Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASPEK PRA-ANALITIK PHLEBOTOMY

DISUSUN OLEH :

Ni Putu Widya Paramita 151910113001


Ajeng Dilla Lestari 151910113002
Silfia Anisa Maulidia Imaniar 151910113003
Farikha Nuril Ilma 151910113004
Nesya Sahada Rahma 151910113005
Ika Ayunur Kholifah 151910113006
Nisa’ur Rosyidah 151910113007
Fathur Ari Dewanto 151910113008
Ema Rohmatin 151910113009
Kiara Meidita Sugianto 151910113010
Mauludy Hadiani 151910113011
Ayu Amelia Rachmawaty 151910113012

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS VOKASI
2019

KATA PENGANTAR
Segala puji Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam atas segala
karunia nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “Aspek Pra Analitik Phlebotomy” disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Hematologi.
Makalah ini berisi tentang bagaimana Aspek Pra Analitik Phlebotomy.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan yang diberikan
untuk menyelesaikan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis
sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak
kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Besar harapan penulis makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana
pembantu masyarakat dalam mencari Aspek dalam Pra-Analitik Phlebotomy.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat
mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Surabaya, 6 Desember 2019


 

(Penulis)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
2.1 Persiapan pasien..............................................................................................
2.2 Persiapan Pengumpulan Spesimen..................................................................
2.3 Pengambilan Spesimen....................................................................................
2.4 Identifikasi Spesimen......................................................................................
2.5 Pengiriman Spesimen ke Laboratorium..........................................................
2.6 Penanganan dan pengolahan Spesimen...........................................................
2.7 Penyimpanan Spesimen...................................................................................
2.8 Pengambilan Sampel Vena pada Pasien terpasang Intravena Lines...............
BAB III PENUTUP...........................................................................................7
3.1 Kesimpulan....................................................................................................7
3.2 Saran..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau
bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
kesehatan masyarakat. Laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang upaya
pelayanan kesehatan, khususnya bagi kepentingan preventif dan kuratif, bahkan
promotif dan rehabilitatif.
Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,
parasitologi klinik, imunologi klinik atau bidang lain yang berkaitan dengan
kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. (Yaqin,2015).
Dalam proses pemeriksaan laboratorium ada 3 tahapan penting, yaitu:
1) Pra analitik, tahap-tahap pemeriksaan pra analitik meliputi :
a. Persiapan pasien
b. Persiapan pengumpulan Spesimen
c. Pengambilan spesimen
d. Identifikasi Spesimen
d. Pengolahan spesimen
e. Penyimpanan spesimen
f. Pengiriman spesimen ke laboratorium
2) Analitik, tahap-tahap pemeriksaan analitik meliputi: kegiatan
pemeliharaan/kalibrasi alat, pelaksanaan pemeriksaan, pengawasan
ketelitian dan ketepatan.
3) Pasca Analitik, tahap-tahap pemeriksaan pasca analitik meliputi: kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Kegiatan praanalitik di laboratorium memiliki peranan penting terhadap
keberhasilan pelayanan laboratorium, dengan cara memastikan suatu sampel
dapat diperiksa atau tidak. Pada proses awal penerimaan sampel di
laboratorium hendaknya dilakukan pengamatan dengan teliti tentang keadaan

1
sampel. Penanganan yang tepat dari awal penerimaan sampel menjadi
tanggung jawab petugas laboratorium. Kesalahan pada proses praanalitik
dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium,
sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa di perlukan adanya Pra-Analitik
2. Apa saja Tajapan dari Pra-Analitik di Laboratorium

1.3 Tujuan
1. Mengetahui mengapa di perlukan Pra-Analitik
2. Mengetahui Tahapan pada proses Pra-Analitik
3. Mengetahui Pentingnya Pra-Analitik

1.4 Manfaat
Dapat meningkatkan mutu pemeriksaan Laboratorium dan mengurangi faktor
kesalahan pemeriksaan Laboratorium yang terdapat banyak di proses Pra-Analitik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persiapan pasien


1. Persiapan Pasien Secara Umum
a. Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal:
1) Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8-12 jam sebelum
diambil darah (lihat tabel 5).
2)Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 -09.00.

