Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI II

IDENTIFIKASI Corynebacterium diphtheriae

Disusun oleh:

MAULUDY HADIANI
151910113011
KELOMPOK 3

LABORATORIUM BAKTERIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII-TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri anaerobik fakultatif dan


gram positif, bakteri ini tidak berkapsul, tidak berspora, tidak bergerak, tidak
tahan asam, corynebacteria berdiameter 0,5 – 1 mikro, tubuh bakteri berbentuk
batang bewarna kuning sedangkan granulanya bewarna biru violet ( meta
chromatis ). Corynebacterium diphtheriae terdiri dari 3 biovar, yaitu gravis, mitis,
dan intermedius (Putri, 2018).

Corynebacterium diphtheriae terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka


– luka, dan pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa
bakteri. Bakteri yang berada dalam tubuh akan mengeluarkan toksin yang
aktivitasnya menimbulkan penyakit difteri. Bakteri ini biasanya menyerang
saluran pernafasan, terutama laring, amandel, dan tenggorokan. Penyakit ini
sering kali diderita oleh bayi dan anak – anak. (Putri, 2018).

Spesimen yang bisa diambil dari pasien yang terinfeksi Corynebacterium


diphtheriae adalah dari swab tenggorok. ( Sariadji, 2014 )

Oleh sebab itu, perlu dilakukan uji dan identifikasi bakteri Corynebacterium
diphtheriae dari spesimen usap tenggorok. Yang bertujuan untuk menegakkan
diagnosa mengenai penyakit yang disebabkan oleh jenis bakteri Corynebacterium
diphtheriae agar mendapatkan penanganan dan perawatan yang tepat.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum adalah untuk melakukan analisis dan serangkaian uji
untuk mengidentifikasi karakteristik bakteri Corynebacterium diphtheriae.
BAB II METODE PRAKTIKUM

2.1. Tanggal dan Tempat Praktikum


Senin, 02 maret 2020. Di laboratorium Melakukan penanaman pada media
mikrobiologi BAP dan media Loeffler I

Pengamatan bakteri pada media BAP


Selasa, 03 maret 2020. Di laboratorium dan Loeffler I. Penanaman bakteri pada
mikrobiologi media Loeffler II, pewarnaan gram dan
neisser, penanaman bakteri pada media
BTA

Rabu, 04 maret 2020. Di laboratorium Pengamatan bakteri pada media


mikrobiologi

Senin, 09 maret 2020. Di laboratorium Melakukan uji Gula - gula


mikrobiologi

Selasa, 10 maret 2020. Di laboratorium Pengamatan bakteri pada uji gula –


mikrobiologi gula

2.2 Prosedur Praktikum

Melakukan Melakukan
penanaman bakteri penanaman bakteri
pada media BAP, pada media Loeffler I,
inkubasi 24 jam 37 inkubasi 24 jam 37
derajat celcius derajat celcius

Pewarnaan Melakukan Pewarnaan Melakukan


penanaman bakteri Neisser, penanaman bakteri
gram, bakteri
pada media Blood bakteri yang pada media Loeffler
yang
Agar Tellurite, diwarnai II, inkubasi 24 jam 37
diwarnai
diambil dari inkubasi 24 jam 37 diambil dari derajat celcius
media BAP derajat celcius media
Loeffler II

Melakukan uji gula –


gula, sukrosa, glukosa,
dan manitol. Dengan
menggunakan
indikator BTB
2.2.1 Media Blood Agar

Prinsip media BAP adalah media standar untuk isolasibakteri yang


mempunyai kemampuanuntuk menghemolisa darah. Media agardarah
mengandung darah mamalia(umumnya domba) yang tidak bekusebanyak 5-10%.
Penambahan darahtersebut bertujuan untuk mempersuburperbenihan dan untuk
menumbuhkanbakteri yang sukar tumbuh padaperbenihan biasa. Disamping itu
mediaini dapat membedakan sifat-sifat bakteri, kemampuan
bakterimenghancurkan eritrosit. Darahmanusia yang digunakan adalah golongan
darah O dan AB (Khariyani dkk, 2016 ).

