terjadi peningkatan pada SGOT (Trisna, 2017). Mengacu pada

uraian yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang gambaran kadar SGOT pada pasien hipertensi di Rumah

Sakit Umum Toto Kabila.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebagai

berikut: “Bagaimanakah gambaran kadar SGOT pada pasien hipertensi di

Rumah Sakit Umum Toto Kabila”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan kadar sgot (serum

glutamic oxaloacetic transaminase) pada pasien penderita hipertensi di

Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kabila.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini mencakup beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang gambaran hasil pemeriksaan SGOT

pada pasien hipertensi, dan dapat dijadikan sebagai acuan kepada peneliti

untuk mengembangkan penelitian dengan jenis pemeriksaan yang berbeda.


2. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi bagi masyarakat bahwa salah satu faktor

terjadinya hipertensi yaitu gangguan jantung dan dapat di diagnosa dengan

pemeriksaan SGOT.

3. Bagi Tenaga Laboratorium

Dapat menjadi acuan bagi tenaga laboratorium dalam pemeriksaan

SGOT pada pasien hipertensi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang terjadi

secara kronis dan dapat mengakibatkan kerusakan organ serta

meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Karena terjadinya secara

kronis, seringkali peningkatan tekanan darah tidak terdeteksi secara dini

dan pengobatannya juga seringkali tidak teratur walaupun sudah

terdiagnosis. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya

berbagai penyakit kardiovaskular antara lain penyakit jantung koroner,

stroke, penyakit ginjal, dan retinopati. Hipertensi merupakan keadaan

yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik (TDS)

maupun tekanan darah diastolik (TDD) ≥140/90 mm Hg (Meilani,

2014).

2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko terjadinya hipertensi merupakan hal penting untuk

pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi yang adekuat dalam upaya

menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Faktor risiko terjadinya

hipertensi dapat dikelompokkan faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi, seperti usia, gender, ras; dan yang dapat dimodifikasi,

yaitu gaya hidup (Meilani, 2014).


2.1.3 Klasifikasikan Tingkatan Hipertensi

Tekanan darah tinggi menjadi empat tingkatan yaitu normal (SBP

= Sistole Blood Pressure < 120 mmHg dan Diastole Blood Pressure =

DBP < 80 mmHg), pra hipertensi (SBP 120-139 mmHg dan DBP 80-89

mmHg), hipertensi tahap satu (SBP 140-159 mmHg dan DBP 90-99

mmHg) dan hipertensi tahap dua (SBP ≥ 160 dan DBP ≥ 100 mmHg)

(Indahria, 2013).

2.1.4 Ciri-ciri Hipertensi

Beberapa ciri yang dapat menggambarkan penyakit tekanan darah

tinggi adalah sakit kepala, jantung berdebar-debar, sakit di tengkuk,

mudah lelah, penglihatan kabur dan per-darahan hidung. Kondisi ini

pada akhir-nya akan menimbulkan ketidaknyamanan dan

mempengaruhi kualitas hidup penderita hipertensi. Kualitas hidup

biasanya memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari konteks yang

akan digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa bukan suatu hal yang

mudah untuk mendefinisikan kualitas hidup secara tepat (Indahria,

2013).

2.1.5 Dampak Hipertensi

Makin tinggi tekanan darah, baik sistolik (TDS), maupun diastolik

(TDD), makin tinggi pula risiko kejadian kardiovaskular. Peningkatan

angka kejadian kematian karena penyakit jantung iskemik (IHD,

ischaemic heart disease) pada setiap dekade meningkat seiring

peningkatan TDS maupun TDD. Hal yang sama dijumpai untuk

kejadian kematian karena stroke. Selain mengakibatkan komplikasi


kejadian kardiovaskular, serebrovaskular, renovaskular, data WHO

tahun 2000 juga memperlihatkan bahwa hipertensi mempunyai dampak

paling besar terhadap kematian global dibandingkan faktor-faktor risiko

lain (Pradana, 2012).

2.1.6 Pertimbangan Patofisiologis

Meskipun mekanisme regulasi tekanan darah belum diketahui

sempurna, pada saat ini diketahui ada tiga sistem yang sangat berperan

dalam homeostasis tekanan darah. Ketiga sistem tersebut adalah: sistem

saraf simpatis, sistem RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosterone System),

dan keseimbangan natrium-cairan tubuh (ADH/aldosteron). Hal yang

perlu diingat dalam penatalaksanaan hipertensi adalah bahwa

patofisiologi peningkatan tekanan darah pada tiap pasien berbeda-beda.