Tabel 5. Pemeriksaan yang perlu puasa

b. Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil:


1) untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 24 jam
sebelum pengambilan spesimen.
2) untuk pemeriksaan dengan spesimen urin, tidak minum obat 72 jam
sebelum pengambilan spesimen.
3) apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk
dihentikan,harus diinformasikan kepada petugas laboratorium. Contoh:
Sebelum pemeriksaan gula 2 jam pp pasien minum obat antidiabetes.
c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga sebelum spesimen diambil.

3
d. Memperhatikan posisi tubuh Untuk menormalkan keseimbangan cairan
tubuh dari perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-
kurangnya 15 menit sebelum diambil darah.
e. Memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit sepanjang
hari)Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu diperhatikan
waktu pengambilan darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH, Renin, dan
Aldosteron.

2. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

a. Diet
Makanan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan,
baik langsung maupun tidak langsung, misalnya:
1) Pemeriksaan gula darah dan trigliseridaPemeriksaan ini dipengaruhi
secara langsung oleh makanan dan minuman (kecuali air putih tawar).
Karena pengaruhnya yang sangat besar, maka pada pemeriksaan gula
darah puasa, pasien perlu dipuasakan 10-12 jam sebelum darah diambil
dan pada pemeriksaan trigliserida perlu dipuasakan sekurang
kurangnya 12 jam.
2) Pemeriksaan laju endap darah, aktivitas enzim, besi dan trace element
Pemeriksaan ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh makanan dan
minuman karena makanan dan minuman akan mempengaruhi reaksi
dalam proses pemeriksaan sehingga hasilnya menjadi tidak benar.
b. Obat-obat
Obat-obat yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan
menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu
pemberian obat secara intramuskular akan menimbulkan jejas pada otot
sehingga mengakibatkan enzim yang dikandung oleh sel otot masuk ke dalam
darah, yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil pemeriksaan antara
lainpemeriksaan Creatin kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH). Obat-
obat yang sering digunakan dan dapat mempengaruhi pemeriksaan dapat
dilihat pada tabel 6.

4
5
c. Merokok
Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat dan lambat pada kadar zat
tertentu yang diperiksa. Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam hanya dengan
merokok 1-5 batang dan terlihat akibatnya berupa peningkatan kadar asam
lemak, epinefrin, gliserol bebas, aldosteron dan kortisol. Ditemukan
peningkatan kadar Hb pada perokok kronik.Perubahan lambat terjadi pada
hitung leukosit, lipoprotein, aktivitas beberapa enzim, hormon, vitamin,
petanda tumor dan logam berat.
d. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan lambat beberapa
kadar analit. Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2-4 jam setelah konsumsi
alkohol dan terlihat akibatnya berupa peningkatan pada kadar glukosa, laktat,
asam urat,dan terjadi asidosis metabolik. Perubahan lambat berupa
peningkatan aktifitas γ-glutamyltransferase, AST, ALT, trigliserida, kortisol
dan MCV(mean corpuscular volume) seldarah merah.
e. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindahan cairan tubuh antara
kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan
karena berkeringat dan perubahan kadar hormon.
Akibatnya akan terdapat perbedaan yang besar antara kadar gula darah di arteri
dan di vena serta terjadi perubahan konsentrasi gas darah, kadar asam urat,
kreatinin, aktivitas CK, AST, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi
urin.
f. Ketinggian/altitude
Beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan yang nyata
sesuaidengan tinggi rendahnya daratan terhadap permukaan laut. Parameter
tersebut adalah CRP, B2-globulin, hematokrit,hemoglobin dan asam urat.
Adaptasi terhadap perubahanketinggian daratan memerlukan waktu harian
hingga berminggu-minggu.
g. Demam
Pada waktu demam akan terjadi:

6
1) Peningkatan gula darah pada tahap permulaan, dengan akibat terjadi
peningkatan kadar insulin yang akan menyebabkan terjadinya
penurunan kadar gula darah pada tahap lebih lanjut.
2)Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam
karena terjadi peningkatan metabolisme lemak, dan terjadi peningkatan
asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan lemak
yang meningkat pada demam yang sudah lama.
3)Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
4) Lebih mudah mendapatkan biakan positif.5)Reaksi anamnestik yang
akan menyebabkan kenaikan titer Widal.
h. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya
penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim yang akan diukur, termasuk
kadar Hb, hematokrit dan produksi urin. Hal ini disebabkan karena terjadi
pemindahan cairan tubuh ke dalampembuluhdarah sehingga mengakibatkan
terjadinya pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang berasal dari otot.