Interpretasi hasil dari media BAP adalah Ada tiga jenis hemolisis yaitu
beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma hemolisis. Beta hemolisis merupakan
lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin. Alfa hemolisis mengacu pada lisis
parsi al/lisis sebagian dari sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini menghasilkan
perubahan warna disekitar menjadi abu-abu kehijauan. Gamma hemolisis y aitu
tidak terjadi hemolisis dimana tidak ada perubahan warna dalam media ( Chan,
2018 ).

2.2.2 Media Loeffler I

Prinsip Loeffler Serum Medium Base digunakan untuk budidaya


corynebacterial. media ini dapat digunakan untuk aktivitas proteolitik dan
hidrolisis enzimatik protein. Karena media loeffler merupakan media diperkaya
yang mengandung serum koagulasi dengan fosfat konsentrasi tinggi. ( Hartoyo,
2018 )
Interpretasi pada media Loeffler bakteri akan tumbuh subur dengan
morfologi bewarna putih cream, smooth, permukaan sedikit cembung. ( Berliana,
2017 )

2.2.3 Media Blood Tellurite


Prinsip media blood tellurite adalah masing–masing isolat yang telah
ditumbuhkan kembali dan diinokulasikan ke medium blood tellurite. Satu isolat
bakteri diinokulasi ke medium blood tellurite. kemudian diinkubasi selama 24–48
jam pada suhu 37°C. Selanjutnya dilakukan pengamatan ada tidaknya
pertumbuhan koloni di medium blood tellurite. ( Sariadji, 2015 )
Interpretasi koloni yang tumbuh pada media blood tellurite bewarna abu
– abu. Tumbuhnya bakteri Corynebacterium ini karena kemampuan dari bakteri
tersebut untuk mereduksi tellurite menjadi tellurium yang menyebabkan koloni
pada medium blood tellurite berwarna hitam atau keabuan. Campuran tellurite
pada medium ini juga menghambat bakteri lain untuk tumbuh. ( Sariadji, 2015 )
2.2.4 Pewarnaan Gram
Prinsip pewarnaan Gram adalah Pewarnaan gram merupakan pewarnaan
yang digunakan untuk mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif.
Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal violet dan akan
tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif
akan kehilangan zat warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan
sewaktu diberi zat pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna merah.
Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi
dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram antara lain :
crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine ( khairunnisa, 2016 ).

Interpretasi hasil dari pewarnaan gram ini adalah bakteri gram postif
akan berwarna ungu, sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah.(
khairunnisa, 2016 ).

2.2.5 Pewarnaan Neisser

Prinsip pewarnaan Neisser A dan B menyebabkan granula Babes Ernst (


poolkarrel ) berwarna polifosfat yang disebut juga granula metakromatik atau
volutin bodies. Granula ini bersifat kromofil dan metakromatik yang berarti
memiliki aktivitas yang kuat terhadap zat – zat warna, dan seringkali tampak lain
dari zat yang diberikan. ( Sariadji, 2015 )

Interpretasi hasil dari pewarnaan ini adalah granula akan berwarna biru
kehitaman, sitoplasma akan berwarna kuning kecoklatan. ( Sariadji, 2015 )

2.2.6 Media Loeffler II

Prinsip Loeffler II sama seperti Loeffler I Serum Medium Base


digunakan untuk budidaya corynebacterial. media ini dapat digunakan untuk
aktivitas proteolitik dan hidrolisis enzimatik protein. Karena media loeffler
merupakan media diperkaya yang mengandung serum koagulasi dengan fosfat
konsentrasi tinggi. Hanya saja Loeffler II ini bertujuan untuk peremajaan yang
nantinya akan digunakan dalam serangkaian uji lanjutan (uji gula-gula) ( Hartoyo,
2018 )
Interpretasi pada media Loeffler bakteri akan tumbuh subur dengan
morfologi bewarna putih cream, smooth, permukaan sedikit cembung. ( Berliana,
2017 )