Pada pasien 1, peningkatan tekanan darah terutama terjadi karena sistem

RAAS-nya, sedangkan faktor lainnya (seperti sistem saraf simpatis dan

natrium tubuh total) berperan lebih kecil. Berbeda dengan pasien 2, kadar

natrium dalam tubuh yang terutama mempengaruhi peningkatan tekanan

darah. Lain lagi dengan pasien 3, pengaruh tekanan darah paling besar

dihasilkan oleh sistem saraf simpatis. Dengan memahami

patofisiologinya, penatalaksanaan hipertensi dapat diarahkan sesuai

dengan permasalahan utamanya.

Hal lain yang perlu diketahui dalam patofi siologi hipertensi adalah

perihal resistensi insulin.Peningkatan tekanan darah karena resistensi

insulin dapat karena beberapa penyebab, di antaranya adalah

peningkatan:
a) produksi angiotensinogen oleh jaringan adiposa jaringan viseral

yang resisten terhadap insulin

b) penurunan kadar NO karena resistensi insulin yang dapat

menyebabkan disfungsi endotel

c) peningkatan reseptor AT1 dan ekspresi endotelin-1

d) peningkatan reabsorpsi natrium di tubulus proksimal serta

e) peningkatan aktifitas simpatik (Pradana, 2012).

2.2 Anatomi Dan Fungsi Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar di tubuh, dengan berat 1,5 kg atau lebih

terletak dibagian atas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah

diafragma. Hati terbagi dalam dua belahan yaitu kanan dan kiri, hati

menampung semua bahan yang diserap dari usus, kecuali lemak. Hati

membentuk sel darah merah pada masa hidup janin, sebagian berperan dalam

penghancuran sel darah merah dan diperlukan untuk penyempurnaan sel

darah merah. Membawa berbagai bahan toksik kedalam hati kemudian

dinetralisir dan diekresikan oleh hati. Hati merupakan pusat metabolisme

seluruh tubuh, 25% sumber energi tubuh berasal dari hati 20-25% oksigen

darah digunakan oleh hati. Aliran darah menuju hati berkisar 1500 cc. Darah

yang mengalir dalam arteri lebih kurang 25% dan divena vorta 75% dari

aliran darah ke hati.

Didalam hati terdapat beberapa macam lobulus yaitu lobulus klasik

(lobulus hati) lobulus portal, dan asinus hati (unit fungsional). Lobulus klasik

dibatasi oleh daerah portal (biasanya hanya tampak tiga dari enam sudutnya)

dan dipusatnya terdapat terdapat lubang, yaitu vena sentralis, yang


menampung darah dari sinusoid. Darah mengalir dari daerah portal (cabang

vena porta dan cabang arteri hepatika) ke dalam rongga melalui hati dan

pertukaran nutrisi dan zat lainya ke vena sentralis. Sebaliknya empedu, yang

disekresi sel hati, mengalir melalui kanan dan kiri biliaris ke duktus biliaris

didaerah portal. Lobulus portal mempunyai daerah portal sebagai pusatnya,

dan bersudutkan tiga vena sentralis. Jadi lobulus ini terdiri atas jaringan yang

menyalurkan empedu kedalam duktus biliaris didaerah portal (Rusman,

2017).

2.3 Enzim Yang Berperan Dihati

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) adalah enzim yang

lebih sensitif untuk mendeteksi kerusakan pada hati, penyebab utamanya

adalah SGOT juga diproduksi di otot dan otot jantung. SGOT merupakan

enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati. SGOT akan meningkat

kadarnya dalam darah jika terdapat kerusakan sel hati. Enzim SGOT

mencerminkan keutuhan atau integrasi sel hati makin tinggi peningkatan kadar

enzim SGOT semakin tinggi tingkat kerusakan hati. Nilai normal SGOT pada

orang dewasa adalah 0-40 U/L (Rusman, 2017).

SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase) adalah merupakan

satu enzim yang terdapat didalam sel hati. Karena itu, SGPT yang lebih

menggambarkan fungsi hati seseorang. Ketika sel hati mengalami

kerusakan akibat sesuatu baik itu gangguan virus atau gangguan lainya,

akan terjadi pengeluaran enzim SGPT dari dalam sel hati ke darah. Enzim

SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan dan intergrasi sel-sel hati

peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan


sel-sel hati. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai SGOT dan SGPT

antara lain kurang istirahat tidur, kelelahan, konsumsi obat-obatan dan

lain-lain. Nilai normal SGPT pada orang dewasa adalah 0-40 U/L

(Rusman, 2017).

Enzim SGOT dan SGPT berhubungan dengan parenkim sel hati,

perbedaannya, SGPT ditemukan lebih banyak di hati, (secara klinis jumlah

konsentrasi rendah diabaikan dan ditemukan di ginjal, jantung, dan otot

rangka), sedangkan SGOT ditemukan dalam hati, jantung (otot jantung), otot

rangka, ginjal, otak, dan merah sel-sel darah, oleh karena itu, SGPT

merupakan indikator yang lebih spesifik pada peradangan hati daripada

SGOT. SGOT dapat meningkat pada penyakit yang dapat mempengaruhi

organ-organ lain, seperti infark miokard, pankreatitis akut, anemia hemolitik

akut, luka bakar parah, penyakit ginjal akut, penyakit muskuloskeletal, dan

trauma (Rusman, 2017).

2.4 Tinjauan Umum Tentang Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

(SGOT)

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) merupakan

enzim hati yang terdapat didalam sel parenkim hati. SGOT akan

meningkat kadarnya didalam darah jika terdapat kerusakan sel hati. SGOT

umumnya diukur secara klinis sebagai bagian dari diagnostik tes fungsi

hati untuk menentukan kesehatan hati (Kee, 2007).

SGOT ditemukan terutama pada organ jantung, hati, otot rangka,

ginjal, pankreas, limpa, otak dan paru-paru. SGOT sebagian besar terikat

dalam organel dan hanya sebagian kecil ditemukan dalam sitoplasma.Jika


terjadi kerusakan sel-sel hati sebagian besar mengenai membran dari sel

hati maka kenaikan SGPT lebih menonjol, sebaliknya jika terjadi

kerusakan sel hati terutama mengenai organel, akan menyebabkan

kenaikan SGOT yang lebih menonjol.

Kadar SGOT dapat terjadi penurunan pada kehamilan, ketoasidosis

diabetik, dan juga pengaruh obat salisilat. Sedangkan peningkatan kadar

SGOT dapat terjadi pada hepatitis, infrak miokard akut (IMA), nekrosis

hati, kanker hati. Peningkatan kadar SGOT juga dapat dipengaruhi obat

yaitu antibiotik, vitamin, narkotik, antihipertensi, isoniazid, rifampisin,

dan kontrasepsi oral (Kee, 2007).

2.5 Kerusakan Hati Akibat Konsumsi Obat

Hati mempunyai tugas sebagai organ utama yang memetabolisme

dan mendetoksifikasi obat di tubuh. Hati rentan terhadap gangguan

metabolik, toksik, mikroba, dan sirkulasi. Reaksi obat dapat

diklasifikasikan sebagai reaksi yang dapat diduga (intrinsik) atau yang

tidak dapat diduga. Obat-obatan yang dapat menyebabkan cedera hati

antara lain obat Halotan, Isoniazid (menyebabkan kerusakan

hepatoseluler nekrosis difus atau masif, hepatitis akut atau kronis),

Rifampisin (menyebabkan kerusakan hepatosit perlemakan

makrovesikuler nekrosis sentrilobulus) (Ali, 2012).

2.6 Darah, Serum dan Plasma

2.6.1 Darah

Darah merupakan cairan yang terdiri atas dua bagian yaitu

plasma darah dan sel darah. Dimana darah berfungsi untuk


membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida

dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, serta membawa zat

nutrient zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian

menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti

ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah

(Kurniasih, 2017).

2.6.2 Serum

Serum adalah cairan darah yang tidak terdapat faktor

pembekuan darah (fibrinogen, protrombin, faktor VIII, V dan

XIII, yang ada ialah faktor XII, XI, IX, X, dan VII) dan tidak

mengandung sel-sel darah. Serum didapat dari spesimen darah

yang tidak ditambahkan antikoagulan, sehingga darah akan

membeku dalam waktu 15 sampai 30 menit. Darah yang

membeku dicentrifuge, sehingga terjadi pemisahan antara cairan

dan sel-sel darah, cairan berwarna kuning hasil centrifuge disebut

dengan serum darah. Sebagian besar laboratorium menggunakan

serum sebagai spesimen pemeriksaan kimia darah. Spesimen

serum ini biasanya ditampung kedalam tabung reaksi biasa yang

tidak ada antikoagulan dan tabung vakum dengan gel separator

(Gilang, 2017).