i. Variasi circadian rythme


Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari
waktu ke waktu yang disebut dengan variasicircadian rhytme. Perubahan
kadar zat yang dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linear (garis lurus)
seperti umur, dan dapat bersifat siklus seperti siklus harian (variasi diurnal),
siklus bulanan (menstruasi) dan musiman. Variasi diurnal yang terjadi antara
lain:1)Besi serum, kadar besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih
tinggi daripada pagi hari.2)Glukosa, kadar insulin akan mencapai puncaknya
pada pagi hari, sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada siang
hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila dilakukan pada pagi
hari.3)Enzim, Aktivitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh
kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu.4)Eosinofil, Jumlah eosinofil
menunjukkan variasi diurnal, jumlahnya akan lebih rendah pada malam
sampai pagi hari dibandingkan pada siang hari.5)Kortisol, kadarnya lebih
tinggi pada pagi hari dibandingkan pada malam hari.6)Kalium, pada pagi hari
lebih tinggi daripada siang hari.Selain yang sifatnya harian dapat terjadi

7
variasi fluktuasi kadar zat dalam tubuh yang sifatnya bulanan.Variasi
siklusbulanan umumnya pada wanita karena terjadi menstruasidan ovulasi
setiap bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan terjadi penurunan kadar besi,
protein dan fosfat dalam darah disamping perubahan kadar hormon seks.
Demikian pula pada saat ovulasi terjadi peningkatan kadar aldosteron dan
renin serta penurunan kadar kolesterol darah.
j. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktivitas zat dalam darah. Hitung
eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pada neonatus daripada dewasa.
Fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol-LDL akan berubah dengan pola
tertentu sesuai dengan pertambahan umur.

k. Ras
RasJumlah leukosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah daripada orang
kulit putihnya. Demikian juga dengan aktivitas CK. Keadaan serupa dijumpai
pada ras bangsa lain seperti perbedaan aktivitas amilase, kadar vitamin B12
dan lipoprotein.
l. Jenis Kelamin (gender)

Berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Kadar besi
serum dan kadar Hb berbeda pada wanita dan pria dewasa. Perbedaan ini akan
menjadi tidak bermakna lagi setelah umur lebih dari 65 tahun. Perbedaan akibat
gender lainnya adalah aktivitas CK dan kreatinin.Perbedaan ini lebih
disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita.
Sebaliknya kadar hormon seks wanita, prolaktin dan kolesterol-HDL akan
dijumpai lebih tinggi pada wanita daripada pria.

m. Kehamilan

Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu interpretasi hasil perlu
mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada Kehamilan akan
terjadi hemodilusi (pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10
kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan.Volume urin
akan meningkat 25% pada trimester ke-3. Selama kehamilan akan terjadi

8
perubahan kadar hormone kelenjar tiroid, elektrolit, besi, dan ferritin, protein
total dan albumin, lemak, aktivitas fosfatase alkali dan faktor koagulasi serta
laju endap darah.Penyebab perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi
oleh kehamilan, peningkatan protein transport, hemodilusi, volume tubuh yang
meningkat, defisiensi relatifkarena peningkatan kebutuhan atau peningkatan
protein fase akut.

3. Pemberian penjelasan pada pasien sebelum pengambilan spesimen,


mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien.
Untuk pemeriksaan tertentu harus tertulis dalam bentuk informed concern.