2.2.7 Uji Gula – Gula


Prinsip uji gula – gula ini adalah bakteri akan memfermentasi gula (
sukrosa, manitol, dan glukosa ) menjadi asam sehingga terjadi perubahan warna
media menjadi kuning. Perubahan warna media menjadi kuning disebabkan
aktivitas fermentasi oleh bakteri yang mengubah pH media menjadi asam dimana
indikator pada media tersebut adalah BTB (Brom Timol Blue). Tujuan dari uji ini
adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam melakukan fermentasi (
syabaniar, 2017 )

Interpretasi bakteri pada uji gula-gula bersifat positif apabila terlihat


perubahan warna pada media menjadi kekuningan dan negatif apabila warnanya
tetap. ( syabaniar, 2017 )
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penanaman di Media BAP (Blood Agar Plate)


Karakteristik bakteri yang tumbuh pada media BAP adalah koloni berwarna
abu – abu, kecil, tidak ada hemolisis ( gamma hemolisa )
Hasil praktikum ini sesuai dengan yang dijelaskan ( fitriana, 2014 ) bakteri
C. diphtheriae variasi gravis tumbuh dengan karakteristik kusam, kering, abu –
abu, koloni opak, diameter 1,5 – 2 mm dengan permukaan matt, gamma hemolisa.

Gambar 3.1 Hasil penanaman sampel di media Blood Agar Plate

Gambar3.2 Referensi koloni C. diphtheriae di media BAP ( fitriana, 2014 )


3.2 Hasil Penanaman pada Media Loeffler I
Setelah dilakukan penanaman dan inkubasi, bakteri yang tumbuh pada
medialoeffler dapat tumbuh dengan subur, hal ini dapat dilihat dari permukaan
media adanya bercak kuning keputihan / cream.
Hasil praktikum ini sesuai dengan yang dijelaskan ( Berliana, 2017 ) koloni
yang tumbuh pada media loeffler bewarna putih cream dengan permukaannya
yang smooth.

Gambar 3.3 Hasil Penanaman Pada Media Loeffler I

Gambar 3.4 Referensi koloni C. diphtheriae di media Loeffler I (Sunarno,


2013)

3.3. Hasil Penanaman pada Media Blood Tellurite


Karakteristik bakteri yang tumbuh pada media blood tellurite yakni kecil
berwarna hitam.
Hasil praktikum ini sesuai dengan yang dijelaskan ( Sariadji, 2015 ) Pada
medium CTBA bentuk tellurite dalam kalium tellurite pada medium akan direduksi
menjadi tellurium dan tidak hanya berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri flora
normal teng-gorokan, tetapi juga dimetabolisme oleh C. diphtheriae menjadi bentuk
koloni per-tumbuhan berwarna hitam dan dapat membedakan bakteri lainnya yang
tumbuh pada medium tersebut.

Gambar 3.5 hasil penanaman bakteri pada media blood tellurite

Gambar 3.6 referensi koloni C. Diphtheria pada media blood tellurite ( Sariadji, 2015 )

3.4. Hasil Pewarnaan Gram

Setelah dilakukan pewarnaan gram dan diamati dengan mikroskop Hasil


pewarnaan gram pada bakteri ini adalah bewarna ungu ( gram positif ) dengan
bentuk bacil.
Dari hasil penelitian ( Fitriana, 2014 ) bakteri C. diphtheriae
menakunjukkan karakteristik gram postif dengan bentuk bacil.

Gambar 3.7 Hasil pewarnaan gram

Gambar 3.8 referensi hasil pewarnaan gram (Sunarno, 2013)

3.5 Hasil Pewarnaan Neisser


Setelah dilakukan pewarnaan neisser AB dan neisser C pada bakteri
kemudian diamati menggunakan mikroskop dapat diketahui bakteri memiliki
granula metakromatik bewarna biru kehitaman / ungu violet.
Hasil pewarnaan ini sesuai dengan ( Sudibya, 2018 ) koloni bakteri dengan
granula metakromatik bewarna ungu violet / biru kehitaman serta sitoplasma
bewarna kuning kecoklatan.
Gambar 3.9 Hasil Pewarnaan Neisser

Gambar 3.10 Referensi Hasil Pewarnaan Neisser ( Sudibya, 2018 )

3.5 Hasil Penanaman pada Media Loeffler II


Hasil penanaman pada media loeffler I sama dengan loeffler II. Setelah
dilakukan penanaman dan inkubasi, bakteri yang tumbuh pada media loeffler
dapat tumbuh dengan subur, hal ini dapat dilihat dari permukaan media adanya
bercak kuning keputihan / cream.
Hasil praktikum ini sesuai dengan yang dijelaskan ( Berliana, 2017 ) koloni
yang tumbuh pada media loeffler bewarna putih cream dengan permukaannya
yang smooth.