2.6.3 Plasma

Plasma darah adalah cairan darah yang tidak mengandung

sel-sel darah tetapi masih mengandung faktor pembekuan darah.

Plasma diperoleh dari darah yang bercampur dengan


antikoagulan, serta dicentrifuge dalam waktu dan kecepatan

tertentu sehingga dapat terpisah dengan bagian yang lain.

Plasma yang terbentuk memiliki komposisi faktor pembekuan

yang berbeda sesuai dengan jenis antikoagulan yang

ditambahkan (Gilang, 2017).

2.7 Kerangka Konsep

Pasien Penderita
Hipertensi

Pemeriksaan Enzim Hati

Hipertensi Primer Hipertensi sekunder

Serum Glutamic Serum Glutamic Oxaloacetic


Pyruvic Transaminase Transaminase (SGOT)
(SGPT)

Keterangan:

Variabel yang diteliti :

Variabel yang tidak diteliti :


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Deskriptif. Menurut

Sugiono 2012 Penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis penelitian

yang tujuannya untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai suatu

objek yang diteliti. Penelitian ini untuk menggambarkan kadar serum

glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) pada pasien penderita hipertensi

di Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kabila.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif (quantitative

method) menurut Nursalam (2016) penelitian kuantitatif yaitu penelitian

yang berlangsung secara ilmiah atau secara sistematis untuk memperoleh

penjelasan dari suatu teori serta hukum – hukum yang bersifat realistis

dengan menggunakan model matematis, teori – teori natau hipotesi.

Penelitian ini untuk menggambarkan kadar serum glutamic oxaloacetic

transaminase (SGOT) pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit

Umum Daerah Toto Kabila.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Toto

Kabila. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan November

sampai dengan Desember 2020.

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dankarakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti dan ditentukan untuk ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2012). Populasi yang di gunakan pada penelitian ini yaitu

semua pasien yang terdiagnosa Hipertensi di Rumah Sakit Umum

Daerah Toto Kabila.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2012). Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu

semua pasien yang terdiagnosa hipertensi dengan kriteria dan

perhitungan besar sampel.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yaitu suatu karakteristik umum dari populasi

target yang akan dijadikan subyek penelitian.

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

a. Semua pasien yang hipertensi


b. Pasien yang setuju untuk dijadikan subjek

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi yaitu mengeluarkan atau menghilangkan

beberapa subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu :

a. Pasien yang tidak hipertensi

b. Pasien yang tidak setuju untuk dijadikan subjek

3. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini yaitu dapat di tentukan

menggunakan rumus Stanley Lemeshow, Adapun besar sampel

yang diperoleh yaitu :

Rumus :

N Z 21−α / 2 P(1−P)
n=
( N −1 ) d 2+ Z 21−α / 2 P(1− p)

500 ×1.64 2 × 0.50 × ( 1−0.50 )


n=
( 500−1 ) 0.152+1.96 2 0,50 ( 1−0.50 )

500 ×2,68 ×0.50 × ( 0.5 ) 335


¿ = =31,45
( 499 ) 0.02+2,68 ×0.50 ( 0.5 ) 10,62

n= 31,45 (31 Sampel)

Keterangan :

N = Total populasi

n = Jumlah sampel

Z21-/2 = Derajat kemagnaan (Biasanya 90% = 1,64

P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, jika tidak

diketahui proporsinya, di tetapkan 50% =0,05)


d =Derajat penyimpangan terhadap populasi yang di inginkan

atau tingkat kesalahan yang di inginkan (15%=0,15)

(10%=0,10), (5%=0,05), atau (1% 5=0,01)

4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan yakni purposive sampling atau

pengambilan sampel data dengan pertimbangan atau kriteria – kriteria

tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam

penelitian yang dibuat peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat – sifat

populasi yang sudah ditentukan sebelumnya (Sugiono, 2016).