2.2 Persiapan Pengumpulan Spesimen


a. Peralatan yang dipakai harus memenuhi syarat
Peralatan yang dipakai harus bersih, kering, tidak mengandung deterjen atau
bahan kimia dan terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam
spesimen . Tabung tidak retak/ pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran
yang dipakai sesuai dengan volume spesimen .Untuk pemeriksaan kultur
dipakai tabung yang steril.
b. Lokasi
Lokasi pengambilan spesimen disesuaikan dengan jenis spesimen yang
diperlukan.
Darah vena biasanya diambil dari vena lengan yaitu vena mediana cubiti,
vena cephalica, atau vena basilica. Darah arteri biasanya diambil dari arteri
radialis yang terdapat pada pergelangan tangan, arteri brachialis yang terdapat
pada lengan atau arteri femoralis yang terdapat pada lipat paha. Darah kapiler
umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi
atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi.
c. Waktu Pengambilan
Pengambilan spesimen sebaiknya diambil pada pagi hari. Hasil yang diperoleh
dalam keadaan basal lebih akurat, pengambilan spesimen dilakukan 12 jam
setelah makan terakhir dan tidak melakukan aktivitas olahraga.
d. Antikoagulan
Antikoagulan dan tabungdisesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta.

9
2.3 Pengambilan Spesimen
hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan
benarsesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung
o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang
menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri
untukmencegah spesimen tumpah
o memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti
berikut :
-Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
- Lepaskan jarum alirkan darah lewar dinding tabung perlahan lahan agar tidak
terjadi hemolisi.
- Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke media
dilakukan dengan cara aseptik. - Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah
yang ditambahkan tidak keliru.
- Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut
perlahan-lahan, jangan mengocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis.

-Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :


1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :
o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat
o pH menurun, hemokonsentrasi
o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan
kedalam sirkulasi darah
2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat,
sedangkan pHmenurun
3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :
o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang
o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat
4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :
o natrium meningkat pada infus salineo kalium meningkat pada infus KClo glukosa
meningkat pada infus dextroseo PPT, APTT memanjang pada infus heparine.

10
o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit,
eritrositmenurun pada semua jenis infus.
5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau
keterlambatanhomogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.
6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase,
LDH,fosfatase asam total

2.4 Identifikasi Spesimen


Identifikasi pasien merupakan proses penting dalam pelaksanaan program
keselamatan pasien. Kesalahan identifikasi pasien tidak hanya terjadi di unit rawat
inap, ruang konsultasi rawat jalan dan ruang operasi tapi juga bisa terjadi di unit
laboraturium maupun unit radiologi yang akhirnya menyebabkan pasien menerima
tindakan medis yang tidak seharusnya diterima atau menerima hasil tes yang salah.
Unit laboratorium merupakan bagian penting bagi terselenggaranya asuhan di
Rumah Sakit, dalam setiap kegiatan pasien di unit laboratorium memerlukan proses
identifikasi pasien dan identifikasi spesimen. Pasien perlu diidentifikasi secara
pasti ketika akan diberikan obat, darah atau produk darah, pengambilan darah
dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau mendapatkan tindakan medis
lainnya, sehingga terhindar dari kesalahan yang mungkin dapat berakibat fatal
bagi keselamatan pasien.
Kesalahan pada tahap pra-analisis yang termasuk di dalamnya yaitu
kesalahan identifikasi pasien dan spesimen menyebabkan 50% dari 70% errors.3
Seluruh langkah dalam tahap praanalisis spesimen di laboratorium yaitu lembar
permintaan pemeriksaan laboratorium, identifikasi pasien dan spesimen, dan
kualitas dalam transport spesimen sangat memerlukan evaluasi dan pengawasan.
Ketidaklengkapan pengisian lembar permintaan pemeriksaan laboratorium
nantinya dapat menyebabkan kesalahan dalam proses identifikasi dan berpotensi
menyebabkan insiden.
Plebani dan Piva (2010) menyebutkan bahwa kesalahan yang terjadi di
laboratorium banyak terjadi di fase pra-analisis dan pasca-analisis yang didalamnya
terdapat langkah yang dilakukan di luar laboratorium dan melebihi pengawasan
langsung oleh petugas laboratorium. Berdasarkan ISO 22367, kesalahan di
laboratorium (laboratory error) didefinisikan sebagai kecatatan yang terjadi pada
bagian manapun di siklus pemeriksaan laboratorium dari lembar permintan

11
pemeriksaan sampai pelaporan hasil pemeriksaan dan penginterpretasiannya serta
aksi yang diambil berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut.