Gambar 3.11 Hasil Penanaman Pada Media Loeffler II

Gambar 3.12 Referensi koloni C. diphtheriae di media Loeffler II


(Sunarno, 2013)

3.6 Hasil Uji Gula – Gula


Hasil uji gula – gula yang telah dilakukan dengan indikator BTB
menggunakan larutan glukosa, sukrosa, dan mannitol adalah bakteri dapat
memfermentasi sukrosa dengan adanya perubahan warna biru menjadi warna
kearah kuning sampai kuning.
Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan (Ummamie, 2017) uji gula – gula
dikatakan positif apabila bakteri dapat memfermentasi gula sehingga terjadi
perubahan warna menjadi kuning.

(a) (b)
Gambar 3.13 (a) hasil uji gula – gula (b) Referensi hasil uji gula – gula (Ummamie,
2017)
BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan serangkaian uji identifikasi Corynebacterium diphtheriae yang telah


dilakukan melalui beberapa tahap yang meliputi penanaman bakteri pada media BAP
(Blood Agar Plate), penanaman bakteri pada media Loefller, penanaman pada media
blood tellurite, pewarnaan gram, pewarnaan neisser, dan uji gula gula. Kemudian
didapatkan hasil pada penanaman di media BAP adalah bakteri bewarna abu - abu
dengan gamma hemolisa, hasil pewarnaan gram adalah gram postif, hasil penanaman
pada media loeffler tumbuh subur bewarna kuning keputihan / cream, hasil pewarnaan
neisser adalah granula metakromatik bewarna ungu kehitaman / ungu violet, hasil
penanaman pada media blood tellurite tumbuh subur bakteri bewarna hitam, hasil uji
gula – gula bakteri dapat memfermentasi sukrosa. Dari beberapa hasil uji dapat
disimpulkan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae variasi
gravis
BAB V DAFTAR PUSTAKA

Berliana. 2017. Teknik Pengambilan Dan Penanganan Sampel Swab Tenggorok


Kuman Difteri. Kalimantan Timur: Mahakam Medical Laboratory Technology Journal.

Fitriana. 2014. Pengembangan Medium Untuk Deteksi Corynebacterium Sp.


Potensial Toksigenik Fsn Toksigenik. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Khairunnisa, Arrachman. 2016. Mikrobiologi Pewarnaan. Semarang. Universitas


Muhammadiyah Semarang.

Krihariyani, Dwi , dkk.. 2016. Pola pertumbuhan Staphylococcus aureus Pada


media agar darah manusia golongan o, ab,Dan darah domba sebagai kontrol. Poltekkes.
Jurnal ilmu dan teknologi kesehatan. 3:191-200.

Putri, Felyana . 2018.Morfologi Dan Patogenitas Corynebacterium Diphteriae.


Banjarbaru. Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari.

Sariadji, kambang. 2014. Penerapan Diagnostik Laboratorium pada Kasus


Tersangka Positif Difteri pada Kejadian Luar Biasa di Kota Pontianak, Kalimantan
Barat. Pontianak. Kemenkes RI.

Sudibya, Akhmad. 2018. Tiga Pewarnaan Untuk Melihat GranulaMetakromatik.


Surabaya: Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
Sunarno, Holly A. 2013. Potensi Gen Dtx dan Dtxr Sebagai Masker untuk
Deteksi dan Pemeriksaan Toksigenisitas Corynebacterium Diphtheriae. Bul. Penelit.
Kasehat, 1(41): 1-10
Syabaniar, Lisa. 2017. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat (Bal) Genus
Lactobacillus Dari Feses Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Kebun Binatang
Kasang Kulim Bangkinang Riau. Jimvet. 01(3): 351-359

Anda mungkin juga menyukai