3.5 Definisi Operasional

No VARIABEL DEFINISI KATEGORI

OPERASIONAL
1. Hipertensi Hipertensi merupakan 0 : Primer

faktor risiko utama 1 : Sekunder

terjadinya berbagai

penyakit kardiovaskular

antara lain penyakit

jantung koroner, stroke,

penyakit ginjal, dan

retinopati. Hipertensi

merupakan keadaan yang

ditandai dengan

peningkatan tekanan
darah sistolik (TDS)

maupun tekanan darah

diastolik (TDD) ≥140/90

mm Hg.
2. SGOT (Serum Serum Glutamic Oxaloacetic 0 : Normal

Glutamic Transaminase merupakan 1 : Abnormal

Oxaloacetic pemeriksaan enzim yang

Transaminase berada dalam darah, karena

) adanya kerusakan sel hati

(nekrosis) atau gangguan

permeabilitas organel sel.

standar normal untuk kadar

SGOT bagi laki-laki yakni ≤

35 U/L, sedangkan untuk

perempuan yakni ≤ 31 U/L.

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

1. Peralatan Penelitian

Adapun Peralatan penelitian yang digunakan dalam pemeriksaan

SGOT yakni:

1. Mikropipet 1000 µl dan 100 µl

2. Tip kuning dan biru

3. Tabung reaksi

4. Rak tabung reaksi

5. Spectrophotometer CHEM-7
6. Spuit 3 ml

7. Tourniquet

8. Centrifuge.

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan SGOT yakni:

1. Kapas alkohol 70%

2. Kapas kering

3. Serum

4. Reagen SGOT.

3. Prosedur Penelitian

1. Pra Analitik

a. Persiapan Pasien menurut Kemenkes RI (2013), yakni memakai

masker ketika memasuki bilik pasien dan mencuci tangan setelah

keluar dari ruangan atau bilik pasien.

b. Metode Pemeriksaan menurut Gandasoebrata (2013), yakni

Kinetik – IFCC (International Federation of Clinical Chemistry

and Laboratory Medicine).

c. Prinsip Pemeriksaan menurut Gandasoebrata (2013), yakni

sebagai berikut:

L-Aspartat + 2-Oxoglutarate ASAT L-Glutamate +

Oxalacetate

Oxalacetate + NADH + H+ MDH L-Malate + NAD+.

d. Persiapan Sampel menurut Lieseke dan Elizabeth (2017), sebagai

berikut:
1) Pengambilan sampel darah vena:

a) Alat dan bahan yang digunakan disiapkan termasuk alat

pelindung diri.

b) Torniquet dipasang pada lengan atas dan minta pasien untuk

mengepal dan membuka telapak tangan berkali-kali agar

vena jelas terlihat.

c) Daerah lipatan siku yang akan ditusuk dibersihkan dengan

kapas alkohol 70% dan biarkan kering.

d) Kulit pasien ditusuk dengan jarum dan semprit sampai

ujung jarum masuk ke dalam lumen vena.

e) Torniquet dilepaskan secara perlahan-lahan sambil menarik

pengisap semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki

diperoleh.

f) Kapas kering diambil dan diletakkan diatas jarum, lalu spuit

dicabut.

g) Pasien diminta untuk menekan kapas di atas bekas tusukan

tersebut.

h) Jarum dilepas dari semprit dan darah dialirkan kedalam

tabung merah melalui dinding tabung.

2) Pengolahan darah menjadi serummenurut Lieseke dan

Elizabeth (2017), yakni:

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

darah tanpa antikoagulan yang didiamkan beberapa saat dan

disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit


hingga terbentuk serum, sedangkan sebelum melakukan

pemeriksaan, terlebih dahulu membuat reagen kerja dengan

mencampur reagen 1 SGOT dan reagen 2 SGOT dengan

perbandingan 4:1 (2000 µl + 500 µl).