2.5 Pengiriman Spesimen ke Laboratorium


Pengiriman spesimen adalah tata cara penyiapan dan pengemasan spesimen
untuk dikirim ke laboratrium rujukan. Sebagai acuan dalam penerapan langkah-
langkah untuk pengiriman spesimen, Pengiriman spesimen ke laboratrium rujukan
dilakukan pada tes tertentu yang fasilitas pemeriksaannya belum tersedia. Seperti
dibawah ini:

1. Spesimen dikemas dalam kotak khusus untuk pengiriman dan dikemas


menggunakan 3 lapisan baik dari dalam hingga luar. Wadah yang
digunakan adalah wadah yang kedap air. Wadah yang sudah berisi
spesimen akan langsung dimasukkan kedalam kotak dengan bantalan
absorben untuk mencegah terjadinya spesimen bocor apabila terjadi
guncangan. Sehingga spesimen yang berada dalam wadah akan tetap
terlindungi dari pengaruh luar.

2. Spesimen dibuatkan berita acara dengan mencantumkan identitas pasien


yaitu berupa nama pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, jenis
spesimen yang akan diperiksa, tanggal pengiriman, jam pengiriman,
nomor pengiriman, tempat laboratrium rujukan yang akan dituju, dan
tanda tangan dari kepala analis atau yang mewakili.

3. Pada bagian luar paket, kotak harus diberi peringatan agar bahan atau
spesimen bisa ditangani secara khusus dan hati-hati. Sehingga kotak harus
ditulis dengan huruf yang jelas dan berisi informasi yang memberitahukan
bahwa bahan ataupun spesimen tersebut mengandung bakteri atau virus
penyebab penyakit

4. Pengiriman spesimen dengan paket: Spesimen dikirim dengan


menggunakan suhu tertentu (sesuai dengan penyimpanan tiap spesimen
untuk tes tertentu) dan dimasukkan kedalam wadah yang sesuai. Lindungi
spesimen dari panas, sinar matahari dan dingin yang terlalu kuat.
Spesimen sebaiknya diantar lansung atau dikirim melalui jasa tranportasi
yang menjamin untuk segera mengantar kelaboratrium rujukan.

12
2.6 Penanganan dan pengolahan Spesimen
 Identifikasi dan registrasi spesimen
 Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
 Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
 Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
 Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain,
tempeli label
 Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan
 Identifikasi dan registrasi spesimen
 Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
 Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
 Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
 Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain,
tempeli label
 Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan
1. Identifikasi dan registrasi spesimen
Semua spesimen hams dicatat dan dinomori sewaktu spesimen tersebut tiba di
laboratorium dan semua hasil pemeriksaan hams dicatat. Hal ini akan:
a. Mencegah tercampurnya spesimen;
b. Memudahkan pencarian informasi mengenai hasil pemeriksaan;
c. Menjadikan hasil pemeriksaan tersebut berguna untukpromosi kesehatan
masyarakat.
Sebuah laboratorium hams memiliki:
a. formulir permintaan pemeriksaan spesimen;
b. Seorang pencatat untuk mencatat semua detail tentang spesimen dan hasil
pemeriksaan;
c. Formulir laporan bulanan.
2. Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
Seluruh spesimen harus dianggap infeksius dan ditangani dengan hati-hati.
Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penularan
dan pemaparan penyakit terhadap petugas.
3. Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
Cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung harus sesuai dengan
instruksi yang telah ditentukan agar terhindar dari kesalahan pan pengrusakan
spesimen.
4. Gunakan sentrifus dan alat-alat lain yang terkalibrasi

13
Setiap alat dalam pemeriksaan seperti sentrifus, fotometer, lensa-lensa pada
mikroskop dan pipet harus dilakukan secara berkala untuk menghindari
kesalahan hasil pemeriksaan.
5. Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label
6. Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

2.7 Penyimpanan Spesimen


Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke
laboratorium lain

Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya

Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator

Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut
sempurna. Hindari terjadinya busa.

Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan

Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC
atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.

Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma
atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

Memberi bahan pengawet pada spesimen

Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator

Imunologi : 1 minggu dalam referigerator

Hematologi : 2 hari pada suhu kamar

Koagulasi : 1 hari dalam referigerator

Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator

14
Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

15
2.8 Pengambilan Sampel Vena pada Pasien terpasang Intravena Lines
Pemilihan letak vena menjadi perhatian penting ketika pasien terpasang intravena ( IV)
lines, misalnya infus. Prinsipnya, pengambilan sampel darah tidak boleh dilakukan pada
lengan yang terpasang infus. Jika salah satu lengan terpasang infus, maka pengambilan darah
dilakukan pada lengan yang tidak terpasang infus. Jika kedua tangan terpasang infus, lakukan
pengambilan pada vena kaki. Lalu bagaimana jika seluruh akses vena tidak memungkinkan
untuk dilakukan pengambilan sampel darah?
Berikut ini adalah teknik pengambilan sampel darah pada pasien yang terpasang infus atau IV
lines.
Alternatif 1

16
Jika memungkinkan, lakukan pengambilan darah pada lengan yang tidak terpasang infus.
Alternatif 2
Jika tidak memungkinkan, lakukan pengambilan sampel darah di daerah kaki.
Alternatif 3
Jika tidak ada akses vena di tempat lain, lakukan pengambilan sampel darah pada lengan
yang terpasang infus dengan cara :
 Mintalah perawat untuk menghentikan aliran infus selama minimal 2 menit Sebelum
pengambilan .
 Pasang tourniquet pada bagian sebelah bawah jarum infus.
 Lakukan pengambilan sampel darah pada vena yang berbeda dari vena yang terpasang
infus atau di bagian bawah vena yang terpasang infus.
 Mintalah perawat untuk me restart infus setelah spesimen dikumpulkan.
 Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang terpasang infus beserta
jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar permintaan lab.
Alternatif 4
Jika hanya ada satu saja akses vena di tempat yang terpasang infus, maka :
 Hentikan aliran infus seperti cara diatas
 Keluarkan darah dari vena tersebut, buang 2-5 ml pertama, dan tampung aliran sampel
darah selanjutnya dengan tabung
 Mintalah perawat me restart infus setelah spesimen dikumpulkan.
 Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang terpasang infus beserta
jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar permintaan lab.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas kesimpulan dari Aspek Pra Analitik Phlebotomy adalah
bagaimana pengambilan spesimen sesuai SOP, kemudian cara penyimpanan dengan
standart suhu kelembapan yang sesuai, serta pengiriman spesimen harus dengan

17
perlakuan yang baik dan benar hingga waktu spesimen tersebut di periksa. Sehingga,
tidak membuat hasil pemeriksaan spesimen tersebut rusak atau hasil palsu.
3.2 Saran
Karena kesalahan penanganan spesimen lebih besar pada bagian pengambilan
spesimen. Saran penulis adalah petugas Phlebotomy hendaknya melakukan
Phlebotomy berdasarkan SOP dengan benar dan memperhatikan dengan betul setiap
kesalahan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Yaqin, Moh Ainul dan Dian Arista. 2015. Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Analitik Sebagai
Upaya Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium Di Rs. Muji Rahayu Surabaya. Rumah Sakit
Muji Rahayu. Surabaya

Yuwono, Bambang.2017.Penanganan Spesimen Laboratorium di Puskemas Ulaweng. Di


Puskemas Ulaweng. Makassar.

Liatriha. 2015. Penanganan Spesimen.

Biomed, dkk. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran.

Abraham Lionel 2010 Pemantapan Mutu Pra-Analitik Pemeriksaan Laboratorium.

RI, Peraturan Menteri Kesehatan. 2013. Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang
Baik, Nomor 43. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Shofiah, Siti. Sri Sundari., dan Qurotul Aini. 2018. Pelaksanaan Identifikasi Pasien Dan
Spesimen Di Unit Laboratorium RS PKU Muhammadiyah Gamping. Yogyakarta.

Mahyuddin, Halipah. 2013. Standar Prosedur Operasional Penyimpanan Spesimen.


Palembang.

Kesehatan, Direktorat Laboratorium. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar


(Good Laboratory Practice). Cetakan ke-3, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik EGC. Jakarta.

Putri, Ririn Aoeng S. 2014. Pengambilan Darah Vena. Bantul.

19

Anda mungkin juga menyukai