2. Analitik

Menurut Gandasoebrata (2013), cara melakukan pemeriksaan

SGOT yaitu sebagai berikut:

a. Dua buah tabung reaksi disiapkan, tabung pertama sebagai

blanko dan tabung kedua sebagai sampel.

b. Aquades 1000 µl dipipet dan dimasukkan kedalam tabung yang

sudah diberi label blanko (B).

c. Reagen kerja SGOT 1000 µl dipipet dan dimasukkan kedalam

masing-masing tabung yang sudah diberi label sampel (S).

d. Serum 100 µl dipipet dan dimasukkan kedalam tabung sampel,

kemudian homogenkan.

e. Absorbansi sampel diukur pada Spectrophotometer CHEM-7

panjang gelombang 340 nm dengan cara:

a) Spectrophotometer CHEM-7 dinyalakan.

b) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure lalu

tekan enter akan tampak program test menu.

c) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “SGOT”, tekan

enter.

d) Muncul “measure reagen blank” pada layar, masukkan

aquadest sebagai blanko pada selang sambil menyentuh


cypernya, maka aquadest akan terisap dan hasil

absorbansinya 0,0.

e) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan terisap

lalu masukkan identitas pasien.

f) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansi dari sampel.

f. Hasil dicatat pada lembar yang telah disiapkan.

3. Pasca Analitik

Menurut Lieseke dan Elizabeth (2017), nilai rujukan

pemeriksaan SGOT yaitu:

a) Laki-laki : ≤ 35 U/L

b) Perempuan : ≤ 31 U/L

3.7 Teknik Analisa Data

Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat. Menurut

Notoatmodjo (2018), analisis univariat yaitu teknik analisis data terhadap satu

variabel dan tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan variabel lainnya,

analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel

penelitian.

Data disajikan dalam bentuk tabel dan dilaporkan dalam persentase dengan

menggunakan rumus seperti dikemukakan oleh Sugiyono (2014), yakni

sebagai berikut:

f
P= x 100 %
N

Keterangan:

P : Persentase.

f : Frekuensi/jumlah sampel yang kadar SGOT-nya tidak normal.


N : Jumlah keseluruhan sampel.

100%: Bilangan tetap.

3.8 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan program

SPSS (Statistical Package For Social Science) merupakan sebuah aplikasi

atau program komputer yang berguna untuk membuat berbagai jenis analisis

statistika (Sugiono, 2012). Analisis Data dalam penelitian ini adalah statistik

Deskriptif, dimana hanya menggambarkan data atau karakteristik data dari

sampel yang diteliti.

3.9 Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan

hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis

sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Penyajian data juga dimaksudkan agar

para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang disajikan (Sugiono,

2012). Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan tabel dan disertai

narasi untuk menjelaskan gambaran hasil pemeriksaan kadar sgot (serum

glutamic oxaloacetic transaminase) pada pasien penderita hipertensi di

Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kabila.


Daftar Pustaka

Ali. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta.

Anis Khairunisa, 2019 . Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Hipertensi Di Ruang Angsoka Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kaltim Jurusan Keperawatan

Prodi D-Iii Keperawatan Samarinda 2019.

Elizabeth, A. Z. 2017. Buku Ajar Laboratorium Klinis. Edisi Bahasa Indonesia.

EGC. Jakarta.

Gandasoebrata R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinis. Edisi 15. Dian Rakyat.

Jakarta.

Gilang. 2017. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Penerbit

TIM.Jakarta.

Kee, J. L. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Edisi 6

Terjemahan oleh Sari Kurnianingsih et all. 2008. EGC. Jakarta.

Kurniasih, Henny. 2017. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Glukosa, SGOT, Dan

SGPT, Pada Sampel Serum Dan Plasma EDTA. Program Studi D-IV Analis

Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi. Surakarta.

Meilani, 2014. Peran Diet Dalam Pencegahan Dan Terapi Hipertensi. Bagian Gizi

Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi Peneitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.

Jakarta.

Pradana, 2012. Tata Laksana Hipertensi, Departemen Kardiologi, RS Premier

Jatinegara dan RS Grha Kedoya, Jakarta, Indonesia


Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Rusman, 2017. Gambaran Sgot Dan Sgpt Pada Penderita Demam Berdarah Di

Rumah Sakit Columbia Asia. Program Studi Biologi Fakultas Biologi

Universitas Medan Area Medan.

Sugiono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Edisi 12. Alfabeta : Jakarta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D. Alfabeta,

CV. Bandung

Trisna Dewi,2017. Gambaran Kadar Sgot Pada Pasien Hipertensi Di Rumah

Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2017.

Welly ingriana, 2019. Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Ny. J Dengan

Teknik Relaksasi Nafas Dalam Diruang Dahlia Rsud H.Hanafie Muara

Bungo. Program Pendidikan Profesi Ners Stikes Perintis Padang.

Anda mungkin juga menyukai